You are on page 1of 17

ACARA I

Fauna Tanah dan Layanan Agrofungsional:


Porositas Tanah
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tumbuh
tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang hara dan sumber penyuplai hara atau nutrisi
(meliputi: senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, dan Cl); dan
secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif
(pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral
mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan,
maupun kehutanan.
Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua
makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh
atau sebagian dari fase hidupnya berada dalam sistem tanah. Fauna pada
ekosistem tanah terdiri atas makro fauna dan mikro fauna. Makro fauna
tanah meliputi herbivora seperti Annelida (cacing tanah), Dipolopoda (kaki
seribu) dan Insecta (serangga). Keberadaan makro fauna dalam ekosistem
tanah tidak saja menyumbangkan bahan-bahan tanah yang akan dirombak
oleh jasad Saprofop (pengurai) sehingga menambah kandungan zat
organik tanah, tetapi juga membentuk agregasi tanah. Pada ekosistem
tanah yang banyak dihuni oleh makro fauna tanah, struktur tanah menjadi
gembur mempunyai porositas yang tinggi. Keadaan yang demikian akan
menyebabkan mikro flora dan mikro fauna pendekomposer melimpah dan
menungkat aktifitasnya, sehingga akan meningkatkan kesuburan tanah.
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang
terdapat dalam suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan

udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah.


Tanah yang poreus berarti tanh yang cukup mempunyai ruang pori untuk
pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang secara leluasa ,
sebaliknya jika tanah tidak poros. Tanah tersusun dari butiran tanah atau
partikel lainnya dan rongga-rongga atau pori di antara partikel butiran
tanah. Rongga-rongga terisi sebagian atau seluruhnya dengan air atau zat
cair lainnya. Rongga-rongga tanah yang tidak terisi oleh air atau zat cair
akan terisi oleh udara atau bentuk lain dari gas. Sifat-sifat mekanis penting
tanah, seperti kekuatan (strength) dan pemampatan (compressibility),
secara langsung berhubungan dengan atau paling tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor dasar seperti rapat masa (density), berat volume (unit weight),
angka pori (void ratio), dan derajat kejenuhan (degree of saturation).
2. Tujuan
Praktikum acara 1 yang berjudul Fauna Tanah dan Layanan
Agrofungsional: Porositas Tanah ini bertujuan untuk:
a. Mempelajari keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah
pada sistem penggunaan lahan (SPL) pertanian.
b. Mempelajari populasi masing-masing jenis mesofauna dan
makrofauna tanah pada SPL pertanian.
c. Mempelajari hubungan antara populasi mesofauna dan makrofauna
pada sistem penggunaan lahan pertanian dengan porositas tanah.
3. Waktu dan tempat praktikum
Praktikum acara 1 yang berjudul Fauna Tanah dan Layanan
Agrofungsional: Porositas Tanah ini dilaksanakan pada 30 April 2016 dan
1 Mei 2016 bertempat di Lahan Praktikum Fakultas pertanian Desa
Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.

