You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan mata yang
berat dapat berakibat hilangnya penglihatan ataupun dapat berdampak
hilangnya fungsi estetik mata. Hal ini dapat terjadi akibat respon mediasi
sistem imun terhadap antigen (sterile endophthalmitis) ataupun akibat dari
suatu infeksi. Selain itu salah satu faktor pencetus dari endoftalmitis
adalah diabetes melitus dan adanya trauma terlebih dahulu yang akhirnya
akan menyebabkan infeksi lalu akhirnya menyebabkan endoftalmitis.
Di Amerika Serikat kasus endoftalmitis jarang terjadi hanya 2-15 %
dari semua kasus endoftalmitis. Kejadian per tahunnya dapat dirata ratakan yaitu 5 per 10.000 pasien rawat inap.
Dalam kasus unilateral, mata kanan dua kali lebih mungkin untuk
terinfeksi dibandingkan mata kiri. Hal tersebut mungkin dikarenakan lokasi
yang lebih proksimal untuk arah aliran darah arteri dari arteri anonima
dextra ke arteri carotis dextra.
Sebagian besar kasus endoftalmitis eksogen yaitu sekitar 60%
terjadi setelah operasi intraokuler. Endoftalmitis eksogen akibat proses
operatif ini biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di
Amerika Serikat, endoftalmitis post operasi katarak yang paling sering
terjadi yaitu sekitar 0,1 0,3 % dari operasi lain yang juga dapat
menimbulkan komplikasi ini. Hal tersebut meningkat

selama 3 tahun

terakhir. Endoftalmitis juga dapat terjadi setelah injeksi intravitreal.

Endoftalmitis pasca trauma terjadi 4 13 % dari semua cedera


mata tembus. Keterlambatan penanganan cedera tembus memiliki
hubungan erat terhadap peningkatan insiden endoftalmitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. anatomi mata

Gambar 1. Anatomi bola mata


Bola mata mempunyai bentuk bulat dengan panjang maksimal 24
mm. Bagian depan bola mata (kornea) mempunyai kelengkungan yang
lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 lengkungan yang berbeda.
Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan yaitu sklera, jaringan uvea
dan retina.
Sklera merupakan bagian terluar yang terdiri dari jaringan ikat yang
kenyal yang melindungi bola mata.Kornea merupakan bagian terdepan
dari sklera yang bersifat transparent yang memudahkan sinar masuk ke
dalam

bola

mata.Kelengkungan

kornea

lebih

besar

dibanding

kelengkungan sklera.

Jaringan uvea pula merupakan jaringan vaskular yang terdiri atas iris,
badan siliar, dan koroid. Pada iris terdapat 3 susunan otot yang dapat
mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata yang disebut pupil. Otot
dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedangkan sfingter iris dan otot
siliar dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang
terletak di belakang iris menghasilkan cairan akuos humor,yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
Lapisan ketiga yaitu retina, terletak paling dalam dan mempunyai
tebal 1mm yang terdiri atas susunan sebanyak 10 lapis yang merupakan
lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan
terdapat macula lutea (bintik kuning) yang berdiameter 1-2 mm yang
mempunyai fungsi penting untuk tajam penglihatan. Di bagian tengah
makula lutea pula terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflex
fovea. Secara spesifiknya terdapat 120 juta sel batang yang berfungsi
sebagai alat pengenal kehadiran sinar dan 6 juta sel keruncut yang
mengenal frekuensi sinar. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang
di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Jaringan ini
berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa didalam mata dan
bersifat bening. Lensa terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.

2.2.Endoftalmitis
2.2.1. Definisi
Endoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan mata yang
berat dapat berakibat hilangnya penglihatan ataupun dapat berdampak
hilangnya fungsi estetik mata. Hal ini dapat terjadi akibat respon mediasi
system imun terhadap antigen ( sterile endophthalmitis) ataupun akibat
dari suatu infeksi.
Endoftalmitis

ditandai oleh suatu peradangan pada segmen

anterior dan posterior mata yang terjadi sebagai suatu akibat dari infeksi
bakteri atau jamur. Beberapa ahli mendefinisikan edoftalmitis sebagai
infeksi bakteri atau jamur pada corpus vitreus atau cairan bilik mata. Hal
tersebut tidak pernah diakibatkan oleh infeksi virus ataupun parasit, dan
sebagai penyebab utama adalah inflamasi pada retina ataupun uvea yang
menyebabkan retinitis dan uveitis.
2.2.2. ETIOLOGI
Penyebab

endoftalmitis

dapat

dibagi

menjadi

dua,

yaitu

endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang


disebabkan oleh imunologis atau auto imun (non infeksi)
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat :
a. Endogen
Individu

yang berisiko terkena endoftalmitis endogen biasanya

memiliki faktor komorbiditas yang mempengaruhi mereka untuk terinfeksi.


Termasuk kondisi seperti Diabetes mellitus, gagal ginjal kronis, gangguan

katup jantung, Lupus Eritematosus Sistemik, AIDS, Leukimia, Karsinoma


gastrointestinal,

Neutropenia,

Limfoma,

Hepatitis

alkoholik,

dan

Transplantasi sumsum tulang.


