You are on page 1of 30

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
SIG mulai dikenal pada awal 1980-an. Sejalan dengan berkembangnya
perangkat komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat keras, SIG
berkembang sangat pesat pada era 1990-an. Secara harfiah, SIG dapat diartikan
sebagai : "Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif
untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis, dan menampilkan data dalam
suatu informasi berbasis geografis. Informasi spasial yang memakai lokasi, dalam
suatu sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya.
Konsep dasar SIG sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
tereferensi secara spesial atau kordinat-koordinat geografi. SIG memiliki
kemampuan untuk mengolah data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan
menampilkan dan menganalisan data. Aplikasi SIG saat ini tumbuh tidak hanya
secara jumlah aplikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman.
Pengembangan aplikasi SIG kedepannya mengarah kepada aplikasi berbasis wep
web yang dikunal dengan SIG.
Georeferensi merupakan Langkah awal yang harus dilakukan pada
data-data mentah, sebelum diproses lebih lanjut dengan GIS. Setiap data GIS
harus dalam status tergeoreferensi, yakni sudah berada pada posisi yang tepat di

32

permukaan bumi, sesuai dengan sistem koordinat yang digunakan. Salah satu
contoh data yang perlu digeoreferensi adalah peta dasar untuk digitasi yang
biasanya masih dalam format raster. Georeferencing yaitu proses scaling, berputar,
menerjemahkan dan deskewing gambar agar sesuai dengan ukuran tertentu dan
posisi. Para georeferensi jangka panjang akan menjadi asing bagi pengguna GIS,
tetapi umum CAD pengguna mungkin belum pernah melihat kata sebelumnya,
meskipun fungsi ini sangat berguna untuk pekerjaan mereka.Kata awalnya
digunakan untuk menggambarkan proses dari referensi gambar peta ke lokasi
geografis grafis.Untuk sesuatu georeferensi berarti untuk mendefinisikan
keberadaannya di ruang fisik, Artinya, mendirikan perusahaan lokasi dalam hal
proyeksi peta atau sistem koordinat. Istilah ini digunakan baik ketika menetapkan
hubungan antara raster atau vektor gambar dan koordinat tetapi juga ketika
menentukan lokasi spasial fitur geografis lainnya. Contohnya termasuk
menetapkan posisi yang benar dari sebuah foto udara dalam peta atau menemukan
koordinat geografi suatu nama tempat atau jalan alamat.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara II, tentang Georeferencing adalah:
1. Mengenalkan system proyeksi
2. Membedakan system proyeksi
3. Untuk memperbaiki distorsi geometrik dengan meletakan elemen citra pada
posisi planimetric (x dan y) yang seharusnya, sehingga citra mempunyai
kenampakan yang lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya di permukaan bumi
agar dapat digunakan sebagai peta.

33

C. Manfaat Praktikum

Manfaat yang didapatkan dari praktikum acara II, tentang Georeferencing


adalah:
1. Praktikan mengenal, dan mampu membedakan system proyeksi.
2. Praktikan dapat memperbaiki distorsi geometrik dengan meletakan elemen
citra pada posisi planimetric (x dan y) yang seharusnya.

34

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS)


adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kara lain suaru SIG
adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data
yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi keja
(Barus dan Wiradisastra, 2000).
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang
selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer
yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis
(Aronoff, 1989).
Sarana utama untuk penanganan data spasial adalah SIG. SIG didesain untuk
menerima data spasial dalam jumlah besar dari berbagai sumber dan
mengintergrasikannya menjadi sebuah informasi, salah satu jenis data ini adalah
data pengindraan jauh. Pengindraan jauh mempunyai kemampuan menghasilkan
data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan
cepat dan dalam jumlah besar. Barus dan Wiradisastra (2000) mengatakan bahwa
SIG akan memberi nilai tambah pada kemampuan pengindraan jauh dalam
menghasilkan data spasial yang besar dimana pemanfaatan data pengindraan jauh
tersebut tergantung pada cara penanganan dan pengolahan data yang akan
mengubahnya menjadi informasi yang berguna.

