Professional Documents
Culture Documents
KIMIA PANGAN I
ACARA I
KARBOHIDRAT
Oleh :
Muhammad Althof B
A1M014018
A1M014029
ABSTRAK
Kata kunci
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................ 3
Pendahuluan........................................................................................ 6
I.
A.
Latar Belakang.................................................................................. 6
B.
Tujuan............................................................................................. 7
Tinjauan Pustaka................................................................................... 8
II.
III.
Metode Praktikum............................................................................17
a.
1.
Prosedur Kerja............................................................................. 17
Gelatinisasi..................................................................................... 18
b.
1.
2.
Prosedur Kerja............................................................................. 19
Reaksi Mailard................................................................................ 20
c.
1.
2.
Prosedur Kerja............................................................................. 20
IV.
a.
Hasil.......................................................................................... 22
2.
Pembahasan................................................................................ 23
Gelatinisasi.................................................................................... 27
b.
1.
Hasil.......................................................................................... 27
2.
Pembahasan................................................................................ 31
Reaksi Maliard................................................................................ 37
c.
1.
Hasil.......................................................................................... 37
2.
Pembahasan................................................................................ 38
Penutup............................................................................................ 41
V.
a.
Kesimpulan.................................................................................... 41
b.
Saran............................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 43
LAMPIRAN............................................................................................ 46
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang.
Karbohidrat termasuk zat gizi yang akrab dalam keseharian
kita.Karena karbohidrat memilki fungsi utama sebagai sumber energi
II.
Tinjauan Pustaka.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi hampir seluruh
penduduk, khususnya di negara-negara berkembang. 1 gram karbohidrat
setara 4 kkal dan merupakan sumber kalori yang murah. Di dalam tubuh
manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan
sebagian dari gliserol lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat dari bahan
oligosakarida,
dan
polisakarida
(Winarno,
2002).
penggelembungan
dan
rumus
empiris
(C6H10O5)n.
besarnya
a. Sumber pati, setiap jenis pati memiliki profil gelatinisasi yaitu suhu awal
gelatinisasi, suhu saat viscositas maksimal tercapai, nilai viscositas
maksimum,
pengadukan.
b. Ukuran granula pati, ukuran granula pati dapat mempengaruhi profil
gelatinisasi. Semakin besar ukuran granula maka suhu awal gelatinisasi
semakin rendah dan memiliki viscositas semakin tinggi.
c. Asam, semakin tinggi tingkat ke asaman atau ph rendah, maka hidrolisis
pati akan semakin besar. Gula, penambahan gula menyebabkan proses
gelatinisasi menjadi lambat karena gula bersifat hidroskopis maka gula
akan mengikat sebagian air dalam suspensi pati.Suhu pemanasan, semakin
tinggi suhu maka pati akan cepat mengalami
down.Pengadukan,
proses
pengadukan
yang
viscocity break
berlebihan
dapat
10
jaringan yang terbentuk dari butir pati dan endapan amilosa.Bila gel di
potong dengan pisau atau disimpan untuk beberapa hari air tersebut dapat
keluar dari bahan.Keluarnya atau merembesnya cairan dari suatu gel dari
pati disebut sineresis (syneresis) (Winarno, 2002).
Mekanisme glatinisasi secara ringkas dan skematis di uraikan oleh
Makfield et.al.,(2002)..Tahap pertama granula pati masih dalam keadaan
normal
belum
berinteraksi
dengan
apapun.Ketika
granula
milai
11
yang
mempengaruhi
gelatinisasi
menurut
12
13
tepung yang terbuat dari jagung. Jagung sendiri memiliki suhu gelatinisasi
pada 620C 700C. Bahan-bahan lain seperti beras memiliki suhu
gelatinisasi 680C- 780C, gandum 54,5 0C 64 0C dan kentang 580C 64 0C
(Winarno, 2002). Setiap pati memiliki perbedaan suhu gelatinisasi
dikarenakan ukuran granula pati berbeda antara bahan satu dengan yang
lain, contohnya tepung maizena memiliki ukuran granula pati lebih kecil
jika dibandingkan dengan tepung tapioka sehingga tepung maizena hanya
dapat mengadsorpsi air yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
tapioka, oleh karena itu suhu gelatinasi tepung maizena lebih rendah dari
suhu gelatinasi tapioka (Widjajaseputra 2011).