Prosedur invasive yang dapat menyebabkan terjadinya bakteremia
seperti

hemodialisa,

gastrointestinal,

kateterisasi

kandung

kemih,

endoskopi

pemberian nutrisi parenteral total, kemoterapi, dan

prosedur dentis juga dapat menyebabkan endoftalmitis.


Trauma non - ocular atau operasi seperti katup jantung prostetik,
imunosupresor, dan penyalahgunaan obat intravena mungkin juga
sebagai faktor predisposisi endoftalmitis endogen.
Sumber

endoftalmitis dapat termasuk meningitis, endokarditis,

infeksi, saluran kemih, dan infeksi luka. !elain itu faringitis, infeksi paru,
arthritisseptic, pielonefritis, dan abses intra&abdominal juga terlibat
sebagai sumber infeksi.
Candida atau jamur dapat ditemukan sekitar 50 % dari semua kasus
endoftalmitis endogen.
Candida albicans adalah penyebab paling sering yaitu sekitar 75 80 %.
Species

yang

jarang

adalah

species Turulopsis,

sporotrichum,

Cryptococcus, Coccidioides dan mucor.


Bakteri Gram Positif

yang paling sering adalah S.aureus, yang paling

sering terlibat dengan infeksi kulit atau penyakit sistemik yang kronis
seperti diabetes mellitus, atau gagal ginjal.
Bakteri gram negatif adalah etiologi bakteri lain dari endoftalmitis. E. Coli
yang paling sering diantara bakteri gram negatif lainnya.

B. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau
infeksi sekunder atau komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan
yang membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma
tembus bolamata.
Organisme yang berada di konjungtiva, palpebra, ataupun pada
silia saat dilakukan operasi biasanya dapat menimbulkan endoftalmitis
pasca operasi.
Sebagian besar kasus endoftalmitis eksogen meningkat pasca operasi
atau pasca trauma tembus pada mata. Endoftalmitis pasca operasi adalah
kasus yang paling sering terjadi. Dari kasus - kasus tersebut 90% bakteri
gram positif sebagi penyebab seperti Staphylococcus yang berada pada
konjungtiva.
Penyebab tunggal yang paling sering dari endoftalmitis eksogen
adalah Staphylococcus epidermidis yang merupakan flora normal kulit dan
konjungtiva. Selain itu dapat juga disebabkan oleh Staphylococcus
Aureus dan streptococcus.sp
Sedangkan bakteri gram negatif yang paling sering menyebabkan
endoftalmitis

pasca

operasi

adalah

Pseudomonas

aeruginosa

dan Haemopilus.sp
Meskipun sangat jarang, namun endoftalmitis pasca operasi juga dapat
disebabkan oleh jamur seperti Candida, Aspergillus, dan species
penicillium.sp.
C.Endoftalmitis Traumatik

Bakteri atau jamur dapat masuk ke mata saat trauma terjadi.


Endoftalmitis dapat terjadi sekitar 13 % kasus trauma tembus. Saat
trauma tembus, objek yang digunakan biasanya telah terkontaminasi
beberapa agen infeksius.
Bakteri

penyebab

endoftalmitis

trauma

yang

paling

sering

ditemukan adalah Staphylococcus, streptococcus, dan Bacillus.sp


Pasien dengan trauma tembus sangat berisiko terjadi endoftalmitis seperti
murni cedera kornea, benda asing intraocular, rupture lensa, ataupun
tusukan jarum saat tindakan operatif.
2.2.3. Faktor Resiko
Faktor risiko utama untuk endoftalmitis jamur adalah trauma okular.
Faktor risiko lain adalah penggunakan kortikosteroid. Steroid dapat
mengaktivasi dan meningkatkan virulensi jamur, baik melalui penggunaan
sistemik maupun topikal. Faktor risiko lainnya adalah konjungtivitis vernal
atau alergika, bedah refraktif insisional, ulkus kornea neurotrofik yang
disebabkan oleh virus varicella zoster atau herpes simpleks, keratoplasti,
dan transplantasi membran amnion. Faktor predisposisi keratitis jamur
untuk pasien keratoplasti adalah masalah jahitan, penggunaan steroid
topikal dan antibiotik, penggunaan lensa kontak, kegagalan graft, dan
defek epitel persisten.
Trauma umumnya terjadi di lingkungan luar rumah dan melibatkan
tumbuhan. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan insiden keratitis jamur
yang disebabkan oleh Fusarium sp. Penyakit sistemik juga merupakan
faktor risiko bagi terjadinya keratitis jamur, terutama yang berkaitan

dengan imunosupresi. Suatu penelitian mencatat angka insidensi diabetes


mellitus sebesar 12% pada sekelompok penderita keratitis jamur. Pasien
yang menderita penyakit kronik dan menjalani perawatan rawat inap
intensif juga memiliki predisposisi untuk terjadinya keratitis jamur,
terutama Candida sp.
Pada suatu penelitian di Afrika ditemukan bahwa pasien yang
positif - HIV memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita
keratitis jamur dibandingkan pasien yang HIV - negatif. Hal ini juga
ditemukan pada pasien penderita kusta.
2 .2. 4. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, barrier pembuluh darah memberikan
pertahanan dan kekebalan alami terhadap agen infeksius. Dalam kasus
endophthalmitis endogen, dimana organisme atau agen infeksius akan
beredar bersama dengan sirkulasi darah. Hal tersebut dapat ditemukan
pada

pasien bakteremia pada kasus endokarditis. Bakteri akan

menginvasi langsung endotel pembuluh darah barrier pada mata.


