Professional Documents
Culture Documents
A. Tujuan
Tujuan dari pratikum acara IV Isolasi Enzim Amilase dari Kecambah
Biji dan Reaksi Pencoklatan Enzimatis ini adalah:
1. Untuk mengetahui aktivitas amilase selama perkecambahan biji.
2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang berbeda terhadap reaksi
pencoklatan enzimatik pada permukaan potongan buah.
B. Tinjauan Pustaka
1.
Tinjauan Bahan
Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang berumur pendek dan
dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya rendah. Kacang hijau
merupakan sumber protein nabati. Protein biji kacang hijau mengandung 8
asam amino esensial, yaitu Valine, Leucine, Isoleucine, Methionine, Venyl
Alanine, Lycine dan Tryptophane. Selain itu juga terdapat lemak,
karbohidrat serta mineral yang dibutuhkan tubuh (Retno, 2005).
Kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang juga biasa disebut mungbean
merupakan tanaman yang dapat tumbuh hampir di semua tempat di
Indonesia. Berbagai jenis makanan (olahan) asal kacang hijau seperti
bubur kacang hijau, minuman kacang hijau, kue/penganan tradisional, dan
kecambah kacang hijau telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Dalam 100 gram kacang hijau mengandung 124 mg kalsium dan 326 mg
fosfor, yang berarti bahwa kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat
kerangka tulang. Kandungan lemaknya juga jauh lebih rendah dari kedelai.
Oleh karena itu, kacang hijau sangat baik bagi orang yang ingin
menghindari konsumsi lemak tinggi. Kacang hijau juga mampu menjaga
kesehatan jantung karena kandungan lemak tak jenuhnya mencapai 73
persen (Dillah 2003).
Apel adalah tanaman yang berasal daerah subtropis. Di Indonesia
beredar 2 jenis apel, yaitu apel impor maupun apel lokal. Terdapat 4
varietas apel yang dikembangkan oleh petani yaitu Manalagi, Anna, Rome
Beauty, dan Wangling. Pemanfaatan dan tingkat nilai ekonomis terhadap
apel lokal dapat dilakukan melalui diverifikasi produk. Salah satu produk
olahan apel yang cukup dikenal yaitu sari apel (Sari dkk, 2012).
Pisang termasuk tanaman hortikultura. Pisang merupakan tanaman
herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Tanaman pisang telah ada sejak manusia ada. Namun, saat itu pisang
masih merupakan tanaman liar yang tidak dibudidayakan. Selain pisang
sebagai sumber vitamin dan mineral, buah pisang hijau dapat digunakan
sebagai gurah, yaitu menghilangkan dahak atau menyaringkan suara. Buah
pisang juga sangat berkhasiat untuk penyembuhan penderita anemia
(Cahyono, 2009).
Produksi buah pisang rata-rata 25,216 ton per tahun dengan luas area
4,784 ha. Varietas terbesarnya adalah pisang kepok. Sebagai komoditi hasil
pertanian, buah pisang merupakan produk yang bersifat mudah rusak.
Umur simpannya sangat terbatas sehingga pisang sering diolah dengan
menggunakan teknologi sehingga memiliki daya tahan yang lebih lama.
Misalnya dengan dibuat menjadi tepung pisang (Suprapto, 2006).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178. Dalam
bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-1920 C. Bersifat larut dalam air
sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul
rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter, dan benzena. Dengan
logam membentuk garam. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada
pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi (Suhardi, 1996).
