Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan mata yang
berat dapat berakibat hilangnya penglihatan ataupun dapat berdampak
hilangnya fungsi estetik mata. Hal ini dapat terjadi akibat respon mediasi
sistem imun terhadap antigen (sterile endophthalmitis) ataupun akibat dari
suatu infeksi. Selain itu salah satu faktor pencetus dari endoftalmitis
adalah diabetes melitus dan adanya trauma terlebih dahulu yang akhirnya
akan menyebabkan infeksi lalu akhirnya menyebabkan endoftalmitis.
Di Amerika Serikat kasus endoftalmitis jarang terjadi hanya 2-15 %
dari semua kasus endoftalmitis. Kejadian per tahunnya dapat dirata ratakan yaitu 5 per 10.000 pasien rawat inap.
Dalam kasus unilateral, mata kanan dua kali lebih mungkin untuk
terinfeksi dibandingkan mata kiri. Hal tersebut mungkin dikarenakan lokasi
yang lebih proksimal untuk arah aliran darah arteri dari arteri anonima
dextra ke arteri carotis dextra.
Sebagian besar kasus endoftalmitis eksogen yaitu sekitar 60%
terjadi setelah operasi intraokuler. Endoftalmitis eksogen akibat proses
operatif ini biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di
Amerika Serikat, endoftalmitis post operasi katarak yang paling sering
terjadi yaitu sekitar 0,1 0,3 % dari operasi lain yang juga dapat
menimbulkan komplikasi ini. Hal tersebut meningkat
selama 3 tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bola
mata.Kelengkungan
kornea
lebih
besar
dibanding
kelengkungan sklera.
Jaringan uvea pula merupakan jaringan vaskular yang terdiri atas iris,
badan siliar, dan koroid. Pada iris terdapat 3 susunan otot yang dapat
mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata yang disebut pupil. Otot
dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedangkan sfingter iris dan otot
siliar dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang
terletak di belakang iris menghasilkan cairan akuos humor,yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
Lapisan ketiga yaitu retina, terletak paling dalam dan mempunyai
tebal 1mm yang terdiri atas susunan sebanyak 10 lapis yang merupakan
lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan
terdapat macula lutea (bintik kuning) yang berdiameter 1-2 mm yang
mempunyai fungsi penting untuk tajam penglihatan. Di bagian tengah
makula lutea pula terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflex
fovea. Secara spesifiknya terdapat 120 juta sel batang yang berfungsi
sebagai alat pengenal kehadiran sinar dan 6 juta sel keruncut yang
mengenal frekuensi sinar. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang
di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Jaringan ini
berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa didalam mata dan
bersifat bening. Lensa terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
2.2.Endoftalmitis
2.2.1. Definisi
Endoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan mata yang
berat dapat berakibat hilangnya penglihatan ataupun dapat berdampak
hilangnya fungsi estetik mata. Hal ini dapat terjadi akibat respon mediasi
system imun terhadap antigen ( sterile endophthalmitis) ataupun akibat
dari suatu infeksi.
Endoftalmitis
anterior dan posterior mata yang terjadi sebagai suatu akibat dari infeksi
bakteri atau jamur. Beberapa ahli mendefinisikan edoftalmitis sebagai
infeksi bakteri atau jamur pada corpus vitreus atau cairan bilik mata. Hal
tersebut tidak pernah diakibatkan oleh infeksi virus ataupun parasit, dan
sebagai penyebab utama adalah inflamasi pada retina ataupun uvea yang
menyebabkan retinitis dan uveitis.
2.2.2. ETIOLOGI
Penyebab
endoftalmitis
dapat
dibagi
menjadi
dua,
yaitu
Neutropenia,
Limfoma,
Hepatitis
alkoholik,
dan
hemodialisa,
gastrointestinal,
kateterisasi
kandung
kemih,
endoskopi
infeksi, saluran kemih, dan infeksi luka. !elain itu faringitis, infeksi paru,
arthritisseptic, pielonefritis, dan abses intra&abdominal juga terlibat
sebagai sumber infeksi.
Candida atau jamur dapat ditemukan sekitar 50 % dari semua kasus
endoftalmitis endogen.
Candida albicans adalah penyebab paling sering yaitu sekitar 75 80 %.
Species
yang
jarang
adalah
species Turulopsis,
sporotrichum,
sering terlibat dengan infeksi kulit atau penyakit sistemik yang kronis
seperti diabetes mellitus, atau gagal ginjal.
Bakteri gram negatif adalah etiologi bakteri lain dari endoftalmitis. E. Coli
yang paling sering diantara bakteri gram negatif lainnya.
B. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau
infeksi sekunder atau komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan
yang membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma
tembus bolamata.
Organisme yang berada di konjungtiva, palpebra, ataupun pada
silia saat dilakukan operasi biasanya dapat menimbulkan endoftalmitis
pasca operasi.
Sebagian besar kasus endoftalmitis eksogen meningkat pasca operasi
atau pasca trauma tembus pada mata. Endoftalmitis pasca operasi adalah
kasus yang paling sering terjadi. Dari kasus - kasus tersebut 90% bakteri
gram positif sebagi penyebab seperti Staphylococcus yang berada pada
konjungtiva.
