Professional Documents
Culture Documents
pangan
guna
pengembangan
model
termal
untuk
pengolahan
seperti
pemanasan,
pembekuan,
sterilisasi,
digunakan,
pengambilan
nilai
benar
harga
standar,
berdasar
komposisi
dasar
bahan
bakar
tersebut
(Wahyudi, 2006).
Kapasitas bahan untuk menyimpan panas patut diperhitungkan.
Secara diagramatis pengaruh kemampuan bahan untuk menyimpan panas
dalam hal ini dinding. Saat ada kenaikan suhu udara dari luar, dinding
akan menyerap kelebihan panasnya. Bila dinding tidak mampu
menyimpan panas yang mengalir masuk terus-menerus, maka panas akan
menembus dinding dan keluar dari permukaan dinding di bagian dalam
ruangan yang suhu udaranya lebih rendah. Bila kemudian suhu udara luar
turun mnjadi lebih rendah dari suhu permukaan luar dinding, panas akan
mengalir balik keluar dundun. Kemampuan bahan untuk menyimpan
panas tergantung pada sifat-sifat bahan yang bersangkutan. Kemampuan
bahan untuk menyimpan panas berbanding lurus dengan kepadatan
bahan, faktor spesifik panas, volumenya (Frick, 2008).
Panas spesifik atau panas jenis adalah sifat termal penting lain
untuk operasi pemrosesan. Seperti perlakuan panas karna panas spesifik
menurut jumlah panas yang diperlukan proses tersebut. Panas spesifik
menggunakan lambang Cp (panas spesifik pada tekanan tetap)
mengendalikan kenaikan temperatur T oleh penambahan sejumlah
panas Q pada suhu material menjadi Q = C p.T. Teori klasik mengenai
panas spesifik mengasumsikan bahwa atom dapat berosilasi dalam salah
satu dari tiga arah (Smallman, 2000).
Panas adalah energi termal yang berpindah dari suatu sistem
(kumpulan elektron, ion, dan atom) pada suatu temperatur ke suatu lain
yang mengalami kontak atau sentuhan, tetapi berada pada temperatur
yang lebih rendah. Satuan standar internasionalnya adalah joule. Satuansatauan lain yang digunakan untuk panas adalah kalori dan British
thermal. Panas spesifik adalah kuantitas panas yang dibutuhkan untuk
mengubah temperatur dari satu satuan massa sebesar 1oC (Bueche, 2006).
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur panas spesifik
(Cp) dari produk makanan, sebagai metode campuran, metode
perbandingan
kalorimeter,
metode
adiabatik,
atau
menggunakan
3. Cara Kerja
Timbang bahan hasil pertanian
yang diinginkan. Panas spesifik sangat penting, apabila wujud dari bahan
pangan mengalami perubahan, maka nilai dari variable panas spesifik harus
dimasukan dalam penghitungan beban panas (Jassin, 2009). Mengukur
efisiensi energi panas, berguna sebagai penentuan jumlah energi panas yang
terbesar yang dapat dikeluarkan dari sumber panas, mengetahui energi yang
terkandung dalam sampel, mengetahui jumlah energi terkecil pada suatu
sampel, dan memberikan efisiensi energi yang sama besar. Penentuan jumlah
energi panas terbesar yang terdapat pada sumber panas Q2 diperlukan oleh Q1
bahan. Mengetahui energi yang berupa kalor yang dapat disimpan pada
kandungan bahan, sehingga energi panas tidak cepat turun. Mengetahui
jumlah energi terkecil pada sampel (Q1) yang akan mengalami proses
perpindahan panas (kalor) dari sumber energi (Q2). Memberikan efisiensi
energi dari Q2 ke bahan Q1 dengan ini energi panas dapat sama dan efisiensi
pada persentase yang akan dikeluarkan dapat maksimal.
Berdasarkan data efisiensi yang diperoleh menunjukkan data berbeda,
dapat dikatakan angka efisiensi pada ketiga sampel fluktuatif atau besar kecil.
Pada efisiensi terbesar terdapat di kelompok menggunakan sampel dengan
angka persentase, yaitu kelompok 15 sampel susu 32,8421%, kelompok 16
sampel tepung terigu 27,2067%, kelompok 10 tepung terigu 27,2%, kelompok
1 sampel kopi 17,86667%, dan kelompok 12 sampel kopi 17,1961%,.
Efisiensi terkecil terdapat pada kelompok menggunakan sampel dengan angka
persentase, yaitu kelompok 9 sampel kopi 4,83761%, kelompok 5 sampel kopi
4,772727%, kelompok 3 sampel tepung terigu 4,491667%, kelompok 8
sampel tepung terigu 3,905797%, dan kelompok 6 sampel tepung terigu
2,798546%. Tetapi efisiensi tersebut berbeda tidak sama besar maupun
kecilnya angka kalor yang dimiliki oleh sampel, efisiensi yang diberikan pada
panas yang dihasilkan sampel juga berbeda dengan kelompok praktikkan.
