You are on page 1of 20

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

ACARA I
PENGARUH KONDISI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SUSUT
BOBOT

OLEH:
Nama : Hardyanti
Nim : J1A013044
Kelompok : I

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 20 November 2015


Mengetahui,
Co. Ass Praktikum Fisiologi dan Teknologi
Pasca Panen

Praktikan

Rina Heldiyanti
NIM.J1A012115

Hardyanti
NIM.J1A013044

ACARA I
PENGARUH KONDISI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SUSUT
BOBOT

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak (perisable),
sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pasca panen. Sebutan holtikura
meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Khusus untuk
buah dan sayur sangat dibutuhkan oleh manusia untuk pemenuhan gizi yang
seimbang. Pada umumnya buah dan sayur banyak mengandung vitamin dan
mineral-mineral tertentu khususnya vitamin A, serat dan vitamin C yang tidak
dapat diproduksi oleh tubuh.
Produk hortikultura umunya masih mengalami proses respirasi setelah
dipanen. Adanya respirasi menyebabkan produk tersebut mengalami perubahan
seperti pelayuan dan pembusukan. Proses penangan dan penyimpanan menjadi
salah satu bentuk tindakan penanganan pascapanen yang selalu terkait dengan
faktor waktu, tujuan menjaga dan mempertahankan nilai komoditas yang
disimpan.
Setiap bahan hasil pertanian mempunyai masa simpan yang berbeda-beda.
Penyimpanan pada kondisi dan tempat tertentu akan menyebabkan perbedaan
tekstur, warna, bentuk dari buah dan sayuran. Adanya luka atau goresan pada
permukaan buah dan sayuran akan menyebabkan susutnya berat bahan karena air
dalam bahan akan keluar atau menguap. Oleh karena itu penting dilakukannya
praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi penyimpanan terbaik pada suatu
produk hasil pertanian.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh
kondisi dan lama penyimpanan terhadap susut berat bahan.

TINJAUAN PUSTAKA
Buah memilki tingkat kematangan yang berbeda-beda sehingga tingkat
kematangan buah pada saat panen mempengaruhi mutu buah. Mutu yang baik
diperoleh jika buah dipanen pada tingkat kematangan yang tepat. Tingkat
kematangan tomat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase masak hijau, fase pecah
warna dan fase matang. Fase masak hijau ditandai dengan ujung buah tomat yang
sudah mulai berwarna kuning gading. Fase pecah warna, ujung buah tomat
menjadi berwarna merah jambu atau kemerah-merahan. Fase matang, sebagian
besar permukaan buah sudah berwarna merah jambu atau merah (Seminar et al
2006).
Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan, antara
lain kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis.
Pada pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan
pembekuan. Pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan
yang tertua. Pemberian hidrogen peroksida dan diikuti dengan penyimpanan
dingin dapat memperpanjang umur simpan jamur merang. Laju respirasi dapat
dikurangi bila enzim-enzim metabolisme yang ada dalam bahan pangan dapat
dihambat. Selanjutnya kecepatan respirasi dapat dihambat dengan cara
penyimpanan pada suhu yang rendah (Cessari, 2014).
Respirasi adalah proses pemecahan komponen organik menjadi produk
yang lebih sederhana dan energi. Aktifitas ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan energi sel agar tetap hidup. Berdasarkan pola respirasi dan produksi
etilen selama pendewasaan dan pematangan produk nabati dibedakan menjadi
klimakterik dan non klimakterik. Komoditi dengan laju respirasi tinggi
menunjukan kecenderungan lebih mudah rusak. Faktor yang mempengaruhi
respirasi ada dua jenis, yaitu faktor internal (dari dalam bahan) dan faktor
eksternal (dari luar lingkungan di sekeliling bahan) (Effendi, 2008).
Transpirasi adalah pengeluaran air dari dalam jaringan produk nabati. Laju
transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal (morfologi, rasio permukaan terhadap
volume) dan faktor eksternal (suhu, kelembaban, pergerakan udara, dan tekanan

atmosfer). Transpirasi yang berlebihan menyebabkan produk mengalami


pengurangan berat, daya tarik (karena layu), nilai tekstur, dan nilai gizi.
Pengendalian laju transpirasi dilakukan dengan pelapisan, penyimpanan dingin,
atau modifikasi atmosfer (Muchtadi, 2011).