Destruksi jaringan intraokuler dapat terjadi akibat invasi langsung oleh
organism

tersebut

atau

dari

mediator

radang

respon

imunologi.

Endophthalmitis mungkin dapat bermula dari nodul putih pada kapsul


lensa, iris, retina, atau koroid. Hal tersebut juga dapat terjadi seperti
radang semua jaringan mata, yang mengarah ke bola mata dengan
kondisi penuh dengan eksudat purulen. Selain itu, radang dapat menyebar
melibatkan jaringan lunak orbital.Selain itu prosedur operatif dapat
mengganggu

integritas

bola

mata

yang

dapat

menyebabkan

endophthalmitis eksogen seperti operasi , katarak, glaukoma, retina,


keratotomi radial, intravitreal.
2.2. 5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif
dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
a. Subjektif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah
1.Fotofobia
2.Nyeri pada bola mata
3.Penurunan tajam penglihatan
4.Nyeri kepala
5.Mata terasa bengkak
6.Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka.
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata
disertai dengan atau tanpa disertai penetrasi benda asing perlu
diperhatikan karena adanyakemungkinan penyebab eksogen. Mengenai
penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada
atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya. Penyakit yang
merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah
diabetes melitus, AIDS dan SLE

yang dapat dihubungkan dengan

imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat


menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara
hematogen adalah meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih, infeksi

10

paru - paru dan pielonefritis. Untuk endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat


ditanyakan tentang adanya riwayat segala subjektif katarak yang diderita
pasien sebelumnya.
b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola
mata yang terkena dan derajat infeksi atau peradangan.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan
funduskopi

kelainan

fisik

yang

dapat

ditemukan

menyebabkan

endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah


meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih, infeksi paru&paru dan
pielonefritis.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp
dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan berupa :
1.Oedem palpebra superior
2.Injeksi Konjungtiva
3.Hipopion
4.Oedema kornea
5.Vitritis
6.Discharge Purulen
7.Kemosis
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam corpus vitreus
ditemukan masa putih abu - abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di
dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik.

11

Gambar 2. endoftalmitis yang disebabkan oleh jamur

2.2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena
bersifat spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik
kultur memerlukan waktu 48 jam - 1 hari.
Bahan - bahan yang dikultur diambil dari cairan atau sekret dari COA dan
corpus Vitreous

pada endoftalmitis. Biasanya terjadi kekeruhan pada

corpus viterous. Oleh sebab itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop,


fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan pemeriksaan USG mata.
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam
bola mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui
apakah infeksi telah mencapai retina.
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti
kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang
dapat menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen.
Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa :
1. Pemeriksaan daerah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah,
kreatinin.
2. Foto rontgen thoraks
3. USG jantung
4. Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja

12

2.2.7 DIAGNOSIS
Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang
didapatkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka
diagnosis endoftalmitis sudah dapat ditegakkan.
2 .2.8. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab. Teknik
pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai
pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap
organisme spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis
dan toksisitas yang diketahui. Pada endoftalmitis yang disebabkan
oleh bakteri, terapi obat - obatan secara intraviteral merupakan
langkah pertama yang diambil. Pemberian antibiotik dilakukan
secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik
yang sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik
yang dapat diberikan dapat

berupa antibiotik yang bekerja

terhadapa membran set, seperti golongan penicilin, Cephalosporin


dengan antibiotik yang dapat menghambat sintesa protein dengan
reseptor

ribosomal,

seperti

golongan

Chloramphenicol,

Aminoglycosida. Antibiotik tersebut dapat diberikan secara dosis


tunggal ataupun kombinasi. Kombinasi yang dianjurkan adalah
gabunan antara golongan aminoglikosida. Pilihan kombinasi
tersebut merupakan yang terbaik, karena :
a. Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan ocular
b. Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan
pemberian antibiotik tunggal maupun kombinasi lainnya.