Sodium Clorida atau Natrium Klorida (NaCl) yang dikenal sebagai
garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada
proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai
medium
inhibitor
yang
fungsinya
sebagai
menghambat
proses
sebagai
precursor
untuk
pembentukan
warna
coklat
digunakan
oleh
hewan,
tumbuhan,
dan
dan
buah-buahan
oleh
enzim
polifenol
oksidase
yang
yaitu
tirosin,
asam
kafeat,
asam
klorogenat,
serta
hidrolisis
ikatan
glikosidik
kedua
-(1,4),
bekerja
3. Cara Kerja
a. Isolasi Enzim Amilase dari Kecambah Biji
1. Ekstraksi Enzim
5 gram biji kacang hijau
50 ml Nacl 0,1 M
Penghancuran
Penambahan
Kulit
Apel/Pisang kupas
Pemotongan
10 potongan apel/pisang
2 potong
2 potong
Apel/pisang
Perendama
n ke dalam
larutan
Vitamin C
selama 30
detik
2 potong
2 potong
Apel/pisang Apel/pisang
Perendama
n kedalam
larutan
NaHSO3
selama 30
detik
2potong
Apel/pisang Apel/pisang
Perendama
n kedalam
larutan
gula
selama 30
detik
Pemblanch
ingan
selama 30
detik
2 potong
Apel/pisang
Pemblanch
ingan
selama 3
menit
Pembiaran
pada suhu
kamar
selama 60
menit
Sampel
20
30
40
50
60
+++
+++
+++
+++
++
++
++
++
+++
+++
1 ml larutan pati + 5
tetes iodin
0,5 ml larutan enzim
(Kacang
hijau
+++
++
++
12
+++
+++
+++
+++
++
++
+++
+++
+++
+++
++
++
+ 5 tetes iodin
0,5 ml larutan enzim
(perkecambahan
24
+ 5 tetes iodin
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan
-
:
: biru pekat
++
: biru muda
+++
: putih kebiruan
++++
: putih
juga mudah untuk dimanipulasi untuk karakter hasil yang sesuai keinginan.
Amilase juga dikategorikan dalam kelas enzim, yang berguna dan
bermanfaat, bisa diaplikasikan di bidang makanan, tekstil, deterjen, dan
perusahan farmasi.
Menurut Juwita (2010) enzim merupakan bagian dari protein, yang
mengkatalisir reaksi-reaksi kimia. Enzim juga dapat diartikan sebagai protein
katalisator yang memiliki spesifisitas terhadap reaksi yang dikatalisis dan
molekul yang menjadi substratnya. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu konsentrasi substrat, suhu, dan pH. Kecepatan reaksi
enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama perubahan suhu dan pH
yang mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi
enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat.
Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam
beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting. Hasil reaksi
enzim juga dapat menghambat kecepatan reaksi.
Menurut Winarno (2008) enzim amilase adalah kelompok enzim yang
memiliki kemampuan memutuskan ikatan glikosida yang terdapat pada
senyawa polimer karbohidrat. Hasil molekul amilum ini akan menjadi
monomer-monomer yang lebih sederhana, seperti maltose, dekstrin dan
terutama molekul glukosa sebagai unit terkecil. Amilase dihasilkan oleh
berbagai jenis organisme hidup, mulai dari tumbuhan, hewan, manusia
bahkan pada mikroorganisme seperti bakteri dan fungi. Kelompok enzim ini
memiliki banyak variasi dalam aktivitasnya, sangat spesifik, tergantung pada
sumber organismenya dan tempatnya bekerja. Beberapa lainnya yang sejenis
bisa mengatur aktivitas -amilase selama perkecambahan dan proses lainnya.
Jenis-jenis enzim amilase (a) -amilase (EC 3.2.1.1) -amilase adalah
kalsium metalloenzymes, benar-benar tidak dapat berfungsi dengan tidak
adanya kalsium. -amilase memotong karbohidrat rantai panjang pada lokasi
acak di sepanjang rantai pati, yang pada akhirnya menghasilkan maltotriosa
dan maltosa dari amilosa, atau maltosa, glukosa dan "limit-dextrin "dari
amilopektin. -amilase cenderung lebih cepat kerjanya dibanding -amilase
karena dapat bekerja di mana saja pada substrat. Secara fisiologis pada
manusia, baik amilase ludah dan pankreas adalah -amilase. Juga ditemukan
pada tumbuhan, jamur (ascomycetes dan basidiomycetes) dan bakteri
(Bacillus), (b)
(Suarni, 2007).
berguna untuk mengubah warna atau menguji adanya amilum pada sampelsampel tersebut atau sebagai penanda terhidrolisisnya larutan pati.
