You are on page 1of 28

ACARA I

PENGENALAN OGRANISME PENGGANGGU TANAMAN


1.

Pendahuluan
Dalam suatu areal pertanaman, kemunduran produksi merupakan hal yang sering terjadi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemunduran produksi adalah karena Adanya gangguan
gulma. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena dapat merugikan dalam hal menurunkan hasil produksi yang bisa dicapai oleh
tanaman.
Selain penyakit kita juga tidak jarang menjumpai hal-hal yang dapat merusak tanaman seperti
hama tanaman. Hama dapat berkembang menjadikan tanaman yang kita tanam sebagai
inangnya. Oleh karena itu kita harus mengendalikan hama tersebut. Untuk mengendalikannya
pertama-tama kita harus mengenali hama yang menyerang tanaman kemudian mencari cara
untuk mengendalikannya sehingga pada periode tanaman berikutnya hama tersebut tidak lagi
menyerang, minimal mengurangi intensitas serangan hama yang sama (Anonim, 2009).
Dalam hal pengendalian hama tanaman sangat penting mengenali jenis hama yang
menyerang. karena dengan mengenali hama tersebut dapat diketahui apa yang seharusnya
diperbuat untuk mencegah kerugian yang lebih parah. Untuk itu seiring dengan
perkembangan jaman telah muncul berbagai macam cara pencegahan hama yang sesuai
dengan setiap jenis hama yang menyerang tanaman. Tetapi kemajuan teknologi itu tidak
dapat dinikmati oleh setiap kalangan sehingga sampai sekarang masih bisa kita lihat
pengendalian hama dengan cara lama dan dengan hasil yang kurang optimal pula. Seperti
adanya pestisida fungi untuk pengendalian jamu, insektisida untuk mengendalikan serangga,
rodentisida untuk mengendalikan tikus, dan masih banyak yang lainnya (anonim, 2009).
Kehadiran gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lahan pertanian dapat
mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman
budidaya) dalam hal penyerapan unsur-unsur hara, penangkapan cahaya, penyerapan air dan
ruang lingkup, mengotori kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh bijibiji gulma, dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun) serta sebagai
tempat hidup atau inang tempat berlindungnya hewan-hewan kecil, insekta dan hama
sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik,
mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan
penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan
menurunkan produktivitas air. (Anonim, 2009).

Dalam kurun waktu yang panjang, kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian
akibat hama atau penyakit. Olehnya, untuk menangani masalah gulma, maka perlu dilakukan
identifikasi gulma yang dimaksudkan untuk membantu para petani dalam usaha menentukan
program pengendalian gulma secara terarah sehingga produksi dapat ditingkatkan
sebagaimana yang diharapkan. Adapun pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya dengan cara preventif (pencegahan), secara fisik, pengendalian gulma
dengan sistem budidaya, secara biologis, secara kimiawi dan secara terpadu (Anonim,2009).
2.

Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman adalah untuk
mengenal organisme yang mengganggu tanaman, mengenal hama yang menyerang pada
tanaman, mengetahui macam-macam gulma yang mengganggu tanaman. Dengan cara
mengamati gulma dan hama yang telah disediakan kemudian digambar dan diberi keterangan.

3.

Metode Praktikum

3.1

Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai Pengenalan Gulma dan Hama
dilaksanakan di Perpustakaan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Waktu pelaksanaannya pada hari Senin, tanggal 25 November 2013, Pukul 13.00 sampai
selesai.

3.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis dan kertas quarto (A4) untuk
menggambar. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gulma dan hama yang di
bawa masing-masing mahasiswa. Antara lain :
Gulma :

Hama :

Teki (Cyperus Flavidus)

Belalang (Valanga Nigricornis)

Bayam Duri (Amarathus Spinosus)

Ulat Daun Pisang

Putri Malu (Mimosa Pudica)

Bekicot (Acatina Fulica)

Alang-Alang (Imperata Cyidrica)

Lalat Rumah (Musca Domestica)

Bandotan (Agreratun Conzoides)

Jangkrik (Gryllusa similis)


Walang Sangit

3.3

Cara Kerja
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan lalu mengamati dan mengidentifikasi jenis gulma
dan hama tersebut, setelah itu, menggambar jenis gulma dan hama serta memberikan
keterangan pada gambar.

ACARA II
PENGENALAN GEJALA SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
1.

Pendahuluan
Penyakit tanaman merupakan suatu yang menyimpang dari keadaan normal dan dapat
menyebabkan kerugian langsung pada tanaman. Tanaman dapat mati karena akar dan pangkal
batangnya yang rusak karena adanya penyakit tanaman, maka kerusakan pada tanaman
adalah di sebabkan karena adanya perubahan dan menurunya kuantitas dan kualitas pada
tanaman.
Tanaman dapat menunjukan gejala perubahan bentuk, dan kelayuan pada tanaman, tanaman
dapat menujukan kelompok gejala yang membentuk gambaan penyakit atau sidrom penyakit
yang di sebakan oleh penyebab abiotik dan biotik. Suatu tanaman dapat di katakana sehat
atau normal, jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiolgis dengan seperti
perkembangan dan pembelah sel (Anonim, 2009).
Penyakit pada tumbuhan dapat di temukan dalam bentuk geja dan tanda, dan tanaman dapat
berjangkit sejak tanaman dapat berubah benih, dan selama bibit tanaman tumbuh dilapangan
hingga panen dan tempat penyimpanan pasca panen, sehingga dapat menimbulkan kerugian
secara tidak langsung oleh masyarakat khusus pada petani (Setijo, 2001).
Penyakit pada tanaman disebabkan oleh patogen penyakit yaitu bakteri, dan virus yang
kesemuanya disebut mikroorganisme lainnya. Karena ukurannya sangat kecil dan halus
maka tidak dapat dilihat dengan kasat mata maka digunakan mikroskop elektron (Anonim,
2009).

2.

Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman yaitu untuk
mengenal macam-macam/gejala serangan yang organisme pengganggu tanaman, mengamati
gejala pada organisme pengganggu tanaman, menggambarkan gejala pada organisme
pengganggu tanaman. Kemudian digambar dan diberi keterangan.

3.