35

Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup
lokasi, letak, dan posisinya (Chen et al.,2004). Geospasial atau ruang kebumian
adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek
atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang
dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.Data Geospasial adalah data tentang
lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau
buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.
Informasi Geospasial adalah Data yang sudah diolah sehingga dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau
pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian (Anggraini,
2010).
Menurut ESRI (dalam Prahasta, 2001) Sistem Informasi Geografis adalah
kumpulan yang

terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak,

data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperolah,
menyimpan,

meng-upgrade, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan

semua bentuk system informasi geografi.


Pengertian lain tentang pemetaan yaitu sebuah tahapan yang

harus di

lakukan dalam pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan
data, dilanjutkan dengan

pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta,

(juhdi dan Liesnoor, 2001).


SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer (CBIS) yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objekobjek dan fenomena di

36

mana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk
dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki
empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a)
masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis
dan manipulasi data, dan (d) keluaran (Aronoff, 1989).
SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data,
manusia

(brainware),

organisasi

dan

lembaga

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan meyebarkan informasiinformasi


mengenai daerah-daerah di permukaan bumi (Chrisman, 1997).
Software ArcGIS pertama kali diperkenalkan kepada publik oleh ESRI
pada tahun 1999, yaitu dengan kode versi 8.0 (ArcGIS 8.0). ArcGIS merupakan
penggabungan, modifikasi dan peningkatan dari 2 software ESRI yang sudah
terkenal sebelumnya yaitu ArcView GIS 3.3 (ArcView 3.3) dan Arc/INFO
Workstation 7.2 (terutama untuk tampilannya). Bagi yang sudah terbiasa dengan
kedua software tersebut, maka sedikit lebih mudah untuk bermigrasi ke ArcGIS.
Setelah itu berkembang dan ditingkatkan terus kemampuan si ArcGIS ini oleh
ESRI yaitu berturut turut ArcGIS 8.1, 8.2, 9.0, 9.1, 9.2, dan terakhir saat ini
ArcGIS 9.3 (9.3.1) dan sekarang sudah ada ArcGIS 10 (Eddy Prahasta, 2010).
Georeferencing yaitu proses scaling, berputar, menerjemahkan dan
deskewing gambar agar sesuai dengan ukuran tertentu dan posisi. Para
georeferensi jangka panjang akan menjadi asing bagi pengguna GIS, tetapi umum
CAD pengguna mungkin belum pernah melihat kata sebelumnya, meskipun
fungsi ini sangat berguna untuk pekerjaan mereka.Kata awalnya digunakan untuk

37

menggambarkan proses dari referensi gambar peta ke lokasi geografis


grafis.Untuk sesuatu georeferensi berarti untuk mendefinisikan keberadaannya di
ruang fisik, Artinya, mendirikan perusahaan lokasi dalam hal proyeksi peta atau
sistem koordinat. Istilah ini digunakan baik ketika menetapkan hubungan antara
raster atau vektor gambar dan koordinat tetapi juga ketika menentukan lokasi
spasial fitur geografis lainnya. Contohnya termasuk menetapkan posisi yang benar
dari sebuah foto udara dalam peta atau menemukan koordinat geografi suatu nama
tempat atau jalan alamat (Galuh Subroto, 2011).
Fungsi

Dasar

ArcGIS

ESRI

(Environmental

System

Research

Institute)yang berpusat di Redlands, California, adalah salah satu perusahaan yang


mapan

dalam

pengembangan perangkat

lunak

untuk

GIS.

Memulai

debutnyadengan produk ArcInfo 2.0 pada awal 1990 an, ESRI terus memperbaiki
produknya untuk

mengakomodasi berbagai kebutuhan dalam pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan bervariasinya kalangan pengguna GIS,


software ArcGIS yang diproduksi oleh ESRI mencakup penggunaan GIS pada
berbagai skala: 1). ArcGIS Desktop, ditujukan untuk pengguna GIS profesional
(perorangan maupun institusi) 2). ArcObjects, dibuat untuk para developer yang
selalu ingin membuat inovasi danPengembangan 3). Server GIS (ArcIMS,
ArcSDE, lokal), dibuat bagi pengguna awam yang mengumpulkan data spasial
melalui aplikasi di internet 4). Mobile GIS, diciptakan bagi pengguna GIS yang
dinamis, software ini mengumpulkan data lapangan ( Bilaludin Khalil, 2010).
Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan
melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat

38

dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan


dengan geografi.Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu
sistem

manual

(analog),

dan

sistem

otomatis

yang

berbasis

digital

komputer (Nurpilihan Bafdal, Dkk, 2011).