Gula di dalam larutan tidak tahan terhadap lingkungan yang asam.
Apabila di dalam larutan terdapat bahan yang bersifat asam maka gula
akan mengalami kerusakan dan sukar mengkristal. Cara untuk
menghilangkan sifat asam larutan adalah dengan menambahkan bahan
yang bersifat basa untuk menetralkannya. Kapur merupakan bahan bersifat
basa yang paling efektif sebagai pemurni yang mudah didapat dan
memiliki harga yang murah (Erwinda,2014).
Ada tidaknya sifat pereduksi dari molekul gula ditentukan oleh
keberadaan gugus hidroksil bebas yang aktif. Gugus hidroksil yang reaktif
pada aldosabiasanya terletak pada rantai karbon nomor satu. Sedangkan
ketosa hidroksil reaktifnya terletak pada karbon nomor dua (Winarno,
2002).
Sukrosa
merupakan
salah
satu
disakarida
dengan
gula
merupakan
monosakarida
paling
sederhana
yang
14
15
tidak mudah mengalami ketengikan pada produk olahan, selain itu tepung
maizena sangat baik untuk produk-produk emulsi karena mampu mengikat
air dan menahan air tersebut selama pemasakan. Produk pangan yang
menggunakan tepung ini akan lebih renyah dibanding tepung yang lainnya
(Wellyalina, 2013). Reaksi pencoklatan adalah perubahan warna menjadi
kecoklatan pada saat diolah atau selama penyimpanan yang terjadi pada
bahan dan produk pangan.Pembentukan warna tersebut dapat dipicu oleh
aktivitas enzim atu reaksi kimia.Reaksi pencoklatan terdiri dari reaksi
pencoklatan enzimatis dan non enzimatis (Kusnandar, 2010).
Pencoklatan banyak terjadi pada buah-buahan dan sayuran yang
mengalami kerusakan mekanis, dibelah atau dikupas.Pencoklatan pada
buah dan sayuran biasanya adalah pencoklatan enzimatis Pencoklatan
enzimatis umumnya terjadi pada buah yang banyak mengandung substrat
senyawa fenolik. Beberapa substratnya diantaranya tirosin, asam kafeat,
leukuantosianin. Enzim yang berkerja pada pencoklatan enzimatis adalah
fenol oksidase. Pencoklatan non enzimatis umunya dibagi menjadi 3
macam yaitu karamelisasi, reaksi maillard, dan akibat vitamin C.
Karamelisasi terjadi karena gula yang dipanaskan melampauhi titik lebur
sehingga terjadi pencoklatan. Reaksi maillard terjadi karena karbohidrat
bereaksi dengan gugus amina primer dan menghasilkan warna coklat
sehingga disebut pencoklatan. Pencoklatan akibat vitamin C, jika dalam
suasana asam-asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible (Winarno
2004).
Menurut Purlis(2010)Reaksi maillard disebabkan oleh kandungan
gula pereduksi dan asam amino yang dipanaskan.Reaksi non enzimatik
maillard dipengaruhi beberapa faktor terutama suhu dan pH. Laju reaksi
akan meningkat seiring dengan meningkatnya pH antara 3-8 dan mencapai
maksimum (warna coklat maksimum pada pH basa (9-10). Catrien et al.
(2008) melaporkan bahwa reaksi maillard berlangsung pada suasana basa
(pH 9,0-10,5), sementara suasana asam (pH 2,6-7,17) tidak berjalan
dengan baik. Pada pH rendah banyak grup amino yang terprotonasi atau
16
III.
