Professional Documents
Culture Documents
dan
Kecenderungan
bahkan
tersebut
ada
seperti
yang
mengalami
terlihat
pada
penurunan.
Ag(I)
yang
45
2. Bahan-Bahan Praktikum
a. Larutan Cu(NO3)2 20 ppm
b. Larutan Zn(NO3)2 20 ppm
c. Larutan Cu(NO3)2 40 ppm
d. Larutan Zn(NO
20 mL
20 mL3)2 40 ppm
20 mL
20 mL
e. Larutan ditizon 5 %
20 mL
20 mL
20 mL
20 mL
f. Larutan HNO3 1M
g.20
Larutan
1M
Disimpan
dalam5%
botol
vial
Disimpan
dalam
botol
vial di ekstraksi
dalam5%
botol
vial
dalam5%
botol
Ditizon
mL
diNaOH
ekstraksi
Ditizon5%
20Disimpan
mL
Ditizon
20Disimpan
mL di ekstraksi
Ditizon
20 vial
mL di eks
h. Aquades (H2O(l))
D. SKEMA KERJA
1. Ekstraksi ion Cu2+
Hasil (Analisis AAS)
Hasil (Analisis AAS) Hasil (Analisis AAS)
dibagi
Fase organik
(Analisis AAS
dibagi
Fase organik
(Analisis AAS
dibagi
Fase organik
(Analisis AAS
dibagi
Fase organik
46
(Analisis AAS
4 buah Erlenmeyer
Diisi masing-masing 40 mL larutan Zn(NO3)2 20 ppm
40 mL
Zn(NO3)2
40 mL
Zn(NO3)2
40 mL
Zn(NO3)2
40 mL
Zn(NO3)2
Diatur pH 6
Diatur pH 7
Diatur pH 8
Diatur pH 9
+ HNO3 atau NaOH setetes
+ HNO3
demi
atausetetes
NaOH setetes
+ HNO3
demi
atau
setetes
NaOH setetes
+ HNO3
demi
atausetetes
NaOH setetes de
dibagi
dibagi
dibagi
dibagi
20 mL
20 mL
20 mL
20 mL
20 mL
20 mL
Disimpan
dalam5%
botol
Disimpan
dalam5%
botol
Disimpan
vial
dalam5%
botol
vial
dalam5%
botol
Ditizon
20 vial
mL
di ekstraksi
Ditizon
20
mL di ekstraksi
Ditizon
20Disimpan
mL di ekstraksi
Ditizon
20 vial
mL di eks
dibagi
Fase organik
(Analisis AAS
dibagi
Fase organik
(Analisis AAS
dibagi
Fase organik
(Analisis AAS
dibagi
Fase organik
47
(Analisis AAS
48
Fase Air
20 mL
+ ditizon 5% 20 mL
Diekstraksi
20 mL
Hasil
Hasil
Disimpan dalam
botol vial
Fase organik
Hasil
Analisis AAS
E. HASIL PENGAMATAN
No.
1.
Perlakuan
Hasil pengamatan
pH 2 = 10 tetes
pH 3 = 6 tetes
Masing-masing Cu(NO3)2
pH 4 = 2 tetes
dengan pH berbeda + 20 mL
2.
2+
Ekstraksi ion Zn
40 mL Zn(NO3)2 20 ppm diatur Untuk
49
pH 8 = 11 tetes
Masing-masing
Zn(NO3)2
frhmsm [J nrtnrfs + 80 mL
ditizon 7,4 10-11 M
pH 9 = 17 tetes
terbentuk
fasa
dengan
fasa
air
Campuran diekstraksi
diperoleh fase air berwarna bening di
bagian atas dan fase organik berwarna
merah tua di bagian atas
2+
2+
mL Zn(NO3)2 40 ppm
Terbentuk dua fasa larutan dengan fasa
Campuran diatas pH 4 + ditizon
air berwarna bening diatas fasa
7,4 10-11 M
organik (ditizon) berwarna bir tua
Campuran larutan di ekstraksi dibawah.
