You are on page 1of 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik

: Epilepsi

Tanggal

: 5 September 2013

Waktu

: 10.00 10.30

Sasaran

: Keluarga Pasien An. A

Tempat

: Ruang Neuro Bona II RSUD Dr. Soetomo

A. Analisis Instruksional
Penyuluhan tentang Epilepsi dapat memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien
untuk mengetahui apa itu Epilepsi dan penanganannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang Epilepsi, diharapkan keluarga pasien akan
mengetahui konsep tentang Epilepsi dan mampu melakukan perawatan pada pasien dengan
Epilepsi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
1) Menjelaskan pengertian Epilepsi
2) Menjelaskan klasifikasi Epilepsi
3) Menjelaskan penyebab Epilepsi
4) Menjelaskan gejala Epilepsi
5) Menjelaskan penatalaksanaan Epilepsi
C. Materi
1) Pengertian Epilepsi
2) Klasifikasi Epilepsi
3) Penyebab Epilepsi
4) Gejala Epilepsi
5) Penatalaksanaan Epilepsi
D. Metode
Ceramah dan diskusi
E. Media
Leaflet dan Laptop
F. Organisasi kegiatan

Penyaji
Kegiatan

: Titik Nuryanti

WAKTU

KEGIATAN PENYULUHAN

O
1

5 Menit

Pembukaan:
1)

Membuka

kegiatan

dengan mengucapkan salam.


2)

Memperkenalkan diri.

3)

Kontrak waktu.

4)

Menjelaskan tujuan dari

KEGIATAN PESERTA

1) Menjawab salam
2) Mendengarkan
3) Memperhatikan

penyuluhan.
5)

Menyebutkan
penyuluhan

materi

yang

akan

diberikan.
6)
2

10 Menit

Review

mengenai

Epilepsi.
Pelaksanaan

Menjelaskan Mendengarkan

tentang

dan

memperhatikan

1) Pengertian Epilepsi
2) Klasifikasi Epilepsi
3) Penyebab Epilepsi
4) Gejala Epilepsi
3

10 menit

5) Penatalaksanaan Epilepsi.
Diskusi:
1) Memberikan
pada

kesempatan

peserta

mengajukan
kemudian
bersama

Mengajukan pertanyaan

untuk
pertanyaan

didiskusikan
dan

menjawab

pertanyaan
2) Memberikan leaflet kepada
4

3 Menit

peserta
Evaluasi :

Menjawab dan menjelaskan

Memberikan pertanyaan pada pertanyaan


peserta tentang materi yang

diberikan dan reinforcement


kepada

peserta

bila

dapat

menjawab dan menjelaskan


5

2 Menit

kembali pertanyaan/materi
Terminasi :
1)

Mengucapkan

Mendengarkan

terimakasih kepada peserta

dan

membalas salam

2)
Mengucapkan salam
G. Setting Tempat Penyuluhan
Keterangan:
: Laptop
: Peserta
: Penyaji
H. Evaluasi
1. Standar
1) Kesiapan materi.
2) Kesiapan SAP.
3) Kesiapan media : Leaflet dan Laptop.
4) Peserta hadir di tempat penyuluhan.
5) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan diadakan H-3
6) Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 2 orang.
2. Proses
1) Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
2) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4) Suasana penyuluhan tertib.
5) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Hasil
Peserta penyuluhan mampu :
1) Menjelaskan pengertian Epilepsi
2) Menyebutkan penyebab Epilepsi
3) Menyebutkan gejala Epilepsi
4) Menyebutkan pengobatan Epilepsi
5) Menyebutkan cara penatalaksanaan pasien Epilepsi
I. Job Description
1. Penyaji
Uraian tugas :

1)

Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh peserta.


2) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
3) Menjawab pertanyaan peserta.

MATERI
1. Definisi
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang tejadi berulang-ulang.
Diagnosa ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa
penyebab (Jastremski, 1988). Epilepsi adalah penyakit kronik dengan karakteristik
kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat
reversibel (Tarwoto, 2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang
dalam serangan-serangan berulang-ualang yang disebabkan lepasan

muatan listrik

abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif,
2000)
2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui, sering terjadi pada :
1) Trauma lahir
2) Cedera kepala
3) Keracunan CO
4) Demam
5) Tumor otak
6) Kelainan pembuluh darah
3. Klasifikasi
1) Berdasarkan penyebabnya
a) epilepsi idiopatik : bila tidak di ketahui penyebabnya
b) epilepsi simtomatik : bila ada penyebabnya
2) Berdasarkan letak focus epilepsi atau tipe bangkitan
a) Epilepsi partial (lokal, fokal)
i.
Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan kesadaran tetap
normal
Dengan gejala motorik
- Fokal motorik tidak menjalar: epilepsi terbatas pada satu
-

bagian tubuh saja


Fokal motorik menjalar : epilepsi dimulai dari satu bagian
tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga

epilepsi Jackson
Versif : epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata,

tuibuh.
Postural : epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku

dalam sikap tertentu


Disertai gangguan fonasi : epilepsi disertai arus bicara yang
terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu

Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (epilepsi


disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera
dan bangkitan yang disertai vertigo).
- Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-

tusuk jarum.
Visual : terlihat cahaya
Auditoris : terdengar sesuatu
Olfaktoris : terhidu sesuatu
Gustatoris : terkecap sesuatu
Disertai vertigo
Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi
epigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi

pupil).
Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)
- Disfagia : gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku
-

kata, kata atau bagian kalimat.


Dimensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti
sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya.
Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lalu,

merasa seperti melihatnya lagi.


Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih

kecil atau lebih besar.


Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang
bicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu, dll.

ii.

Epilepsi parsial kompleks, yaitu kejang disertai gangguan kesadaran


Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran :
-

kesadaran mula-mula baik kemudian baru menurun


Dengan gejala parsial sederhana A1-A4. Gejala-gejala seperti

pada golongan A1-A4 diikuti dengan menurunnya kesadaran


Dengan automatisme. Yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang
timbul dengan sendirinya, misalnya gerakan mengunyah,
menelan, raut muka berubah seringkali seperti ketakutan,
menata

sesuatu,

memegang

kancing

baju,

berjalan,

mengembara tak menentu, dll


Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun

sejak permulaan kesadaran


Hanya dengan penurunan kesadaran

iii.

- Dengan automatisme
Epilepsi Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-

klonik, tonik, klonik).


b) Epilepsi Umum
i.
Petit mal/ Lena (absence)
Lena khas (tipical absence)
Pada epilepsi ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti,
muka tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas,
tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya epilepsi ini
berlangsung selama menit dan biasanya dijumpai pada
anak.
- Hanya penurunan kesadaran
- Dengan komponen klonik ringan. Gerakan klonis ringan,
biasanya dijumpai pada kelopak mata atas, sudut mulut, atau
otot-otot lainnya bilateral.
- Dengan komponen atonik. Pada epilepsi ini dijumpai otot-otot
leher, lengan, tangan, tubuh mendadak melemas sehingga tampak
mengulai.
- Dengan komponen klonik. Pada epilepsi ini, dijumpai otot-otot
ekstremitas, leher atau punggung mendadak mengejang, kepala,
badan menjadi melengkung ke belakang, lengan dapat mengetul

ii.

atau mengedang.
- Dengan automatisme
- Dengan komponen autonom
Lena tak khas (atipical absence)
Dapat disertai:
- Gangguan tonus yang lebih jelas.
- Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak.
Grand Mal
Mioklonik
Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak,
sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot,
seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai

pada semua umur


Klonik
Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif,
tajam, lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso.

Dijumpai terutama sekali pada anak


Tonik

Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya


menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi

lengan dan ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada anak
Tonik-Klonik
Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang
terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan
aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu epilepsi. Pasien
mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang
kaku berlangsung kira-kira menit diikutti kejang kejang
kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri.
Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila
pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi
berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing
ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur
beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang
masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan

badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.


Atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas
sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau
menurun sebentar. Epilepsi ini terutama sekali dijumpai pada

anak
c) Epilepsi tak tergolongkan
Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola
mata yang ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau
pernapasan yang mendadak berhenti sederhana.
4. Manifestasi Klinis
1) Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan
penginderaan
2) Kelainan gambaran EEG
3) Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen
4) Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak,
mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
5) Napas terlihat sesak dan jantung berdebar
6) Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat

7) Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus
atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak
normal seperti pada keadaan normal
8) Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang
individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat
9) Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara secara
tiba- tiba
10) Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendangmenendang
11) Gigi geliginya terkancing
12) Hitam bola matanya berputar- putar
13) Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil
5. Penatalaksanaan
Manajemen Epilepsi :
1) Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari epilepsy
2) Melakukan terapi simtomatik
3) Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran pengobatan yang
dicapai, yakni:
Pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.
Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat yang

normal.
Penderita dapat memiliki kualitas hidup yang optimal.
Penatalaksanaan medis ditujukan terhadap penyebab serangan. Jika
penyebabnya

adalah

akibat

gangguan

metabolisme

(hipoglikemia,

hipokalsemia), perbaikan gangguan metabolism ini biasanya akan ikut

menghilangkan serangan itu.


Pengendalian epilepsi dengan obat dilakukan dengan tujuan mencegah
serangan. Ada empat obat yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin
(difenilhidantoin),

karbamazepin,

fenobarbital,

dan

asam

valproik.

Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat tersebut di
atas.
Cara menanggulangi kejang epilepsi :
1) Selama kejang
Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan
Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras,

tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.


Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk
mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan

Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara


giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien
melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan

sampai menutupi jalan pernapasannya


2) Setelah kejang
Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan

bahwa jalan napas paten.


Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah

kejang
Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
fBeri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang

dan biarkan penderita beristirahat.


Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk
menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang

lembut
Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk
pemberian pengobatan oleh dokter.

You might also like