Georeferencing adalah proses penyelarasan data spasial (lapisan yang
berbentuk file: poligon, titik, dll) ke file gambar seperti peta historis, citra satelit,
atau foto udara. This document describes the basic steps for georeferencing an
image using ArcGIS. Dokumen ini menjelaskan langkah-langkah dasar untuk
Georeferencing suatu gambar dengan menggunakan ArcGIS (Nurpilihan
Bafdal, Dkk, 2011).
Konsep dasar SIG sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data
yang tereferensi secara spesial atau kordinat-koordinat geografi. SIG memiliki
kemampuan untuk mengolah data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan
menampilkan dan menganalisan data. Aplikasi SIG saat ini tumbuh tidak hanya
secara jumlah aplikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman.
Pengembangan aplikasi SIG kedepannya mengarah kepada aplikasi berbasis wep
web yang dikunal dengan SIG (Suseno Adam Dkk, 2012).
Menurut E. Prahasta, (2001) Universal Transverse Mercator (UTM)
merupakan proyeklsi peta yang menggunakan posisi horizontal dua dimensi
(x,y)utm dengan menggunakan proyeksi silinder, transversl dan konform yang
memotong bumi pada dua meridian standard. Setiap zone UTM memiliki sistem
koordinat sendiri dengan nol sejati pada perpotongan antara meridian sentralnya
dengan ekuator. Proyeksi UTM adalah proyeksi peta yang terkenal dan sering

39

digunakan. UTM merupakan proyeksi silinder yang mempunyai kedudukan


transversal, serta sifat distorsinya conform. Bidang silinder memotong bola bumi
pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan faktor skala1.
Lebar zone 6 dihitung dari 180 BT dengan nomor zone 1 hingga ke 180 BT
dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri.
Perbesaran di meridian tengah = 0,9996. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah
adalah 84 LU dan 80 LS. Perbedaan proyeksi UTM dengan proyeksi lainnya
terletak pada koordinatnya. Proyeksi lain mengenal koordinat negatif sedangkan
proyeksi UTM tidak mengenal koordinat negatif. Dengan dibuatnya koordinat
semu, maka semua koordinat dalam sistem proyeksi UTM mempunyai angka
positif.
Menurut Abidin, Hasanuddin Z (2002), Sistem UTM dengan system
koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM
menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu
silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga
garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis
bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal
dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang
memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas
60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian
sebesar 6 dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai
dari 180 BB hingga 174 BB, zone 2 di mulai dari 174 BB hingga 168 BB,
terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174 BT sampai 180 BT.

40

Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80 LS hingga 84 LU. Setiap
bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80 LS kearah
utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X
(huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80 LS hingga 72 LS diberi
notasi C, 72 LS hingga 64 LS diberi notasi D, 64 LS hingga 56 LS diberi
notasi E, dan seterusnya. Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri
dengan titik nol pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator.
Untuk menghindari koordinat negative, meridian tengah diberi nilai awal absis (x)
500.000 meter. Untuk zone yang terletak dibagian selatan ekuator (LS), juga
untuk menghindari koordinat negative ekuator diberi nilai awal ordinat (y)
10.000.000 meter.
Menurut Abidin, H Z (2007) Sitem WGS 84 adalah sistem terestrial
konvensional ( Conventional Terrestrial System, CTS ). Pendefinisian sitem
koordinatnya mengikuti kriteria yang ditetapkan oleh IERS ( International Earth
Rotation Sevice ) yaitu sebagai berikut : Titik Nol koordinat terdapat pada pusat
massa bumi ( Geosentrik ). Dimana massa bumi mencakup lautan dan juga
atmosfer. Skalanya adalah kerangka bumi lokal dalam terminologi relativitas dari
gravitasi. Orientasi awal dari sumbu sumbu koordinatnya adalah didefinisikan
oleh orientasi Bereau International de IHeure ( BIH ) epok 1984.0. Sumbu Z
mengarah ke IERS reference pole. Sumbu X nya berada dibidang ekuator dan
pada bidang IERS Reference Meridian ( IRM ). Sumbu Y tegak lurus terhadap
sumbu X dan sumbu Z, dan membentuk sistem koordinat tangan kanan ( Right-

41

Handed System ). Evolusi waktu dari orientasinya tidak mempunyai residu pada
rotasi global terhadap kerak bumi.