B. Tinjauan Pustaka
Analisis porositas tanah dihitung dengan persamaan P= (1-BI/
BJ)x100%, dimana P=porositas (%), BI=bobot isi (gram/cm3), dan BJ=berat
jenis (gram/cm3). Analisis penetapan bobot isi menggunakan metode cilinder,
sedangkan analisis penetapan berat jenis menggunakan metode pignometer
(Utaya 2008).
Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam
habitatnya. Pada ekosistem binaan, keberadaannya dapat bersifat positif
(menguntungkan) maupun negatif (merugikan) bagi sistem budidaya. Pada
satu sisi makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan tanah melalui
perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah dan
sebagainya, tetapi pada sisi lain juga dapat berperan sebagai hama berbagai
jenis tanaman budidaya. Dinamika populasi berbagai jenis makrofauna tanah
menentukan perannya dalam mendukung produktivitas ekosistem binaan.
Dinamika populasi makrofauna tanah tergantung pada faktor lingkungan yang
mendukungnya, baik berupa sumber makanan, kompetitor, predator maupun
keadaan lingkungan fisika-kimianya (Sugiyarto et al. 2007).
Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang
berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah melalui
proses imobilisasi dan humifikasi. Makrofauna tanah berperan dalam proses
fragmentasi, serta memberikan fasilitas lingkungan (mikrohabitat) yang lebih
baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok
mesofauna dan mikrofauna tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi
(Rizqiyah 2013).
Untuk menangkap makrofauna epigeik digunakan pitfall trap berupa
gelas plastik, yang telah diisi larutan deterjen, dan diberi sungkup plastik pada
bagian atasnya. Pitfall trap ditanam selama 24 jam. Setiap petak perlakuan
ditanam 3 pitfall trap. Makrofauna yang terperangkap selanjutnya
diidentifikasi di laboratorium, dan spesimen diawetkan dalam botol plastik
yang berisi alkohol 75% (Dewi et al. 2008).
Mesofauna tanah dikoleksi dengan metode Ekstraksi tanah Corong
Barlese-Tullgren: Sampel tanah diambil dari kedalaman 0-20 cm. Sampel
tanah dimasukkan dalam saringan, kemudian dimasukkan dalam corong yang

ujung bawahnya dipasang botol koleksi yang berisi alkohol 70% 4 cm dari
dasar botol. Corong diletakkan di atas papan ekstraktor yang berlubanglubang dan bagian atas corong ditutup dengan corong penutup yang bagian
dalamnya dipasang lampu listrik 10 watt. Sampel tanah diekstraksi selama 2
hari. Mesofauna yang turun pada botol koleksi kemudian diidentifikasi di
laboratorium. (Wulandari et al. 2005).
Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat bergantung pada
ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya,
seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan
aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi
mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah
akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif
bagi kesuburan tanah. Jika dilihat dari jenis-jenis yang ditemukan di ketiga
lokasi, keberadaan mesofauna tanah di lahan bekas tambang masih sangat
kurang. Hal ini disebabkan ketersediaan sumber makanan sebagai energi bagi
mesofauna tanah masih sangat sedikit (Hilwan dan Handayani 2013).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Frame monolit
Gelas plastik
Plastik penutup
Tiang bambu
Nampan plastik
Ember plastik
Cangkul
Cetok
Kuas kecil
Pinset
Kantong plastik
Kertas label
Botol plastik atau flakon

2. Bahan
a. Alkohol 70%
b. Formalin 4%
c. Larutan detergent
d. Ctka 2 mm.
e. Aquadest
f. Tanah bongkah asli (ring sampel).

n. Saringan plastik dengan


o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.

mata lubang halus


Cawan pemanas.
Lampu bunsen.
Pipet ukur.
Benang.
Timbangan analitik.
Thermometer.
Piknometer.
Kawat pengaduk.
Corong kaca.
Tabel BJ.
Tissu.

g. Air.
h. Lilin.
3. Cara Kerja
a. Metode Perangkap Jebak
1) Menentukan lokasi praktikum yang akan digunakan dalam
pengamatan
2) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3) Membuat transek seluas 200 m2 atau menyesuaikan dengan kondisi
aktual lahan.
4) Membuat lubang jebak sebanyak 2 buah per kelompok, dengan
ukuran diameter sekitar 15 cm, atau disesuaikan dengan alat yang
digunakan untuk memerangkap fauna. Jarak antar lubang jebak
adalah sekitar 8 m atau menyesuaikan kondisi lahan. Membuat atap
plastik untuk melindungi alat jebak tersebut
5) Memasukkan larutan deterjen sebanyak sekitar 50 ml ke dalam alat
jebak yang sudah dipasang. Membiarkan alat jebak tersebut
terpasang selama 24 Jam.
6) Setelah 24 jam, mengambil alat jebak tersebut, dan membawa ke
laboratorium untuk pengamatan keragaman fauna yang diperoleh.
Memberi label yang menunjukkan identitas lokasi dan waktu
pengamatan.
7) Penanganan spesimen: Menyiapkan saringan plastik dengan mata
lubang saring yang sangat lembut sehingga tidak mampu meloloskan
spesimen yang diperoleh. Menuangkan larutan deterjen+spesimen
yang didapat dari lapangan ke dalam saringan. Mencuci dengan air
secara hati-hati supaya tidak ada spesimen yang hilang tercuci.
Memasukkan spesimen yang sudah bersih ke dalam botol plastik
yang telah berisi alkohol 75% sebanyak sekitar 25 ml atau
tergantung pada banyaknya spesimen yang didapat. Memberi label
sesuai dengan label semula.
8) Mengamati fauna yang didapat dengan menggunakan mikroskop dan
identifikasi karakter morfologi, serta mencocokkan dengan kunci
identifikasi fauna sehingga jenis fauna diketahui.
9) Mengitung populasi per jenis fauna per pitfall. Memasukkan data
fauna yang didapat ke dalam Tabel 1.