Metode Praktikum

3.1

Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai pengenalan gejala penyakit pada
tanaman dilaksanakan di Perpustakaan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Purwokerto. Waktu pelaksanaannya pada hari Senin, tanggal 25 November 2013, Pukul 13.00
sampai selesai.
3.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis dan kertas quarto (A4) untuk
menggambar. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu preparat basah berupa bagian
tanaman yang terserang organisme pengganggu tanaman. Preparat basah terdiri dari : daun
jagung, buah cabai, daun bawang, akar tomat, jagung, ranting sengon, daun padi, pelepah
daun padi.

3.3

Cara Kerja
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan, kemudian mengamati bagian tanaman yang
terserang penyakit, lalu digambar dan memberikan keterangan pada gambar.

4.
1.

Pembahasan
PenyakitGosong
Nama penyakit

: Gosong

Patogen

: Ustilago maydis

Tanaman inang

: Jagung

Jamur ustilago menyebabkan penyakit gosong sorus dalam bakal biji 9 - 13 x 5 - 9 mm,
coklat kehitaman, bertepung. Spora terbungkus oleh gluma bunga yang keras, berwarna
coklat, agak bulat atau jorong, dengan garis tengah 7 - 13 (9)

m. Dinding luar spora

mempunyai tonjolan-tonjolan yang jelas (Holliday,1980).


2.

Penyakit antraknosa pada cabai


Nama penyakit

: Antraknosa

Patogen

: Gloes porium piperatum

Tanaman inang

: Cabai ( capsium annuum L )

G. piperatum menyerang tanaan cabe pada saat

buah masih berwarna hijau dan

menyebabkan mati ujung (die back). Ciri-ciri yang dapat dikenali akibat serangan cendawan
ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk.
Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning, membesar dan memanjang. Pada kondisi
lembab, cendawan memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu.
Gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna
kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada

jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah
atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa
dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang
yang menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam
Cara paling mudah dan sederhana untuk membedakan antara kedua mikroorganisme
penyebab

layu,yaitu

dengan

cara

memotong

secara

melintang

batang

tanaman

(tomat,cabe,atau kentang). Batang tanaman yang layu, apabila dipotong melintang terdapat
warna coklat kehitaman ,maka dugaan besar,tanaman terserang oleh cendawan/jamur
Fusarium sp.
Fusarium sp. banyak ditemukan di dalam tanah dan jika ditumbuhkan pada media biakan
akan membentuk tiga macam spora yaitu mikrokonidium, makrokonidium dan klamidospora.
Mikrokonidium banyak dihasilkan dalam berbagai kondisi, bentuknya lonjong atau bulat
bersel satu dan tidak berwarna, berukuran 6-15 m x 2,5-4 m. Makrokonidium lebih jarang
ditemukan, bentuknya lurus atau bengkok seperti sabit, tidak berwarna, kebanyakan bersekat
dua atau tiga, dan berukuran 25- 33 m x 3,5-5,5 m. Klamidospora dibentuk sebagai respon
terhadap kondisi lingkungan yang tidak sesuai yang bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidup patogen. Klamidospora berukuran 7-11 m, bersel satu atau dua,
berdinding tebal dan dihasilkan di dalam makrokonidium atau miselium yang telah
tua(Sastrahidayat,1990;Semangun,1991).
Metode pengendalian yang sering dilakukan oleh para petani yaitu penggunaan bahan
pestisida sintetik yang melebihi dosis anjuran dan digunakan secara terus-menerus sehingga
mengakibatkan akumulasi pestisida di tanah.

3.

Penyakit Trotol bercak ungu


Nama penyakit

: Trotol / bercak ungu

Patogen

: Alternaria porri

Tanaman inang

: Bawang daun

Penyakit becak ungu atau trotol menyerang pada berbagai jenis bawang-bawangan , misal
bawang daun, bawang merah, bawang putih dan bawang Bombay yang menyebabkan
matinya daun-daun bawang. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Alternaria porri (Ell.) Cif.
Gejala serangan, terjadinya becak kecil, melekuk, berwarna putih sampai kelabu. Jika
membesar, becak tampak bercincin, dan warnanya agak keunguan. Tepinya agak kemerahan
atau keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang dapat meluas agak jauh di

atas atau dibawah becak. Pada cuaca lembab permukaan becak berwarna coklat sampai
hitam.
Ujung daun yang sakit mengering, becak lebih banyak pada daun tua. Bisa menginfeksi
sampai umbi lapis yang mengalami pembusukan mulai leher, dan mudah dikenali dari
warnanya kuning sampai merah kecoklatan. Daur Penyakit; pathogen bertahan dari musim ke
musim pada sisa-sisa tanaman sebagai konidium. Konidium disebarkan oleh angin pada
malam hari dan infeksi terjadi melalui mulut kulit dan melalui luka-luka.
4.

Pada akar tomat


Nama penyakit

: Puru akar

Patogen

: Meloidogyne Sp.

Tanaman inang

: Tomat ( Lyco persicon esculentum L )

Menurut Bird (1972) akibat serangan nematodo puru akar fungsi alamiah sel tanaman akan
terganggu. Sebagai contoh menurunnya laju fotosntesis, pertumbuhan dan juga produksi. Hal
ini diduga bahwa nematoda ini mempengaruhi fisiologi tanaman dengan mengganggu sntesis
dan

translokasi

hormon

pertumbuhan

yang

diproduksi

oleh

akar.

Apabila sistem perakaran terserang respirasi pada tanaman menigkat,absorbsi oksigen lebih
cepat atau seimbang dengan tumbuhan.
5.

