Professional Documents
Culture Documents
ACARA I
PENGARUH KONDISI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SUSUT
BOBOT
OLEH:
Nama : Hardyanti
Nim : J1A013044
Kelompok : I
HALAMAN PENGESAHAN
Praktikan
Rina Heldiyanti
NIM.J1A012115
Hardyanti
NIM.J1A013044
ACARA I
PENGARUH KONDISI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SUSUT
BOBOT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak (perisable),
sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pasca panen. Sebutan holtikura
meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Khusus untuk
buah dan sayur sangat dibutuhkan oleh manusia untuk pemenuhan gizi yang
seimbang. Pada umumnya buah dan sayur banyak mengandung vitamin dan
mineral-mineral tertentu khususnya vitamin A, serat dan vitamin C yang tidak
dapat diproduksi oleh tubuh.
Produk hortikultura umunya masih mengalami proses respirasi setelah
dipanen. Adanya respirasi menyebabkan produk tersebut mengalami perubahan
seperti pelayuan dan pembusukan. Proses penangan dan penyimpanan menjadi
salah satu bentuk tindakan penanganan pascapanen yang selalu terkait dengan
faktor waktu, tujuan menjaga dan mempertahankan nilai komoditas yang
disimpan.
Setiap bahan hasil pertanian mempunyai masa simpan yang berbeda-beda.
Penyimpanan pada kondisi dan tempat tertentu akan menyebabkan perbedaan
tekstur, warna, bentuk dari buah dan sayuran. Adanya luka atau goresan pada
permukaan buah dan sayuran akan menyebabkan susutnya berat bahan karena air
dalam bahan akan keluar atau menguap. Oleh karena itu penting dilakukannya
praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi penyimpanan terbaik pada suatu
produk hasil pertanian.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh
kondisi dan lama penyimpanan terhadap susut berat bahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Buah memilki tingkat kematangan yang berbeda-beda sehingga tingkat
kematangan buah pada saat panen mempengaruhi mutu buah. Mutu yang baik
diperoleh jika buah dipanen pada tingkat kematangan yang tepat. Tingkat
kematangan tomat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase masak hijau, fase pecah
warna dan fase matang. Fase masak hijau ditandai dengan ujung buah tomat yang
sudah mulai berwarna kuning gading. Fase pecah warna, ujung buah tomat
menjadi berwarna merah jambu atau kemerah-merahan. Fase matang, sebagian
besar permukaan buah sudah berwarna merah jambu atau merah (Seminar et al
2006).
Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan, antara
lain kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis.
Pada pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan
pembekuan. Pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan
yang tertua. Pemberian hidrogen peroksida dan diikuti dengan penyimpanan
dingin dapat memperpanjang umur simpan jamur merang. Laju respirasi dapat
dikurangi bila enzim-enzim metabolisme yang ada dalam bahan pangan dapat
dihambat. Selanjutnya kecepatan respirasi dapat dihambat dengan cara
penyimpanan pada suhu yang rendah (Cessari, 2014).
Respirasi adalah proses pemecahan komponen organik menjadi produk
yang lebih sederhana dan energi. Aktifitas ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan energi sel agar tetap hidup. Berdasarkan pola respirasi dan produksi
etilen selama pendewasaan dan pematangan produk nabati dibedakan menjadi
klimakterik dan non klimakterik. Komoditi dengan laju respirasi tinggi
menunjukan kecenderungan lebih mudah rusak. Faktor yang mempengaruhi
respirasi ada dua jenis, yaitu faktor internal (dari dalam bahan) dan faktor
eksternal (dari luar lingkungan di sekeliling bahan) (Effendi, 2008).
Transpirasi adalah pengeluaran air dari dalam jaringan produk nabati. Laju
transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal (morfologi, rasio permukaan terhadap
volume) dan faktor eksternal (suhu, kelembaban, pergerakan udara, dan tekanan
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 06 November 2015 di
Laboratorium Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan
analitik, lemari es, toples, tempat buah, pisau, oven dan desikator.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah
apel, kentang, gabah dan beras.