Penyebab tunggal yang paling sering dari endoftalmitis eksogen
adalah Staphylococcus epidermidis yang merupakan flora normal kulit dan
konjungtiva. Selain itu dapat juga disebabkan oleh Staphylococcus
Aureus dan streptococcus.sp
Sedangkan bakteri gram negatif yang paling sering menyebabkan
endoftalmitis
pasca
operasi
adalah
Pseudomonas
aeruginosa
dan Haemopilus.sp
Meskipun sangat jarang, namun endoftalmitis pasca operasi juga dapat
disebabkan oleh jamur seperti Candida, Aspergillus, dan species
penicillium.sp.
C.Endoftalmitis Traumatik
penyebab
endoftalmitis
trauma
yang
paling
sering
tersebut
atau
dari
mediator
radang
respon
imunologi.
integritas
bola
mata
yang
dapat
menyebabkan
10
kelainan
fisik
yang
dapat
ditemukan
menyebabkan
11
12
2.2.7 DIAGNOSIS
Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang
didapatkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka
diagnosis endoftalmitis sudah dapat ditegakkan.
2 .2.8. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab. Teknik
pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai
pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap
organisme spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis
dan toksisitas yang diketahui. Pada endoftalmitis yang disebabkan
oleh bakteri, terapi obat - obatan secara intraviteral merupakan
langkah pertama yang diambil. Pemberian antibiotik dilakukan
secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik
yang sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik
yang dapat diberikan dapat
ribosomal,
seperti
golongan
Chloramphenicol,
13
memuaskan
dari
pemberian
deksamethason
dalam
dengan dosis
14
Ketajaman
agen
kemungkinannya.
visual
pada
penyebabnya
Infeksi
streptococcus
sudah
saat
diagnosis
dapat
cenderung
dan
diprediksi
lebih
buruk
15
Aspergillus
Myceteae
Divisi
Amastigomycota
Kelas
Ascomycetes
16
Ordo
Eurotiales
Famili
Euroticeae
Genus
Aspergillus
Spesies
Aspergillus fumigatus
Aspergillus flavus
Aspergillus clavatus
Aspergillus nidulans
Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Aspergillus yermus
Aspergillus wentii
2.3.2 Morfologi
Aspergillus adalah mempunyai hifa bersepta dan miselium bercabang,
sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa fertil,
koloninya berkelompok, konidiofora bersepta atau nonsepta yang muncul
dari sel kaki, pada ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar dari
gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium
konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara,
konidiumkonidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hijau) yang
memberi warna tertentu pada jamur
17
Gambar 3. Aspergillus. sp
Aspergillus sp
beberapa
sinus, Aspergilosis
bentuk
yaitu
: Aspergilosis
paru, Aspergilosis
sistemik,
kulit,
Aspergilosis
bahkan
Aspergilosis
endoftalmitis.
2.3.3.Aspergillus flavus
18
Klasifikasi:
Super kingdom
: Eukaryota
Kingdom
: Fungi
Sub kingdom
: Dikarya
Phylum
: Ascomycota
Subphylum
: Pezizomycotina
Classis
: Eurotiomycetes
19
Sub classis
: Eurotiomycetidae
Ordo
: Eurotiales
Familia
: Trichocomaceae
Genus
: Aspergillus
Spesies
: Aspergillus flavus
Aspergillus
flavus
pada
sistem
klasifikasi
termasuk dalam
kapang
yang
terdahulu
20
produksi enzim dan asam organik, ekspresi protein asing serta fermentasi
pangan.
untuk
pertumbuhannya
terpenuhi.
Kondisi
ideal
tersebut
hijau,
coklat
atau
hitam
menyatakan
bahwa
tampilan
mikroskopis Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang (400800m) dan relatif kasar. Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh
21
dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari. Kapang
ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi kuning
kehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak
berwarna,sedang kan koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua.
Keberagaman
Aspergillus sub-
beberapa
penyebaran
Aspergillus flavus
yang
tinggi
juga
22
Aspergillus flavus
23
hingga
infeksi
invasif
yang
diasosiasikan
dengan
24
Jamur ini
Berbagai
spesies
Aspergillus
juga
menghasilkan
25
kerokan
kulit,
kerokan
kuku,
biopsi
jaringan
bercabang
dengan
atau
tanpa
spora,
ditemukan
26
5. Pengobatan
Pengobatan aspergilosis invasif pada penderita dengan
imunosupresif hanya memberi sedikit hasil. Hal yang sama juga
berlaku pada Endoftalmitis yang disebabkan Aspergillus, dimana
27
28
BAB III
PENUTUP
Endoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan mata yang
berat dan dapat
berdampak hilangnya fungsi estetik mata. Hal ini dapat terjadi akibat
respon mediasi system imun terhadap antigen ( sterile endophthalmitis)
ataupun akibat dari suatu infeksi.
