Professional Documents
Culture Documents
GEOLOGI DASAR
RESPONSI
IDENTITAS PEMILIK :
Nama
NPM
Alamat
:
..
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN
KM HMG ARC-SINKLIN
2010
FAKULTAS TEKNIK
GEOLOGI
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
No. Telp
Ya Allah
bina, bentuk, dan tempalah adik Kami,
adik yang cukup kuat menyadari dirinya manakala dia lemah,
adik yang berani untuk menghadapi dirinya manakala dia takut.
Jadikanlah adik Kami seorang yang menerima kesalahannya
sebagai sesuatu yang berharga,
dan menganggap kemenangan
sebagai sesuatu kebutuhan keksatriaannya.
Bentuklah adik kami menjadi manusia yang mengerti
bahwa menemukan dan mengenal pribadinya
adalah dasar segala ilmu yang benar.
Ya Malikul Mulki
jangan adik kami dibimbing di jalan yang enak dan lunak,
tetapi di bawah desakan, tekanan, dan tantangan hidup.
Bimbinglah adik Kami menjadi manusia yang berhati jernih
dengan cita-cita setinggi langit,
seorang adik yang mampu memimpin dirinya
sebelum berhasrat memimpin orang lain,
seorang adik yang menjangkau hari esok
tanpa melepaskan hari-hari kemarinnya
dan telah menyadari miliknya.
Ya Mutakabbir
semoga adik Kami dilengkapi sedikit perasaan jenaka,
agar dia dapat hidup bersungguh-sungguh
tanpa menganggap dirinya terlampau serius.
Berikanlah kepadanya kerendahan hati dan keagungan hakiki;
Adik Kami yang tetap berdiri di atas kaki yang dahsyat,
adik kami yang berbelas kasihan terhadap mereka yang gagal,
dan berikanlah dia kelembutan sebagai kekuatan yang sebenarnya
Kami sebagai Kakaknya memberanikan diri untuk berucap:
Hidup Kami tidaklah sia-sia
(diadaptasi dari : Soldier Praying for His Son, Douglas McArthur)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kehadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan rahmat dan
petunjuk-Nya, sehingga buku yang bersifat panduan ini dapat diselesaikan sesuai
dengan harapan.
pada
komponen-komponen
penyusunnya,
mulai
dari
waktu,
Sebagaimana kami sadari bahwa karya ini tidak akan jauh berbeda dari pesan yang
ingin disampaikan kepada adik adik kami HMG angkatan 2010 dengan para
alumni dan pendahulu kita sebelumnya, yaitu bahwa jadikan buku ini sebagai
pengikat persaudaraan, selain dari materi geologi dasar yang sangat penting untuk
dipahami dan dikaji.
Tentunya kajian ilmu khususnya yang berkaitan dengan ilmu geologi sangat luas
dan ilmu geologi bukanlah hanya sebatas ilmu teori dan hitungan belaka,
pemahaman seluruh konsep dasarnya memerlukan suatu peninjauan khusus
dilapangan, dan mudah mudahan sepenggal dan secercah torehan tinta ini dapat
membantu dalam menyelami samudera ilmu geologi yang sangat luas.
2.
Bapak M. Sapari Dwi Hadian, ST., MT. dan Bapak Faisal Helmi, ST.,
selaku Pembina
3.
4.
selama
ini......!!!!
Pastikan
hal
ini
selalu
tetap
terjaga....Amien......!!!
5.
6.
