You are on page 1of 6

Awal Mula Masuknya Islam di Indonesia

Agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama Hijriah (kira-kira abad 8
Masehi). Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu :

Jalur Utara, dengan rute Arab (Makkah dan Madinah) Damaskus Baghdad Gujarat
(Pantai Barat India) Srilanka Indonesia.

Jalur Selatan, dengan rute Arab (Makkah dan Madinah) Yaman Gujarat Srilanka
Indonesia.
Cara Penyebaran Islam di Indonesia

Perdagangan

Kultural

Pendidikan

Kekuasaan Politik
Perkembangan Islam di Indonesia

Sumatera
Wilayah nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatera dan
daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah
tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam yang pertama yaitu
kerajaan Islam Perlak dan Samudera Pasai.
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang
pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh.
Samudera Pasai semakin berkembang dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Pengembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para ulama dan
mubalignya menyebar ke seluruh nusantara, ke pedalaman Sumatera, pesisir barat dan utara
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulauan di Kepulauan Maluku. Itulah
sebabnya di kemudian hari Samudera Pasai terkenal dengan sebutan Serambi Makkah.
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir
bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis.
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir
bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis.
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh
wilayah Nusantara. Para dai, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus
berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh Nusantara.
Jawa
Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang wafat tahun
1101 M dapat dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan abad
ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang masuknya Islam di Jawa

sangatlah sedikit. Baru sejak abad ke-13 M hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak
Majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam
ditemukan lebih banyak lagi
Adanya proses penyebaran Islam di kerajaan terbukti dengan ditemukannya nisan makam
muslim di Trowulan yang letaknya berdekatan dengan kompleks makam para bangsawan
Majapahit
Pertumbuhan masyarakat muslim di sekitar Majapahit sangat erat kaitannya dengan
perkembangan hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Islam
yang telah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di kerajaan Samudera Pasai dan Malaka.
Untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa di lakukan oleh para ulama
dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Songo (sembilan wali).
Kalimantan
Di pulau ini, ajaran Islam masuk dari dua pintu. Jalur pertama yang membawa Islam masuk
ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam. Jalur lain yang
digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubalig yang dikirim dari Tanah Jawa.
Di Kalimantan Selatan terutama sejak abad ke-14 sampai awal abad ke-16 yakni sebelum
terbentuknya Kerajaan Banjar yang berorientasikan Islam, telah terjadi proses pembentukan
negara dalam dua fase. Fase pertama yang disebut Negara Suku yang diwakili oleh Negara
Nan Serunai milik orang Maanyan. Fase kedua adalah negara awal yang diwakili oleh Negara
Dipa dan Negara Daha.
Negara Daha akhirnya lenyap seiring dengan terjadinya pergolakan istana, zaman baru
beralih ke periode negara kerajaan dengan lahirnya Kerajaan Banjar pada tahun 1526 yang
menjadikan Islam sebagai dasar dan agama resmi kerajaan.
Sulawesi
Kabupaten Palopo yang juga dikenal dengan sebutan Luwu' di Sulawesi Selatan, memiliki
jejak sejarah sebagai pusat penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Diperkirakan agama
Islam berkembang di Kedatuan Luwu', sekitar abad ke-17. Setidaknya ada tiga situs utama
yang menggambarkan Islam pernah berkembang pesat di daerah ini.
Bangunan Masjid Jami'toa diperkirakan berdiri tahun 1604. Sekilas, bangunan religius ini
tampak sederhana, namun sesungguhnya sarat dengan simbol-simbol penting yang
menggambarkan eksistensi Kedatuan Islam Luwu' pada masanya.
Selain itu pula terdapat makam berbentuk kubah, tempat peristirahatan terakhir raja-raja
Luwu', bangsawan, atau orang-orang yang dituakan di Luwu', yaitu orang yang bergelar Opu
Daeng Bau. Orang pertama yang dikubur di dalam makam tua ini adalah Datu' Labaso'
Langit, Raja Luwu' ke-17, dan dinamai juga Martin Roi Goa.
Kedatuan Islam Luwu' bisa dibilang saling terkait dengan 2 kerajaan besar lainnya di
Sulawesi, yakni Gowa dan Bone. Hubungan yang terkait secara emosional ini pula yang
memungkinkan Islam masuk ke wilayah Sulawesi.
Maluku
Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di Kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini sejak
tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja Ternate
adalah seorang Muslim, yakni Bayang Allah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi
Islam di Kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi
sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat Kepulauan Papua dan sebagian Kepulauan Seram.