Warna fasa organik menjadi lebih biru
dengan corong pisah
tua diperoleh fasa air berwarna bening
pH
Absorbansi Cu
Absorbansi Zn
sebelum
setelah
sebelum
ekstraksi
ekstraksi
ekstraksi
0,470
0,010
2,082
setelah ekstraksi
1,955
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. Untuk ion logam Cu2+ dengan ditizon
NH
NH
S
N
Cu
NH
2+
Cu
Ditizon
( Biru keunguan )
2+
NH
NH
S
N
Zn
NH
2+
N
Zn
S
N
Ditizon
2. Perhitungan
Hukum Lambert - Beer :
A= b.C
Dimana:
A = Adsorbansi
= Adsorphiritas molar
b = tebal kuvet
51
C = konsentrasi
A
b
C=
Sehingga:
%E
%E
A awal
Eb
A akhir
A awal
Eb
100%
Eb
Aawal - A akhir
100%
A awal
a) Untuk Cu2+
pH = 1
E=
A awal A ak hir
X 100
A awal
E=
0,4840,013
X 100
0,484
%E = 97,314%
pH = 2
E=
A awal A ak hir
X 100
A awal
E=
0,5070,010
X 100
0,507
% E = 98,027%
Untuk pH 3
E=
E=
A awal A akhir
X 100
A awal
0,5080,009
X 100
0,508
%E = 98,228%
Untuk pH 4
52
E=
A awal A ak hir
X 100
A awal
E=
0,5220,010
X 100
0,522
%E = 98,084%
b) Untuk Zn2+
pH = 6
E=
A awal A akhir
X 100
A awal
E=
2,0091,886
X 100
2,009
% E = 6,122%
pH = 7
A awal A ak hir
E=
X 100
A awal
E=
0,0650,687
X 100
0,065
% E = -956,923%
pH = 8
%E=
A awal A akhir
X 100
A awal
%E=
1,8240,084
X 100
1,824
% E = 95,395%
Untuk pH 9
A awal A akhir
%E=
X 100
A awal
%E=
1,9080,797
X 100
1,908
53
% E = 58,229%
c) Untuk campuran Cu2+ dan Zn2+
Untuk Cu2+
A awal A akhir
%E=
x 100
A awal
%E=
0,4780,010
x 100
0,478
%E=85,355
Untuk Zn2+
A awal A akhir
%E=
x 100
A awal
%E=
2,0831,955
x 100
2,083
%E=6,496
%E
97,314%
98,027%
98,228%
98,048%
54
98
%E
97.5
Series 1
Linear (Series 1)
Linear (Series 1)
97
Linear (Series 1)
96.5
1
pH
b) Untuk Zn2+
Tabel Analog Zn2+ DAN %E
pH
6
7
8
9
%E
6,122%
-956,923%
95,394%
-58,228%
Series 1
Linear (Series 1)
Linear (Series 1)
pH
G. PEMBAHASAN
55
melibatkan khelat dimana fase air larutan Cu(NO 3)2 dan Zn(NO3)2 yang mengandung
ion logam Cu2+ dan Zn2+ mengadakan kontak dengan fase organik (ditizon) yang
mengandung ligan khelat.
Zat pengkhelat atau reagen pengkhelat yang digunakan pada praktikum ini
adalah ditizon. Ditizon mempunyai rumus C13H12N4S (HDZ) berbentuk padatan
berwarna hitam keunguan, tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam kloform
(CHCl3) dan karbon tetraklorida (CCl4). Ditizon adalah suatu ligan pengkhelat yang
dapat bereaksi dengan ion-ion logam tertentu, warna kompleks logamnya adalah
lembayung tua, merah jingga, kuning atau warna lain tergantung ion logamnya
(Daintith, 1997). Sebagai asam lemah, ditizon di dalam air terionisasi dengan konstanta
asam (Ka = 2,8 10-5). Adanya warna yang khas untuk setiap senyawa kompleks
ditizonat memungkinkan pemakaian ditizon dalam analisis kualitatif dan kuantitatif ion
logam tertentu. Sehingga hal ini dapat dijadikan dasar untuk penentuan ion logam
secara spektrofotometri. Selektivitas reaksi ditizon dengan logam dipengaruhi oleh pH
larutan dan konsentrasi ligan (Soebagio, 2002).