Mekanisme kerja enzim amilase, yaitu enzim amilase akan memecah
substrat pati melalui tiga tahapan utama yaitu gelatinisasi, likuifikasi,
sakarifikasi . ketiga proses tersebut merupakan proses dengan tingkat
konsumsi energi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya hidrolisis bahan
berpati. Solusi yang dapat diambil untuk menurunkan tingkat konsumsi
energi tersebut adalah dengan menggunakan enzim amilase yang dapat
memecah pati tanpa proses gelatinisasi/pati mentah (Nangin dkk, 2015).
Hasil positif amilum ditunjukkan dengan timbulnya warna biru keunguan
setelah amilum direaksikan dengan iodin. Terbentuknya warna tersebut
disebabkan karena amilosa yang berikatan dengan iodin akan menghasilkan
warna biru dan amilopektin yang berikatan dengan iodin memberikan warna
violet kebiruan atau ungu (Priyanta, 2010).
Mekanisme kerja enzim amilase, yaitu enzim amilase akan memecah
substrat pati melalui tiga tahapan utama yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan
sakarifikasi. Ketiga proses tersebut merupakan proses dengan tingkat
konsumsi energi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya hidrolisis bahan
berpati. Solusi yang dapat diambil untuk menurunkan tingkat konsumsi
energi tersebut adalah dengan menggunakan enzim amilase yang dapat
memecah pati tanpa proses gelatinisasi/ pati mentah (Nangin dkk, 2015).
Penambahan garam natrium (NaCl) meningkatkan aktivitas amilase dan
menstabilkan larutan. Fungsi iod adalah sebagai pereaksi yang menyebabkan
perubahan warna pada larutan yang mengandung polisakarida. Dan
polisakarida ini akan dihidrolisis oleh enzim amilase. Dengan adanya larutan
iod akan menunjukkan perubahan warna dari biru menjadi bening. Warna
bening ini menunjukkan bahwa pati telah terhidrolisis sempurna oleh enzim
amilase menjadi monosakarida. Pada tabung yang mengalami perubahan dari
biru menjadi bening setelah diinkubasi menandakan bahwa pati telah
terhidrolisis sempurna oleh enzim amilase menjadi glukosa, sedangkan
substrat amilum yang terdapat pada tabung yang belum berubah menjadi
bening belum terhidrolisis sempurna menjadi glukosa (Mutia, 2010).
Hasil praktikum dapat dilihat pada Tabel 4.1. Data menunjukkan hasil
pengamatan aktivitas amilase selama perkecambahan biji kacang hijau.
Pengujian ini dilakukan dengan berbagai macam perlakuan pada kacang
hijau, seperti perkecambahan 24 jam dan 12 jam, perendaman 12 jam, dan
pengeringan. Selain itu, penambahan enzim juga divariasikan sebanyak 0,5
ml dan 1 ml larutan pati untuk menguji tingkat aktivitas enzim jika dilihat
dari sisi banyaknya enzim yang digunakan.
Pada kacang hijau kering jam dengan enzim 0,5 ml, dari menit ke-0
hingga menit ke-60, larutan berubah dari biru pekat di menit ke-10, biru
pudar di menit ke-20 dan seterusnya berwarna putih. Pada kacang hijau
direndam 12 jam dengan enzim 1 ml, larutan berwarna biru pekat pada menit
ke-0, menit ke-10 menjadi putih kebiruan, hingga menit ke-60 berubah warna
putih. Hal ini menunjukkan bahwa amilase mulai bekerja, meski perlahan.
Hasil yang didapat sesuai teori bahwa penambahan enzim akan mempercepat
pudarnya warna biru yang mengindikasikan terhidrolisisnya polisakarida pada
kacang menjadi monosakarida. Warna biru tersebut disebabkan polisakarida
membentuk ikatan kompleks dengan molekul iod. Jika polisakarida tersebut
terhidrolisis akan menyebabkan warna biru memudar (Winarno, 2008).
