You are on page 1of 6

Amal Bulan Dzulhijjah

Keutamaan Sepuluh Awal Dzulhijjah


Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah merupakan diantara waktu khusus yang
memiliki keutamaan dalam Islam. Sebagai bentuk kasih sayang-Nya, Allah SWT
mengkhususkan waktu-waktu tertentu dengan beragam keutamaan sangat besar.
Tentunya bagi seorang Muslim, pengkhususan waktu-waktu tersebut mengundang
perhatiannya untuk beramal secara optimal. Muslim yang baik tidak akan menyianyiakan waktu yang mendapat kemuliaan, berlalu begitu saja tanpa produktivitas
kebaikan. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, Rasulullah saw bersabda: Berbuat
baiklah di sepanjang usia kalian. Bersiap dan sambutlah hembusan rahmat kasih
sayang Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT memiliki hembusan-hembusan pada
rahmat dan kasih-Nya, yang akan diraih oleh para hamba yang dikehendaki-Nya. Dan
memohonlah kepada Allah SWT agar menutup aurat (keburukan) kalian dan
menentramkan kalian dari rasa takut dan kecemasan (HR. Aththabrani).
Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan yang begitu besar.
Allah SWT sampai bersumpah dengan waktu tersebut:

Demi fajar, Dan malam yang sepuluh, Dan yang genap dan yang ganjil, Dan malam
bila berlalu (QS. Al-Fajr 1-4).
Ulama tafsir seperti Ibnu Abbas ra, Ibnu Zubair ra, Mujahid ra. menafsirkan maksud
malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Pada ayat di atas
Allah SWT. bersumpah dengan 10 hari awal Dzulhijah. Menurut para mufassirin, Allah
SWT. tidak bersumpah dengan suatu hal, kecuali itu memberikan isyarat tentang
keagungan hal tersebut. Ini berarti keagungan sepuluh hari awal di bulan Dzulhijah.
Rasulullah Saw. secara khusus menjelaskan tentang keutamaan sepuluh hari pertama
Dzulhijjah ini. Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Tiada hari
dimana amal shalih lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini yaitu sepuluh hari
pertama Dzulhijjjah. Sahabat bertanya: Ya Rasulallah Saw., tidak juga jika

dibandingkan dengan jihad di jalan Allah? Rasul saw.: menjawab, Tidak juga dengan
jihad, kecuali seorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya serta tidak kembali
(gugur sebagai syahid). (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain,dari Ibnu Umar ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Tiada hari
yang lebih baik dan lebih di cintai Allah SWT. untuk beramal saleh di dalamnya dari
sepuluh hari Dzulhijah, maka perbanyaklah membaca tahlil (Laa ilaaha illallah), takbir
(Allahu Akbar) dan tahmid (Alhamdu lillah)". (HR. Imam Ahmad).

Meningkatkan Amal Saleh


Secara khusus, dalam momen sepuluh awal Dzulhijjah ini dianjurkan beberapa amal
berikut :
Pertama, Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Ini adalah amalan yang paling utama. Banyak sekali hadits-hadits Rasulullah
Saw.yang menjelaskan keutamaan haji dan umrah, diantaranya riwayat dari Abu
Hurairah ra.: "Dari umrah yang satu ke umrah yang lain sebagai penghapus dosa-dosa
diantara keduanya dan haji yang mabrur tidak ada balasannya, kecuali surga" (HR.
Bukhari dan Muslim).
Dalam beberapa hadits disebutkan bahwa ibadah ini disebut dengan jihad. Dari
Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw. bersabda: jihad orang yang sudah tua, orang yang
lemah, dan perempuan adalah haji. Dari Aisyah ra., beliau berkata: wahai Rasulullah
Saw. menurutmu jihad adalah amal yang paling utama, mengapa kita (perempuan)
tidak berjihad? Rasul bersabda: bagi kalian ada jihad yang paling utama yaitu haji
mabrur.(HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, memperbanyak puasa sunah khususnya puasa Arafah.


Memperbanyak puasa sebagai bagian dari amal saleh yang dianjurkan untuk
dikerjakan pada sembilan hari awal Dzulhijah, tidak termasuk hari Idul Adha. Tidak ada
dalil keutamaan secara khusus memang, kecuali untuk pelaksanaan puasa Arafah pada

9 Dzulhijah. Namun memperbanyak puasa bagian dari meningkatkan amal saleh.


Kemuliaan puasa Arafah disebutkan dalam riwayat Abu Qatadah ra.: "Saya mengharap
kepada Allah agar puasa pada hari Arafah, menghapuskan dosa tahun sebelumnya
dan tahun yang sesudahnya".(HR. Muslim).
Berpuasa di sepuluh awal bulan Dzulhijjah -selain hari Idul Adha- akan mendapat
keutamaan berpuasa secara umum sebagaimana yang disebutkan Rasulullah
saw: "Tidaklah ada seorang hamba yang berpuasa sehari di jalan Allah, melainkan
Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka selama tujuh puluh tahun (jarak tempuh
perjalanan selama tujuh puluh tahun) karena puasanya". (HR. Bukhari Muslim). Ibadah
puasa di awal Dzulhijjah juga dikuatkan dalam riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan
An Nasai bahwa Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah
saw.:Puasa hari Asyura, Puasa 1-8 Dzulhijah, 3 hari tiap bulan dan dua rakaat
sebelum fajar.
Ketiga, memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid.
Allah SWT berfirman:

dan supaya mereka menyebut nama Allah SWT pada hari yang telah ditentukan atas
rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. (QS Al-Hajj:
28).
Ibnu Abbas menyebutkan bahwa makna hari-hari di atas adalah sepuluh hari awal
Dzulhijah. Beliau juga meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Tiada
hari-hari dimana amal saleh paling utama di sisi Allah SWT dan paling dicintai-Nya,
melebihi sepuluh hari pertama Dzulhijah. Perbanyaklah hari-hari itu dengan tahlil, takbir
dan tahmid. (HR Ahmad dan Al-Baihaqi).