10) Menentukan Indek Diversitas berdasarkan rumus Indek Diversitas


Shanon-Wiener.
11) Mencatat kondisi lingkungan di sekitar SPL, baik abiotik maupun
biotik, yang dapat digunakan sebagai data pendukung untuk
pembahasan data aktual.
b. Metode Barlese
1) Mengambil bongkah tanah dari lapangan, sekitar 0,5 kg.
Pengambilan bongkah tanah bisa dari hasil galian saat pembuatan
pitfall trap ataupun monolit tanah. Memasukkan bongkah tanah ke
dalam plastik dan diberi label.
2) Mengulangi langkah 1 sebanyak 2 kali, sebagai ulangan.
3) Membawa contoh tanah tersebut ke laboratorium.
4) Menyiapkan perlengkapan alat Barlese untuk mengisolasi fauna
anesik dan endogeik
5) Meletakkan bongkah tanah ke dalam corong Barlese yang sudah
diberi saringan.
6) Menyiapkan gelas piala yang sudah diisi sekitar 25 ml alkohol 75%.
Meletakkan gelas piala tersebut pada bagian bagian bawah corong
Barlese.
7) Memberi lampu pada bagian atas corong. Fauna yang ada akan
menjauhi lampu dan diharapkan terjatuh dan terperangkap dalam
gelas piala yang berisi alkohol.
8) Membiarkan proses tersebut selama 24 jam.
9) Setelah 24 jam, Mengamati gelas piala yang telah berisi spesimen di
bawah mikroskop.
10) Mengamati fauna yang didapat dengan menggunakan mikroskop dan
mengidentifikasi karakter morfologi, serta mencocokkan dengan
kunci identifikasi fauna sehingga jenis fauna diketahui.
11) Menghitung populasi per jenis fauna per pitfall. Memasukkan data
fauna yang didapat ke dalam Tabel
12) Menentukan Indek Diversitas berdasarkan rumus Indek Diversitas
Shanon-Wiener.
13) Mencatat kondisi lingkungan di sekitar SPL, baik abiotik maupun
biotik, yang dapat digunakan sebagai data pendukung untuk
pembahasan data aktual.
c. Metode Monolit Tanah

1) Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan, seperti cangkul,


nampan plastik, ember plastik, kuas gambar, botol plastik untuk
tempat spesimen cacing yang berisi formalin 4%, label, kantong
plastik, alat tulis.
2) Menentukan lokasi pembuatan monolit, berselang-seling dengan
lokasi pitfall trap.
3) Membuat monolit tanah dengan ukuran 25 cm x 25 cm x 30 cm.
4) Mengiris monolit tanah pada kedalaman 0-10 cm untuk mengisolasi
cacing tanah pada lapisan tersebut. Caranya: memasukkan irisan
tanah ke dalam ember. Mengambil sampel tanah tersebut sedikit
demi sedikit, dan meletakkannya dalam nampan plastik untuk
mengisolasi cacing tanah dan cocon (telur cacing) yang didapat.
Memasukkan spesimen cacing yang didapat ke dalam botol plastik
yang berisi formalin 4%, dan memberi label (lapisan tanah, tanggal,
monolit ke berapa, dll.).
5) Melakukan langkah d) untuk mengisolasi cacing tanah pada
kedalaman lapisan 10-20 cm, dan 20-30 cm.
6) Membawa spesimen yang sudah didapat ke laboratorium untuk
identifikasi.
7) Mencuci spesimen cacing tanah yang diperoleh dengan air, bersihkan
secara perlahan-lahan untuk menghindari rusaknya spesimen.
8) Memasukkan spesimen cacing tanah yang sudah bersih ke dalam
botol plastik yang berisi alkohol 75%. Memberi label yang berisi
identitas pada botol spesimen.
9) Mengamati spesimen cacing tanah yang sudah bersih dengan
menggunakan mikroskop dan mengidentifikasi karakter morfologi,
serta mencocokkan dengan kunci identifikasi sehingga jenis cacing
diketahui.
10) Menghitung populasi cacing per lapisan kedalaman tanah.
11) Memasukkan data cacing yang didapat ke dalam Tabel
12) Menentukan Indek Diversitas berdasarkan rumus Indek Diversitas
Shanon-Wiener.
13) Mencatat kondisi lingkungan di sekitar SPL, baik abiotik maupun
biotik, yang dapat digunakan sebagai data pendukung untuk
pembahasan data aktual.

14) Membuat laporan praktikum.


d. Metode Analisa Porositas Tanah
1) Cara kerja pada pengamatan Analisa Struktur Tanah dengan cara:
i.
Mengikat bongkah tanah dengan benang dan menimbang (a gr).
ii.
Mencairkan lilin sampai suhu lilin 60oC, kemudian
mencelupkan tanah ke dalam cairan lilin sampai terbungkus
sempurna.
iii.
Menimbang tanah berlilin (b gr).
iv. Mengisi tabung dengan aquadest sampai volume tertentu (p cc).
v. Memasukkan tanah berlilin ke tabung ukur.
vi.
Mencatat volume air setelah tanah dimasukkan (q cc).
2) Cara kerja pada pengamatan Bobot Jenis dengan cara:
i.
Mengambil piknometer kosong dan kering kemudian
ii.

menimbang beserta tutupnya (a gr).


Mengisi piknometer dengan aquades sampai penuh kemudian
menutupnya hingga ada aquades yang keluar dan mengeringkan
aquades yang menempel pada bagian luar piknometer dengan

iii.

tissue dan menimbangnya (b gr).


Mengukur suhu dengan thermometer dan menentukan BJnya

iv.

dengan melihat tabel BJ sesuai suhu yang diukur (BJ1).


Membuang air dan membersihkannya hingga kering kemudian
mengisi piknometer dengan tanah 5 gr dan memasang tutupnya

v.

serta menimbangnya (c gr).


Mengisi piknometer yang telah ditimbang dengan aquades

vi.

hingga separuh volume.


Mengaduknya sampai tidak ada gelembung udara dan
membiarkannya semalam dalam keadaan piknometer tutup

vii.

sumbatnya.
Membuang gelembungnya lalu mengisi piknometer dengan

viii.

aquades sampai penuh dan menimbangnya (d gr).


Mengukur suhu dengan thermometer dan memnentukan BJnya
sesuai tabel (BJ2).

z.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
aa.
Tabel 1.1 Jenis dan Populasi Mesofauna dan Makrofauna pada
SPL pertanian.
ab.
o

ac. kelompok

aw.
h
bp.
c
ci.
o
db.
h
du.
a
en.
i
fg.
p
fz.
d
gs.
c
hl.
c
ie.
a
ix.
h
jq.
s
kj.
j
lc.
o

le.
ld. kelompok
lt.

10

lu.
h

mi.
1

mj.
c

mx.
1
nm.
2

my.
o
nn.
h
oc.
a

ob.
2
oq.
1

or.
i

pf.
2

pg.
p

pu.
2

pv.
d

qj.
4
qy.
1

qk.
c
qz.
c

rn.
7

ro.
a

sc.
1

sd.
h

sr.
1

ss.
s

tg.
1
tv.
1

th.
j

tw. Sumber : Data rekapan


tx.

