Professional Documents
Culture Documents
Kata kloning berasal dari bahasa inggris Cloning yaitu suatu usaha untuk menciptakan
duplikat suatu organisme melalui aseksual (tanpa hubungan antara laki-laki dan perempuan)
atau dengan kata lain membuat foto copi atau penggandaan dari suatu makhluk melalui cara
non seksual.
Menurut Bakri, H.M. Nurchalis (1996), Rekayasa genetika adalah istilah dalam ilmu biologi
yang artinya secara umum adalah usaha manusia dalam ilmu biologi dengan cara
memanipulasi (rekayasa) sel, atau gen yang terdapat pada suatu organisme tertentu dengan
tujuan menghasilkan organisme jenis baru yang identik secara genetika.
Dalam pandangan islam, kloning adalah persoalan kontemporer yang hukumnya sendiri tidak
pernah dibicarakan dalam al-Quran maupun Hadist dan ijtihad para ulama Mutaqaddimin.
Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menetapkan hukumnya adalah melalui ijtihad.
Disamping itu proses perkembangan manusia pertama-tama diatur perkawinan yang sah
menurut Islam. Dan perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita
sebagai suami isteri berdasarkan hukum (UU), hukum agama atau adat istiadat yang berlaku
seperti firman Allah dalam al-Quran surat Adz-Dzariyat : 49.
Kawat Gigi
1. Sejarah
Pada awalnya Celcus pada tahun 25 SM mengemukakan teori: Gigi dapat digerakkan dengan
memberikan tekanan dengan tangan. Peralatan sederhana yang didesain untuk mengatur gigi
geligi telah ditemukan oleh para arkeolog di makam-makam kuno bangsa Mesir, Yunani, dan
Suku Maya di Meksiko
Namun dengan berkembangnya zaman, Pada abad ke-20 Edward Angel atau yang
dikenal dengan "Father of Orthodontics" membuat trobosan-trobosan baru dalam ilmu
pengetahuan orthodontik, sehingga ditemukannya "Rubber Appliance" oleh Calvin S. Case
dan H. A. Baker,disinilah berkembangnya Braces (Bracket).
Manfaat
1. Merapikan gigi yang berantakan.
2. Untuk menggerakkan dan menahan gigi
3. Mengkoreksi fungsi bicara
4. Mengkoreksi bentuk wajah
5. Mengkoreksi laju pertumbuhan tulang rahang
Kerugian
1. Rasa sakit ketika pertama kali memakai behel
2. Lubang dan Karang Gigi cepat terbentuk
3. Gusi, Bibir, dan Pipi mudah mengalami radang (Stomatitis) atau sering disebut
Sariawan
syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata. (QS. An-Nisa: 119).
Berdasar fatwa Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengikir gigi merupakan
perbuatan yang merubah ciptaan Allah Subhanahu wa Taala dan menyibukkan diri dengan
perbuatan sia-sia yang tidak ada manfaatnya, dan hanya membuang-buang waktu yang
seharusnya dipergunakan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat bagi manusia. Perbuatan
tersebut juga merupakan penipuan dan penggelapan serta menunjukkan kerdilnya manusia.
Diharamkan bagi wanita muslim untuk mengikir gigi-giginya dengan tujuan memperindah
diri, dengan cara mendinginkan gigi-giginya dengan pendingin sehingga tampak merenggang
jarak antara gigi-giginya supaya kelihatan cantik. Namun apabila terdapat kotoran pada gigigiginya yang mengharuskannya mengubahnya, dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran
tersebut, atau karena terdapat ketidaknyamanan yang mengharuskannya untuk
memperbaikinya dengan tujuan untuk menghilangkan ketidaknyamanan tersebut, maka
perbuatan tersebut tidak mengapa, karena hal itu termasuk dalam berobat dan membuang
kotoran, yang hanya bisa dilakukan oleh daokter spesialis. Hal ini juga serupa dengan
penggunaan kawat gigi (orthodonti).
Selain itu terdapat kecenderungan perubahan tujuan dalam terapi ortodhonti yang semula
ingin memperbaiki struktur dan komposisi giginya yang tak rata, dalam perkembangannya
akhir-akhir ini justru mengarah ke tren gaya hidup. Penggunaan kawat gigi atau braket dan
mengubah bentuk rahang mulai diburu masyarakat Indonesia, terutama kalangan strata
ekonomi atas. Menurut pengurus MUI KH Umar Shihab permasalahan ini dikembalikan pada
niat atau tujuannya. Apabila penggunaannya tidak diperlukan sehingga niat penggunaannya
semata-mata untuk riya dan membangga-banggakan diri, maka hukumnya tidak boleh. Sebab,
biasanya rata-rata waktu perawatan orthodonti cukup lama tergantung tingkat keparahannya
dengan biaya yang tidak sedikit. Sehingga penggunaan kawat gigi secara tidak langsung akan
menaikkan prestise penggunanya. Tapi, apabila niatnya untuk kesehatan atau keindahan, para
ulama membolehkannya.