Prosedur Kerja
a. Susut Berat Bahan
Ditimbang masing-masing bahan sebagai berat awal
x 100%
a -b
a
x 100%
x 100%
Bahan
Gaba
h
Beras
Susut Berat
(%)
1,3857
1,8767
0,3576
0,214
-0,1381
0,2031
-0,5686
-0,412
6,5413
3,2619
2,2446
2,5876
2,4271
3,1557
3,3513
4,9426
Kadar Air (%) Hari ke0
3
7
0,398
9,6232
8
0,2945
0,268
0,5442
7
0,1685
0,423
0,6484
3
0,3369
0,513
0
9
0,3032
Hasil Perhitungan
a. Susut Berat Bahan (buah dan sayur)
- Tanpa dilukai : Suhu Ruang
Apel 1 :
Berat awal-Berat akhir
Susut berat
=
100
=
73,85 - 72,4643
100
x 100%
x 100%
= 1,3857 %
Apel 2 :
Susut berat
79,99 - 78,1133
100
x 100%
x 100%
= 1,8767 %
Kentang 1 :
Susut berat
132,48 - 132,1224
100
x 100%
x 100%
= 0,3576 %
Kentang 2 :
Susut berat
101,86 - 101,6460
100
x 100%
x 100%
= 0,214 %
-
70,06 - 70,1981
100
= -0,1381 %
x 100%
x 100%
Apel 2 :
Susut berat
62,75 - 62,5469
100
x 100%
x 100%
= 0,2031 %
Kentang 1 :
Susut berat
110,36 - 110,9286
100
x 100%
x 100%
= -0,5686 %
Kentang 2 :
Susut berat
96,75 - 97,1620
x 100%
100
x 100%
= -0,412 %
-
73,887 - 67,3457
x
100
x 100%
100%
= 6,5413 %
Apel 2 :
Susut berat
42,09 - 38,8281
x
100
x 100%
100%
= 3,2619 %
Kentang 1 :
Susut berat
115,21 - 112,9654
x
100
x 100%
100%
= 2,2446 %
Kentang 2 :
Susut berat
104,94 - 102,3524
x
100
x 100%
100%
= 2,5876 %
-
74,56 - 72,1329
x
100
x 100%
100%
= 2,4271 %
Apel 2 :
Susut berat
77,90 - 74,7443
x
100
x 100%
100%
= 3,1557 %
Kentang 1 :
Susut berat
109,86 - 106,5087
x
100
x 100%
100%
= 3,3513 %
Kentang 2 :
Susut berat
111,09 - 106,1474
x
100
= 4,9426 %
b. Kadar Air Bahan (Serealia)
Gabah
- Tempat Terbuka Hari ke- 0
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
x 100%
100%
25,5953-28,0548
25,5953
= - 9,6232%
=
x 100%
x 100%
x 100%
= 0,2945%
-
Beras
- Tempat Terbuka Hari ke- 0
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
x 100%
x 100%
x 100%
2 9 ,1347 -2 8,9458
2 9,1347
= 0,6484%
Tempat Terbuka Hari ke- 3
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 9,0594 -2 8,9364
=
2 9,0594
= 0,4233%
=
2 9 ,0324 -2 8,9346
2 9,0324
= 0,3369%
Tempat Tertutup Hari ke- 0
a-b
Kadar Air (%) =
x 100%
a
2 8,1004 -2 8,1004
=
2 8,1004
= 0%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
= 0,3032%
c. Susut Berat Bahan (Serealia)
Gabah
- Tempat Terbuka Hari Ke 3
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
100
10 10,08
=
x 100%
100
x 100%
= 0,08%
Tempat Terbuka Hari Ke 7
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
x 100%
100
10 10,09
=
x 100%
100
= 0,09%
- Tempat Tertutup Hari Ke 3
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
x 100%
100
10 10,01
=
x 100%
100
= 0,01%
- Tempat Tertutup Hari Ke 7
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%)
=
x 100%
100
10 9,95
=
x 100%
100
= 0,05%
Beras
- Tempat Terbuka Hari Ke - 3
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
x 100%
100
10 10,01
=
x 100%
100
= 0,01%
- Tempat Terbuka Hari Ke - 7
Berat awal-Berat akhir
Susut Berat (%) =
x 100%
100
10 10,20
=
x 100%
100
= 0,20%
-
x 100%
x 100%
PEMBAHASAN
Hasil-hasil pertanian sesudah dipanen masih melakukan proses pernafasan
atau respirasi dan transpirasi selama hasil-hasil tersebut masih melakukan
respirasi, bahan tersebut masih disebut hidup. Buah-buahan dan sayuran
merupakan bahan yang masih hidup walaupun telah dipetik dari pohonnya.