Tabel 1.2 Perhitungan Populasi Mesofauna dan Makrofauna


pada SPL pertanian
ty.
KR

tz.
F

ua.
do

ub.
H

11

uc.
0,5

ud.
0,

ue.
0,

uf.
0

ug.
0,0

uh.
0,

ui.
0,

uj.
0

uk.
0,1

ul.
0,

um.
0,

un.
0

uo.
0,0

up.
0,

uq.
0,

ur.
0

us.
0,0

ut.
0,

uu.
0,

uv.
0

uw.
0,1

ux.
0,

uy.
0,

uz.
0

va.
0,0

vb.
0,

vc.
0,

vd.
0

ve.
0,0

vf.
0,

vg.
0,

vh.
0

vi.
0,0

vj.
0,

vk.
0,

vl.
0

vm.
0,0

vn.
0,

vo.
0,

vp.
0

vq.
0,0

vr.
0,

vs.
0,

vt.
0

vu.

vv.

vw.

vx.

12

0,0
vy.
0,0
wc.

0,

0,

vz.
0,

wa.
0,

wb.
0

Sumber : Data rekapan


wd.

13

we.
wf.

Grafik 1.1 Jumlah Populasi Tiap Mesofauna dan Makrofauna

2.5
2
1.5
NILAI

dominan
KR
FR
H indeks

0.5
0

ORDO

wg.
Sumber : Data rekapan
2. Pembahasan
wh.
Mikroba yang terdapat dalam tanah sangatlah banyak
jumlahnya antra lain fungi, bakteri, virus, mikroflora dan aktinomisetes.
Masing-masing biota tersebut mempunyai peranannya bagi kesuburan
tanah maupun kesehatan tanah. Misalnya bakteri penambat fosfat yang
dapat menyediakan fosfat bagi tanaman dan bakteri penambat nitrogen
yang mampu mengikat nitrogen bebas dari atmosfer. Menurut Ernawati
(tahun 2008) grup-grup fauma tanah yang menguntungkan berperan
sebagai saprofagus, geofagus dan predator. Saprofagus adalah fauna
pemakan sisa-sisa organik sehingga mempercepat proses dekomposisi dan
mineralisasi serta meningkatkan populasi mikroba tanah. Geofagus dalah
fauna pemakan campuran tanah dan sisa bahan organik yang secara tidak

14

langsung dapat meningkatkan porositas, membantu penyebaran unsur hara,


memperbaiki proses hidrilogi tanahdan meningkatkan pertukaran udara di
dalam tanah. Predator yaitu fauna pemakan organisme pengganggu
sehingga sebagai pengendali populasi hama dan penyakit.
wi.Pitfall trapping atau jebakan penjatuh Tambunan et al (2013)
adalah salah satu metode yang banyak digunakan untuk mengambil data
serangga yang ada dipermukaan tanah atau serasah. Perangkap pitfalls trap
dapat digunakan untuk menangkap serangga yang aktif pada siang maupun
malam hari. Pitfalls traps terbuat dari gelas plastik berukuran diameter 10
cm dan tinggi 12 cm. Metode ini juga digunakan untuk hepertofauna.
Herpetofauna adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk kelompok
binatang amfibi dan reptil.
wj.Selain penggunaan metode pitfall, penjebakan serangga tanah
dapat dilakukan menggunakan metode monolith atau medode kuadrat.
Metode kuadrat merupakan metode pengambilan sample makrofauna
dengan pembuatan monolith yang berukuran 25x25x30 cm3. Metode ini
bertujuan untuk mengetahui populasi cacing yang ada di dalam tanah.
Penankapan makrofauna tanah menggunakan monolith dilakukan tiga kali
yaitu pada lapisan 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm. Masing-masing
lapisan dicari makrofauna tanah. Meode dengan cara ini sesuai untuk
mengamati makrofauna tanah epigeik dan endogeik.
wk.
Populasi makrofauna didalam tanah