Sayuran biasanya dipanen ketika tanaman segar dan kelembaban tinggi


dan karena itu dibedakan dari tanaman lapangan, yang dipanen pada tahap matang
untuk biji-bijian, kacang-kacangan, biji minyak, atau serat. Ini kadar air yang
tinggi sayuran membuat penanganan, transportasi dan pemasaran masalah khusus
terutama di daerah tropis. Di negara-negara berkembang seperti Nigeria,
penyimpanan, pengemasan, transportasi dan penanganan teknik yang praktis tidak
ada dengan tanaman yang mudah rusak dan sebagainya, ini memungkinkan
kerugian yang cukup besar dari produk (Babalola et al. 2010).

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 06 November 2015 di
Laboratorium Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan
analitik, lemari es, toples, tempat buah, pisau, oven dan desikator.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah
apel, kentang, gabah dan beras.
Prosedur Kerja
a. Susut Berat Bahan
Ditimbang masing-masing bahan sebagai berat awal

Dibagi apel dan kentang menjadi 4 bagian dan diberi perlakuan


- Tanpa dilukai, disimpan pada suhu ruang
- Tanpa dilukai disimpan pada suu dingin
- Dilukai disimpan pada suhu ruang
- Dilukai disimpan pada suhu dingin

Disimpan selama 7 hari dan ditimbang berat akhir

Dihitung susut berat dengan rumus :


Susut berat =

Berat awal-Berat akhir


100

x 100%

b. Perubahan Berat dan Kadar Air


Dibagi beras dan gabah menjadi duan bagian, kemudian
ditimbang sebanyak 5 gr sebagai berat awal

Diberi perlakuan dengan :


- Disimpan ditempat terbuka
- Disimpan ditempat tertutup

Disimpan selama 7 hari tetapi hari ke 3 dan ke 7 ditimbang


berat akhir

Dihitung susut berat dan kadar air dengan rumus :


Susut berat =

Berat awal-Berat akhir


100

Kadar Air (%) =

a -b
a

x 100%

x 100%

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Hasil Pengamatan
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Susut Berat Bahan (buah dan sayur)
Kondisi
Berat Awal
Berat Akhir
Bahan
Penyimpanan
(gr)
(gr)
Apel 1
73,85
72,4643
Apel 2
79,99
78,1133
Tanpa Luka :
Suhu Ruang
Kentang 1
132,48
132,1224
Kentang 2
101,86
101,6460
Apel 1
70,06
70,1981
Apel 2
62,75
62,5469
Tanpa Luka :
Suhu Dingin
Kentang 1
110,36
110,9286
Kentang 2
96,75
97,1620
Apel 1
73,887
67,3457
Apel 2
42,09
38,8281
Luka : Suhu
Ruang
Kentang 1
115,21
112,9654
Kentang 2
104,94
102,3524
Apel 1
74,56
72,1329
Apel 2
77,90
74,7443
Luka : Suhu
Dingin
Kentang 1
109,86
106,5087
Kentang 2
111,09
106,1474

Bahan
Gaba
h

Beras

Tabel 1.2. Hasil Pengamaan Kadar Air Bahan (Serealia)