Karat padatanamanJagung
Nama penyakit

: Karat

Patogen

: Puccinia Sorghi

Tanaman inang

: Jagung

Karat (rust) pada jagung tersebar luas di semua negara yang menanam jagung. Di Indonesia
penyakit ini sudah ditulis oleh Racibor ski pada tahun 1990. Pada waktu itu karat salah satu
dari ketiga penyakit penting pada buncis, yaitu antraknosa, bercak daun bersudut, dan karat
(Suhardi,1980b).
Gejala penyak itu timbul pada daun sebagai bercak kecil, berwarna putih, agak terangkat
(menonjol). Pada jenis ini sangat rentan bercak dapat mebesar sampai bergaris tengah 2 mm,
mempunyai massa berwarna coklat bertepung. Bercak dapat mempunyai halo berawana
kekuningan.
Sering kelak bercak ini dikelilingi oleh satu cincin coklat tambahan. Masssa berwarna coklat
tapi dapat segera menjadi coklat tua gelap, yang disebabkan karena perkembangan jamur
pengembangan jamur penyebab penyakitnya. Penyakit jarang timbul di batang dan tangkai
daun yang sehat serta jaringan xilem menjadi kerdil, sehingga pengambilan air dan nutrisi

dari dalam tanah terhambat, akibatnya terjadi kekurangan unsur hara maupun air. Gejala akan
tampak pada daun atau bagian lain dari pada tumbuhan (Bird,1972).
Faktor yang mempengaruhi penyakit; tanaman tidak dipupuk secara berimbang, penyiraman
kurang dan musim kemarau riskan dengan gangguan penyakit. Pemupukan dengan urea pada
musim hujan akan meningkatkan serangan penyakit. Pengendalian; drainase yang baik, rotasi
tanaman, pemupukan berimbang misal penyemprotan POC NASA dan HORMONIK, sebagai
pencegahan sebelum tanam pakai Natural GLIO, penyemprotan fungisida tembaga dan zineb
dianjurkan jika populasi diatas ambang ekonomi dan lebih bagus ditambah perekat-peratapembasah AERO 810 agar dapat membasahi daun bawang yang berlilin.
6.

Pada pelepah daun padi


Nama penyakit

: Hawar pelepah daun

Patogen

: Rhizotonia solani

Tanaman inang

: Padi ( oriza sativa L )

Gejala dari penyakit bercak pelepah daun pada tanaman padi adalah adanya bercak pada
seludang/pelepah daun dan jika kondisi menguntungkan bagi perkembangan bakteri bercak
bisa menyerang pada helaian daun. Gejala awal biasanya terbentuknya bercak pada pelepah
yang berdekatan dengan air berbentuk lonjong berwarna kelabu kehijau-hijauan kemudian
menjadi putih kelabu dengan pinggiran cokelat. Ukuran bercak dapat mencapai panjang 23cm.Batas tepi bercak dan variasi warna memberikan warna yang jelas pada bagian tanaman
yang terinfeksi. Jika kondisinya lembab sekali pelepah tersebut dapat busuk sehingga
penyakit dapat disebut dengan busuk upih. Biasanya gumpalan benang jamur (miselium)
dapat dijumpai pada pelepah yang terinfeksi. Gejala biasanya nyata selama masa
pembungaan atau pada fase pemasakan. Infeksi berat dapat menyebabkan bulir tidak terisi
dengan sempurna.
Penyakit bercak pelepah daun pada tanaman disebabkan oleh jamur Rhizoctonia Solani dan
Rhizoctonia oryzae. Jamur ini dapat bertahan dalam tanah dan sisa tanaman dalam bentuk
benang-benang (miselium) atau gumpalan yang keras (skletoria). Jamur ini dapat
berkembang cepat pada kondisi yang lembab misalnya di bawah rumpun padi yang rapat.
Kecepatan perkembangan penyakit juga akan bertambah ketika urea diberikan secara
berlebihan. Sinar matahari dapat menekan infeksi yang disebabkan oleh jamur ini.
7.

Pada Ranting sengon


Nama penyakit

: Karat atau kanker ranting sengon

Patogen

: Uromycladium tepperianum

Tanaman inang

: Sengon

Penyakit karat tumor/karat puru yang menyerang tanaman sengon

adalah jamur

Uromycladium tepperianum. Jamur ini dikenal sebagai jamur karat yang menyerang lebih
dari seratus spesies Acaccia, jenis-jenis Paraserianthes/Albizia spp, Racosperma spp.
(ketiganya merupakan anggota famili Fabaceae

( =Leguminosae ) menyebabkan

pembentukan (gall) yang menyolok pada dedaunan dan ranting pohon. Setiap gall karat
tumor/karat puru dapat melepaskan ratusan sampai ribuan spora yang dapat menularkan ke
pohon-pohon sekitarnya dengan cepat melalui bantuan angin. Ukuran, bentuk , dan warna
gall bervariasi tergantung bagian tanaman yang terserang dan umur gall. Warna gall pada
awalnya hijau kemudian berubah menjadi coklat. Warna coklat indikasi bahwa spora-spora
yang

melimpah

siap

dilepaskan/terbang.

Penyakit karat tumor/karat puru (gall rust), merupakan salah satu penyakit yang berbahaya
pada tanaman sengon laut Paraserianthes falcataria. Dampak penyakit meluas pada semai
sampai tanaman sengon dewasa, mulai dari menghambat pertumbuhan sampai mematikan
tanaman sengon.

Gejala Serangan
Serangan karat tumor/karat puru

pada pohon sengon ditandai dengan terjadinya

pembengkakan (gall) pada ranting/cabang, pucuk-pucuk ranting, tangkai daun dan helai daun.
Gall ini merupakan tubuh buah dari jamur. Penyakit karat tumor/karat puru dapat menjadi
persoalan yang serius dalam pengelolaan tanaman sengon. Penyebaran penyakit ini sangat
cepat, dengan menyerang tanaman sengon mulai dari persemaian sampai lapangan dan pada
semua tingkatan umur. Kerusakan serius bila serangan terjadi pada tanaman sengon yang
masih muda (umu r1-2 tahun), karena titik-titik serangan (gall) bisa terjadi di batang
pokok/utama sehingga batang pokok/utama rusak/cacat, tidak dapat menghasilkan pohon
sengon yang berkualitas.
8.

Pada daun padi


Nama penyakit

: Bercak daun garis coklat

Patogen

: Cercospora (Narrow brown Leaf Spot)

Tanaman inang

: Padi ( Oriza sativa L )

Bercak Cercospora (Narrow brown Leaf Spot) Penyakit ini menimbulkan kerugian sampai
40%. Penyebab penyakit adalah jamur Cercospora oryzae. Penyakit menghasilkan gejala
bercak-bercak lurus sempit memanjang berwarna cokelat kemerahan sejajar dengan ibu
tulang daun pada helaian daun bendera, pada fase tumbuh - pemasakan. Banyaknya bercak

meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Gejala juga dapat terjadi pada pelepah
dan kulit gabah.