Metode Praktikum
a. Pengaruh asam dan alkali
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Kimia Pangan I
acara karohidrat, sub acara pengaruh asam dan alkali yaitu
tabung reaksi, erlenmeyer, pipet, lampu spiritus, waterbath,
penjepit tabung, aluminium foil, rak tabung reaksi, dan
timbangan.
Bahan
yang
digunakan
yaitu
larutan
glukosa
17
karbohidrat.Larutan
karbohidrat
masing-masing
positif
Benedict
dan
adanya
endapan.Hasil
uji
larutan
karbohidrat
2%menggunakan
18
19
bandul,
c. Reaksi Mailard.
1. Alat dan bahan
Pada percobaan praktikum reaksi maillard ini, alat-alat
yang digunakan antara lain 9 buah tabung reaksi, lampu spirtus,
penjepit tabung, alumunium foil, rak tabung reaksi, dan pipet.
Sedangkan
bahan
yang
digunakan
monohidrat
2%,
larutan
sukrosa
yaitu
larutan
komersil
2%,
glukosa
larutan
20
21
IV.
Bahan/
Tab Warna
Kelompok
ung Sebe
lum
Kelompok 1
Maltodekstrin
22
Bening
Bening
Bening
Setelah ditambahkan
Enda
Benedict
Sesu
Sebelu
dah
Kunin
g
Bening
Bening
Biru tua
Biru
muda
Biru
muda
Sesudah
pan
Hijau
lumpur
Biru
muda
Biru
muda
+
+
+
Bening
Bening
Biru
Biru
++
Sukrosa
Bening
Bening
muda
muda
komersial
Bening
Bening
Biru
Merah
muda
bata
Biru
Biru tua
kehitama
Biru
muda
Pink
++
Biru
muda
++
muda
Pink
Kelompok 3
Bening
Glukosa
Bening
monohidrat
Bening
Pati murni
Kelompok 5
Biru tua
Kelompok 2
Kelompok 4
Biru tua
Amilum
Kunin
g tua
Bening
Bening
Kunin
Biru tua
Bening
Biru
Bening
bening
muda
Bening
Bening
Biru
Bening
muda
muda
Biru
sangat tua
Biru
muda
Biru
muda
Coklat
Biru tua
kehitama
Bening
Keruh
Biru
Bening
Bening
muda
Biru
Bening
Bening
Biru
muda
muda
Biru
muda
Keterangan:
Tabung 1: Penambahan NaOH
Tabung 2: Penambahan HCl
Tabung 3: Penambahan akuades
23
2. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan beberapa percoobaan untuk mengetahui
pengaruh asam dan alkali terhadap beberapa jenis karbohidrat.Karbohidrat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu maltodekstrin,sukrosa komersial,
glukosa komersial, glukosa monohidrat, pati murni, dan amilum.Masingmasing karbohidrat dibuat menjadi larutan karbohidrat 2%.Percobaan
dilakukan dengan prinsip penambahan tiga larutan yang memiliki tingkat
keasaman yang berbeda (asam, basa, dan netral).Diberikan 3 perlakuan,
yaitu untuk suasana basa diwakilkan dengan penambahan NaOH 0,1 N
pada tabung 1, tabung 2 mewakili suasana asam dengan penambahan HCl
0,1 N, dan suasana netral diwakilkan dengan penambahan akuadespada
tabung 3 sebagai control. Selain itu, juga dilakukan pemanasan dua tahap
dan uji benedict.Uji benedict ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
gugus reduksi pada glukosa,sukrosa dan maltodekstrin.Gugus reduksi ini
mempunyai daya untuk mereduksi.Kemampuan ini disebabkan karena
kandungan gugus reduktif yang mempunyai batasan yaitu gugus -OH
bebas yang terikat pada atom C hemiasetal. Menurut Sudarmadji (2003),
Gula reduksi dengan larutan Benedict (campuran garam kuprisulfat,
Natrium sitrat, Natrium karbonat) akan terjadi reaksi reduksi-oksidasi dan
dihasilkan endapan berwarna merah bata dari kuprooksida. Jadi kriteria
untuk reaksi positif adalah terbentuknya endapan kuprooksida dengan
warna merah bata.