Georeferensi merupakan Langkah awal yang harus dilakukan pada


data-data mentah, sebelum diproses lebih lanjut dengan GIS. Setiap data GIS
harus dalam status tergeoreferensi, yakni sudah berada pada posisi yang tepat di
permukaan bumi, sesuai dengan sistem koordinat yang digunakan. Salah satu
contoh data yang perlu digeoreferensi adalah peta dasar untuk digitasi yang
biasanya masih dalam format raster (jpg, tiff, png, dsb) (Nurfadilla, 2012).

42

III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu


Pelaksanaan praktikum Sistem Informasi Geografi 1 acara II tentang digitasi
dan tutupan lahan, dilaksanakan di Lab. Pedologi Survey dan Pemetaan pada hari
Kamis, 24 November 2016 pada pukul 18:30 WIB.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan terdiri atas Citra QuickBird dan alat tulis, dan alat
yang digunakan adalah Laptop (PC), Software ArcGIS 10.3.
C. Prosedur Kerja
1. Komputer/Laptop dihidupkan.
2. Software Microsoft Excel dibuka
3. Koordinat X dan Y pada tiap pojok data acuan ditulis pada Microsoft Excel dan

di simpan dengan nama Koordinat.xlsx.

43

4. Software ArcMap 10.3 dibuka


5. Ikon Add Datadiklik, file Koordinat.xlsx dipilih
6. Sheet1$ dipilih, Add diklik.

7. Sheet1$ pada bagian Table of Contents diklik kanan dan dipilih Display XY
Data
8. Diklik Edit pada Coordinate System of Input Coordinates
9. Dipilih sistem proyeksi petaWGS 1984 UTM Zone 49S pada Projected
Coordinate System -> UTM -> WGS 1984 -> Shouthern Hemisphere

10. Add Data diklik, dan dipilih file data acuan yaitu banyumas.jpg

44

11. Pada Table of Contents diklik kanan peta banyumas.jpg dan dipilih Zoom
To Layer
12. Pada Toobars Georeferencing, diklik Add Control Points
13. Diklik pada pojok kiri atas koordinat peta banyumas.jpg

14. Pointer diarahkan pada Sheet1$ dan diklik kanan, dipilih Zoom To Layer
15. Pointer diarahkan pada titik kiri atas, diklik
16. Langkah tersebut diulangi pada keempat titik, dimulai dari titik atas pojok kiri,
titik atas pojok kanan, titik kanan pojok bawah, kemudian titik kiri pojok
bawah.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

45

A. Hasil
Gambar 1. Hasil georeferencing pada peta Banyumas.Jpg

B. Pembahasan
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial
yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang
memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi
SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan
pemodelan.Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi
lainnya.
Georeferencing adalah proses penyelarasan data spasial (lapisan yang
berbentuk file: poligon, titik, dll) ke file gambar seperti peta historis, citra satelit,
atau foto udara. This document describes the basic steps for georeferencing an

46

image using ArcGIS. Dokumen ini menjelaskan langkah-langkah dasar untuk


Georeferencing suatu gambar dengan menggunakan ArcGIS. Georeferencing
adalah proses scaling, berputar, menerjemahkan dan deskewing gambar agar
sesuai dengan ukuran tertentu dan posisi.
Para georeferensi jangka panjang akan menjadi asing bagi pengguna GIS,
tetapi umum CAD pengguna mungkin belum pernah melihat kata sebelumnya,
meskipun fungsi ini sangat berguna untuk pekerjaan mereka. The word was
originally used to describe the process of referencing a map image to a geo
graphic location. Kata awalnya digunakan untuk menggambarkan proses dari
referensi gambar peta ke lokasi geografis grafis. Untuk sesuatu georeferensi
berarti untuk mendefinisikan keberadaannya di ruang fisik, Artinya, mendirikan
perusahaan lokasi dalam hal proyeksi peta atau sistem koordinat. Istilah ini
digunakan baik ketika menetapkan hubungan antara raster atau vektor gambar dan
koordinat tetapi juga ketika menentukan lokasi spasial fitur geografis lainnya.
Contohnya termasuk menetapkan posisi yang benar dari sebuah foto udara dalam
peta atau menemukan koordinat geografis suatu nama tempat atau jalan alamat.
Prosedur ini demikian penting untuk pemodelan data di bidang sistem informasi
geografis (SIG) dan lainnya kartografis metode. Ketika data dari sumber yang
berbeda perlu dikombinasikan dan kemudian digunakan dalam aplikasi GIS,
menjadi penting untuk memiliki sistem referensi umum. Hal ini disebabkan oleh
berbagai Georeferencing menggunakan teknik. Tugas Georeferencing Sebagian
besar dilakukan baik karena pengguna ingin menghasilkan peta baru atau karena
mereka ingin menghubungkan dua atau lebih yang berbeda dataset bersama