ACARA III
PENGENALAN PESTISIDA
1.

Pendahuluan
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau
membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran
-cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung,
mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu,
beracun. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa :
a.

Insektisida (serangga)

b. Fungisida (fungi/jamur)
c.

Rodentisida (hewan pengerat/Rodentia)

d. Herbisida (gulma)
e.

Akarisida (tungau)

f.

Bakterisida (bakteri)
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini,
produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida
tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga
bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Menurut
depkes riau kejadian keracunan tidak bisa di tanggulangi lagi sebab para petani sebagian
besar menggunakan pestisida kimia yang sangat buruk bagi kesehatan mereka lebih memilih
pestisida kimia dari pada pestisida botani ( buatan ) kejadian keracunan pun sangat meningkat
di provinsi tersebut. Menurut data kesehatan pekan baru tahun 2007 ada 446 orang meninggal
akibat keracunan pestisida setiap tahunnya. Sekitar 30% mangalami gejala keracunan saat
menggunakan pestisida. Karena petani kurang tahu cara menggunakan pestisida secara efektif
dan penggunaan pestisida secara berlebihan. Berdasarkan hasil penilitian Ir. La Ode Arief M.
Rur.SC. Dari sumatra barat tahun 2005 mengatakan penyebab keracunan pestisida di riau
akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak
menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang
peda dasarnya para petani hanya 20% petani yang menggunakan APD ( alat pelindung diri ),
60% patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan
setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh ( mual,sakit tenggorokan, gatal -

gatal, pandangan kabur, Dll.) Dan sekitar 20% petani tersebut tidak tahu sama sekali tentang
bahaya pestisida terhadap kesehatan,begitu tutur Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. Beliau juga
mengatakan semakin rendah tingkat pendidikan petani semakin besar risiko terjangkit
penyakit akibat pestisida.
2.

Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Mengenal berbagai macam pestisida
2. Mengenal beberapa pestisida

3.

Metode Praktikum

3.1

Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai pengenalan pestisida dilaksanakan
di Perpustakaan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Waktu
pelaksanaannya pada hari Senin, tanggal 2 Desember 2013, Pukul 13.00 sampai selesai.

3.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis dan kertas. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu beberapa macam pestisida berupa herbisida, fungisida, dan
insectisida.

3.3

Cara Kerja
Menyiapkan alat dan bahan lalu mengamati satu persatu pestisida kemudian mencatat nama
dagang, nama perusahaan, bahan aktif, bentuk pestisida, warna, sifat serangan, fungsi, dan
konsentrasi dosis.

4.

Pembahasan

A. Fungisida
Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan(fungi/jamur)
Fungisida umumnya di bagi menurut cara kerjanya didalam tubuh tanaman sasaran yang
diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik lokal. Pada fungisida,
terutama fungisida sistemik dan nonsistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat
dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya. Berhubung yang di amati hanya fungisida

non sistemik dan fungisida sistemik saja, maka yang dibahas hanya fungisida nonsistemik
dan fungisida sistemik.
a.

Fungisida nonsistemik (Fungisida Kontak, fungisida Residual Protektif)


Fungisida ini berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan menghambat perkecambahan
spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan (daun) tanaman. Karena itu, fungisida
kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman
terinfeksi oleh penyakit (protektif, preventif).

b. Fungisida sistemik
Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian
tanaman lainnya lewat aliran cairan tanaman. Kebanyakan fungisida sistemik didistribusikan
ke atas, yakni dari akar ke daun (akropetal). Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak
ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal). Contoh fungisida sistemik adalah benomil,
difenokonazol, karbendazim, metalaksil, propikonazol, dan triadimefon.
B.

Herbisida
Berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Herbisida adalah pestisida yang
digunakan untuk mengendalikan gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki.
Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik.
Herbisida yang aktif pada gulma yang sudah tumbuh. Herbisida jenis ini dapat dibagi menjadi
dua kelompok sebagai berikut :

a.

Herbisida kontak, yakni herbisida yang membunuh jaringan gulma yang terkena langsung
oleh herbisida tersebut.. Contohnya herbisida kontak adalah propanil, paraquat, dan diquat.

b.

Herbisida yang ditranslokasikan keseluruh bagian gulma (sistemik). Yang disebut pula
sebagai translocated herbicides. Karena sifatnya yang sistemik, herbisida ini mampu
membunuh jaringan gulma yang ada di bawah tanah (rimpang, umbi). Contoh herbisida ini
adalah 2,4-D, glifosat.

C.

Insektisida
Berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Menurut
cara kerja atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan, insektisida secara kasar
dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut :

a.

Insektisida sistemik
Insektisida sistemik diserp oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun.
Selanjutnya, insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan
ditrasportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik ke atas (akropetal) atau ke bawah

(basipetal), termasuk ke tunas yan baru tumbuh. Contoh insektisida sistemik adalah
furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran, dan monokrotofos.
b. Insektisida nonsistemik
Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan (misalnya disemprotkan) pada tanaman sasaran
tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Contoh
insektisida adalah dioksikarb, diazinon, diklorvos, profenofos, dan quinalfos.
Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi
tigakelompok insektisida sebagai berikut:
a.

Racun lambung (racun perut, stomach poison)


Adalah insektisida-insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut
masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan.
Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang
mematikan (misalnya ke susunan syaraf serangga). Oleh karena itu, serangga harus terlebih
dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang
cukup untuk membunuhnya.

b. Racun kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit
(bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila bersinggungan (kontak langsung)
dengan insektisida tersebut.
c.

Racun pernapasan
Adalah insektisida yang bekerja lewat saluran pernapasan. Serangga hama akan mati bila
menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup.

ACARA IV
PENGENALAN ALAT-ALAT PENGENDALIAN OPT
1.