Pada praktikum ini digunakan nilai pH yang berbeda-beda untuk ion logam Cu 2+
dan Zn2+. Adapun tujuannya adalah agar dapat mengetahui pengaruh nilai pH baik yang
rendah maupun tinggi dalam proses ekstraksi. Pada dasarnya, tingkat keasaman pH
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses ekstraksi karena
perubahan tingkat keasaman larutan logam dapat menyebabkan perubahan muatan dari
permukaan ekstraktan maupun perubahan spesies ion logam. Pada tingkat keasaman
tinggi (pH rendah), jumlah ion H+ sangat melimpah sehingga dapat menyebabkan
sebagian besar pasangan elektron bebas akan berikatan dengan H+. hal ini dapat
menyebabkan tolakan elektrostatik antara ekstraktan dan kation logam yang sama-sama
bermuatan positif. Tetapi pada tingkat keasaman yang rendah (pH tinggi) akan
menyebabkan persen logam yang terkstraksi akan semakin berkurang karena
terendapkan (Helina, 2001).
Oleh karena itu, perlakuan pertama adalah membuat larutan Cu dan Zn yang
telah diatur pH nya dengan Cu pH 1, 2, 3, 4 dan Zn dengan pH 6, 7, 8, 9. Larutan
Cu(NO3)2 diatur dalam kondisi pH rendah disebabkan karena sifat ion Cu 2+ pada nilai
pH yang lebih tinggi akan mengalami hidrolisa. Perlunya trayek pH pada daerah
ekstraksi dapat berlangsung pada pH yang rendah. Pengaturan pH dari larutan
digunakan untuk optimasi pH karena kemampuan dari donasi pasangan elektron bebas
dari ligan ke ion logam dipengaruhi oleh konsentrasi ion H + dari fase sumber. dimana
57
untuk mengatur pH berbeda-beda diatur dengan penambahan larutan NaOH dan HNO3.
Ditambahkan NaOH jika menginginkan suasana basa (pH diatas 7) dan HNO 3 jika
suasana asam (pH di bawah 7).
Kemudian larutan yang sudah jadi dibagi menjadi 2. Setengahnya didiamkan
sebagai analisis konsentrasi awal dan sebagiannya diekstraksi. Untuk dapat diekstraksi
ion logam harus diubah menjadi molekul yang tidak bermuatan (molekul netral) dan
mirip senyawa organik. Hal ini perlu dilakukan karena ion logam mempunyai
kecenderungan tidak larut dalam pelarut-pelarut organik atau non polar (Soebagio,
2002). Teknik pengubahan ini yang digunakan adalah teknik kompleks khelat antara
ditizon sebagai preaksi khelat dengan logam Cu(NO3)2. Pada pembentukan kompleks
logam khelat ini terjadi reaksi pendesakan proton H+ dari ditizon (asam organik lemah)
oleh ion logam yang dinetralkan oleh muatan dari anion sisa asam (Soebagio,2002).
Pada proses ekstraksi ion Cu dan Zn dengan larutan ditizon, mula-mula terjadi
distribusi ditizon dari fasa organik ke fasa air. Di dalam fasa air ditizon akan terionisasi
menghasilkan anion dan akan bereaksi dengan kation Cu2+ dan Zn2+ membentuk
kompleks khelat. Dengan adanya pengocokan terus menerus, kompleks khelat yang
berada dalam fasa air akan terdistribusi kembali ke fasa organik karna tidak bermuatan.