Berat Awal (gr) Hari keBerat Akhir (gr) Hari keKondisi
Penyimpanan
0
3
7
0
3
7
26,680 26,65
26,573
Tempat Terbuka 25,5953
4
2
28,0584 26,3740
3
28,578 28,55
28,503
Tempat Tertutup 28,6678
6
1
28,5118 28,5018
3
29,059 29,03
28,934
Tempat Terbuka 29,1347
4
2
28,9458 28,9364
6
28,13
28,047
Tempat tertutup 28,1004 28,193
3
28,1004 28,0481
2
Tabel 1.3. Hasil Pengamatan Susut Berat Bahan (Serealia)
Berat
Berat Akhir (gr)
Kondisi
Awal
Hari ke Bahan
Penyimpanan
(gr)
3
7
Tempat Terbuka
10
10,08
10,09
Gabah
Tempat tertutup
10
10,01
9,95
Tempat Terbuka
10
10,01
10,20
Beras
Tempat tertutup
10
10
10,08

Susut Berat
(%)
1,3857
1,8767
0,3576
0,214
-0,1381
0,2031
-0,5686
-0,412
6,5413
3,2619
2,2446
2,5876
2,4271
3,1557
3,3513
4,9426
Kadar Air (%) Hari ke0
3
7
0,398
9,6232
8
0,2945
0,268
0,5442
7
0,1685
0,423
0,6484
3
0,3369
0,513
0
9
0,3032

Susut Berat (%)


Hari ke 3
7
-0,08
-0,09
-0,01
0,05
-0,01
-0,20
0
-0,08

Hasil Perhitungan
a. Susut Berat Bahan (buah dan sayur)
- Tanpa dilukai : Suhu Ruang
Apel 1 :
Berat awal-Berat akhir
Susut berat
=
100
=

73,85 - 72,4643
100

x 100%

x 100%

= 1,3857 %
Apel 2 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

79,99 - 78,1133
100

x 100%

x 100%

= 1,8767 %
Kentang 1 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

132,48 - 132,1224
100

x 100%

x 100%

= 0,3576 %
Kentang 2 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

101,86 - 101,6460
100

x 100%

x 100%

= 0,214 %
-

Tanpa dilukai : Suhu Dingin


Apel 1 :
Berat awal-Berat akhir
Susut berat
=
100
=

70,06 - 70,1981
100

= -0,1381 %

x 100%

x 100%

Apel 2 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

62,75 - 62,5469
100

x 100%

x 100%

= 0,2031 %
Kentang 1 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

110,36 - 110,9286
100

x 100%

x 100%

= -0,5686 %
Kentang 2 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

96,75 - 97,1620
x 100%
100

x 100%

= -0,412 %
-

Dilukai : Suhu Ruang


Apel 1 :
Berat awal-Berat akhir
Susut berat
=
100
=

73,887 - 67,3457
x
100

x 100%
100%

= 6,5413 %
Apel 2 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

42,09 - 38,8281
x
100

x 100%

100%

= 3,2619 %
Kentang 1 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

115,21 - 112,9654
x
100

x 100%
100%

= 2,2446 %
Kentang 2 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

104,94 - 102,3524
x
100

x 100%
100%

= 2,5876 %
-

Dilukai : Suhu Dingin


Apel 1 :
Berat awal-Berat akhir
Susut berat
=
100
=

74,56 - 72,1329
x
100

x 100%

100%

= 2,4271 %
Apel 2 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

77,90 - 74,7443
x
100

x 100%

100%

= 3,1557 %
Kentang 1 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

109,86 - 106,5087
x
100

x 100%
100%

= 3,3513 %
Kentang 2 :
Susut berat

Berat awal-Berat akhir


100

111,09 - 106,1474
x
100

= 4,9426 %
b. Kadar Air Bahan (Serealia)
Gabah
- Tempat Terbuka Hari ke- 0
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a

x 100%
100%

25,5953-28,0548
25,5953
= - 9,6232%
=

Tempat Terbuka Hari ke- 3


a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
26,6804-26,5740
=
26,6804
= -0,3988%
Tempat Terbuka Hari ke- 7
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
26,6518-26,5733
=
26,6518

x 100%

x 100%

x 100%

= 0,2945%
-

Tempat Tertutup Hari ke- 0


a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 8 ,6 67 8-2 8 ,5 118
=
2 8,6678
= 0,5442%
Tempat Tertutup Hari ke- 3
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 8,5786 -2 8 ,5 018
=
2 8,5786
= 0,2687%
Tempat Tertutup Hari ke- 7
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 8,5114 -2 8,50 33
=
2 8,5114
= 0,1685%