Seluruh pihak yang telah membantu kami baik dalam segi moral
maupun material dalam penyusunan buku ini.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persembahan
Halaman Khusus Curhat
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bagian I Pendahuluan
Bagian II Batuan dan Mineral
Batuan Beku
Batuan Sedimen
Batuan Metamorf
Mineral
Bagian III Struktur Geologi
Perlipatan (folding)
Sesar (fault)
Kekar (joint)
Bagian IV Fosil dan Stratigrafi
Fosil
Stratigrafi
Bagian V Peta dan Peralatan Geologi
Peta
Peralatan Geologi Lapangan
Daftar Pustaka
Lampiran
i
i
ii
1
12
13
23
42
55
58
61
68
74
77
77
84
102
102
132
1411
143
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1.1
2.1.2
2.2.1
2.3.1
2.3.2
2.4.1
2.4.2
3.1.1
Halaman
17
18
29
52
54
57
57
65
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.1.8
2.1.9
2.1.10
2.1.11
2.1.12
2.1.13
2.1.14
2.1.15
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8
2.2.9
2.2.10
2.2.11
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
Halaman
3
7
8
11
11
12
13
13
14
14
14
15
16
19
20
20
20
21
21
22
24
25
28
31
33
37
37
38
39
40
41
42
43
44
44
45
2.3.6
2.3.7
2.3.8
2.4.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6
3.1.7
3.1.8
3.1.9
3.1.10
3.1.11
3.1.12
3.1.13
3.1.14
3.1.15
3.1.16
3.1.17
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.2.1
4.2.2
4.2.3
4.2.4
4.2.5
4.2.6
4.2.7
4.2.8
4.2.9
5.1.1
5.1.2
5.1.3
5.1.4
5.1.5
5.1.6
5.1.7
5.1.8
5.1.9
5.1.10
47
49
51
56
58
59
59
59
60
61
62
63
66
66
67
69
71
72
75
75
76
78
79
79
86
87
87
88
90
94
95
96
99
108
111
114
120
121
122
127
128
131
133
iv
BAB
Pendahuluan
Kebanyakan orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang melahirkan seorang ilmuwan besar.
Mereka salah, karakterlah yang melahirkannya. (Albert Einstein)
Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi Geologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang Bumi, meliputi proses-proses
yang berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap Bumi itu sendiri.
Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari material
penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah
pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi.
Cabang-cabang geologi:
Petrologi
Studi tentang batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), asal
mula pembentukannya, klasifikasinya, tempat pembentukan dan pengendapannya,
serta penyebarannya baik di dalam maupun di permukaan bumi.
Mineralogi
Studi tentang mineral, cara mendeskripsi suatu mineral pembentuk batuan secara
megaskopis (melalui sifat fisiknya, seperti belahan, goresan, kilap, dan lain-lain)
dan menentukan nama mineral dari hasil deskripsi tersebut dan kegunaan mineral.
Sedimentologi
Studi yang mempelajari batuan sedimen, meliputi pembentukan batuan sedimen
dan proses sedimentasinya. Mempelajari, mengenali dan menafsirkan struktur
sedimen, macam model fasies, dan lingkungan pengendapannya.
Geomorfologi
Studi tentang bentang-alam (morfologi alam), mempelajari prinsip-prinsip
geomorfologi dalam kaitannya dengan geologi serta mengidentifikasi ragam
BAB I Pendahuluan
|2
BAB I Pendahuluan
Gambar 1.1.1 Bagan geologi beserta cabang-cabang ilmu lainnya. (Hirnawan, 2000, Geologi
UNPAD)
|3
BAB I Pendahuluan
Katastrofisme
Baron Georges Cuvier (1810), berkebangsaan Perancis, melihat
adanya kenyataan bahwa pada masa lampau telah terjadi kepunahan
beberapa spesies flora dan fauna yang kemudian timbul kembali
spesies flora dan fauna yang baru. Semua peristiwa tersebut terjadi
karena adanya bencana (catastroph) secara mendadak dengan sangat
dahsyat dan berlangsung di seluruh muka bumi. Konsep ini dikenal
sebagai teori Malapetaka atau Katastrofisme (Catastrophism).
(B. G. Cuvier)
Uniformitarianisme
Akhir abad ke-18 dianggap sebagai permulaan geologi modern.
James Hutton (1795), seorang ahli fisika Skotlandia, bapak
geologi modern, menerbitkan buku Theory of the Earth.