Kalor (Q) yang terbesar hingga terkecil, yaitu kelompok 4 sampel kopi
125024 J, kelompok 6 sampel tepung terigu 112326 J, kelompok 5 sampel
susu 75420 J, kelompok 15 sampel susu 957 J, dan kelompok 16 sampel
tepung terigu 10,919 J. Pada efisiensi yang dikeluarkan oleh sampel tidak
begitu besar, sedangkan kalor yang dihasilkan memiliki panas yang berbedabeda, ini menunjukkan setiap sampel menunjukkan efisiensi yang dikeluarkan
rendah, tidak mencapai setengahnya.
Sampai saat ini pada penelitian efisiensi panas yang terdapat pada
sampel kopi, tepung terigu, dan susu. Ini mengalami perkembangan untuk
penggunaan pelarutan air panas pada ketiga bubuk sampel, agar lebih mudah
larut dalam air yang tidak terlalu banyak menggunkan suhu panas. Masih
kenyataannya efisiensi panas yang terdapat pada ketiga sampel ini, tergolong
dalam hasilnya kecil. Jadi, efisiensi pada susu, kopi, dan tepung terigu perlu
adanya perkembangan lanjut, supaya dalam efisiensi yang diberikan pada
sampel dapat diperkecil penggunaan energi panas. Sampel yang digunakan
tetap memerlukan energi panas yang diberikan dari sumber, seperti dari listrik,
kompor, matahari dan lain-lain, tetapi belum dapat memberikan efisiensi
panas yang optimal.
Efisiensi dapat juga didefinisikan sebagai keluaran
(output) dibagi masukan (input). Semakin besar rasio energi
ini semakin tinggi efisiensinya (Sutalaksana, Anggawisastra,
dan Tjakraataja, 1979). Efisiensi merupakan perbandingan
yang terbaik antara masukan dan keluaran atau antara daya
dan hasil atau antara masukan dan keluaran atau antara
pengeluaran dan pemasukkan. Pengertian efisiensi sangat
relatif, efisien dapat diartikan sebagai penggunaan input yang
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produk yang sebesarbesarnya (Soekarno,1991). Pada efisiensi energi panas yang
didapatkan kurang baik dapat diketahui dari teori diatas,
efisiensi sampel kecil tidak sama atau lebih dari setengahnya
dari persentase. Jadi efisiensi dari ketiga sampel yang
memiliki nilai persentase kecil ini menunjukkan energi yang
dikeluarkan semakin besar kemungkinan lepas, dan tidak
memperkecil penggunaan energi yang dapat menghemat
penggunaan energi panas yang diberikan.
E. Kesimpulan
1. Panas spesifik (Cp) bahan pangan adalah jumlah panas yang dibutuhkan
untuk meningkatkan temperatur satu satuan kuantitas bahan pangan.
2. Berdasarkan data efisiensi yang diperoleh menunjukkan data tidak sama,
dapat dikatakan angka efisiensi pada ketiga sampel fluktuatif atau besar
kecil.
3. Efisiensi dapat juga didefinisikan sebagai keluaran (output)
dibagi masukan (input).
4. Sampai saat ini pada penelitian efisiensi panas yang terdapat pada sampel
kopi, tepung terigu, dan susu.
5. Pada efisiensi yang dikeluarkan oleh sampel tidak begitu besar, sedangkan
kalor yang dihasilkan memiliki panas yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ary Mustofa. 2012. Rancang Bangun dan Uji Performansi Tungku
Keramik Berpipa Spiral Dengan Bahan Bakar Padat. Jurnal Teknologi
Pertanian. Vol 12 : 3.
Bueche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta.
Frick, Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Kanisius. Yogyakarta.
Ginting, Aslina Br. 2005. Penentuan Parameter Uji dan Ketidakpastian
Pengukuran Kapasitas Panas dan Differential Scanning Calorimeter.
Jurnal Teknologi Bahan Nuklir. Vol 1 : 1.
Hrukova, Marie. 2003. Evaluation of Wheat Flour Characteristics by The AlveoConsistograph. Journal of Food and Nutrition Sciences. Vol 12 : 53.
Jassin, Ernawati. 2009. Kajian Eksperimental Nilai Konduktivitas Thermal dan
Panas Spesifik Beberapa Jenis Ikan. Jurnal BPPS. Vol 1 : 1.
Juarlin, E. 2010. Integrasi Numerik Kapasitas Panas Debye Material Logam
Menggunakan Metode Newton-Cotes. Jurnal SIGMA. Vol 13 : 2.
Muchtaridi. 2007. Kimia. Yudhistira. Jakarta.
Nikkhah, A. 2011. Milk Products and Postmodern Humans: Public Education
Fundamentals. Journal Food and Nutrition Sciences. Vol 2 : 2.
Oliveira, J.M. 2012. Specific heat (Cp) of tropical fruits, Caj, Cashew Apple,
Cocoa, Kiwi, Pitanga, Soursop fruit and Yellow Melon. International Food
Research Journal. Vol 19 : 3.
Smallman, R.E. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Glora
Aksara Pratama. Jakarta.
Wahyudi. 2006. Penelitian Nilai Kalor Biomassa Perbandingan Antara Hasil
Pengujian Dengan Hasil Perhitungan. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika.
Vol 9 : 2.
Young, Hugh D. 2002. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.