Beras
- Tempat Terbuka Hari ke- 0
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a

x 100%

x 100%

x 100%

2 9 ,1347 -2 8,9458
2 9,1347
= 0,6484%
Tempat Terbuka Hari ke- 3
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 9,0594 -2 8,9364
=
2 9,0594
= 0,4233%
=

2 9 ,0324 -2 8,9346
2 9,0324
= 0,3369%
Tempat Tertutup Hari ke- 0
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 8,1004 -2 8,1004
=
2 8,1004
= 0%

x 100%

x 100%

Tempat Tertutup Hari ke- 3


a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 8 ,1930-2 8,0481
2 8,1930
= 0,5139%
Tempat Tertutup Hari ke- 7
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 8,1325-2 8,0472
=
2 8,1325
=

x 100%

Tempat Terbuka Hari ke- 7


a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
=

x 100%

x 100%

x 100%

= 0,3032%
c. Susut Berat Bahan (Serealia)
Gabah
- Tempat Terbuka Hari Ke 3
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
100
10 10,08
=
x 100%
100

x 100%

= 0,08%
Tempat Terbuka Hari Ke 7
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
x 100%
100
10 10,09
=
x 100%
100
= 0,09%
- Tempat Tertutup Hari Ke 3
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
x 100%
100
10 10,01
=
x 100%
100
= 0,01%
- Tempat Tertutup Hari Ke 7
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%)
=
x 100%
100
10 9,95
=
x 100%
100
= 0,05%
Beras
- Tempat Terbuka Hari Ke - 3
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
x 100%
100
10 10,01
=
x 100%
100
= 0,01%
- Tempat Terbuka Hari Ke - 7
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
x 100%
100
10 10,20
=
x 100%
100
= 0,20%
-

Tempat Tertutup Hari Ke - 3


Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
100
10 10
=
x 100%
100
= 0%
Tempat Tertutup Hari Ke - 7
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
100
10 10,08
=
x 100%
100
= 0,08%

x 100%

x 100%

PEMBAHASAN
Hasil-hasil pertanian sesudah dipanen masih melakukan proses pernafasan
atau respirasi dan transpirasi selama hasil-hasil tersebut masih melakukan
respirasi, bahan tersebut masih disebut hidup. Buah-buahan dan sayuran
merupakan bahan yang masih hidup walaupun telah dipetik dari pohonnya.
Respirasi dimaksudkan untuk memperoleh energi, dan energi ini akan digunakan
untuk melakukan proses-proses metabolisme lain, misalnya perubahan warna dari
hijau menjadi kuning, pembentukan gula dari pati, pembentukan aroma dan
sebagainya (Muchtadi, 2005). Respirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain adalah suhu lingkungan atau suhu tubuh makhluk hidup yang melakukan
respirasi. Apabila proses pernafasan tersebut terus berlangsung, maka yang akan
terjadi adalah kebusukan, karena terjadinya perombakan-perombakan bahan
organik di dalam sayuran atau buah tersebut.
Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut
dipanen. Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah pertumbuhan dan
aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim dalam bahan pangan, suhu baik suhu
tinggi maupun suhu rendah, udara khususnya oksigen, kadar air dan kekeringan,
cahaya dan serangga, parasit serta pengerat. Adanya kerusakan maka
menyebabkan terjadinya susut berat yang tidak diininkan terhadap bahan pangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi terjadinya susut berat pada
bahan yaitu, memanipulasi faktor biologis dan faktor lingkungan. Umumnya
faktor biologis dalam bahan pangan dipengaruhi oleh proses respirasi, produksi
etilen, transpirasi, terhindar dari cahaya dan suhu yang berlebihan. Sedangkan
untuk faktor lingkungan yang mempengaruhinya adalah suhu, kelembaban udara
dan cahaya selain itu juga faktor fisik yang menyebabkan kerusakan harus
diperhatikan.
Proses penyimpanan bahan hasil pertanian merupakan salah satu faktor
penting untuk menjaga kualitas dari suatu bahan. Setiap bahan memiliki daya
simpan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan komposisi atau kandungan
gizinya. Buah dan sayuran umumnya disimpan dalam keadaan