Dimana ia mencetuskan:
The present is the key to the past.
(James Hutton)
Charles Lyell (17971875) membuat sebelas edisi dari hasil pekerjaan besarnya, antara
lain : Principles of Geology (Prinsip-prinsip Geologi). Buku ini berusaha menjelaskan
perubahan-perubahan lebih lanjut dari permukaan bumi, dengan referensi dari sebabsebab yang berlaku sekarang. Ia mengilustrasikan konsep-konsep kesamaan dari alam
sesuai dengan waktu. Ia dapat memperlihatkan bahwa proses-proses geologi yang dapat
diamati sekarang dapat disimpulkan berlaku juga pada masa lalu. Walaupun teori
uniformitarianisme tidak dimulai dari Lyell, dia adalah orang yang lebih sukses dalam
menginterpretasi dan mempublikasikan pada masyarakat luas.
INTERIOR BUMI
Secara umum, bumi terdiri dari daratan (benua, pulau-pulau, lembah-lembah, dan
pegunungan) serta lautan (lembah, palung, dan pegunungan bawah laut). Puncak
gunung tertinggi 8,850 m dpl (Mount Everest, Pegunungan Himalaya), sedangkan
palung yang terdalam mencapai kedalaman 11.033 m di bawah permukaan laut (Palung
Mariana).
Divisi Akademik HMG 2010
|4
BAB I Pendahuluan
a.
b.
Kerak benua, terdiri dari batuan granitik, ketebalan rata-rata 45 km, berkisar
antara 3050 km. Kaya akan unsur Si dan Al, maka disebut juga sebagai
lapisan SiAl.
Kerak samudera, terdiri dari batuan basaltik, tebalnya sekitar 7 km. Kaya
akan unsur Si dan Mg, maka disebut juga sebagai lapisan SiMa.
|5
BAB I Pendahuluan
|6
BAB I Pendahuluan
Kerak bumi yang merupakan bagian teratas dari interior bumi yang langsung kontak
dengan oksigen dan merupakan tempat akumulasi mineral-mineral batuan merupakan
sasaran utama dari ilmu genesa endapan bahan galian untuk dapat mengetahui sebaran
mineral-mineral berharga. Keterdapatan mineral-mineral berharga tersebut sangat
bergantung pada jumlah (konsentrasi) mineral-mineralnya, serta letak dan bentyk
endapannya.
Kerak bumi merupakan padatan yang relative dingin, rapuh, dan kaku (rigid) dengan
massa jenis lebih rendah sehingga seolah-olah mengapung di atas mantel. Ini adalah
bagian yang berada di permukaan bumi hingga kedalaman 100 km. Karena adanya
perbedaan panas yang sangat tinggi antara bagian bumi yang tengah dengan bagian
bumi yang lebih luar, maka akan terjadi perbedaan tekanan dimana tekanan pada bagian
dalam lebih besar, sehingga pergerakan magma akan menghasilkan aliran konveksi di
dalam mantel. Lelehan magma yang lebih panas akan bergerak ke atas dan lelehan
magma yang lebih dingin akan tenggelam (seperti gerakan aliran konveksi air pada
waktu kita memanaskan air di atas kompor).
Divisi Akademik HMG 2010
|7
BAB I Pendahuluan
Gambar 1.1.3. Aliran konveksi pada air di atas kompor dan aliran konveksi magma
Akibat aliran konveksi lelehan magma tersebut, lapisan kerak bumi yang padat dan
relative rapuh yang ada di atasnya (mengapung) ikut bergerak sesuai dengan gerakan
lelehan magma. Pada suatu tempat tertentu, lapisan kerak bumi akan retak dan bergerak
saling menjauh, dan rekahan yang ditinggalkannya akan segera terisi oleh lelehan
magma yang kemudian juga akan membeku (disebut sebagai daerah regangan dimana
lempengan kerak bumi yang saling berdekatan menjauh), contoh Mid Oceanic Ridges
yang berada di dasar samudra Atlantik, dan rifting yang terjadi antara benua Afrika
dengan Jazirah Arab yang membentuk Laut Merah.