47

berdasarkan fakta bahwa mereka berhubungan dengan lokasi geografis yang


sama.
Georeferencing sangat penting untuk membuat foto udara dan citra satelit ,
biasanya gambar raster, berguna untuk pemetaan seperti menjelaskan bagaimana
data lain, seperti di atas GPS poin, berhubungan dengan pencitraan. Sangat
mungkin informasi penting yang terdapat dalam data atau gambar yang dihasilkan
pada suatu titik waktu yang berbeda. Ini mungkin yang diinginkan baik untuk
menggabungkan atau membandingkan data ini dengan yang saat ini tersedia. Yang
terakhir ini dapat digunakan untuk menganalisis perubahan dalam fitur yang
diteliti selama jangka waktu tertentu. Peta yang berbeda mungkin menggunakan
sistem proyeksi yang berbeda. Alat Georeferencing berisi metode untuk
menggabungkan dan overlay peta ini dengan distorsi minimal. Menggunakan
metode Georeferencing, data yang diperoleh dari survei alat-alat seperti total
stasiun mungkin akan diberi titik referensi dari peta topografi sudah tersedia. Ini
mungkin diperlukan untuk menetapkan hubungan antara sosial survei hasil yang
telah dikodekan dengan kode pos atau alamat jalan dan wilayah geografis yang
lain seperti sensus zona atau daerah lainnya yang digunakan dalam administrasi
publik atau perencanaan pelayanan.
Data spasial bentuk raster yang biasanya diperoleh dari hasil scanning
peta, foto udara, dan citra satelit belum berisi informasi referensi spasial, baik
yang tersimpan secara terpisah maupun yang bergabung dengan file tersebut.
Sehingga untuk menggunakan data seperti ini kita harus melakukan proses

48

georeferencingkedalam suatu system koordinat tertentu yang disebut koreksi


spasial/geometri.
Pada praktikum ini berhubungan pula dengan system proyeksi, dan system
proyeksi yang digunakan adalah UTM (Universal Transverse Mercator) dan WGS
(Word geodetic system). Proyeksi peta adalah suatu usaha untuk menggambarkan
permukaan bumi dalam sebuah bidang datar. Proyeksi yang berbeda akan
menimbulkan distorsi yang berbeda pula. Beberapa proyeksi dirancang untuk
meminimalisir distorsi-distorsi yangkemungkinan ditimbulkan.Sebuah proyeksi
dapat

mempertahankan

luas

wilayah

suatu

daerah

tetapi

merubah

bentuknya.Gambar berikut adalah contoh salah satu proyeksi yang dapat


menggambarkan wilayah equator dengan baik tetapi kurang baik untuk
menggambarkan daerah-daerah kutub bumi (daerah- daerah kutub menjadi seolaholah lebih luas dari sesungguhnya).
Dan dibawah ini akan dijelaskan apa itu system proyeksi UTM dan apa itu
system proyeksi WGS :
A. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Menurut E. Prahasta, (2001) Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan
proyeklsi peta yang menggunakan posisi horizontal dua dimensi (x,y)utm
dengan menggunakan proyeksi silinder, transversl dan konform yang
memotong bumi pada dua meridian standard. Setiap zone UTM memiliki
sistem koordinat sendiri dengan nol sejati pada perpotongan antara meridian
sentralnya dengan ekuator. Proyeksi UTM adalah proyeksi peta yang terkenal