13

c. Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan


jaringan intraokular yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit
di identifikasi dari endoftalmitis. Biasanya endoftalmitis fungal
terdiagnosis bila pasien setelah pemberian antibiotik dosis tunggal
atau kombinasi tidak berespon. Ataupun ditemukan faktor - faktor
predisposisi seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik
spektrum luas dalam jangka waktu lama, pasien menderita
keganasan ataupun dalam keadaan imunitas yang buruk.
2. Steroid secara topikal, konjungtiva, intravitreal, atau secara
sistematik, yang

digunakan untuk pengobatan semua jenis

endoftalmitis. Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk


mengurangi inflamasi yang disertai eksudat dan untuk mengurangi
granulasi jaringan. Kedua efek ini penting untuk endoftalmitis,
karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi, dimana prognosis
visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut. Sampai
saat ini

pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih

kontroversi walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil


yang

memuaskan

dari

pemberian

deksamethason

dalam

menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun abnormal yang dapat


menimbulkan kerusakan luas pada mata
Deksamethason dapat diberikan secaraintra vitreal

dengan dosis

400ug dan 1 mg secara intraokular sebagai profilaksis.


3.

Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri,


stabilisasi aliran

darah pada mata dan mencegah terjadinya

sinekia. Pemberian Sikloplegik dapat diberikan untuk mengurangi

14

rasa nyeri, stabilisasi aliran darah pada mata, mencegah dan


melepas sineksia serta mengistirahatkan iris dan benda siliar yang
sedang mengalami infeksi. Pada kasus yang berat dapat dilakukan
vitrektomi Pars plana, yang bertujuan untuk mengeluarkan
organisme beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang
berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik dan
mengeluarkan membran siklitik yang terbentuk, yang potensial
menimbulkan ablasi, serta mengembalikan kejernihan vitreous.
4. Tindakan Vitrektomi
.Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan
virulensi mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik
dan produk toksin yang dapat merusak retina, serta kemampuan
multiplikasi yang cepat, juga jarak antara ditegakkannya diagnosis
sampai pada saat terapi diberikan. Oleh karena itu pengobatan
ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk mengatasi
proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak
terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat.
2.2.9 PROGNOSIS
Prognosis kasus endoftalmitis sangat bervariasi tergantung dari
agen penyebabnya.
diketahuinya

Ketajaman

agen

kemungkinannya.

visual

pada

penyebabnya

Infeksi

streptococcus

sudah

saat

diagnosis

dapat

cenderung

dan

diprediksi
lebih

buruk

dibandingkan infeksi Staphylococcus Koagulasi negatif.


Hasil endoftalmitis endogen lebih buruk dibanding dengan endoftalmitis
eksogen karena karakteristik dari organisme penyebab. Dan hal tersebut

15

juga tergantung pada virulensi, pertahanan tubuh ataupun keterlambatan


diagnosis. Pasien dengan trauma pada bola mata yang disebabkan oleh
infeksi bacillus biasanya menyebabkan penurunan tajam penglihatan
yang lebih progresif. Pada penelitian vitrectomi endoftalmitis didapatkan
74 % pasien yang dapat mengalami perbaikan tajam penglihatan sekitar
20 / 100 atau lebih baik. Prognosis juga dapat tergantung pada kondisi
kesehatan pasien, seperti pada penelitian yang membuktikan kondisi
akan lebih buruk pada pasien yang menderita diabetes mellitus.
2.3. Aspergillus sp
Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang dapat ditemukan dimanamana di alam ini. Ia tumbuh
sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat
pula pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan
yang lazim ditemukan di rumah sakit dan Laboratorium. Aspergillus adalah
jamur yang membentuk filamen-filamen panjang bercabang, dan dalam
media biakan membentuk miselia dan konidiospora.

Aspergillus

berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan


konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka
sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran
pernapasan ke dalam paru
2.3.1 Taksonomi
Kingdom

Myceteae

Divisi

Amastigomycota

Kelas

Ascomycetes

16

Ordo

Eurotiales

Famili

Euroticeae

Genus

Aspergillus

Spesies

Aspergillus fumigatus
Aspergillus flavus
Aspergillus clavatus
Aspergillus nidulans
Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Aspergillus yermus
Aspergillus wentii

2.3.2 Morfologi
Aspergillus adalah mempunyai hifa bersepta dan miselium bercabang,
sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa fertil,
koloninya berkelompok, konidiofora bersepta atau nonsepta yang muncul
dari sel kaki, pada ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar dari
gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium
konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara,
konidiumkonidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hijau) yang
memberi warna tertentu pada jamur

17

Gambar 3. Aspergillus. sp

Aspergillus sp

tumbuh cepat, menghasilkan hifa aerial yang

memperlihatkan ciri khas struktur konidia. Konidiafora panjang dengan


vesikel di terminal, tempat fialid menghasilkan rantai rantai biasipetal
konidia. Spesies ini di identifikasi menurut perbedaan morfologi dalam
struktur struktur tersebut, termasuk ukuran, bentuk, tekstur, dan warna
konidia. Spesies yang sering dianggap penyebab penyakit adalah : A.
Fumigatus, A. niger, A. flavus. Cara infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi
ada

beberapa

sinus, Aspergilosis

bentuk

yaitu

: Aspergilosis

paru, Aspergilosis

sistemik,

kulit,

Aspergilosis

bahkan

Aspergilosis

endoftalmitis.
2.3.3.Aspergillus flavus

18

Gambar 4. Karakteristik Aspergillus flavus


Koloni Aspergilus flavus pada saat muda berwarna putih, dan akan
berubah menjadi berwarna hijau kekuningan setelah membentuk konidia.
Kepala konidia berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan,
berbentuk bulat, konidioforberdinding kasar. Vesikula bebentuk bulat
hingga semi bulat, berwarna hijau pucat. Kloni kapang A. Flavus berwarna
hijau kekuningan. Kepala konidia khas berbentuk bulat, kemudian
merekah menjadi beberapa kolom, dan berwarna hijau kekuningan hingga
hijau tua kekuningan.