Pada bagian bumi lain akan terjadi tumbukan antara lempeng-lempeng yang saling
mendekat. Lempeng yang relatif lebih tipis (lempeng samudera) akan menunjam ke
bawah lempeng benua yang relatif lebih tepal, zona ini disebut sebagai zona subduksi
(subduction zone). Contohnya adalah zona subduksi yang memanjang dari Sumatra,
Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Pada bagian yang menunjam akan meleleh
menjadi magma dan bagian dari lempeng yang lain akan mengalami perlipatan,
pengangkatan, dan pensesaran.
Dengan adanya retakan/bukaan akibat terbentuknya sesar-sesar tersebut, maka pada
bagian-bagian tertentu pada zona tersebut kadang-kadang diterobos oleh lelehan magma
panas dari mantel dan membentuk kantong-kantong magma, yang disebut sebagai
dapur magma (magma chamber).
Jika penerobosan tersebut berlangsung hingga mencapai permukaan bumi, maka
terjadilah pembentukan deretan gunungapi. Magma yang keluar akan menghasilkan
material hasil letusan gunungapi yang berupa tuff, lahar, maupun menghasilkan aliran
lava panas yang akan membentuk batuan lava di permukaan. Magma yang tidak
|8
BAB I Pendahuluan
|9
BAB I Pendahuluan
2. Konvergen
Lempeng-lempeng bergerak saling mendekat.
a. Subduksi (Subduction)
Lempeng benua dengan lempeng samudera. Pada peristiwa ini, lempeng
samudera menunjam ke bawah dengan sudut 45 atau lebih, menyusup
di bawah lempeng benua. Contoh: palung (trench) yang memanjang dari
Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur akibat tumbukan antara
lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia
Australia.
b.
Obduksi (Obduction)
Kenampakan dimana kerak benua menunjam di bawah kerak samudera.
Ada beberapa hipotesis tentang mula terjadi obduksi, yang paling
memungkinkan adalah bahwa diawali oleh penunjaman kerak samudera
dengan kerak benua di belakangnya. Penunjaman bisa terjadi karena
perubahan dari batas lempeng divergen menjadi konvergen. Kelanjutan
penunjaman membawa kerak benua berbenturan dengan kerak samudera
dan pada awalnya, kerak samudera naik ke atas kerak benua, sebelum
akhirnya penunjaman di tempat itu berhenti dan berpindah ke tempat
lain yang dapat mengakomodasi konvergensi antar lempeng.
c. Collision
Lempeng benua bertemu dengan lempeng benua. Kedua lempeng
tersebut tidak ada yang tertunjam karena keduanya memiliki massa jenis
yang sama, hal ini mengakibatkan pembentukan pegunungan lipatan
yang biasanya sangat tinggi. Contoh : pegunungan Himalaya yang
diakibatkan interaksi antara lempeng Eurasia dengan India.
3. Transform
Lempeng-lempeng bergerak saling berpapasan, tanpa membentuk atau merusak
litosfir, menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip Fault. Contoh : sesar
San Andreas di Amerika Serikat yang merupakan pergeseran lempeng samudra
Pasifik dengan lempeng benua Amerika Utara.
| 10
BAB I Pendahuluan
| 11
BAB
Dalam The Penguin Dictionary of Geology, yang dinamakan dengan batuan (rock) adalah
material penyusun kerak bumi yang tersusun baik oleh satu jenis mineral (monomineralic)
maupun oleh banyak jenis mineral (polymineralic).
Berdasarkan proses terjadinya batuan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Batuan beku (Igneous rock)
2. Batuan sedimen (Sedimentary rock)
3. Batuan metamorf/malihan (Metamorphic rock)
2.
| 13
3.
Lopolith: bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12 dari lebar
tubuhnya dengan bentuk seperti melensa dimana bagian tengahnya
melengkung ke arah bawah karena elastisitas batuan di bawahnya lebih
lentur.