Pada perkecambahan rendam 12 jam dan enzim 0,5 ml, warna biru
memudar hingga menit ke-60 berwarna putih. Pada perkecambahan direndam
24 jam dari menit ke-0 dan ke-10 berwarna biru pekat hingga menit ke-60
berubah menjadi warna putih. Pada hasil didapatkan kacang hijauyang
direndam 12 jam memiliki jumlah amylase tertinggi. Tetapi hasil praktikum
mengalami penyimpangan dengan urutan kacang hijau kecambah direndam
12 jam, kacang hijau direndam 12 jam, kacang hijau kering, kecambah
direndam 24 jam. Berdasarkan teori, Makin lama umur kecambah makin
tinggi aktivitas enzim amilasenya. Makin lama waktu perendaman makin
tinggi aktivitas enzim amilasenya karena perendaman dapat membuat enzim
amilase menjadi aktif. Perkecambahan menyebabkan penyerapan air oleh biji
Sampe
wakt
u
Perlakuan
Kontro
Menit l
0
10
20
30
40
++
++
++
++
Na-
Laruta
Asam
bisulfi
n gula askorba
ing 30 hing 3
t 0,8%
+
+
+
5%
+
+
+
+
++
detik
t 0,5%
-
Blanch
Blanc
detik
50
+++
60
+++
0
10
+
20
+
30
++
40
++
++
12 Pisang 50
60
+++
Sumber: Laporan Sementara
11
Apel
Keterangan
-
+
+
+
+
+
+
++
++
+
+
++
++
++
+++
+
+
+
+
:
: tidak coklat
: agak coklat
++
: coklat
+++
: sangat coklat
pir, pisang, anggur), sayur (kentang dan jamur), dan jua pada
sehingga logam tersebut terjerat padanya membentuk logam yang tidak dapat
terionisasi dan tidak dapat berperan aktif dalam reaksi dengan substrat fenol
sehingga senyawa ini mencegah pembentukan warna gelap. Larutan gula
dapat menghambat pencoklatan enzimatis karena larutan gula dapat
memberikan lapisan atau mantel sehingga mencegah permukaan buah dapat
kontak dengan oksigen. Asam askorbat yang berkonsentrasi rendah memiliki
kecepatan laju pencoklatan awal yang lebih tinggi sebab bila jumlah asam
askorbat yang rendah telah teroksidasi total maka proses oksidasi selanjutnya
terjadi pada substrat PPO yaitu fenol sehingga kadar fenol turun. Hal ini
berbeda dengan asam askorbat yang tinggi, karena asam askorbat pada
DAFTAR PUSTAKA
Magneting Field (Omf). Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 13, No. 2, Hal.
78-87.
Suarni dan Rauf Patong. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber
Enzim -Amilase. Journal Chemistry, Vol.7, No. 3, Hal. 332-336.
Suarni. 2007. Potency Of Mung Bean Sprout As Enzyme Source (-Amilase)
Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim -Amilase. Indo.
Journal Chemistry, Vol. 7, No. 3, Hal. 332-336.
Suprapto, Hadi. 2006. Pengaruh Perendaman Pisang Kepok (Musa acuminax
balbisiana Calla) dalam Larutan Garam terhadap Mutu yang Dihasilkan.
Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 1, No.2.
Suhardi, Sudarmadji, Slamet dan Haryono, Bambang. 1996. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Sutikno. 2008. Pengaruh Proses Pemblansiran Irisan Buah Sukun (Artocarpus
Communis) Terhadap Pencoklatan dan Kadar Pati. Jurnal Kimia, Vol. 1,
No. 2.
Wahyuningsih. 2009. Pengaruh Tirosin, Asam Askorbat, Enzim Polifenol, Xidase
terhadap Perubahan Warna Kentang. IPB Press. Bogor.