Klasifikasi:
Super kingdom

: Eukaryota

Kingdom

: Fungi

Sub kingdom

: Dikarya

Phylum

: Ascomycota

Subphylum

: Pezizomycotina

Classis

: Eurotiomycetes

19

Sub classis

: Eurotiomycetidae

Ordo

: Eurotiales

Familia

: Trichocomaceae

Genus

: Aspergillus

Spesies

: Aspergillus flavus

Aspergillus

flavus

pada

merupakan spesies kapang yang


divisi Deuteromycotina, kelas

sistem

klasifikasi

termasuk dalam

kapang

yang

terdahulu

divisi Tallophyta, sub-

Imperfecti , ordo Moniliales ,

famili Moniliaceae dan genus Aspergillus. Sistem klasifikasi yang lebih


baru memasukkan genus Aspergillus dalam Ascomycetes berdasarkan
evaluasi ultrastruktural, fisiologis, dan karakter biokimia mencakup analisis
sekuen DNA.
Kapang dari genus Aspergillus menyebar luas secara geografis dan
bisa bersifat menguntungkan maupun merugikan bergantung pada spesies
kapang tersebut dan substrat yang digunakan. Aspergillus memerlukan
temperatur yang lebih tinggi, tetapi mampu beradaptasi pada wa (water
activity) yang lebih rendah dan mampu berkembang lebih cepat bila
dibandingkan dengan Penicillium. Genus ini,sekalipun memerlukan waktu
yang lebih lama dan intensitas cahaya yang lebih untuk membentuk
spora, tetapi mampu memproduksi spora yang lebih banyak sekaligus
lebih tahan terhadap bahan-bahan kimia. Hampir semua anggota dari
genus Aspergillus secara alami dapat ditemukan di tanah dimana kapang
dari genus tersebut berkontribusi dalam degradasi substrat anorganik.
Spesies Aspergillus dalam industri secara umum digunakan dalam

20

produksi enzim dan asam organik, ekspresi protein asing serta fermentasi
pangan.

Gambar. 5. Koloni Aspergillus flavus pada media Czapeks agar

Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit di tanah yang umumnya


memainkan peranan penting sebagai pendaur ulang nutrisi yang terdapat
dalam

sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Kapang tersebut juga

ditemukan pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis selain


menyerang segala jenis substrat organik dimana saja dan kapan saja jika
kondisi

untuk

pertumbuhannya

terpenuhi.

Kondisi

ideal

tersebut

mencakup kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang tinggi.Sifat


morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta, miselia bercabang biasanya
tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki sel, sterigmata sederhana atau
kompleks dan berwarna atau tidak berwarna, konidia berbentuk rantai
berwarna

hijau,

coklat

atau

hitam

menyatakan

bahwa

tampilan

mikroskopis Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang (400800m) dan relatif kasar. Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh
21

dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari. Kapang
ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi kuning
kehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak
berwarna,sedang kan koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua.
Keberagaman

ekologi yang dicakup oleh

Aspergillus sub-

genus Aspergillus bagian Flavi (grup Aspergillus flavus) dipadukan dengan


kemampuan

beberapa

spesiesnya untuk memproduksi aflatoksin

menjadikan grup Aspergillus flavus sebagai

grup yang paling banyak

dipelajari hingga saat ini.

Gambar .6. Tampilan mikroskopis dari Aspergillus flavus

Aspergillus flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh


produksi konidia yang dapat tersebar melalui udara (airborne) dengan
mudah maupun melalu i

serangga. Komposisi atmosfir juga memiliki

pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kapang dengan kelembaban


sebagai variabel yang paling penting.
Tingkat

penyebaran

Aspergillus flavus

yang

tinggi

juga

disebabkan oleh kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang

22

keras sehingga kapang tersebut dapat dengan mudah mengalahkan


organisme lain dalam mengambil substrat dalam tanah maupun tanaman.
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus merupakan bagian grup
Aspergillus yang sudah sangat dikenal karena peranannya sebagai patogen
pada tanaman dan kemampuannya untuk menghasilkan aflatoksin pada
tanaman yang terinfeksi. Kedua spesies tersebut merupakan produsen
toksin paling penting dalam grup Aspergillus flavus yang mengkontaminasi
produk agrikultur. Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus mampu
mengakumulasi aflatoksin pada berbagai produk pangan meskipun tipe
toksin yang dihasilkan berbeda. Aspergillus sp . Umumnya mampu tumbuh
pada suhu 6-60C dengan suhu optimum berkisar 35-38C. Tampilan
mikroskopis Aspergillus flavus dapat dilihat lebih jelas melalui mikroskop
tiga dimensi

Gambar. 7. Tampilan mikroskopis 3-D dari Aspergillus flavus.