Ketiga tabung reaksi yang sudah berisi larutan korbohidrat dan
ditambah NaOH, HCl, dan akuades didihkan selama 2-3 menit di atas
lampu spiritus.Pemanasan pertama dimaksudkan untuk mempercepat
hidrolisis. Setelah pemanasan pertama, amati perubahan warnanya. Setelah
pemanasan pertama ini terjadi perubahan warna menjadi kuning pada
tabung yang berisi larutan karbohidrat yang ditambahkan dengan
NaOH.Hal ini disebabkan karena penambahan basa mengakibatkan
terjadinya dekomposisi dan karamelisasi (pencoklatan enzimatis).Glukosa
tidak stabil pada suasana basa.Karamelisasi merupakan peristiwa
24
pencoklatan non enzimatis pada senyawa gula. Proses ini terjadi adanya
degradasi gula tanpa adanya enzim. Proses karamelisasi inilah yang
menyebabkan terjadinya warna kuning pada percobaan diatas. Warna
kuning ditimbulkan karena gula mengalami karamelisasi dengan adanya
alkali (Tranggono, 1987).Perubahan warna terjadi pada maltodekstrin,
glukosa monohidrat, pati murni, dan amilum.Akan tetapi pada sukrosa
tidak terjadi perubahan warna.Hal ini dikarenakan sukrosa komersial
tergolong karbohidrat oligosakarida.Kondisi sedikit alkalis relatif dapat
mempertahankan stabilitas oligosakarida, sehingga pada maltodekstrin
terjadi kesalahan karena pada penambahan NaOH seharusnya tidak terjadi
perubahan warna.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan Sudarmanto (2000),
yaitu bahwa pada pH diatas 4, dalam suasana alkali, glukosa siklik akan
berubah menjadi bentuk cincin terbuka yang mengandung gugus karbonil
dan selanjutnya akan mengalami keseimbangan antara bentuk keto dan
enolnya, yang disebut enolisasi. Enolasi pada glukosa menyebabkan
terbentuknya keseimbangan antara campuran glukosa, fruktosa, dan
manosa dengan enediol sebagai senyawa antara.Warna kuning kecoklatan
yang terjadi merupakan akibat dari terbentuknya keempat senyawa diatas
(Sudarmanto, 2000).
Penambahan HCl pada beberapa jenis karbohidrat juga menghasilkan
perubahan warna yang berbeda-beda. Pada tabung glukosa yang
ditambahkan dengan HCl 0,1 N tidak terjadi perubahan warna karena
glukosa stabil pada kondisi asam. HCl tidak mampu menghidrolisis
glukosa. Pada praktikum ini terjadi pula hal yang sama pada karbohidrat
jenis lain tetapi terjadi kesalahan karena seharusnya pemanasan pada
kondisi asam dapat mempercepat hidrolisis disakarida dan warnanya akan
mengalami pencoklatan
25
26
sukrosa dalam keadaan alkalis akan memberikan hasil negatif pada Uji
Benedict. Namun pada penambahan HCl mengalami perubahan warna
menjadi merah bata karena sukrosa mengalami hidrolisis pada kondisi
asam. Hal ini juga sama terjadi pada maltodekstrin.
Hidrolisis merupakan suatu proses kimia yang menggunakan H2O
sebagai pemecah suatu persenyawaan termasuk inversi gula, H2O sebagai
zat pereaksi dalam pengertian luas termasuk larutan asam dan basa (dalam
senyawa organik, hidrlisis, netralisasi). Pada tabung sukrosa yang di
tambahkan NaOH tidak mengalami perubahan warna (tetap biru).Sukrosa
dalam suasana alkali bersifat stabil, tidak terhidrolisa. Jika sukrosa berada
dalam keadaan alkalis, maka sukrosa akan memberikan hasil yang negatif
pada uji Benedict. Larutan alkalis tidak mampu menghidrolisis ikatan
glikosidik dalam sakarosa sehingga sakarosa tetap memiliki sifat nonreduksi. Dalam hal ini, larutan Benedict yang ditambahkan tidak tereduksi
dan
warna
larutannya
tetap,
meskipun
sudah
dipanaskan(Soeharsono,1978).