Endoftalmitis ditandai oleh suatu peradangan pada segmen anterior
dan posterior mata yang terjadi sebagai suatu akibat dari infeksi bakteri
atau jamur. Candida albicans adalah penyebab paling sering yaitu sekitar
75 80 %, selain itu Aspergillus sp merupakan penyebab jamur tersering
kedua.
Penegakan diagnosa aspergilosis sebagian besar bergantung pada
adanya fragmen hifa dalam jaringan biopsi atau sekret dari spesimen yang
diperiksa dengan pemeriksaan langsung sekret yang akan diperiksa
dengan KOH.
Bahan
pemeriksaan
berasal
dari
sekret
mata. Pemeriksaan
29
30
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Tn AM
Tempat/tanggal lahir
Umur
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Kuli bangunan
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Sibolga
Masuk
ANAMNESA
Keluhan Utama
Telaah
RPO
: Tetes
mata
Insto,
C.Tobroson,
levofloxacin,
31
STATUS PRESENT
Sensorium
: Compos Mentis
Tekanan darah
HR
: 86 x/i
RR
: 20x/i
Temperatur
: 36O C
120/80 mmHg
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata
: Refleks
Cahaya
conjungtiva
(+/+),
Tarsal
pupil
Hiperemis
isokor,
(+),
: dbn
Leher
Thorax
Abdomen
Extremitas
: dbn
Diagnosa Kerja :
Keratitis OS
32
C.Timolol ED 2xgtt1 OS
Glaucon tab 2 x 200 mg
Levofloxacin tab 1 x 500 mg
Ranitidin tab 2 x 1
Metilpredisolon tab 4mg ( 4 5 4 )
Kontrol ulang 3 hari
Satuan
g%
106/mm3
103/mm3
%
103/mm3
Fl
Pg
g%
%
fL
%
fL
Hasil
16.6
5.77
14.16
50
282
86
28.80
33.30
12.5
9.0
0.250
10.1
Rujukan
13.2-17.3
4.20-4.87
4.5-11.0
43-49
150-450
85-95
28-32
33-35
11.6-14.8
7.0-10.2
%
%
%
%
%
89.4
8.20
2.30
0.00
0.000
37-80
20-40
2-8
1-6
0-1
Kesan : Leukositosis
Kimia Klinik
Metabolisme Karbohidrat
Satuan
Hasil
Rujukan
33
mg/dL
Satuan
mEq/L
mEq/L
AST / SGOT
ALT / SGPT
130
Hasil
146
5.6
<200
Rujukan
135-155
3.6-5.5
: Kultur Sensitivity
Jenis Bahan
: Sekret mata
Kuman
Pewarnaan Gram :
Waktu Pengambilan Bahan :
Jenis bahan
Hasil
09 Mei 2016
Secret Mata
Negatif
Negatif
Spora
: Positif
Hypae
: Positif
Yeast Cell
: Positif
Direct KOH
Waktu pengambilan sample : 09 Mei 2016
Jenis Bahan
: Secret Mata
Hasil
:
Spora
: Positif
34
Hypae
: Positif
Yeast Cell
: Positif
: Keruh (+)
Ranitidin tab 2 x 1
C.Lyters ED 6xgtt OS
C. Natacent ED /jam OS
35
Ranitidin tab 2 x 1
C.Lyters ED 6xgtt OS
C. Natacent ED /jam OS
36
Daftar Pustaka
1.Weishaar PD, Flynn HW Jr, Murray TG, et al. Endogenous aspergillus
endophthalmitis: clinical features and treatment outcomes. Ophthalmology
1998;105:5765. [PubMed]
2. Sihota R, Agorwal HC, Grover AK, et al. Aspergillus endophthalmitis. Br
J Ophthalmol 1987;71:61113. [PMC free article] [PubMed]
3. Rao NA, Hidayat AA. Endogenous mycotic endophthalmitis: variation in
clinical and histopathologic changes in candidiasis compared with
aspergillosis. Am J Ophthalmol 2001;132:24451. [PubMed]
4. Kalina PH, Campbell J. Aspergillus terreus endophthalmitis in a patient
with chronic lymphocytic leukemia. Arch Ophthalmol 1991;109:1023.
[PubMed]
5. Hara KS, Reju JH, Lie TS, et al. Disseminated aspergillus terreus
infection in immunocompromised hosts. Mayo Clin Proc 1989;64:7705.
[PubMed]
6. Sridhar J, Flynn HW Jr, Kuriyan AE, Miller D, Albini T. Endogenous
fungal endophthalmitis: risk factors, clinical features, and treatment
outcomes in mold and yeast infections. J Ophthalmic Inflamm Infect. 2013.
3(1):60. [Medline]
7.Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.Edisi ke-5. 2014. hlm : 152-186.
8. Morosidi, S.A., Paliyama, M.F. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UKRIDA. 2011. Hal 38-45.
9. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Ed 3 Cet 7. Jakarta : FKUI ; 2009
10. Sudoyo Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi IV. Jakarta : FKUI ;
2009
11. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi
Umum (GeneralOphthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000
37