Aspergillus flavus tidak akan tumbuh pada kelembaban udara


relatif di bawah 85% dan kadar air dibawah 16%.

Aspergillus flavus
23

menyebabkan penyakit dengan spektrum luas pada manusia,mulai dari reaksi


hipersensitif

hingga

infeksi

invasif

yang

diasosiasikan

dengan

angioinvasion. Sindrom klinis yang diasosiasikan dengan kapang tersebut


meliputi granulomatous sinusitis kronis, keratitis, cutaneous aspergillosis,
infeksi luka, dan osteomyelitis yang mengikuti trauma dan inokulasi.
Sementara itu, Aspergillus flavus cenderung lebih mematikan dan tahan
terhadap antifungi dibandingkan hampir semua spesies Aspergillus yang
lainya. Selain itu, kapang tersebut juga mengkontaminasi berbagai produk
pertanian di lapangan, tempat penyimpanan, maupun pabrik pengolahan
sehingga meningkatkan potensi bahaya dari Aspergillus flavus. Penyebaran
Aspergillus flavus yang merata sangat dipengaruhi oleh iklim dan faktor
geografis. Pertumbuhan Aspergillus flavus dipengaruhi oleh lingkungan
seperti kadar air, oksigen, unsur makro (karbon, nitrogen, fosfor, kalium
dan magnesium) dan unsur mikro (besi, seng, tembaga, mangan dan
molibdenum). Faktor lain yang jugaberpengaruh antara lain cahaya,
temperatur, kelembaban dan keberadaan kapang lain. Temperatur yang
optimal untuk pertumbuhan Aspergillus flavus berkisar pada 30C. Secara
umum kapang adalah organisme aerobik sehingga gas O2 dan N2 akan
menurunkan kemampuan kapang untuk membentuk aflatoksin.
2.3.4 Aspergilosis
1. Definisi
Aspergilosis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh sejumlah
spesies Aspergillus. Aspergilluss sp.merupakan saproba yang terdapat

24

dimana mana di alam sehingga kasus aspergilosis terjadi di seluruh


dunia.
2. Epidemiologi
Kapang ini menghasilkan banyak konidia kecil yang mudah menjadi
aerosol. Setelah konidia ini terinhalasi, individu atopik sering
mengalami reaksi alergi berat terhadap antigen konidia.

Jamur ini

dapat berkelompok dan kemudian memasuki jaringan yang mengalami


trauma. Jamur ini dan spesies Aspergillus lainnya juga menjadi
penyerang opurtunistik pada orang dengan imunodefisiensi , tapi tidak
pada individu dengan kelainan anatomik seperti pada saluran
pernapasan.

Berbagai

spesies

Aspergillus

juga

menghasilkan

aflatoksin dalam makanan.


3. Cara penularan
Jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.
Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut
yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari
tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang
dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.
4. Diagnosa
Penegakan diagnosa aspergilosis sebagian besar bergantung pada
adanya fragmen hifa dalam jaringan biopsi atau sekret dari
spesimen yang diperiksa dengan pemeriksaan langsung sekret

25

yang akan diperiksa dengan KOH dengan membuat Bahan


pemeriksaan berasal dari sputum, sekret mata, sekret hidung,
nanah,

kerokan

kulit,

kerokan

kuku,

biopsi

jaringan

dll. Pemeriksaan langsung dari bahan pemeriksaan ditemukan hifa


bersekat,

bercabang

dengan

atau

tanpa

spora,

ditemukan

bangunan Aspergilus vesikel dan sterigmata.

Gambar .8 spesimen dengan pemeriksaan langsung dengan KOH.

Pada media Sabaroud Glukosa Agar ( SGA) koloni dapat tumbuh


cepat pada suhu ruang membentuk koloni

mold yang granuler,

berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri identik.


Identifikasi jamur Aspergilus fumigatus memiliki koloni berwarna
hijau, Aspergilus niger memiliki koloni berwarna hitam dan Aspergilus
flavus memiliki koloni berwarna putih atau kuning.

26

Gambar 9. Koloni Aspergillus flavus pada media Sabaroud glukosa agar.

Gambar 10. Gambar sedian dengan pewarnaan gram.

5. Pengobatan
Pengobatan aspergilosis invasif pada penderita dengan
imunosupresif hanya memberi sedikit hasil. Hal yang sama juga
berlaku pada Endoftalmitis yang disebabkan Aspergillus, dimana

27

setelah pembedahan biasaya cepat mengakibatkan kehilangan


mata yang terinfeksi meskipun hal ini jarang terjadi.