Begitu juga pada tabung maltodekstrin, pada ketiga tabung terdapat
sedikit endapan dan perubahan warna yang berbeda-beda.Adanya endapan
karena masih terdapatnya garam-garam yang tidak larut yang berasal dari
larutan Benedict.Perbedaan intensitas warna pada seluruh tabung
disebabkan karena larutan Benedict dapat bekerja paling efektif pada
suasana sedikit basa, sedangkan pada suasana alkali kurang efektif begitu
juga pada suasana netral sehingga warna pada tabung yang ditambahkan
NaOH dan akuades kurang pekat.
Tabung amilum dan pati murni menunjukkan hasil negatif pada uji
Benedict. Hal ini karena tidak adanya endapan merah bata sama sekali.
Selain itu warna larutan akan sama yaitu biru. Hasil ini menunjukkan
bahwa pati murni dan amilum (polisakarida) tidak dapat terhidrolisis
walaupun dalam suasana asam, basa, maupun netral.
27
b. Gelatinisasi
1. Hasil
No
Bahan
Sagu tani
Maizena
Tapioka
Amilum
Tepung beras
Suhu
1.
2.
3.
4.
60 C
700C
800C
900C
a.500C
b.300C
1. 600C
2. 700C
3. 800C
4. 900C
a. 500C
b.300C
1. 600C
2. 700C
3. 800C
4. 900C
a.500C
b. 300C
1. 600C
2. 700C
3. 800C
4. 900C
a.500C
b. 300C
1. 600C
2. 700C
3. 800C
4. 900C
a.500C
b. 300C
Viskositas
< 50
< 50
>300
>300
<50
<50
<50
<50
>60
60
<50
<50
<50
>300
>300
>300
>300+
>300++
<50
<50
<50
280
250
>300
<50
<50
<50
<50
<50
>50
28
Sagu Tani
350
300
viskositas
250
suhu 90 dan
pendinginan
200
150
100
50
0
30
50
60
70
80
90
Maizena
62
60
58
suhu 90 dan
pendinginan
56
54
viskositas 52
50
48
46
44
30
29
50
60
70
80
90
Tapioka
350
300
250
suhu 90 dan
pendinginan
200
viskositas
150
100
50
0
30
30
50
60
70
80
90
Amilum
350
300
250
suhu 90200
dan pendinginan
viskositas
150
100
50
0
30
31
50
60
70
80
90
Tepung Beras
60
50
suhu 90 dan
pendinginan
40
viskositas 30
20
10
0
30
50
60
2. Pembahasan
Analisis Prosedur.
32
70
80
90
dilakukan
pengukuran
kekentakan
viskositas
dengan
33
Analis Hasil.
Pada jenis pati sagu tani ditambahkan akuades tetes demi tetes
sehingga berbentuk pasta hal tersebut terjadi karena Bila pati mentah
dimasukkan ke dalam air dingin, granula pati akan menyerap air dan
mulai bengkak namun terbatas, sekitar 30% dari berat tepung, kemudian
setalah itu diaduk agar pasta homogen, ditambahkan airdengan suhu 60
0
hasil pengukuran viskosisitas <50 atau dapat dikatakan bahwa sagu tani
pada suhu rendah memiliki viskositas yang rendah, kemudian
ditambahkan air dengan suhu 80 C pada gelas ke tiga dan ditambahkan
air dengan suhu 90 0C pada gelas keempat dan keduanya didapatkan hasil
pengukuran viskositas >300 jadi semakin tinggi suhu air maka semakin
tinggi juga viskositas yang dimiliki / semakin kental suatu larutan. Proses
penambahan air panas pada larutan sagu tani akan menyebabkan granula
semakin membengkak karena penyerapan air semakin banyak. Suhu
dimana pembengkakan maksimal disebut dengan suhu gelatinisasi.