Pendahuluan
Sprayer adalah salah satu dari penggunaan mesin secara umum untuk bahan kimia cair untuk
pengendalian gulma dan serangga. Pupuk cair juga dapatmenggunakan sprayer. Tipe dari
penyemprotan pertanian digolongkanberdasarkan tujuan pemakaian, penggunaan bahan
kimia, dan tekanan darisprayer (Jacobs,1983).
Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlahtertentu bahan kimia
aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air keobjek semprot (daun, tangkai,
buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini
ditentukan oleh kualitas dan kuantitasbahan aktif tersebut yang terkandung di dalam setiap
butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot (Kastaman,
dkk, 2002).
Sprayer digunakan untuk :
a.

Menyemprotkan insektisida untuk mencegah dan memberantas hama.

b. Menyemprotkan fungisida untuk mencegah dan memberantas penyakit.


c.

Menyemprotkan herbisida untuk mencegah dan memberantas gulma. Menyemprotkan pupuk


cairan.

d. Menyemprotkan cairan hormon pada tanaman untuk tujuan tertentu


Prinsip kerja alat penyemprot handsprayer adalah memecah cairan menjadi butiran partikel
halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus, maka pemakaian
pestisida akan efektif dan merata keseluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk
memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan
partikel denganmenggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki
dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang
karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi mengalir melalui celah yang
sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akanpecah menjadi partikel-partikel yang sangat
halus. (Anonim 1. 2010).
Faktorfaktor yang mempengaruhi efektifitas penggunaan sprayer yakni faktor yang berasal
dari peralatan sendiri, yaitu lebar nozzle, tekanan, bentuk nozzle. Faktor yang ditentukan
oleh cairannya adalah viskositas, harga kerapatan cairan, dan tegangan muka sangat
mempengaruhi bentuk ukuran butiran maupunpenyebaran butirannya. (Ciptohadijoyo,2003).

Penyemprot tekanan tinggi untuk tanaman pertanian adalah Type Gendong atau Knapsack
merek Zenoah dirancang untuk dapat menyelesaikan Penyemprotan tanaman dengan cepat
dan efisien, Power Sprayers Dusters/Mistersini banyak digunakan pada Lahan Pertanian dan
Perkebunan yang luas dan tersebar. Power Sprayers Zenoah asal Jepang ini adalah Power
Sprayers yang handal dan mempunyai performa tinggi, sangat ringan dan Nyaman untuk
digendong sehingga menghasilkan penyemprotan tanaman yang merata,(Anonim2.2010).
Ditinjau dari sumber daya penggeraknya, sprayer dibedakan menjadi dua,yaitu sprayer yang
digerakkan dengan sumber daya penggerak manusia dansprayer yang digerakkan dengan
daya penggerak motor (Ciptohadijoyo, 1998).
2.

Tujuan Praktikum
Praktikum bertujuan untuk :
1. Mengetahui alat-alat pengendalian organisme pengganggu tanaman.
2. Mengetahui cara pemakaian alat-alat pengendalian organisme pengganggu tanaman.

3.

Metode Praktikum

3.1

Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai pengenalan alat-alat pengendalian
organisme pengganggu tanaman dilaksanakan di Perpustakaan, Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Waktu pelaksanaannya pada hari Senin, tanggal 2
Desember 2013, Pukul 13.00 sampai selesai.

3.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis dan kertas. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini yakni contoh alat pengendali organisme pengganggu tanaman berupa
knapsack sprayer dan hand sprayer.

3.3

Cara Kerja
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan lalu mengamati bagian-bagian alat pengendali
organisme pengganggu tanaman kemudian digambar satu persatu dan diberi keterangan.

4.

Pembahasan
Sprayer

Alat penyemprot punggung semi otomatis, sering di gunakan oleh petani. Tangki terbuat dari
bahan tahan karat, umumnya terbuat dri fiber glass atau plastik. Unit pompa menyatu dengan
tangki. Diluar tangki terdapat selang semprot, dan di ujung tangkai semprot terdapat nozel.
Pada saat menyemprot, alat ini di gendong di punggung sambil berjalan. Operator alat ini
harus secara teratur menggerakkan handel pompa, karena tekanan yang dihasilkan pompa
tidak dapat bertahan lama. Pompa pada alat ini umumnya bertipe piston yang dilengkapi
tabung udara untuk menyimpan tekanan, sehingga handel pompa tidak perlu digerakkan
terlalu sering seperti pada pengoprasian sprayer tangan. Dengan demikian beberapa kali
menekan handel pompa cukup untuk mempertahankan tekanan untuk beberapa menit. Handel
pompa harus digerakkan lagi jika hasil semprotan membentuk butiran yang lebih besar
dengan jarak semprot yang lebih pendek. Selama penyemprotan operator harus
mengguncang-guncangkan tangkinya selama penyemprotan.

ACARA V
MENGAMATI INTENSITAS ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
1.

Pendahuluan
Kumbang kelapa Orycthes rhinocheros L (coleoptera scarabidae), sudah umum dikenal oleh
petani kelapa dan tersebar pada seluruh pertanaman kelapa di indonesia. Kumbang dewasa
biasanya terbang ke tajuk kelapa pada malam hari, dan masuk melalui salah satu ketiak pada
bagian atas tajuk. Pada dasarnya ketiak pelepah ketiga,empat atau lima dari pucuk merupakan
tempat masuk yang paling disukai. Jika tanaman kelapa baru berumur satu tahun atau kurang,
maka titik masuk mungkin pada pangkal batang dipermukaan tanah. Setelah kumbang
menggerek ke batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun muda yang sedang
berkembang.
Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan
daun seperti tergunting dan jelas terlihat setelah pelepah daun terbuka. Kerusakan yang
ditimbulkan pada tanaman kelapa terjadi pada pelepah daun muda.informasi ini menunjukkan
bahwa hama oryctes merupakan salah satu hama yang berbahaya pada tanaman kelapa.
Kumbang betina meletakkan telur pada tumpukan bahan organik lapuk sesudah telur
menetas, larva akan mengkonsumsi bahan organik lapuk tersebut dan berkembang sampai
menjadi dewasa. Banyak jenis tumpukan bahan organik yang dapat dijadikan sebagai tempat
bertelur dan berkembang biak oryctes rhinocheros.