28

BAB III
PENUTUP
Endoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan mata yang
berat dan dapat

berakibat hilangnya penglihatan ataupun dapat

berdampak hilangnya fungsi estetik mata. Hal ini dapat terjadi akibat
respon mediasi system imun terhadap antigen ( sterile endophthalmitis)
ataupun akibat dari suatu infeksi.
Endoftalmitis ditandai oleh suatu peradangan pada segmen anterior
dan posterior mata yang terjadi sebagai suatu akibat dari infeksi bakteri
atau jamur. Candida albicans adalah penyebab paling sering yaitu sekitar
75 80 %, selain itu Aspergillus sp merupakan penyebab jamur tersering
kedua.
Penegakan diagnosa aspergilosis sebagian besar bergantung pada
adanya fragmen hifa dalam jaringan biopsi atau sekret dari spesimen yang
diperiksa dengan pemeriksaan langsung sekret yang akan diperiksa
dengan KOH.
Bahan

pemeriksaan

berasal

dari

sekret

mata. Pemeriksaan

langsung dari bahan pemeriksaan ditemukan hifa bersekat, bercabang


dengan atau tanpa spora, ditemukan bangunan Aspergilus vesikel dan
sterigmata.
Pada media Sabaroud Glukosa Agar ( SGA) koloni dapat tumbuh
cepat pada suhu ruang membentuk koloni

mold yang granuler,

29

berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri identik,


dimana Aspergilus flavus memiliki koloni berwarna putih atau kuning.
Prognosis akan lebih buruk pada pasein endoftalmitis yang
disebabkan oleh jamur dan apabila diperparah dengan penyakit diabetes
melitus.

30

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Tn AM

Tempat/tanggal lahir

: Aek Roga/ 11 Juli 1978

Umur

: 37 tahun 9 bulan 29 hari

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Kuli bangunan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Sibolga

Masuk

: 09 Mei 2016 Jam 09 : 00

ANAMNESA
Keluhan Utama

: Nyeri mata kiri

Telaah

: Hal ini dialami os sejak 8 bulan yang lalu. Awalnya


mata os terkena debu saat mengendarai sepeda
motor. Kemudian karena terasa gatal lalu os
mencuci matanya dengan air sirih. Esok Harinya
mata

kiri os juga terkena minyak rem dan os

mencucinya dengan air tambal ban. 2 hari setelh itu


mata os bengkak (+), gatal (+), berair (+), merah
(+). Lalu os berobat ke dokter spesialis mata
secara rutin selama 1 bulan. Selama pengobatan
berjalan mata os terkena semen dan esok harinya
mata os bengkak (+), gatal (+), Merah (+) kembali.
Os juga mengeluhkan Penglihatannya kabur dan
seluruh mata kirinya menjadi putih. Lalu os di rujuk
ke RSUP.H.Adam Malik Medan.
RPT

RPO

: Tetes

mata

Insto,

C.Tobroson,

levofloxacin,

Ciprofloxacin dan Metilprednisolon.

31

STATUS PRESENT
Sensorium

: Compos Mentis

Tekanan darah

HR

: 86 x/i

RR

: 20x/i

Temperatur

: 36O C

120/80 mmHg

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata

: Refleks

Cahaya

conjungtiva

(+/+),

Tarsal

pupil

Hiperemis

isokor,
(+),

Konjungtiva Bulbi Hiperemis (+), Chemosis


(+), Injeksi Conjungtiva(+), Injeksi Silier (+),
Palpebra superior Superior, inferior Bengkak
(+), Kornea Keruh (+).
Telinga/Hidung/Mulut

: dbn

Leher

: Pembesaran KGB (-)

Thorax

: Simetris fusiformis, retraksi (-), HR = 146x /


menit, murmur (-),

Abdomen

: Soepel (+), Peristaltik (+) normal. Hepar


/Lien/ Renal tidak teraba.

Extremitas

: dbn

Diagnosa Kerja :

Keratitis OS

Rencana Kerja dan Terapi :


CT Scan Orbita
Swab KOH jamur
Sensitifitas Bakteri
Pemeriksaan Darah Lengkap, KGD.
C. LFX ED / jam OS
C. Lyters ED / jam ODS

32

C.Timolol ED 2xgtt1 OS
Glaucon tab 2 x 200 mg
Levofloxacin tab 1 x 500 mg
Ranitidin tab 2 x 1
Metilpredisolon tab 4mg ( 4 5 4 )
Kontrol ulang 3 hari

Hasil Laboratorium Tanggal 09 Mei 2016 Jam 11:58:44 wib


Hematologi
Darah Lengkap
Hb
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
Hitung jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil

Satuan
g%
106/mm3
103/mm3
%
103/mm3
Fl
Pg
g%
%
fL
%
fL

Hasil
16.6
5.77
14.16
50
282
86
28.80
33.30
12.5
9.0
0.250
10.1

Rujukan
13.2-17.3
4.20-4.87
4.5-11.0
43-49
150-450
85-95
28-32
33-35
11.6-14.8
7.0-10.2

%
%
%
%
%

89.4
8.20
2.30
0.00
0.000

37-80
20-40
2-8
1-6
0-1

Kesan : Leukositosis

Kimia Klinik

Metabolisme Karbohidrat

Satuan

Hasil

Rujukan
33

Glukosa darah sewaktu

mg/dL

Satuan
mEq/L
mEq/L

AST / SGOT
ALT / SGPT

130

Hasil
146
5.6

<200

Rujukan
135-155
3.6-5.5

Hasil Pemeriksaan Kultur dan Sensitivity Test


Jenis Pemeriksaan

: Kultur Sensitivity

Jenis Bahan

: Sekret mata

Kuman

: Tidak dijumpai pertumbuhan bakteri.


