You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA TINGKAT


DASAR
Dosen PJ : Listumbinang Halengkara, S.Si., M.Sc.
Praktikum 1 : Identifikasi Penutup Lahan pada Citra Secara Visual
Menggunakan Unsur-Unsur Interpretasi

Disusun oleh :
Robby Tri Mulyanto
(1413034057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

ACARA 1
Identifikasi Penutup Lahan pada Citra Secara Visual Menggunakan Unsur-Unsur
Interpretasi
I.

Tujuan
Melakukan Identifikasi jenis tutupan lahan pada citra secara visual
menggunakan unsur-unsur Interpretasi. Praktikum ini juga bermanfaat dalam
mengetahui cara-cara interpretasi, yang terutama mencakup pemahaman tentang
unsur-unsur interpretasi dan kenampakannya pada berbagai skala citra foto
penginderaan jauh dalam menentukan jenis obyek.

II.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan meliputi:
Stereoskop
Spidol OHP
Kertas Transparan
Penggaris
Selotip
Bahan yang digunakan:

III.

Foto udara wilayah Bandar Lampung Tahun 1996

Tinjauan Pustaka
Apabila kita melihat foto udara, kita melihat berbagai objek yang ukuran dan
bentuknya berbeda-beda. Beberapa objek tersebut mungkin dapat dikenali
secara langsung tetapi yang lain mungkin tidak dapat dikenali, tergantung pada
persepsi dan pengalaman individual kita. Apabila kita dapat mengenali apa yang
kita lihat pada foto dan menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain,
maka kita sedang berlatih interpretasi foto udara. Foto udara berisi data
fotografik mentah. Data tersebut bila diproses oleh otak manusia menjadi
informasi yang berguna. Interpretasi citra sendiri merupakan kegiatan
pengkajian foto udara atau citra satelit untuk mengidentifikasi obyek dan
menilai arti pentingnya obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975).
Interpretasi citra secara visual menurut Vink (1965) dilakukan melalui enam
tahap yaitu deteksi, identifikasi, analisis, deduksi, klasifikasi dan idealisasi.
Kegiatan deteksi merupakan kegiatan penyadapan data secara selektif atas
obyek yang tampak langsung dan tidak tampak langsung atau sulit dikenali.
Obyek yang dikenali kemudian dipisahkan dengan cara penarikan garis batas

antara kelompok yang memiliki kesamaan ujud. Proses deduksi pada dasarnya
untuk memastikan obyek berdasarkan konvergensi bukti atau ciri-ciri yang
mengarah pada obyek tersebut. Berikutnya dilakukan klasifikasi atau
pengelompokkan obyek kedalam kelas-kelas berdasarkan kesamaan antara
obyek dan secara idealis merupakan kegiatan menggambar hasil interpretasi
yang dilakukan.
Studi secara sistematik atas foto udara biasanya meliputi beberapa sifat khas
dasar kenampakan yang tergambar pada foto. Karakteristik/sifat khas yang tepat
yang berguna untuk beberapa tugas tertentu dan cara memikirkannya,
tergantung pada bidang terapannya. Sebagian besar terapan mempertimbangkan
tujuh karakteristiknya dasar atau variasinya, yakni: bentuk, ukuran, pola,
bayangan, rona,tekstur, dan situs.
Bentuk ialah konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Bentuk beberapa obyek
demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung hanya
berdasarkan kriteria ini.
Ukuran obyek pada foto udara harus dipertimbangkan sehubungan dengan
skala foto.
Pola ialah hubungan susunan spasial obyek. Pengulangan bentuk umum
tertentu atau hubungan merupakan karakateristik bagi banyak obyek alamiyah
maupun bangunan, dan akan memberikan suatu pola yang membantu penafsir
untuk mengenali obyek tersebut.
Bayangan penting bagi penafsir dalam dua hal yang bertentangan, yaitu: (1)
bentuk atau kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil suatu obyek
(dapat membantu interpretasi), dan (2) obyek di bawah bayangan hanya dapat
memantulkan sedikit cahaya dan sukar diamati pada foto (menghalangi
interpretasi).
Rona ialah warna atau kecerahan relatif obyek pada foto.
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur
dihasilkan oleh kumpulan unit kenampakan yang mungkin terlalu kecil apabila
dibedakan secara individual pada foto udara, seperti daun tumbuhan dan
bayangannya. Tekstur merupakan hasil gabungan dari bentuk, ukuran, pola,
bayangan, dan ronanya. Apabila skala foto udara diperkecil, tekstur beberapa
obyek menjadi makin halus dan mungkin tidak tampak
Situs atau lokasi obyek dalam hubungannya dengan obyek yang lain, dapat
sangat berguna untuk membantu pengenalan suatu obyek.

IV.