yang sesuai

dengan temperature optimunya sehingga mampu untuk mempertahankan


mutunya.
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengamati susut berat bahan dari buah
dan sayuran. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan susut berat untuk
apel 1 & 2 tanpa luka yang disimpan pada suhu kamar yaitu 1,3857% dan
1,8767% lebih besar dibandingkan dengan dengan apel 1 % 2 tanpa luka yang
disimpan pada suhu dingin dengan susut berat sebesar 0,1381% & 0,2031%. Susut
berat untuk kentang 1 & 2 tanpa luka yang disimpan di suhu ruang yaitu 0,3576%
dan 0,214% lebih rendah jika dibandingkan dengan kentang 1 & 2 tanpa luka
yang disimpan pada suhu dingin susut beratnya lebih besar yaitu 0,5686% dan
0,412%. Hasil yang didapatkan pada kondisi dilukai penyimpanan pada suhu
ruang untuk apel 1 & 2 memiliki susut berat yang lebih besar yaitu 6,5413% dan
3,2619% dibandingkan dengan apel yang disimpan pada suhu dingin dengan susut
berat hanya 2,4271% dan 3,1557%. Pada kentang 1 & 2 dengan kondisi luka yang
disimpan pada suhu ruang memiliki susut berat yang lebih rendah yaitu 2,2446%
dan 2,5876% dibandingkan dengan kentang yang disimpan pada suhu dingin yang
memiliki susut berat 3,3513% dan 4,9426%. Bahan yang dilukai memiliki tingkat
penyusutan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak dilukai, sebab
kerusakan pada jaringan kulit bahan akan mempercepat susut berat bahan. Luka pada
bahan menyebabkan terjadi pertukaran gas dan uap air. Kehilangan air dari produk
secara terus-menerus terjadi melalui bukaan-bukaan (luka) ini. Sehingga bahan akan
mudah layu atau rusak.

Selain mengamati susut berat yang terjadi pada buah dan sayuran,
praktikum ini juga dilakukan untuk mengamati kadar air bahan dari gabah dan
beras (serealia). Kadar air untuk gabah pada tempat terbuka paling besar ada pada
hari ke- 0 yaitu 9,6232% dan untuk gabah yang disimpan pada tempat tertutup
kadar airnya paling besar pada hari ke- 0 yaitu 0,5442%. Beras yang disimpan di
tempat terbuka kadar airnya paling besar pada hari ke- 0 yaitu 0,6484% dan kadar
air beras pada tempat tertutup paling besar pada hari ke-3 yaitu 0,5139%.
Penyusutan berat bahan pada buah dan sayur tidak sama dengan
penyusutan yang terjadi pada serealia (gabah dan beras) karena serealia sengaja