Islam melarang umatnya untuk mengubah gigi dan mengikirnya untuk keindahan, beserta
ancaman bagi pelakunya, karena perbuatan tersebut termasuk sia-sia dan mengubah ciptaan
Allah. Jika perawatan orthodonti digunakan dengan tujuan yang seperti disebutkan di atas
tadi, maka hal ini termasuk kepada hal yang berlebih-lebihan (israf) yang dibenci
oleh seperti termaktub dalam QS. Al-Isra : 26-27, QS. Al-Maidah: 77, dan QS. Al-Anam:
141.
N#uur #s 4n1)9$# m)ym t3J9$#ur t$#ur@69$# wur jt7
? #7s? b)tjt6J9$# (#qR%x. tbuqz) u9$# (tb%x.ur `
s9$# mn/t9 #Yqx.
Artinya: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan
dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Al-Isra: 26-27)
Artinya : Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas)
dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orangorang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (Al-Maidah:
77)
Artinya :dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan. (Al-Anam: 141)
Jadi, penggunaan ortdodhonti (kawat gigi) dikembalikan kepada niat atau tujuannya. Apabila
memang terdapat indikasi untuk melakukannya seperti memperbaiki cacat muka, kesulitan
bicara, mengunyah, bernafas, atau pun untuk menghilangkan rasa sakit pada sendi rahang
akibat gigitan yang tidak normal, maka penggunaannya diperbolehkan. Namun bila tidak
diperlukan sehingga merubah ciptaan hanya untuk riya dan membangga-banggakan diri
maka hukumnya tidak boleh.
1. Menyempurnakan bentuk gigi tetapi tidak cacat atau hanya untukmemperindah
Allah menciptakan manusia dalam keadaan sangat sempurna. Allah berfirman :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS.
At-Tin: 4).
Perbuatan mengubah ciptaan Allah dari bentuk yang sempurna itu. termasuk godaan setan.
Sebagaimana yang Allah tegaskan,
Setan itu mengatakan: Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba
Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya goda) Aku benar-benar akan menyesatkan
mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan
akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya.
(QS. An-Nisa: 118 119)
Sesungguhnya Allah telah melarang orang-orang yang merubah bentuk hanya untuk
keindahan saja
Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Allah telah mengutuk orang-orang yang membuat tato dan orang yang minta dibuatkan
tato, orang-orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya,
dan orang-orang yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang merubah ciptaan Allah."
(HR. Muslim)
2. Menyempurnakan bentuk gigi karena cacat
Hukumnya boleh , berdasarkan sabda Rasulullah SAW :
Wahai sekalian hamba Allah, berobatlah sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu
penyakit melainkan menciptakan juga obat untuknya kecuali satu penyakit." Mereka
bertanya, "Penyakit apakah itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Yaitu penyakit tua
(pikun). (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Berkata Tirmidzi : Hadits ini
Hasan Shahih).
Karena sesungguhnya mengembalikan bentuk anggota badan yang tidak sempurna (cacat)
pada keadaan sesuai yang Allah ciptakan, tidak termasuk mengubah ciptaan Allah
Bahwa hidung beliau terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman
jahiliyah. Kemudian beliau tambal dengan perak, namun hidungnya malah membusuk.
KESIMPULAN
Merapikan gigi yang sudah teratur dan sudah normal tidak diperbolehkan, termasuk bentuk
tidak ridha dengan ciptaan Allah,
Merapikan gigi dalam rangka menormalkan yang cacat diperbolehkan,termasuk
mengembalikan ciptaan Allah pada kondisi yang lebih sempurna.
KLONING
1. Sejarah
Sejarah kloning muncul pertama kali pada tahun 1960 oleh Gurdon, percobaan
Gurdon yang pertama kali dilakukanya terhadap berudu, yaitu dengan menaruh gen ke
dalam sel berudu tersebut. Percobaan ini berhasil melahirkan berudu baru namun berudu
tersebut tidak bisa tumbuh menjadi katak dewasa dan akhirnya mati terurai oleh air.
2. Pengertian
Definisi kloning adalah pembiakkan dengan teknik membuat keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan induknya. Istilah loning atau klonasi berasal dari
kata clone(bahasa Greek) atau klona, yang secara harfiah berarti potongan/pangkasan
tanaman. Dalam hal ini tanam-tanaman baru yang persis sama dengan tanaman induk
dihasilkan lewat penanaman potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan
tanaman jantan dan betina.
3. Jenis
Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk mendapatkan
tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan induknya.
Kloning pada hewan
Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada hewan katak, tikus,
kera dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang berhasil hanyalah
percobaan Kloning pada domba. Awal mula proses pengkloningan domba adalah dengan
mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau ambingnya lalu sifat khusus
yang berhubungan dengan fungsi ambing ini dihilangkan, kemudian inti sel tersebut
dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba, setelah inti selnya dibuang kemudian
ditanamkan kedalan rahim domba agar memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi
janin dan akhirnya di hasilkan bayi domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode
genetic yang sama dengan domba pertama yang menjadi sumber pengambilan sel ambing.