Selanjutnya pengembangan granula pati juga disebabkan masuknya air
ke dalam granula dan terperangkap pada susunan molekul-molekul
penyusun pati. Kemudian pada gelas keempat yang ditambahkan 100ml
air dengan suhu 90 0C setelah di hitung viskositasnya dengan rotary
viscometer kemudian dilakukan lagi dua kali perhitungan ketika suhunya
turun 50 0C dan 30 C kemudian didapatkan hasil untuk jenis pati sagu
tani yaitu untuk penambahan air dengan suhu 50 0C viskositas yang
didapatkan yaitu >300, kemudian pada suhu 30 0C didapatkan hasil
viskositas <50, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu
gelatnisasi pada sagu tani dapat diperkirakan pada suhu 75 0C 80
0
34
granula pati.
35
36
gelatinisasi
mengalami
akan
viskositas
sedangkan
berdasarkan hasil pada suhu lebih dari 700C, 800C dan 900C viskositas
semakin tinggi atau tidak terjadinya breakdown viscosity, namun ketika
suhu gelatinisasi telah dilewati larutan tapioka akan mengalami proses
penurunan suhu atau pendinginan pada saat itulah biasanya terjadi
kenaikan viskositas setelah larutan didiamkan atau didinginkan, sehingga
dari hasil tersebut dilihat bahwa pada suhu 500C dan 30 0C memiliki
vikositas yang tinggi, namun seharusnya pda suhu diatas 60-90 0C itu
mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena ada beberapa
kesalahan, kesalahan mungkin saja terjadi karena suhu air yang tidak
sesuai, dan proses pengadukan tidak sesuai karena berdasarkan teori
bahwa Pati alami tidak tahan proses mekanis, dimana viskositas pati akan
menurun adanya proses pengadukan atau pemompaan,(Rukmana,2000).
Namun menurut (Herawati,2012) menyatakan bahwa suhu gelatinisasi
tapioka sesuai dengan varietas ubi kayu yang digunakan untun
memproduksi tapioka.
Pada amilum dan tepung beras pada gelas pertama dengan
penambahan air suhu 60 0C didapatkan keduanya memiliki viskositas
<50, gelas kedua dengan penambahan air suhu 70 0C didapatkan
viskositas <50, untuk gelas ketiga setelah penambahan air suhu 80 0C
didapatkan viskositas <50, dan pada gelas keempat dengan penambahan
suhu air 90 0C didapatkan vikositas yang berbeda pada amilum 280 dan
<50 untuk tepung beras, setelah keduanya ditunggu hingga penurunan
suhu menjadi 50 dan 30 0C didapatkan pada amilum 50 0C viskositasnya
sebanyak 250 , pada tepung beras 50 0C didapatkan viskositas sebanyak
<50 dan pada suhu 30 0C amilum memiliki viskositas sebanyak >300 dan
37
pada tepung beras memiliki viskositas >50 dari hasil tersebut kesimpulan
yang dapat diambil bahwa pada jenis pati amilum kenaikan viskositas
terjadi pada suhu 80 90 0C dan mengalami breaking viscosity pada suhu
90 yang diturunkan menjadi 50 0C dan terjadi kenaikan viscositas karena
telah melewati suhu gelatinisasi sehingga memiliki pada suhu 30 0C
berarti dapat disimpulkan bahwa amilum memiliki suhu gelatinisasi >80
0
microscope.
Disebutkan
bahwa
tepung
beras
suhu
38
Suhu glatinisasi bagi tiap jenis pati dan merupakan suatu kisaran.