dikeringkan

hingga

mencapai

kandungan

air

tertentu

dengan

tujuan

memperpanjang umur simpan. Berdasarkan hasil pengamatan gabah yang


disimpan di tempat terbuka setelah tiga hari mengalami penyusutan sebesar 0,08%
dan penyusutan meningkat menjadi 0,09% setelah penyimpanan selama tujuh
hari. Gabah yang disimpan di tempat tertutup setelah tiga hari mengalami
penyusutan sebesar 0,01% dan penyusutan meningkat menjadi 0,05% setelah
penyimpanan selama tujuh hari. Beras yang disimpan di tempat terbuka setelah
tiga hari mengalami penyusutan sebesar 0,01% dan penyusutan meningkat
menjadi 0,20% setelah penyimpanan selama tujuh hari. Beras yang disimpan
ditempat tertutup tidak mengalami penyusutan setelah tiga hari dan bahkan
beratnya meningkat menjadi 0,08% dari berat awal setelah penyimpanan selama
tujuh hari. Gabah dengan kadar air yang rendah akan memberikan pengaruh
terhadap beras yang dihasilkan, dimana semakin rendah kadar air bahan akan
semakin baik kualitas beras. Gabah dengan kadar air tinggi apabila disimpan
dalam timbunan akan menimbulkan panas karena respirasi dan aktivitas mikrobia.
Beras dan gabah (serealia) yang disimpan mengalami penurunan dan
peningkatan susut berat maupun kadar air. Penurunuran susut berat yang terjadi
pada beras dan gabah diakibatkan karena beras dan gabah masih melakukan
proses-proses metabolisme yang dikenal dengan respirasi. Menurut jurnal Susut
Bobot Beras Selama Penyimpanan Karena Respirasi hal-hal yang menyebabkan
kehilangan berat beras selama penyimpanan antara lain serangan serangga, tikus,
burung, respirasi dan sebagainya. Akan tetapi yang dimaksud dengan susut beras
karena respirasi adalah kehilangan berat beras yang dikhususkan karena adanya
aktivitas respirasi. Dalam jurnal ini juga dijelaskan tentang proses penyimpanan
yang berpengaruh terhadap kadar air gabah dan beras. Selama periode
penyimpanan kadar air gabah dan beras dipengaruhi juga oleh laju respirasi dan
pembentukan CO2 , laju respirasi yang tinggi maka kadar air yang terbentuk juga
akan tinggi. Proses respirasi tidak hanya mempengaruhi berat dan kadar air dari
beras dan gabah tetapi juga mengakibatkan perubahan wama, bau, aktivitas
serangga dan pertumbuhan mikroorganisme.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil-hasil pertanian sesudah dipanen masih melakukan proses pernafasan
atau respirasi dan transpirasi.
2. Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut dipanen,
penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah pertumbuhan dan aktivitas
mikroorganisme, aktivitas enzim dalam bahan pangan.
3. Susut berat bahan pada buah dan sayur paling besar ada pada buah apel 1 yang
dilukai dengan disimpan pada suhu ruang sebesar 6,5413%.
4. Kadar air bahan serealia paling besar ada pada gabah yang disimpan pada
tempat terbuka hari ke- 0 yaitu 9,6232%.
5. Susut berat bahan pada serealia (gabah dan beras) rata-rata terjadi peningkatan
dari hari ke-3 sampai hari ke- 7.

DAFTAR PUSTAKA

Babalola D A Makinde Y O, Omonona B T dan Oyekanmi M O, 2010.


Determinants of post harvest losses in tomato production: a case study of
Imeko - Afon local government area of Ogun state. acta SATECH Journals
of life and physical science 3(2): 14 18.
Cessari, W., B. Susilo dan S. H. Sumarlan, 2014. Pengaruh Hidrogen Peroksida
dan Suhu Pendinginan Pada Proses Penyimpanan Jamur Merang. Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3, Oktober 2014, 263-268.
Effendi, M., 2008. Modul Penanganan Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya.
Malang.
Muchtadi, T., 2011. Proses dan Prinsip Teknologi Pengolahan Pangan. Alfabeta.
Bandung.

Seminar, 2006. Uji Dan Aplikasi Komputasi Paralel Pada Jaringan Syaraf
Probabilistik (PNN) Untuk Proses Klasifikasi Mutu Tomat. Jurnal Teknologi
1 (20) : 34-35.

You might also like