4.
Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu lipatan.
b.
| 14
2.
3.
| 15
Catatan !!
Dari Deret Bowen ini dikenal dua kelompok mineral utama pembentuk batuan, yaitu:
1.
| 16
2.
Kandungan
Silika (%)
Kandungan
Mineral
Mafic (%)
Indeks
Warna
Asam
>65
0-30
Leucocratic
Menengah
65-52
30-60
Mesocratic
Basa
Ultrabasa
52-45
< 45
60-90
90-100
Melanocratic
Hypermelanic
Nama Batuan
Intrusi
Ekstrusi
Granit
Adamelit
Granodiorit
Ryolit
Ryodasit
Dasit
Syienit
Diorit
Monzonit
Trachyt
Andesit
Trachyt andesit
Gabro
Peridotit
Basalt
Dunit
Ekstrusi
Granit
Ryolit
| 17
Granodiorit
Dasit
Syienit
Trachyt
Diorit
Andesit
Gabro
Basalt
Peridotit
Dunit
| 18
| 19
ii.
iii.
c.
Bentuk Kristal
Umumnya menunjukkan rangkaian kristalisasi. Bentuk kristal terbagi tiga,
yaitu:
i. Euhedral: bentuk kristalnya masih utuh (apakah ia kubik, monoklin,
triklin atau yang lainnya).
ii. Subhedral: bentuk kristalnya sebagian tidak utuh.
iii. Anhedral: bentuk kristalnya sudah tidak utuh lagi sehingga tidak dapat
dilihat apakah ia kubik, monoklin, atau yang lainnya.
Keterangan:
A: Anhedral
B: Subhedral
C: Euhedral
| 20
5. Struktur
- Masif: secara keseluruhan kenampakan batuan terlihat seragam/ monoton.
- Vesikuler: pada massa batuan terdapat lubang-lubang kecil yang berbentuk bulat
atau elips dengan penyebaran yang tidak merata. Lubang ini merupakan ruang
tempat gas terperangkap pada waktu magma membeku.
| 21
- Columnar joint: struktur yang memperlihatkan bentuk seperti kumpulan tiang, ini
disebabkan adanya kontraksi saat proses pendinginannya.
| 22
sedimen
berasal
dari
bahasa
latin
sedimentum,
yang
berarti
Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit
bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu
pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih
kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air.
Pelapukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk yang
lebih kecil oleh berbagai sebab, tetapi tanpa adanya perubahan komposisi
kimia dan kandungan mineral batuan tersebut yang signifikan.
2.
3.
| 23
Erosi
Erosi adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur
yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup.
Erosi tidak sama dengan pelapukan, yang mana merupakan proses penghancuran mineral
batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Transportasi
Transportasi adalah pengangkutan suatu material (partikel) dari suatu tempat ke
tempat lain oleh suatu gerakan media (aliran arus) hingga media dan material terhenti
(terendapkan). Media transportasi (fluida) antara lain gravitasi, air, es, dan udara.
Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda.
1.
2.
| 24
Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme
1.
2.
3.
Suspensi (suspension),
gerakan yang cukup untuk menjaga partikel bergerak terus di dalam fluida.
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es
pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu. Pettijohn (1975)
mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen
yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu
Divisi Akademik HMG 2010
| 25
tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta,
estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Litifikasi
Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut litifikasi. Salah satu proses
litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada waktu material sedimen diendapkan terus
menerus pada suatu cekungan. Berat endapan yang berada di atas akan membebani
endapan yang ada di bawahnya. Akibatnya, butiran sedimen akan semakin rapat dan
rongga antara butiran akan semakin kecil.
Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah sementasi.
Material yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang meresap melalui
rongga antar butiran, kemudia larutan tersebut akan mengalami presipitasi di dalam
rongga antar butir dan mengikat butiran butiran sedimen. Material yang umum menjadi
semen adalah kalsit, silika dan oksida besi.