49

dan sering digunakan. UTM merupakan proyeksi silinder yang mempunyai


kedudukan transversal, serta sifat distorsinya conform. Bidang silinder
memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar
dengan faktor skala1. Lebar zone 6 dihitung dari 180 BT dengan nomor zone
1 hingga ke 180 BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian
tengah sendiri. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996. Batas paralel tepi atas
dan tepi bawah adalah 84 LU dan 80 LS. Perbedaan proyeksi UTM dengan
proyeksi lainnya terletak pada koordinatnya. Proyeksi lain mengenal koordinat
negatif sedangkan proyeksi UTM tidak mengenal koordinat negatif. Dengan
dibuatnya koordinat semu, maka semua koordinat dalam sistem proyeksi UTM
mempunyai angka positif. Koordinat semu di (0, 0) adalah + 500.000 m dan +
0 m untuk wilayah di sebelah utara ekuator atau + 10.000.000 m untuk wilayah
di sebelah ekuator. Keunggulan sistem UTM adalah,
1. setiap zone memiliki proyeksi simetris sebesar 6,
2. rumus proyeksi UTM dapat digunakan untuk transformasi zone di seluruh
dunia,
3. distorsi berkisar antara 40 cm/ 1.000 m dan 70 cm/ 1.000 m.
4. Sifat-sifat graticule dalam Proyeksi UTM
5. Garis melengkung yang berarah utara-selatan adalah garis proyeksi
meridian.
6. Garis proyeksi meridian tengah (central meridian) berupa garis lurus.
7. Garis proyeksi meridian lainnya akan melengkung ke arah meridian tengah.
8. Garis melengkung yang berarah barat-timur adalah garis proyeksi paralel.

50

9. Garis proyeksi paralel yang berada di sebelah utara ekuator akan


melengkung ke arah
10. proyeksi kutub utara.
11. Garis proyeksi paralel yang berada di sebelah selatan ekuator akan
melengkung ke
12. arah proyeksi kutub selatan.
13. Garis proyeksi lingkaran ekuator berupa garis lurus berarah barat-timur.
14. Jarak antara dua garis proyeksi meridian yang berurutan adalah tetap untuk
suatu
15. lintang tertentu, tetapi berubah-ubah untuk setiap perubahan lintang.
16. Jarak antara dua garis proyeksi paralel yang berurutan tidak tetap.
17. Semua koordinat geodetis dihitung terhadap meridian Greenwich sebagai
bujur nol dan terhadap lingkaran ekuator sebagai lintang nol.
Menurut Abidin, Hasanuddin Z (2002), Sistem UTM dengan system
koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM
menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu
silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi)
sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit
dengan garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika
posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal,
dan conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh
permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone.

51

Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6 dan memiliki meridian
tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180 BB hingga 174 BB,
zone 2 di mulai dari 174 BB hingga 168 BB, terus kearah timur hingga zone
60 yang dimulai dari 174 BT sampai 180 BT. Batas lintang dalam system
koordinat ini adalah 80 LS hingga 84 LU. Setiap bagian derajat memiliki
lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80 LS kearah utara. Bagian derajat
dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O
tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80 LS hingga 72 LS diberi notasi C,
72 LS hingga 64 LS diberi notasi D, 64 LS hingga 56 LS diberi notasi E,
dan seterusnya. Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan
titik nol pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Untuk
menghindari koordinat negative, meridian tengah diberi nilai awal absis (x)
500.000 meter. Untuk zone yang terletak dibagian selatan ekuator (LS), juga
untuk menghindari koordinat negative ekuator diberi nilai awal ordinat (y)
10.000.000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak dibagian utara ekuator,
ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter. Untuk wilayah Indonesia terbagi
atas sembilan zone UTM, dimulai dari meridian 90 BT sampai dengan 144
BT dengan batas pararel (lintang) 11 LS hingga 6 LU.
Dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 (meridian
sentral 93 BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141 BT). Aplikasi UTM
untuk Indonesia adalah dengan membagi Indonesia kedalaman 9 zone UTM,
dimulai dari meridian 90BT hingga 144, mulai dari zone 46 (Meridian sentral
93BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141BT).

52

Lembar Peta Global


Penomoran setiap lembar bujur 6 dari 180 BB 180 SBT menggunakan
angka 1-60. Penomoran setiap lembar arah paralel 80-84 LU
menggunakan huruf C X dengan

tidak menggunakan huruf I dan O.

Selang setiap 8 mulai 8 LS 72 LU atau C W.