Imam Bukhari ra. menjelaskan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah, mereka berdua
pergi ke pasar pada sepuluh hari Dzulhijah untuk menggemakan takbir pada khalayak
ramai, lalu masyarakat mengikuti takbir mereka berdua.

Dzikir pada sepuluh awal Dzulhijjah secara umum bisa dibagi menjadi dua bentuk:
1.

Dzikr mutlaq (bebas): yaitu berdzikir secara umum dan tanpa terikat waktu khusus,

sebagaimana disebutkan petikannya dalam Al-Quran dalam surat Al-Ahzab 35: laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan bgi
mereka ampunan dan pahala yang besar.
2.

Dzikir Muqayyad (yang terikat) : yang dimaksud adalah takbir hari Raya yang

memiliki lafadz secara khusus, dan waktu pembacaan yang tertentu pula. Bagi mereka
yang tidak melaksanakan ibadah haji, waktu takbir di mulai sejak fajar hari Arafah,
sedangkan bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji, waktunya di mulai dari
Zhuhur hari qurban hingga Ashar hari tasyriq yang terakhir.
Keempat, menjalankan dan mensyiarkan Shalat Idul Adha.
Hari raya Idul Adha adalah salah satu syiar dalam agama Islam. Karenanya,
sudah sepatutnya seorang muslim menyambutnya dengan kegembiraan. Allah SWT
berfirman dalam Al-Quran : dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar (agama)
Allah, maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS. Al-Hajj: 32). Secara
khusus Allah memerintahkan kita untuk menjalankan sholat Idul Adha. Allah SWT
berfirman : Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (QS. AlKautsar 1-3).
Dari Abu Said, beliau berkata, Rasulullah saw. keluar pada hari Idul Fitri dan
Idul Adha ke musholla, yang dilakukan pertama kali adalah shalat, kemudian
menghadap manusia sedang mereka tetap pada shafnya-, Rasul saw berkhutbah
memberi nasehat dan memerintah mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai sebuah syiar, maka setiap muslim harus berusaha untuk mengikuti sholat Idul
Adha dengan sepenuh hati dan berjamaah melaksanakannya. Bahkan dalam hadits
juga disebutkan tentang isyarat untuk mengoptimalkan sholat id dengan mengumpulkan

semua Muslimin untuk hadir, meski dalam keadaan haid sekalipun. Dari Ummi
Athiyah, ia berkata, Kami diperintahkan agar wanita yang dalam kondisi suci dan yang
sedang haidh keluar pada dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan khutbah
umat Islam dan bagi yang berhaidh harus menjauhi musholla. (HR. Bukhari dan
Muslim).

Kelima, berkurban.
Allah SWT. mensyariatkan berkurban dalan firmanNya: Sesungguhnya kami
memberikan kamu rizki yang banyak. Maka shalat dan berkurbanlah. Sesungguhnya
orang yang membencimu terputus dari rahmat Allah.(QS. Al-Kautsar: 1-3). Dalam ayat
lain Allah SWT.berfirman: Dan unta-unta itu kami jadikan untukmu bagian dari syiar
agama Allah, dan kamu memperoleh banyak kebaikan padanya. Maka sebutlah nama
Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri. Kemudian apabila
telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang tidak
meminta-minta namun butuh dan orang yang meminta.(QS. Al-Hajj: 36).
Dalam hadits shahih diriwayatkan bahwa: Rasulullah Saw. berkurban dengan
dua ekor kambing yang gemuk, beliau menyembelihnya dengan tangan sendiri,
dengan cara membaca bismillah dan bertakbir seraya meletakkan kakinya pada kedua
leher kambing. (HR. Bukhari dan Muslim).
Berkurban sebagai ibadah sunah muakkadah (yang sangat dianjurkan) dilakukan
setelah terbit matahari pada hari raya, tepatnya setelah melakukan shalat id, dan
berakhir pada hari ketiga tasyriq tanggal 13 Dzulhijjah. Adapun hewan-hewan yang
boleh dijadikan kurban adalah unta, sapi dan kambing.
Keenam, memperbanyak beragam amal ibadah dan kebaikan.
Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, Sebaik-baiknya hari dunia
adalah sepuluh hari pertama Dzulhijah. Ditanya, Apakah jihad di jalan Allah tidak
sebaik itu? Rasul saw. menjawab, Tidak akan sama jika dibandingkan dengan jihad di
jalan Allah, kecuali seseorang yang menaburkan wajahnya dengan debu (gugur
sebagai syahid). (HR Al-Bazzar dan Abu Yala).

Memperbanyak amal ibadah dan kebaikan, baik ubudiyah mahdhah atau hubungan
vertikal seperti sholat, puasa dan dzikrullah, juga yang bersifat ibadah sosial seperti
infak dan kebaikan lainnya sangat kondusif pada momen sepuluh hari awal Dzulhijah.
Ini sesuai dengan grafik keimanan kita yang meningkat pada hari-hari ini, yang sudah
semestinya diekspresikan dengan peningkatan amal kebaikan. Semoga Allah SWT
memberikan kemudahan untuk kita menjalani hari-hari mulia ini, sehingga hembusan
rahmat-Nya senantiasa menaungi kita semua. Amin.

Khutbah Kedua
6 Amalan Bulan Dzulhijjah
1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
2. memperbanyak puasa sunah khususnya puasa Arafah.
3. memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid.
4. menjalankan dan mensyiarkan Shalat Idul Adha.
5. berkurban.
6. memperbanyak beragam amal ibadah dan kebaikan.

You might also like