Dengan viskosimeter suhu glatinisasi dapat ditentukan misalnya pada
jagung 62-70oC, beras 68-78oC, gandum 54,5 64oC, kentang 5866oC, dan tapioca 52-64oC. Suhu glatinisasi juga dapat ditentukan
dengan polarized microscope pH Pembentukan gel optimum pada pH 47.Bila pH terlalu tinggi pembentukan gel semakin cepat tercapai tapi
cepat turun lagi. Sedangkan jika pH terlalu rendah terbentuknya gel
lambat dan bila pemanasan diteruskan, viskositas akan turun lagi.
pH
Pembentukan gel optimum pada pH 4-7.Bila pH terlalu tinggi
pembentukan gel semakin cepat tercapai tapi cepat turun lagi. Sedangkan
jika pH terlalu rendah terbentuknya gel lambat dan bila pemanasan
diteruskan, viskositas akan turun lagi.
c. Reaksi Maliard
1. Hasil
Tabel Data Pengamatan Reaksi Maillard
No
Kd/Bahan
Maltodekstrin
Sukrosa
Glukosa
Pati Murni
Amilum
39
Tabung
HCl
NaOH
Protein
HCl
NaOH
Protein
HCl
NaOH
Protein
HCl
NaOH
Protein
HCl
NaOH
Protein
Perubahan Warna
Sebelum
Sesudah
+++
+++
+++
+
+
+
+++
+
+
+++
++++
+
++++
++
+++
Keterangan
+
++
+++
++++
: Tidak ada
: Sedikit
: Sedang
: Banyak
: Sangat banyak
2. Pembahasan
Reaksi maillard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis yang
terjadi karena adanya reaksi antar gula pereduksi dengan gugus amino
bebas dari asam amino atau protein.Hal ini didukung oleh (Kusnandar,
2010).Reaksi pencoklatan non enzimatis sering juga disebut reaksi
maillard. Reaksi ini terjadi bila dimana dalam bahan pangan terdapat gula
pereduksi (gula aldosa) dan senyawa yang mengandung gugus amin
(asam amino, protein, atau senyawa lain yang mengandung gugus amin).
Reaksi awal antara gula pereduksi dengan gugus amin membentuk
senyawa intermediet N-subtitatied glycosiamin. Selanjutnya senyawa
intermediet ini akan membentuk senyawa intermediet berikutnya yang
alur (pathway) reaksinya dipengaruhi oleh jenis gula jenis senyawa yang
mengandung gugus amin, kondisi pH, suhu, dan aktifitas air.
Reaksi ini memerlukan kenaikan suhu yang signifikan dalam
bentuk panas.Jadi semakin panas suhu maka semakin cepat terjadi reaksi
maillard. Reaksi maillard dalam makanan menghasilkan flavor dan
aroma, namun turut menyebabkan kehilangan ketersediaan asam amino,
kehilangan nilai gizi, pembentukan antinutrisi, dan pembentukan
senyawa toksin.
Pada praktikum ini, bahan-bahan yang digunakan meliputi
glukosa, sukrosa, maltodekstrin, pati murni, dan amilum.Masing-masing
bahan mendapat # perlakuan yaitu penambahan protein, penambahan
protein dan NaOH, serta penambahan protein dan HCl. Bahan yang telah
mendapatkan perlakuan kemudian dipanaskan menggunakan spirtus.
Bahan yang telah dipanaskan kemudian diamati perubahan warna dari
hasil pembentukan warna coklat pada masing-masing tabung reaksi.
40
yang
mengandung
bebas.
fruktosa, galaktosa)
41
V.
Penutup
a. Kesimpulan
1. Sukrosa tidak stabil pada suasana basa namun stabil pada
suasana asam. Glukosa relatif lebih stabil pada suasana asam
dan netral daripada basa. Maltosa tidak stabil pada koondisi
asam, basa, dan netral sehingga mudah terhidrolisis.
2. Setiap pati memiliki perbedaan suhu gelatinisasi
dikarenakan ukuran granula pati berbeda antara bahan satu
dengan yang lain, contohnya tepung maizena memiliki
ukuran granula pati lebih kecil jika dibandingkan dengan
tepung tapioka sehingga tepung maizena hanya dapat
mengadsorpsi air yang lebih sedikit jika dibandingkan
dengan tapioka, oleh karena itu suhu gelatinasi tepung
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Awwalurrizki, Nuzula dan Surya Rosa Putra. 2008. Hidrolisis Sukrosa dengan
Enzim Invertase untuk Produksi Etanol menggunakan Zymomonas
mobilis. Peosiding Kimia FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November.