Lembar Peta UTM di Indonesia
Aplikasi UTM untuk Indonesia adalah dengan membagi Indonesia ke dalam
sembilan zone UTM. Dimulai dari meridian 90 BT hingga 144 BT, mulai
dari zone 46 (meridian sentral 93 BT hingga zone 54 (meridian sentral
141)
Lembar Peta UTM Skala 1 : 25.000 di Indonesia
Ukuran satu lembar peta skala 1 : 25.000 adalah 7 1/2 x 7 1/2. Satu lembar
peta skala 1 : 50.000 dibagi menjadi empat bagian lembar pada skala 1 :
25.000. Penomoran menggunakan huruf kecil a, b, c, d dimulai dari pojok
kanan atas searah jarum jam.
B. World Geodetic System 1984 (WGS 84)
Word geodetic system adalah sebuah acuan dasar yang banyak digunakan
dalam bidang keilmuan seperti kartografi, geodesy, dan navigasi. Sebagai
upaya untuk melengkapi berbagai sistem survey nasional yang dimulai pada
abad ke-19 oleh FR Helmert yang terkenal dengan bukunya Mathematische
und der Physikalische Theorien Physikalischen Geodsie (Teori Matematika
dan Ilmu Geodesi Fisik) . Austria dan Jerman mendirikan Zentralbro fr die
Internationale Erdmessung ( Biro Pusat Geodesi Internasional ), dan beberapa

53

model ellipsoids global Bumi berasal ( Helmert 1906, Hayford 1910/1924 ).


WGS 84 adalah sistem yang saat ini digunakan oleh sistem navigasi satelit
GPS (Global Positioning System) berdasarkan peningkatan kualitas dari WGS
84 yang dilakukan secara berkesinambungan, sudah dikenal tiga sistem yaitu
WGS 84, WGS 84 (G730), dan WGS 84 (G873). WGS (World Geodetic
System) 1984 adalah datum geodetik yang direalisasikan dandipantau oleh
NIMA (National Imagery and Mapping) Amerika Serikat. WGS 84
adalahsistem yang saat ini digunakan oleh sistem satelit navigasi GPS. Jenis
proyeksi yang sering di gunakan di Indonesia adalah WGS-84 (World
GeodeticSystem) dan UTM (Universal Transverse Mercator) WGS84 (World G
eodetic System)

adalah

ellipsoid

terbaik

untuk

keseluruhan

geoid.

Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di


atas dan 100 m di bawah-nya. Pada akhir 1950-an, Departemen Pertahanan
Amerika Serikat, bersama-sama dengan para ilmuwandari lembaga lain dan
beberapa
untukdata

negara, mulai

mengembangkan sistem

geodetik yang dapat dijadikan

kompatibilitas yang dibentuk

dunia yang dibutuhkan

referensi dan

antarakoordinat dari
AS,

Angkatan

mempunyai

wilayah

terpisah. Upaya Angkatan

Darat

Laut dan

Udara digabungkan untuk

membangun Sistem Geodesi

yang
Angkatan

Dunia DoD 1960

(WGS 60). Posisi yang ditentukan oleh GPS ditentukan dalam datum WGS 84.
Secara keseluruhan datum WGS 84 mencakup dalam pendefinisian sistem
koordinat yang bersifat geometris serta model gaya berat bumi yang bersifat
fisis.

54

Gambar 2. Orientasi Medan Gaya Berat

Menurut Abidin, H Z (2007) Sitem WGS 84 adalah sistem terestrial


konvensional ( Conventional Terrestrial System, CTS ). Pendefinisian sitem
koordinatnya mengikuti kriteria yang ditetapkan oleh IERS ( International
Earth Rotation Sevice ) yaitu sebagai berikut :
Titik Nol koordinat terdapat pada pusat massa bumi ( Geosentrik ). Dimana
massa bumi mencakup lautan dan juga atmosfer.
Skalanya adalah kerangka bumi lokal dalam terminologi relativitas dari
gravitasi.
Orientasi awal dari sumbu sumbu koordinatnya adalah didefinisikan oleh
orientasi Bereau International de IHeure ( BIH ) epok 1984.0.
Sumbu Z mengarah ke IERS reference pole. Sumbu X nya berada dibidang
ekuator dan pada bidang IERS Reference Meridian ( IRM ). Sumbu Y tegak
lurus terhadap sumbu X dan sumbu Z, dan membentuk sistem koordinat
tangan kanan ( Right-Handed System ).
Evolusi waktu dari orientasinya tidak mempunyai residu pada rotasi global
terhadap kerak bumi.