pada

dasarnya

dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis tanah, kelembaban, vegetasi


yang dominan, serta kerapatan vegetasi di dalamnya. Berdasarkan hasil
pengamatan terlihat bahwa semakin dalam, jumlah dan keragaman
makrofauna semakin kecil. Hal tersebut terjadi karena, seperti halnya
dengan makluk hidup yang lainya, makrofauna tanah membutuhkan
oksigen dan bahan makanan. Adapun keberadaannya didalam tanah,
semakin dalam kedalaman suatu tanah maka jumlah oksigen semakin
berkurang, juga tentang bahan makanan karena bahan makanan
makrofauna ialah bahan organik, dimana bahan organik ini terakumulasi
didaerah permukaan tanah yang berasal dari seresah-seresah tanaman.

15

Pengaruh vegetasi, bahwa semakin beragamnya vegetasi yang ada pada


tanah maka semakin banyak makrofauna yang tinggal di dalamnya karena
merupakan sumber bahan makanan.
wl.Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang
terdapat dalam suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan
udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah.
Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk
pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang secara leluasa,
sebaliknya jika tanh tidal porous. Porositas tanah adalah kemampuan tanah
dalam menyerap air berkaitannya dengan tingkat kepadatan tanah.
Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka
porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap
air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
wm. Berdasarkan hasil praktikum Tanah sebagai Habitat Makrofauna
dan Mikrobiota maka dapat disimpulkan yaitu:
a. Makrofauna dan mikrobiota berperan sebagai penambah kesuburan
tanah.
b. Penangkapan Makrfoauan menggunakan 2 metode yaitu metode pit fall
dan monolith.
c. Makrofauna tanah terbagi menjadi tiga jenis yaitu epigeik, anesik dan
endoseik. Epigeik yaitu makrofauna yang hidup di permukaan tanah,
aneksik yaitu makrofauna yang mencari makan di permukaan tanah
kemudian dibawa ke dalam tanah dan endogeik yaitu makrofauna yang
hidup di dalam tanah.
2. Saran
wn.

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum ini adalah

seharusnya coas bisa memberitahukan segala hal yang berhubungan


dengan pengerjaan laporan jauh hari sebelum waktu deadline, sehingga
praktikan dapat mengerjakan laporan dengan semaksimal mungkin dan
tidak asal-asalan dalam pengerjaannya.
wo.

16

wp.

17

wq.DAFTAR PUSTAKA
wr.

Dewi. W. S, Handayani. P, dan Sumani. 2008. Keragaman dan Layanan


Ekologi Makrofauna Epigeik pad Pertanaman Wortel (Daucus Carota L.)
yang Diberi Berbagai Imbangan Pupuk Organik dan Anorganik. Jurnal Ilmu
Tanah dan Agroklimatologi. Vol 5(3): 113-120.
ws. Hilwan. I, dan Handayani. E. P. 2013. Keanekaragaman Mesofauna dan
Makrofauna Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten
Belitung, Provisi Kepulauan Bangka-Belitung. Jurnal Silvikultur Tropika.
Vol 4(1) : 35-41.
wt. Rizqiyah. W. 2013. Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai
Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat.
Skripsi. Bogor: Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
wu. Sugiyarto, Efendi. M, Mahajoeno. E, Sugito. Y, Handayanto. E, dan
Agustina. L. 2007. Preferensi Berbagai Jenis Makrofana Tanah Terhadap
Sisa Bahan Organik Tanaman pada Intensitas Cahaya Berbeda.
BIODIVERSITAS. Vol 7(4): 96-100.
wv. Tambunan, Bakti dan Zahara 2013. Keanekaragaman Arthropoda pada
Tanamanan Jagung Transgenik. Jurnal Online Agroekoteknologi 1 (3) : 744758.
ww. Utaya S. 2008. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Sifat
Biofisik Tanah dan Kapasitas Infiltrasi Di Kota Malang. Jurnal Forum
Geografi. Vol 22(2) : 99-112.

You might also like