Semakin lama pengocokan distribusi kompleks khelat tersebut ke dalam fase organik
akan semakin banyak hingga terbentuk kesetimbangan diantara kedua pelarut.
Setelah diekstraksi pencampuran dengan ditizon menghasilkan larutan yang
terbentuk atas dua fasa. Pada percobaan ini dapat dilihat fasa airnya lebih bening
sedangkan fasa organiknya lebih pekat. Hal itu karena fasa organik merupakan fasa
dimana Zn dan Cu tidak ikut terekstrak. Dipisahkan fase organik dan fase airnya. Dan
diambil bagian atas yang merupakan fase air yang nantinya akan dianalisis dengan
AAS. Setelah terbentuk dua fasa, fasa air dan fasa organik memiliki warna yang
berbeda-beda untuk tiap logam. Dimana fase air dalam percobaan kali ini berwarna
bening untuk dan pink untuk Zn. Sedangkan fase organiknya berwarna biru tua
(ditizon) untuk Cu dan merah tua untuk logam Zn. Begitu pula pada ekstraksi campuran
Cu dengan Zn dengan pH 4 yang menghasilkan fasa air bening dan fasa organik biru
tua setelah prsoes ekstraksi. Dengan mengatur pH larutan yang dapat dikondisikan
bahwa ion logam tertentu berada dalam jumlah maksimal. Diama sebelum dilakukan
ekstraksi laruan yang akan diekstraksi muatan dari logam Cu dan Zn dinetralkan
sehingga dapat terekstraksi dan membentuk khelat yang ditandai dengan perubahan
yang terjadi, dimana logam Cu dan Zn dinetralkan sehingga dapat terekstraksi dan
58
membentuk khelat yang ditandai dengan perubahan yang erjadi, dimana logam Cu
dapat membentuk kompleks dengan warna biru sedangkan Zn membentuk kompleks
dengan warna merah tua (pada fasa organik).
Selanjutnya fasa air yang dihasilkan dari masing-masing ekstraksi kemudian
diuji dengan AAS. Cara kerja alat ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan
sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas.
Atom tersebut mengadsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu
katoda (Hallow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan.
Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu
menurut jenisnya (Darmini, 1995). Hallow Cathode Lamp terdiri dari katode cekung
yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang kan dianalisis dan anoda
terbuat dari tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu. Logam mulai
memijar dan atom-atom katodanya akan teruapkan dengan pemervikan. Atom akan
tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu (Khopkar,
2010). Dimana disini digunakan Cu dan Zn yang akan dianalisis secara terpisah, untuk
ditentukan hasil pengukurannya absorbannya (A) untuk absorbansi awal dan absorbansi
akhirnya. Logam Cu dan Zn diaspirasikan ke suatu nyala dan kedua unsur tersebut
diubah menjadi uap atom sehingga nyata mengandung atom unsur-unsur yang akan
dianlisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyata, tetapi
kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state).
Adsorbsi yang ditentukan ini sama dengan panjang gelombang yang diabsorbsi oleh
atom dalam nyala. Adsorpsi ini juga mengikuti hukum Lambert Beer yaitu absorbansi
berbanding lurus dan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam
nyala.
Dari hasil AAS yang didapat, untuk logam Cu dan pH 1, 2, 3, 4 didapatkan
persen ekstraksi berturut-turut 97,314%, 98,027%, 98,228% dan 98,048%. Dari data
yang diperoleh terlihat bahwa semakin besar pH maka persen ekstraksinya semakin
besar. Seharusnya secara teori semakin beasr pH maka persen ekstraksinya semakin
kecil.
membentuk khelat dengan ion Cu, namun akrena suasana fasa air terlalu asam yang
mengakibatkan terdensi terbentuknya nukleofil maka ikatan khelatnya lemah (reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah bentk ion) sehingga akan sulit untuk dapat
terdistribusi kembali secara maksimal ke dalam fasa organik yang bersifat non polar
(Baharudin, 2008).