Dijumpai pertumbuhan jamur

Pewarnaan Gram :
Waktu Pengambilan Bahan :
Jenis bahan
Hasil

09 Mei 2016
Secret Mata

Batang Gram Negatif :

Negatif

Coccus Gram Negatif :

Negatif

Spora

: Positif

Hypae

: Positif

Yeast Cell

: Positif

Direct KOH
Waktu pengambilan sample : 09 Mei 2016
Jenis Bahan

: Secret Mata

Hasil

:
Spora

: Positif

34

Hypae

: Positif

Yeast Cell

: Positif

Nama Jamur : Aspergillus flavus


Hasil Pemeriksaan Scan Orbita Kiri Tanggal 10 Mei 2016 :
Penebalan Jaringan lunak periorbita kiri. Curiga proses infeksi jaringan
lunak periorbita kiri.
Tidak tampak adanya massa di ruangan Retro - bulbar kiri.

Follow up tanggal 12 Mei 2016


S = Kontrol ulang, penglihatan masih kabur (+)
O = Status Ophthalmicus OS :
- Palpebra superior inferior Bengkak (+)
-Conjungtiva Tarsal sup/inf : Hiperemis (+)
- Conjunctiva Bulbi : Injeksi Conjunctiva (+) Injeksi Siliaris (+),
- Kornea

: Keruh (+)

A = Endofthalmitis e.c Aspergillus flavus


P = - As. Mefenamat tab 3 x 500 mg
-

Ranitidin tab 2 x 1

Ketoconazole tab 2x 200mg

Levofloxacin tab 2x500mg

C. LFX ED/ jam OS

C.Timol 0.5% ED 2xgtt OS

C.Lyters ED 6xgtt OS

C. Natacent ED /jam OS

35

Follow up tanggal 19 Mei2016


S = Kontrol ulang, penglihatan os masih kabur
O = Status Ophthalmicus OS :
- Palpebra superior inferior Bengkak (+)
-Conjungtiva Tarsal sup/inf : Hiperemis (+)
- Conjunctiva Bulbi : Injeksi Conjunctiva (+) Injeksi Siliaris (+),
- Kornea

: Keruh (+), perforasi (+)

A = Endofthalmitis e.c Aspergillus flavus


P = - As. Mefenamat tab 3 x 500 mg
-

Ranitidin tab 2 x 1

Ketoconazole tab 2x 200mg

Levofloxacin tab 2x500mg

C. LFX ED/ jam OS

C.Timol 0.5% ED 2xgtt OS

C.Lyters ED 6xgtt OS

C. Natacent ED /jam OS

Rencana dilakukan tindakan operasi pembuangan bola mata kiri


guna mencegah penyebaran infeksi ke mata sebelah kanan.
Os menolak untuk dilakukan tindakan operasi dan sudah
menandatangani informconsent.

36

Daftar Pustaka
1.Weishaar PD, Flynn HW Jr, Murray TG, et al. Endogenous aspergillus
endophthalmitis: clinical features and treatment outcomes. Ophthalmology
1998;105:5765. [PubMed]
2. Sihota R, Agorwal HC, Grover AK, et al. Aspergillus endophthalmitis. Br
J Ophthalmol 1987;71:61113. [PMC free article] [PubMed]
3. Rao NA, Hidayat AA. Endogenous mycotic endophthalmitis: variation in
clinical and histopathologic changes in candidiasis compared with
aspergillosis. Am J Ophthalmol 2001;132:24451. [PubMed]
4. Kalina PH, Campbell J. Aspergillus terreus endophthalmitis in a patient
with chronic lymphocytic leukemia. Arch Ophthalmol 1991;109:1023.
[PubMed]
5. Hara KS, Reju JH, Lie TS, et al. Disseminated aspergillus terreus
infection in immunocompromised hosts. Mayo Clin Proc 1989;64:7705.
[PubMed]
6. Sridhar J, Flynn HW Jr, Kuriyan AE, Miller D, Albini T. Endogenous
fungal endophthalmitis: risk factors, clinical features, and treatment
outcomes in mold and yeast infections. J Ophthalmic Inflamm Infect. 2013.
3(1):60. [Medline]
7.Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.Edisi ke-5. 2014. hlm : 152-186.
8. Morosidi, S.A., Paliyama, M.F. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UKRIDA. 2011. Hal 38-45.
9. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Ed 3 Cet 7. Jakarta : FKUI ; 2009
10. Sudoyo Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi IV. Jakarta : FKUI ;
2009
11. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi
Umum (GeneralOphthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000

37

You might also like