2.

Tujuan Praktikum
Praktikum bertujuan untuk :

1.
2.

Mengamati intensitas organisme pengganggu tanaman pada tanaman kelapa.


Menghitung intensitas serangan hama pada tanaman kelapa.

3.

Metode Praktikum

3.1

Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai pengamatan intensitas organisme
pengganggu

tanaman

pada

tanaman

kelapa

dilaksanakan

di

sekitar

Universitas

Muhammadiyah Purwokerto. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal 4 Desember


2013, Pukul 13.00 sampai selesai.
3.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis dan kertas, bahan yang digunakan
adalah 30 pohon kelapa.

3.3

Cara Kerja
Pertama-tama menyiapkan alat tulis, kemudian mencari pohon yang terkena serangan hama
oryctes rhinocheros, lalu mengamati pohon kelapa yang terkena serangan hama. Selanjutnya
menghitung jumlah seluruh daun dan jumlah daun yang sakit kemudian mencatat hasil
pengamatan.

4.

Hasil Pengamatan
Intensitas Serangan Hama Pada Tanaman Kelapa
No

Jumlah daun

Jumlah

Presetase daun

.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

total
29
16
18
15
17
25
23
19
30
14
22
27
13
15
17
21
18
26
19
20
15
22
29

daun sakit
20
11
8
7
9
14
12
9
18
8
13
21
9
7
11
14
10
19
13
15
11
16
22

yang sakit
68,9
68,7
44,4
46,6
52,9
56
52,1
47,3
60
57,1
59,09
77,7
69,2
46,6
64,7
66,6
55,5
73,07
68,4
75
73,3
72,7
75,8

Harga numerik
7
7
5
5
6
6
6
5
6
6
6
8
7
5
7
7
6
8
7
8
8
8
8

24
25
26
27
28
29
30

25
31
17
15
21
22
19

18
24
14
4
13
9
10

72
77,4
82,3
26,6
61,9
40,9
52,6

8
8
9
3
7
5
6

Intensitas serangan hama


I= (n x v) 100 %
NxZ
I= (3x1) + (5x5) + (6x8) + (7x7) +
(8x8) + (9x1)

x 100 %
30 x 10
I = 3 + 25 + 48 + 49 + 64 + 9 x 100 %
300

I = 198 x 100 %
300
I = 66 %
Jadi, intensitas serangan hama pada ke-30 sampel tanaman kelapa tersebut adalah 66 %.
5.

Pembahasan

Praktikum ini dilakukan dalam bentuk survey di sekitar kampus, yaitu di kebun-kebun atau di
pekarangan rumah penduduk sekitar kampus. Hal-hal yang diamati adalah kondisi
pertanaman kelapa, kerusakan daun kelapa yakni mengamati guntingan-guntingan pada
pelepah daun kelapa. Areal pertanaman kelapa dilokasi pengamatan umumnya ditanam di
pekarangan rumah. Pemeliharaan tanaman kurang diperhatikan oleh petani karena adanya
masalah oryctes. Berdasarkan hasil suryey, terlihat bahwa hama oryctes merupakan hama
yang berbahaya. Kerusakan daun yang ditimbulkan hama ini belum terlalu parah.
Peningkatan populasi hama ini ditunjang oleh banyaknya tempat berkembang biak yang
tersedia terutama pada batang kelapa mati dan lapuk dan kotoran-kotoran hewan yang telah
melapuk.Berdasarkan hasil pengamatan dan jumlah intensitas serangan tersebut adalah
sebesar 44,6%. Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah guntingan, produksi kelapa
dan populasi kumbang. Makin tinggi tingkat kerusakan daun, akan mengakibatkan penurunan

tingkat produksi yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena kerusakan daun dapat
melemahkan tanaman sehingga mengurangi produksi kelapa.
Kumbang yang menyerang pucuk pohon dan pangkal daun muda pda tanaman kelapa, yaitu
kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros). Kumbang nyiur ini juga sering dijuluki dengan nama
kumbang badak karena memiliki semacam tonjolan seperti cula badak. Biasanya kumbang
dewasa berterbangan di senja hari. Siklus hidupnya berlangsung selama 10 bulan. Telur,
larva, dankepompong dilalui di dalam tanah, terutama di antara tumpukan sampah, serbuk
gergaji, atau pupuk kandang.
a. Gejala serangan
Pada serangan ringan tampak daun seperti terpotong membentuk segitiga. Bekas serangannya
akan membusuk karena air hujan sehingga menjadi media perkembangan cendawan. Pada
serangan berat tampak banyak daun berbentuk segitiga. Bila titik tumbuh diserang, tanaman
bisa mati atau cacat.
b. Pengendalian
Untuk pengendalian hama ini, cendawan Beauveria bassiana (balsamo) Vuillemin pun dapat
digunakan. Cara penggunaannya sama seperti pada pengendalian kumbang brontispa.
Cendawan lain adalah Metarrhizium anisopliae. Selain dengan cendawan, hama ini dapat
dikendalikan dengan virus Rhabdionvirus dan Baculovirus. Cendawan dan virus dapat
diperoleh di dinas perkebunan setempat.
Oleh karena kumbang ini berkembang pada timbunan sampah maka upaya pengendaliannya
bisa dengan tetap menjaga sanitasi kebun atau menanam tenaman sela maupun tanaman
penutup tanah.
Jenis hama yang menyerang daun pada tanaman kelapa :
a.

Hama Perusak Pucuk

1. Kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros)

ri :

ejala :

engendalian :

bentuk kumbang dengan ukuran 20-40 mm warna hitam dengan bentuk cula pada kepala
(1) hama ini merusak tanaman yang berumur 1-2 tahun; (2) tanaman berumur 0-1 tahun,
lubang pada pangkal batang dapat menimbulkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya
pelepah daun yang dirusak; (3) pada tanaman dewasa terjadi lubang pada pelepah termuda
yang belum terbuka; (4) ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur seperti digunting berbentuk
segi tiga; (5) stadium yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang.
(1) sanitasi kebun terhadap sisa-sisa tebangan batang kelapa; (2) menggunakan virus
Bacullovirus oryctes dan Mettarrizium arrisophiae; (3) memberikan carbofura (furadan 3G)
atau carbaryl (sevin 5G) 10/pohon dengan interval 2 bulan sekali.

2. Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous)

ri :

imago, berbentuk kumbang dengan masa perkembangan 11-18 hari. Ciri khas nya adalah
tinggal di kokon sampai keras.

ejala :

merusak akar tanaman muda, batang dan tajuk, pada tanaman dewasa merusak tajuk, gerekan
pada pucuk menyebabkan patah pucuk, liang gerekan keluar lendir berwarna merah coklat.

engendalian :

(1) hindari perlukaan, bila luka dilumuri ter; (2) potong dan bakar tanaman yang terserang;
(3) sanitasi kebun; (4) secara kemis dengan insektisida Thiodan 35 EC 2-3 cc/liter larutan,
Basudin 10 G dan sevin 85 SP pada luka dan diperkirakan ada serangan Kumbang sagu;

b. Hama Perusak Daun


1. Sexava sp

ri :

belalang sempurna dengan ukuran 70-90 mm, berwarna hijau kadang-kadang coklat. Masa
perkembangan 40 hari.

ejala :

(1) merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan
bunga-bunga; (2) merajalela pada musim kemarau; (3) pada serangan yang hebat daun kelapa
tinggal lidi-lidinya saja.

engendalian :

(1) cara mekanis: menghancurkan telur dan nimfanya, menangkap belalang (di Sumatera
dengan perekat dicampur Agrocide, Lidane atau HCH, yang dipasang sekeliling batang)
untuk menghalangi betina bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik
ke pohon; (2) cara kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah (LCC), misalnya
Centrosema sp., Calopogonium sp., dan sebagainya; (3) cara kemis: menyrmprot dengan
salah satu atau lebih insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 EC 2cc/liter air,
menyemprotkan disekitar pangkal batang sampai tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang
diameter 1,5 m 6 liter/pohon. Insektisida lain yang dapat digunakan: Sumithion 50 EC,
Surecide 25 EC, Basudin 90 SC atau Elsan 50 EC; (4) cara biologis: menggunakan parasit
Leefmansia bicolor tapi hasilnya belum memuaskan.

2. Kutu Aspidiotus sp

ri :

ejala :

engendalian :

kutu berperisai, jantan bersayap dengan ukuran 1,5-2 betina, jantan 0,5 mm. Imago jantan
berwarna merah/merah jambu dan betina berwarna kuning sampai merah.
(1) bercak-bercak kuning pada permukaan bagian bawah daun; (2) pada serangan berat daun
berwarna merah keabu-abuan, tidak berkembang (tetap kecil), tidak tegak, kemudian
tajuknya terkulai dan mati; (3) akibat serangan dalam waktu 2-5 tahun tidak mau berbuah.
menggunakan musuh alami yaitu predator Cryptognatha nodiceps Marshall atau parasit
Comperiella unifasciata Ishii.

3. Parasa lepida

ri :

kupu-kupu berentang sayap 32-38 mm berwarna kuning emas muda, masa pertumbuhan
375 hari.

ejala :

memakan anak-anak daun sebelah bawah setempat-setempat, tetapi tidak sampai tembus,
meninggalkan bekas ketaman/gigitan yang melebar sehingga tinggal urat-uratnya serta
jaringan daun atas, ulat yang tua merusak daun dari pinggir ke tengah sampai lidinya,
serangan hebat tinggal lidinya dan nampak gundul.

engendalian :

(1) menggunakan musuh alami parasit ulat Apanteles parasae; (2) kepompong dapat
menggunakn lalat parasit Chaetexorista javana; (3) perogolan pohon yang terserang pada
masa stadium ulat atau dengan mengumpulkan kepompongnya; (4) penyemprotan dengan
insektisida Dimecron 50 EC. Suprecide 10 atau menyuntik batang dengan Ambush 2 EC 2-3
cc/liter air pada stadium larva konsentrasi.

4. Darna sp

ri :

imago berbentuk kupu-kupu dengan rentang sayap 14-20 mm. Masa pertumbuhan 30-90 hari.

ejala :

(1) pada musim kering, Meninggalkan bekas gigitan tidak teratur pada daun tua, pelepah
daun terbawah terkulai; (2) daun-daun yang rusak hebat menjadi merah-sauh, kecuali
pucuknya dan beberapa daun yang termuda; (3) tandan-tandan buah dan daun sebelah bawah
terkulai bagaikan layu terutama kalau kering dan akhirnya bergantung kebawah di sisi
batangnya. (4) buahnya gugur; (5) daun-daun mudak duduk seperti biasa, tetapi kadangkadang mulai merah sauh. Hanya pucuknya dan daun-daun yang masih muda sekali yang
utuh.

engendalian :

(1) mengadakan pronggolan daun dan kemudian membakarnya; (2) menggunakan parasit
musuhnya yaitu parasit kepompong Chaetexorista javana, Ptycnomyaremota, Musca
conducens; atau tabuhan-tabuhan parasit Chrysis dan Syntomosphyrum; (3) menyuntikkan
pestisida Ambush 2 EC 2-3 cc/liter air atau penyemprotan pada stadium larva. Atau
insektisida Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2-0.4%, Basudin 60 EC dengan
konsentrasi 0,3%.