55

Gambar 3. Sistim Koordinat WGS 84

Pada sistem koordinat WGS 84, ellipsoid yang digunakan adalah ellipsoid
geosentrik WGS 84 yang didefinisikan oleh empat parameter utama, yaitu :
Parameter
Sumbu Panjang
Penggepengan
Kecepatan Sudut Bumi
Konstanta Gravitasi Bumi
(

termasuk

Notasi
a
f

Nilai
6378137 m
1/298.257223563
7292115.0 x 10-

GM

11 rad s-1
3986004.418

massa

108 m3 s-2

atmosfernya )
Tabel 1. Definisi 4 parameter WGS 1984

Datum WGS 84 direalisasikan dengan menggunakan koordinat dan sistem


penjejak ( Tracking Stations ) yang didistribusikan secara global serta memiliki
ketelitian absolutsekitar 1 2 meter. Sejak januari 1987, Defence Mapping
Agency ( DMA ) Amerika Serikat mulai menggunakan WGS 84 dalam
menghitung orbit teliti ( Precise Ephemeris ) untuk satelit TRANSIT.

56

57

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Georeferencing adalah proses penyelarasan data spasial (lapisan yang
berbentuk file: poligon, titik, dll) ke file gambar seperti peta historis, citra
satelit, atau foto udara.
2. Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan proyeklsi peta yang
menggunakan posisi horizontal dua dimensi (x,y)utm dengan menggunakan
proyeksi silinder, transversl dan konform yang memotong bumi pada dua
meridian standard.
3.

Georeferencing sangat penting untuk membuat foto udara dan citra satelit ,
biasanya gambar raster, berguna untuk pemetaan seperti menjelaskan
bagaimana data lain, seperti di atas GPS poin, berhubungan dengan pencitraan.

4. Pada proses georeferencing apabila ditemukan system proyeksi yang berbeda,


maka akan mengakibatkan distorasi yang berbeda pula.

B. Saran

58

Pada saat praktikum berlangsung diharapkan suasana yang kondusif dan


tenang, sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancer dan baik.

59

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hasanuddin Z.(2002). Survey Dengan GPS. Cetakan Kedua. Jakarta :


Pradnya Paramita.
Abidin, H.Z. 2007. Penentuan Posisi Dengan GPS dan Aplikasinya. Pradnya
Paramita. Jakarta.
Anggraini,2010,,Aplikasi Web Geographic Information System (SIG) Untuk
Mencari Jalur Alternatif Menggunakan AHP. Surabaya: Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya
Aronoff, S. 1989. Geographic Information Systems : A Management Perspective,
WDL Publication, Otawa, Canada.
Barus B., dan U.S. Wiradisastra, 2000, Sistem Informasi Geografi, Laboratorium
Penginderaan.
Bilaludin Khalil.

2010. Panduan

dasar

ArcGIS. Tropenbos

International Indonesia Programme. Bogor.


Chrisman, Nicholas.1997.Exploring Geographic Information Systems.New York :
John Willey and Sonc, Inc.
Chen et al, 2004.Aplikasi SIG untuk Pemetaan Informasi Pembangunan. Di dalam
Agus W, R Djamaludding,G Hendrarto, editor.Remote Sensing &
Geographic information Systems. Jakarta.
Eddy

Prahasta.

2010. Sistem

Informasi

Geografis

Konsep-Konsep

Dasar.Informatika. Bandung.
Faisol, Arif Dindarto, 2013, Tutorial Ringkas ArcGIS.10, NSI, Yogyakarta.

60

Juhadi, Setyowati, dan Liesnoor, Dewi . 2001. Desain dan Komposisi Peta
Tematik. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P.
2011 . Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Jurusan
TMIP FTIP Unpad.
Nurfadilla, 20012, Laporan Praktikum ArcGIS. Fakultas Teknik Sipil UNDIP :
Semarang.
Prahasta, E. 2001. Konsep konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit
Informatika. Bandung.
Rinaldi Potabuga . 2010 .Automasi Data_1Georeferencing. Intan
Pariwara. klaten
Suseno Adam, Agus Ricky . 2012. Penggunaan Quantum GIS
dalam Sistem Imformasi Geografii. Bandung : Informatika
Subroto, Galuh.2011. Laporan praktikum GIS Georeferencing. IPB Press : Bogor.

61

You might also like