Langkah Kerja
1. Siapkan foto udara yang akan diinterpretasi
2. Letakkan foto udara tersebut pada meja praktikum
3. Letakkan selembar kertas transparan di atas foto udara tersebut
4. Lakukan identifikasi/interpretasi obyek penutup lahan yang tampak pada
foto udara tersebut dengan menggunakan spidol OHP
5. Gunakan unsur-unsur interpretasi dalam melakukan identifikasi setiap
kenampakan penutup lahan
Jika bahan yang digunakan adalah foto udara yang bertampalan , maka
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Siapkan alat stereoskop di meja praktikum.
2. Letakkan dua buah foto udara bertampalan di bawah stereoskop.
3. Sesuaikan jarak antara kedua foto udara tersebut agar kenampakan tiga
dimensi terlihat jelas melalui stereoskop. Gunakan selotip untuk menahan
agar foto udara tidak bergerak pada saat digunakan.
4. Letakkan kertas transparan di atas foto udara sebelah kanan.
5. Lakukan identifikasi/interpretasi penutup lahan yang tampak pada foto
tersebut menggunakan spidol OHP.

V.

Hasil Praktikum
Hasil pembatasan (delineasi) tutupan lahan wilayah Bandar Lampung Tahun
1996 (Data Terlampir)

VI.

Pembahasan
Secara umum untuk dapat membedakan obyek maka di bagi rona foto udara
kedalam 6 kelas yaitu dari hitam-hitam keabuan, abu-abu kehitaman, abu-abu,
abu-abu keputihan, putih keabuan dan putih. Obyek yang berona hitam
merupakan obyek yang cenderung menyerap cahaya, Sedangkan obyek yang
tampak putih umumnya obyek yang memantulkan cahaya lebih banyak dari pada
yang diserap. Kenampakan rona obyek pada rona foto udara dari hitam ke puti
sebagai berikut :

Rona hitam yang ditimbulkan foto udara disebabkan karena obyek yang
bersifat menyerapkan cahaya atau obyek yang vegetasi dapat berupa Hutan,
semak belukar dan kebun campuran. Demikian juga rona hitam keabuan sampai
abu-abu, sedangkan obyek yang menampakkan rona putih sampai putih keabuan
cenderung tidak menyerap cahaya antara lain tubuh air, lahan terbuka dan areal
persawahan.
Hasil pembatasan (delineasi) jenis penutupan lahan dapat dilihat pada gambar
3. Pada gambar 3 memperlihatkan pembatasan obyek penutupan/penggunaan
lahan yang kurang lebih memiliki kesamaan dalam rona dan tekstur rona.
Permukiman Bayangan (Pr) berona abu-abu tekstur sedang, kebun campuran
berona hitam, hitam keabuan dan abu-abu keputian dengan tekstur yang kasar,
lahan semak belukar (Sb) berona hitam ke abu-abuan sampai abu-abu bertekstur
halus sampai sedang, hutan sekunder (Hs) berona hitam ke abuan sampai abu-abu
tekstur halus sampai sedang, dan lahan terbuka (Lt) berona putih tekstur halus.
Dalam interpretasi tutupan lahan foto udara bisa dilakukan dengan cara
manual dan bisa juga menggunakan alat yang dinamakan Stereoskopik untuk
menampilkan pandangan tiga dimensi bagi medan. Efek ini dimungkinkan karena
kita mempunyai dua arah pengamatan. Artinya, karena kita mempunyai dua mata
terpisah kita terus-menerus mengamati bumi dari dua arah pandangan. Apabila
obyek terletak pada tempat yang berbeda jaraknya, maka setiap mata akan
mengamati obyek yang sedikit berbeda. Perbedaan oleh dua pengamatan itu
disatukan oleh otak yang menghasilkan kesan kedalaman. Dengan demikian
maka pengamatan yang diberikan oleh dua mata kita yang terpisah, dapat
memberikan kesan tiga dimensional.
VII.

Kesimpulan
Interpretasi citra/foto udara adalah kegiatan mengkaji citra/foto udara untuk
mengenali obyek yang memiliki nilai. Berdasarkan hasil interpretasi yang
dilakukan terhadap data penginderaan jauh yaitu Foto udara Wilayah Bandar
Lampung disimpulkan bahwa :
1. Perbedaan skala/resolusi data penginderaan jauh mempengaruhi penampakan
obyek penutupan lahan.
2. Citra interpretasi foto udara menggunakan alat Stereoskop dapat menampilkan
pandangan tiga dimensi, jadi semakin nyata peta yang dilihat terutama pada
Topografi atau ketinggian objek

3. wilayah yang di interpretasi memiliki posisi pesisir dengan tutupan lahan yang
di dominasi oleh hutan sekunder dan semak belukar. Pola permukiman masih
menyebar dan mengikuti situs yang ada seperti jalan dan sungai. Ada satu
sungai yang mengalir dan bermuara ke laut, hal ini dibuktikan dengan
sedimentasi yang ada di bibir bantai dan ditumbuhi vegetasi.
4. Interpretasi citra semakin baik apabila ukuran obyek besar dan pola sebaran
yang mengelompok.
VIII.

Daftar Pustaka

Lilesand,Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Andi. Yogyakarta

LAMPIRAN

You might also like