Ada juga Kerajaan Bacandan dan Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
Islam dalam pemerintahannya.
Papua
Beberapa kerajaan di Kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya sampai di pulau Papua
menjadikan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini. Banyak kepala-kepala suku di
wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang di bawah administrasi pemerintahan
kerajaan Bacan. Pada periode ini pula, berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan,
banyak kepala-kepala suku di Pulau Papua memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain,
perkembangan Islam di pulau hitam ini bisa dibilang tak terlalu besar.
Peranan Wali Songo
Wali Songo mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan Islam di Indonesia.
Bahkan mereka adalah perintis utama dalam bidang dakwah Islam di Indonesia, sekaligus
pelopor penyiaran Islam di nusantara.
Wali adalah singkatan dari bahasa Arab, Waliyullah yang berarti orang yang mencintai dan
dicintai Allah dan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan, sehingga Wali
Songo merujuk pada wali sembilan yaitu Sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah.
Mereka diberi gelar seperti itu karena mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam dan
yang terpenting adalah karena kesungguhan mereka dalam mengajarkan dan menyebarkan
Islam.
Wali Songo atau Wali Sanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad
ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu SurabayaGresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa
Barat.
Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Buddha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran
Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.
Dari nama para Wali Songo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal
sebagai anggota Wali Songo yang paling terkenal, yaitu:
1. Sunan Gresik
2. Sunan Ampel
3. Sunan Giri
4. Sunan Bonang
5. Sunan Kalijaga
6. Sunan Drajat
7. Sunan Gunung Jati
8. Sunan Kudus
9. Sunan Muria

1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan
perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan
dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang,
sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam
juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain.
Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun
menyebarkan agamaIslam dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan
demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar dari pedagang Gujarat/India,
Persia, dan Bangsa Arab kepada bangsa Indonesia. Proses penyebaran Islam melalui
perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding cara lainnya.

2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga sekarang di
beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan . Kampung tersebut dahulu merupakan
tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja artinya pedagang Gujarat. Sebagian dari para
pedagang ini menikah dengan wanita Indonesia. Terutama putri raja atau bangsawan. Karena
pernikahan itulah, maka banyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam. Kemudian
diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang.

3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan
dengan agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai
agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang
diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk
agama Islam. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain
Pesantren Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan
Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.

4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan
penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis

rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia
memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan
rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya
perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

5. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat


Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang
menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan agama
Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di
daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam
di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama
Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4. Sunan Giri (Raden Paku)
5. Sunan Derajat (Syarifuddin)
6. Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
9. Sunan Gunung Jati (Faletehan)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang
beberapa peran di kalangan masyarakat sebagai :
1. penyebar agama Islam
2. pendukung kerajaan-kerajaan Islam
3. penasihat raja-raja Islam
4. pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.
Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat.

6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat,
seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo,
Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat
dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan
sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya :

Membumikan ajaran Islam melalui syair syair.


Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan

Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain lain.

Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin.

Contohnya : Tokoh-tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang
biasa mendekatkan dengan ajaran Islam.
Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat, Sebab
insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebgai pemanggil untuk acara keramaian.
Menggeser tradisi klenik dengan doa-doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur.
Contohnya : Tahlil.

7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati
kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah tengah masyarakatnya. Para Sufi
biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para
Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa. Dengan
melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima masyarakat dengan
baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor-faktor yang menyebabkan Islam cepat bekembang
di Indonesia antara lain :
Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat;
Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana;
Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;
Penyebaran Islam dilakukan secara damai.

You might also like