Untuk logam Zn didapatkan data dari pH 6, 7, 8, 9 secara berturut-turut 6,122,
-956,923, 96,394, 58,228. Data yang diperoleh tidak beraturan akibat faktor-faktor
pengganggu serta ketidak telitian praktikkan dalam hal mengekstraksi. Logam Zn
terekstraksi optimum pada pH 8 yakni 95,394% sedangkan pada pH 7 adsorbansi yang
terekstrak lebih besar dari adsorbansi awal sehingga hasil persen ekstraksinya minus.
Analisis ion logam Cu2+ dan Zn2+ dalam praktikum ini menggunakan
spektrofotometri serapan atom, diukur absorbansi masingmasing ion logam tersebut
sebelum dan setelah diekstraksi dapat ditentukan persen ekstraksinya. Berdasarkan hasil
perhitungan untuk ion logam Cu2+ dengan pH 1, 2, 3, dan 4 diperoleh %E berturut
turut adalah 97,314%; 98,027%; 98,228%; dan 98,048%. Untuk ion logam Zn 2+
diperoleh %E pada pH 6, 7, 8, dan 9 berturutturut sebesar : 6,122%; -956,923%;
95,394%; dan 58,228%. Sedangkan %E campuran Cu 2+ dan Zn2+ dengan pH 4 sebesar
. umumnya ekstraksi berlangsung dengan disertai kenaikan pH dan besarnya kenaikan
pH sejalan dengan besarnya peningkatan kapasitas ekstraksinya. Diperoleh hasil %E
pada ion logam Zn2+ yang tidak teratur. Selain itu dapat pula disebabkan prsoes
ekstraksi yang dilakukan kurang sempurna sehingga pemisahan ion Zn 2+ yang
dilakukan menjadi tidak sempurna.
H. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, berdasarkan analisis data, hasil pengamatan, dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan;
1. Dalam melakukan pemisahan ion Cu2+ dan Zn2+ menggunakan ekstraksi pelarut
dibutuhkan terbentuknya kompleks khelat logam ( bisa menggunakan ditizon) yang
bertujuan supaya ion logam terikat dengan ditizon sehingga menjadi netral, maka
dapat terekstrak ke fase organic.
2. Adapun pengaruh pH awal larutan terhadap persen ekstraksi masingmasing ion
logam adalah semakin tinggi pH awal larutan, %E ion logam akan berkurang atau
berbanding terbalik, namun dari hasil percobaan hal tersebut tidak berlaku karena
berbagai faktor kesalahan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Daintith, John. 1997. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga.
Hamzan, Baharudin. 2008. Sintesis Ligan Khelat 4-Benzoll-1-fenil-3metil-2-Perozolin5-on dan Aplikasinya pada Ekstraksi Ion Nikel dalam larutan.
Herlina. 2001. Ekstraksi Ion Tembaga dengan Ekstraktan Dikzon Dietildiko-Karbonat
dan Dikizon. Dietilditrokarbonat dalam Kloroform. Semarang: UNS.
Hernani, Tatit, Bunasos dan Fitriati. 2010. Formula Sabun Transparan Anti Jamur
dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia Galangal L. Swartz) Bogor:
IPB.
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Purwaningsih, Dyah.2009. Adsorpsi Multi Logam Ag (I), Pb (II), Cr (III), Cu (II), dan
Ni (II) Pada Hibrida Etilen Diamino Silica Dari Abu Sekam Padi. Yogyakarta :
FMIPA UNY.
Rivai, Harizui. 2001. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Underwood.2002. Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi Ke-Enam). Jakarta : Erlangga.
Utami, Titi Wulan, dkk. 2009. Recovery Ion Logam Cu2+, Cd2+, Dan Cr3+ Dengan
Polieugenoksi
Asetil
Tiopen
Metanolat
(PEATM)
Sebagai
Carrier
61