Respirasi dimaksudkan untuk memperoleh energi, dan energi ini akan digunakan
untuk melakukan proses-proses metabolisme lain, misalnya perubahan warna dari
hijau menjadi kuning, pembentukan gula dari pati, pembentukan aroma dan
sebagainya (Muchtadi, 2005). Respirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain adalah suhu lingkungan atau suhu tubuh makhluk hidup yang melakukan
respirasi. Apabila proses pernafasan tersebut terus berlangsung, maka yang akan
terjadi adalah kebusukan, karena terjadinya perombakan-perombakan bahan
organik di dalam sayuran atau buah tersebut.
Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut
dipanen. Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah pertumbuhan dan
aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim dalam bahan pangan, suhu baik suhu
tinggi maupun suhu rendah, udara khususnya oksigen, kadar air dan kekeringan,
cahaya dan serangga, parasit serta pengerat. Adanya kerusakan maka
menyebabkan terjadinya susut berat yang tidak diininkan terhadap bahan pangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi terjadinya susut berat pada
bahan yaitu, memanipulasi faktor biologis dan faktor lingkungan. Umumnya
faktor biologis dalam bahan pangan dipengaruhi oleh proses respirasi, produksi
etilen, transpirasi, terhindar dari cahaya dan suhu yang berlebihan. Sedangkan
untuk faktor lingkungan yang mempengaruhinya adalah suhu, kelembaban udara
dan cahaya selain itu juga faktor fisik yang menyebabkan kerusakan harus
diperhatikan.
Proses penyimpanan bahan hasil pertanian merupakan salah satu faktor
penting untuk menjaga kualitas dari suatu bahan. Setiap bahan memiliki daya
simpan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan komposisi atau kandungan
gizinya. Buah dan sayuran umumnya disimpan dalam keadaan
yang sesuai
Selain mengamati susut berat yang terjadi pada buah dan sayuran,
praktikum ini juga dilakukan untuk mengamati kadar air bahan dari gabah dan
beras (serealia). Kadar air untuk gabah pada tempat terbuka paling besar ada pada
hari ke- 0 yaitu 9,6232% dan untuk gabah yang disimpan pada tempat tertutup
kadar airnya paling besar pada hari ke- 0 yaitu 0,5442%. Beras yang disimpan di
tempat terbuka kadar airnya paling besar pada hari ke- 0 yaitu 0,6484% dan kadar
air beras pada tempat tertutup paling besar pada hari ke-3 yaitu 0,5139%.
Penyusutan berat bahan pada buah dan sayur tidak sama dengan
penyusutan yang terjadi pada serealia (gabah dan beras) karena serealia sengaja
dikeringkan
hingga
mencapai
kandungan
air
tertentu
dengan
tujuan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil-hasil pertanian sesudah dipanen masih melakukan proses pernafasan
atau respirasi dan transpirasi.
2. Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut dipanen,
penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah pertumbuhan dan aktivitas
mikroorganisme, aktivitas enzim dalam bahan pangan.
3. Susut berat bahan pada buah dan sayur paling besar ada pada buah apel 1 yang
dilukai dengan disimpan pada suhu ruang sebesar 6,5413%.
4. Kadar air bahan serealia paling besar ada pada gabah yang disimpan pada
tempat terbuka hari ke- 0 yaitu 9,6232%.
5. Susut berat bahan pada serealia (gabah dan beras) rata-rata terjadi peningkatan
dari hari ke-3 sampai hari ke- 7.
DAFTAR PUSTAKA
Seminar, 2006. Uji Dan Aplikasi Komputasi Paralel Pada Jaringan Syaraf
Probabilistik (PNN) Untuk Proses Klasifikasi Mutu Tomat. Jurnal Teknologi
1 (20) : 34-35.