Almatzier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Boekel, M. A. J. S. (1998). Effect of heating on Maillard reactions in Milk.
Food Chemistry Vol. 62(4):403-414.
Erwinda, Maya Dwi dan Wahono Hadi Susanto. 2014. Pengaruh pH Nira Tebu
(Saccharum officinarum) dan Konsentrasi Penambahan Kapur terhadap
Kualitas Gula Merah. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 3 Hal:
54-55.
Eriksson, C, 1981. Maillard Reaction in Food: Chemical, Physiological and
Technological Aspect. Pergamon press, Oxford
Fennema, Owen R. 1996. Food Chemistry. New York: Marcel Dekker, Inc
Imanningsih, Nelis. 2012. Profil Gelatinisasi Beberapa Formula TepungTepungan untuk Pendugaan Sifat Pemasakan. Penel Gizi Makan Vol. 35
No. 1 Hal: 13.
Indarti, Dwi dan Asnawati. 2011. Karakterisasi Film Nata de Coco-Benedict
secara Adsorpsi untuk Sensor Glukosa dalam Urine. Jurnal Ilmu Dasar
Vol. 12 No. 2 Hal 200.
44
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta : Dian Rakyat
Kusnandar. 2010.Teknik analisis sifat dan fungsional komponen pangan.Institute
Pertanian Bogor: Bogor
L.C. Anyika, Okonkwo S.I., dan Ejike E.N. 2012. Comparative Analysis of
Monosaccharide
and
Disaccharide
Using
Different
Instrument
45
Syamsir, Elvira. Purwiyatno Hariyadi, Dedi Fardiaz, Nuri Andarwulan dan Feri
Kusnandar. 2012. Pengaruh Proses Heat-Moisture Treatment (HMT)
terhadap Karakteristik Fisikokimia Pati. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan Vol. 23 No. 1.
Teja W, Albert., Ignatius Sindi P., Aning Ayucitra, dan Laurentia E. K. Setiawan.
2008. Karakteristik Pati Sagu dengan Metode Modifikasi Asetilasi dan
Cross-Linking. Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 7 No. 3.
Tranggono,dkk., 1987. Kimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.
Utami, Putri Yudi. 2009. Peningkatan Mutu Pati Ganyong (Canna edulis Ker)
Melalui Perbaikan Proses Produksi, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Wellyalina, F. Azima, dan Aisman. 2013. Pengaruh Perbandingan Tetelan Merah
Tuna dan Tepung Maizena Terhadap Mutu Nugget. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan Vol. 2, No. 1.
Widjajaseputra, Anna Ingani, Harijono, Yunianta, dan Teti Estiasih. 2011.
Pengaruh Rasio Tepung Beras dan Air Terhadap Karakteristik Kulit
Lumpia Basah. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XXII No. 2 Hal:
104.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta.
Winarno,F.E. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, F. G. 2004. Kimia pangan dan gizi. Pt. gramedia pustaka utama: Jakarta.
46
LAMPIRAN
Pengaruh asam dan alkali
Glukosa 2 gram
ditimbang untuk
membuat larutan
glukosa 2%
47
Glukosa
ditambahkan
akuades hingga
100ml
Diambil 2ml
larutan glukosa
Bakteri
dimasukkan ke
dalam cawan petri
Penambahan HCl
0,1N
48
Penambahan
NaOH 0,1N
Bakteri
dimasukkan ke
dalam medium
agar tegak
Tabung rekasi
dipanaskan
menggunakan
lampu spiritus
Penambahan
pereaksi Benedict
Gelatinisasi
49
Penambahan NaHCO3
kristal
Perhitungan viskometer
Reaksi Mailard.
50
Adonan pasta