[5]
Kloning pada embrio
Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang terbentuk dari
pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel embrio itu dibagi
dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang berpotensi untuk
membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu dipisahkan agar masing-masing
menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio pertama yang menjadi
sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat ditanamkan dalam rahim
perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri kedua dari suami bagi isteri
pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Yang selanjutnya akan menghasilkan
lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio yang sudah ada. Lalu akan terlahir
anak kembar yang terjadi melalui proses Kloning embrio ini dengan kode genetik yang
sama dengan embrio pertama yang menjadi sumber Kloning.
Kloning pada manusia
Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung
dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan
mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian digabungkan
dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung
dengan inti sel tubuh laki-laki lalu ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan agar
dapat memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan
sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan lakilaki yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh. Kedua, Kloning manusia dapat pula
berlangsung di antara perempuan saja tanpa memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini
dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya
diambil dan digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel
telur ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh perempuan lalu ditransfer ke dalam rahim
perempuan agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya
dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh. Hal tersebut
mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada hewan domba. Adapun pewarisan
sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang diturunkan hanya berasal dari
orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Dan
anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan induknya dalam hal
penampilan fisiknya seperti tinggi dan lebar badan serta warna kulit dan juga dalam hal
potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan
mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang
diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari
seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang ahli, maka tidak berarti si
anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil usaha, bukan sifat
asli.
4. Manfaat
a. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan
anak.
b. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ
pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko
penolakan.
pula obat baginya Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk
memperbaiki kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk
memperbaiki kualitas hewan seperti sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya. Juga
dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk mempertinggi produktivitas hewanhewan tersebut dan mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai
penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit yang kronis. Demikianlah hukum syara
untuk Kloning manusia, tanaman dan hewan. Kloning pada manusia haram menurut
hukum Islam dan tidak boleh dilakukan. Dalil-dalil keharamannya adalah sebagai berikut :
Anak-anak produk proses Kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak alami.
Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk manusia dan
dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunan. Allah
SWT berfirman : dan Bahwasanya Dialah yang
menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani apabila
dipancarkan. (QS. An Najm : 45-46) Allah SWT berfirman : Bukankah dia dahulu setetes
mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah,
lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. (QS. Al Qiyaamah : 37-38). Anakanak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki), tidak akan mempunyai
ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika dihasilkan dari proses pemindahan sel teluryang telah digabungkan dengan inti sel tubuh ke dalam rahim perempuan yang bukan
pemilik sel telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang menjadi
tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih. Ini
merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak terdapat ibu
dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT :
Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan. (QS. Al Hujuraat : 13) Kloning manusia akan menghilang nasab (garis
keturunan). Padahal Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas RA, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Siapa saja yang
menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan
(loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para
malaikat, dan seluruh manusia. (HR. Ibnu Majah). Berdasarkan dalil-dalil itulah proses
Kloning manusia diharamkan menurut hukum Islam dan tidak boleh dilaksanakann.
7. Hukum Kloning menurut MUI
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 2327 Rabiul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000 M. dan membahas tentang Kloning, setelah
Menimbang,
Bahwa salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah Kloning, yaitu suatu
proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer dari sel janin yang sudah
berdiferensiasi dari sel dewasa, atau penggandaan makhluk hidup menjadi lebih banyak,
baik dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam indung telur pada tahap sebelum terjadi
pemisahan sel-sel bagian-bagian tubuh
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air man: itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpa. darah itu Kami jadikan segumpal daging, dar. segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulan, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan dagiri
27 Kemudian Kami jadikan dia makhluk (berbentuk) lain. Maha sucilah Allah,
Pencipta Paling baik (QS. al-Muminun (23]: 12-14).
Kaidah Fiqhiyah : Menghindarkan kerusakan (hal-hal yang negatif) diutamakan dari
pada mendatangkan kemaslahatan
Menetapkan:
Fatwa musyawarah nasional MUI (Majelis ulama Indonesia) tentang Kloning.
Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapun yang berakibat pada pelipat
gandaan manusia hukumnya adalah haram.
Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang
dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkakemudaratan (hal-hal
negatif).
Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen atau praktek Kloning terhadap manusia.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa mengikuti
perkembangan teknologi Kloning, meneliti peristilahan dan permasalahatannya, serta
menyelenggarakan kajian-kajian ilmiah untuk menjelaskan hukumnya.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk mendorong
pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang
menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa genetika pada
selain bidang Kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera
merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi untuk
dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap muslim yang
memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan
fatwa ini [11]
x.
y. KESIMPULAN
z. Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan sel
induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari inti
sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun
manusia.
aa. Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain: Kloning pada tumbuhan, Kloning
pada hewan, Kloning pada embrio,dan Kloning pada manusia.
ab. Adapun mengenai hukum Kloning dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum
Kloning dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Kloning yang di perbolehkan, dan
Kloning yang tidak diperbolehkan.
ac. Sedangkan Mengenai Kloning yang diperbolehkan adalah Kloning yang
meninmbulkan kemaslahatan bagi manusia antara lain yaitu Kloning pada tanaman
dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan
produktivitasnya, mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama
penyakit-penyakit kronis.
ad. Sedangkan Kloning yang tidak diperbolehkan adalah Kloning terhadap manusia yang
dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak sedikit; antara lain :
menghilangkan nasab, menyulitkan pelaksanaan hukum-hukum syara.