5. Ulat Artona (Artona catoxantha)

ejala :

engendalian :

(1) pada helaian daun terjadi kerusakan dengan adanya lubang seperti jendela kecil; (2) jika
serangan berat, tajuk tanaman kelapa nampak layu dan seperti terbakar; (3) pada bagian
bawah anak daun terlihat beberapa /bekas serangan menyerupai tangga, dengan tulang daun
arahnya melintang seperti anak tangga; (4) stadium berbahaya adalah larva.
(1) jika setiap dua pelepah terdapat 5 atau lebih stadium hidup maka perlu dilakukan
penangkasan semua daun, dan ditinggalkan hanya 3-4 lembar daun termuda; (2)

menggunakan tawon kemit (Apanteles artonae) yang merusak ulat atau Ptircnomya dan
Cardusia leefmansi; (3) menggunakan insektisida Ambush 2 EC 5 gram/hektar melalui
suntikan batang ataupun penyemprotan pada stadium larva.
DAFTAR PUSTAKA
http://nharoekabel.blogspot.com/p/hama-penyakit-utama-tanaman-kelapa-dan.html
JoomlArt.com
Wordpress.com

LAMPIRAN
Diposkan oleh Widy Widayat di 06.56
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

me on

twitter

facebook

it's me

Widy Widayat
Lihat profil lengkapku
Ada kesalahan di dalam gadget ini

Arsip widy

2014 (5)
o Januari (5)

laporan dasar-dasar perlindungan tanaman

makalah studi islam 1

sistem informasi manajemen

laporan praktikum dasar-dasar ilmu tanah

Laporan Praktikum Agronomi

2013 (7)

Translate
Powered by

Translate

RuangTani.Com Untuk penyakit dan hama memang tidak bisa dihindari pasti akan
menyerang yang namanya tumbuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan bahkan sampai
hasilnya. Karena hal inilah yang membuat para petani harus mengenali penyebab gagal panen
tersebut. Seperti petani tanaman selada merupakan salah satu sayuran Musiman.

Hama Dan Penyakit Menyerang Tanaman Selada Anda !! Ini Cara


Pengendaliannya

Dengan dapat mengetahui hama dan penyakit tersebut para petani bisa membuat keputusan
dalam pengendalian apa yang harus mereka tidaklanjuti atau lakukan demi menyelamatkan
tanaman salada tersebut. Dan juga sebaiknya dalam pemeliharaan tanaman selada ini
dilakukan mulai dari ketika awal penanaman sampai pasca panen, hal ini karena ditakutkan
masih menyerang tanaman selada walaupun sudah dalam kondisi panen.
Baca Juga :

Hama Dan Penyakit Menyerang Tanaman Brokoli !! Inilah Cara


Pengendaliannya

Cara Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Kubis

Tanaman Buncis Anda Terserang Hama Dan Penyakit !! Ini Cara


Pengendaliannya

Tanaman Sawi Terserang Hama Dan Penyakit ?? Ini Panduan


Pengendaliannya

Tanaman Kacang Panjang Anda Terserang Hama Dan Penyakit !!


Ini Cara Pengendaliannya

Nah berikut ini beberapa hama maupun penyakit yang menyerang pada tanaman selada,
untuk lebih jelasnya simak ulasannya dibawah ini.
Hama Pada Tanaman Selada

Jangel
(
Bradybaena
similaris
ferussac
)
Hama ini memiliki bentuk seperti siput yang berukuran sekitar 2 cm ini
bersembunyi pada pangkal daun bagian dalam dan menyerang daun pada
segala umur.

Tangek
(
Parmalion
pupilaris
humb
)
Hama ini memiliki bentuk mirip dengan jangle tetapi tidak mempunyai
siput ialah penyebab terjadinya tangek ini akibat serangan yang
dilakukannya ini mambuat lubang-lubang pada daun. Yang pada umumnya
hama ini menyerang tanaman selada ketika musim kemarau tiba
dibanding dengan musim hujan.

Kutu
Daun
Hama ini akibat menyerang yang ditimbulkan oleh salah satu pengganggu
ini ialah menjadikan daun menjadi mengerut. Lalu mengering akibat
kurang cairan. Bahayanya apabila tanaman yang masih berusia muda di
serang maka akan mengganggu pertumbuhannya, tumbuh kerdil atau
tidak sempurna misalnya. Dan untuk mengendalikan pada hama ini ialah
dengan menggunakan insektisida Diazinon, Orthene 75 Sp atau Bayrusil
misalnya tetapi sesuai dengan dosis yang tertera.

Thrips
Hama ini yang merupakan meresahkan bagi para petani karena dapat
menyebabkan daun pada selada menjadi kuning lalu kering dan ujungnya
tanaman selada pun akan mengalami mati. Dan apabila tanaman selada
sudah terserang dengan jenis hama ini maka dapat dikendalikan dengan
Bayrusil, Tamarot 200 EC atau Tokunthion 500 EC dengan dosis 2ml / Liter
air.

Penyakit Pada Tanaman Selada

Busuk
Lunak
(
Soft
Rot
)
Penyakit ini disebabkan oleh Bakteri Erwinia carotovora yang merupakan
penyebab terjadinya serangan pada tanaman selada. Penyerangan ini di
mulai dari tepi daun lalu warna daun menjadi berubah warna cokelat dan
akhirnya layu. Dan selain menyerang tanaman yang masih ditanam,
ternyata bakteri ini juga dapat menyerang tanaman yang sudah siap
untuk di kirim ke pasar.

Busuk
Batang
Pada busuk batang ini dapat menyerang tanaman selada dengan tanda

batang menjadi lunak dan mengandung lendir yang diakibatkan oleh


Cendawan Rhizoctonia Solani. Dan akan menjadi busuk akar apabila
cendawan ini menyerang tanaman penyemaian jika ketika lahannya
memiliki kondisi lembab. Jadi untuk mencegah bisa dilakukan dengan
menjaga kebersihan lahan dan kelembabannya harus dikurangi juga. Jika
kondisi ini sudah parah maka dapat dengan menggunakan fungisida
dengan cara disemprotkan, dengan menggunakan maneb atau dithane M
45 misalnya dan dosisnya sekitar 2 g/liter.

Busuk
Pangkal
Daun
Busuk pangakal daun ini disebabkan Felicularia filamentosa, yang
menyerang pangkal daun ketika musim panen tiba. Untuk melakukan
pengendaliannya maka bisa dengan menggunakan penyemprotan
pestisida alami atau kimia. Dan jika menggunakan pestisida alami maka
harus adanya perhatian khusus terhadap lingkungan kebun anda. Dan
jaga kebersihannya seperti menjaga irigasinya maupun dengan melakukan
rotasi tanaman demi memutus perkembangbiakan Felicularia filamentosa
tersebut.

Demikianlah pembahasan mengenai Hama Dan Penyakit Menyerang Tanaman Selada


Anda !! Ini Cara Pengendaliannya semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat berguna
dan bermanfaat bagi anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.

You might also like