Terrigeneous Clastics
Terbentuk dari hasil rombakan batuan lainnya melalui proses pelapukan, erosi,
transportasi, sedimentasi dan pembatuan (litifikasi). Pelapukan yang berperan disini
adalah pelapukan yang bersifat fisika. Contoh: breksi, konglomerat, batupasir,
batulempung.
2.
Biochemical-Biogenic-Organic Deposits
Batuan sedimen ini terbentuk dari akumulasi bahan-bahan organik (baik flora
maupun fauna) dan proses pelapukan yang terjadi pada umumnya bersifat kimia.
Contoh: batugamping, batubara, rijang, dll.
| 26
3.
Chemical Precipitates-Evaporates
Batuan sedimen jenis ini terbentuk dari akumulasi kristal-kristal dan larutan kimia
yang diendapkan setelah medianya mengalami penguapan. Contoh: gipsum,
batugaram, dll.
4.
Volcaniclastics (Pyroclastic)
Batuan sedimen jenis ini dihasilkan dari akumulasi material-material gunungapi.
Contoh: agglomerat, tuf, breksi, dll.
I. Deskripsi Batuan Sedimen Klatika (pasir sangat kasar pasir sangat halus)
1. Nama batuan
2. Warna
Terdiri dari warna segar dan warna lapuk, sertakan pula variasi warnanya untuk
memperjelas pemerian. Contoh: batupasir berwarna segar kelabu kehijau-hijauan.
Pemerian warna ini mencerminkan tingkat oksidasi, kandungan mineral, dan
lingkungan pengendapan batuan itu sendiri.
- Warna merah: menunjukan keadaan oksidasi > non marin, mengan-dung Fe
(umumnya hematit).
- Warna hijau: merupakan reduksi dari warna merah, mengandung glaukonit, zeolit
atau chamosite.
- Warna kelabu: menunjukan keadaan reduksi > marin, kaya akan bahan organik.
- Warna, kuning-coklat: menunjukan keadaan oksidasi, mengandung limonit,
goethite, dan oksida besi.
| 27
kemudian tentukan pula ukuran minimal dan maksimal dari butiran atau
komponennya. Contoh: batupasir berbutir sedang (114mm-112mm). Breksi
dengan ukuran butir 7cm-12cm (Berangkal, 64mm-256mm). Besar butir ini
mencerminkan energi hidrolik lingkungannya, dalam artian jika ia berbutir
kasar maka dahulunya ia diendapkan dengan arus yang cepat dan begitu pula
sebaliknya.
b.
Bentuk Butir (grain shape), ditentukan dengan bantuan chart yang telah
tersedia pada komparator dan gunakan istilah:
- Sangat menyudut (very angular)
- Menyudut (angular)
- Menyudut tanggung (subangular)
- Membundar tanggung (subrounded)
- Membundar (rounded)
- Sangat membundar (very Rounded)
Untuk melihat bentuk butiran ini dapat dilakukan dengan bantuan loupe
(terutama untuk batupasir), dan tentukan pula kisarannya. Contoh: batupasir
menyudut-menyudut tanggung. Bentuk butir ini mencerminkan tingkat
transportasi butirannya, dalam artian bahwa jika ia memiliki bentuk butir yang
membundar maka ia cenderung telah tertranspor jauh dari batuan asalnya.
Divisi Akademik HMG 2010
| 28
| 29
c.
sehingga
kemungkinan
mengandung
semen-matrik).
Bila
4. Struktur Sedimen
Berguna dalam menentukan top & bottom suatu lapisan, arah arus-purba
(Paleocurrent) dan lingkungan pengendapan.
Secara garis besar struktur sedimen terbagi menjadi dua katagori, yaitu:
a.
b.
| 30
Gambar 2.2.4 Struktur sedimen, A : Wavy, B : Cross Stratification, C : Mudcrack, D : Flute cast, E :
Bioturbation, F : Load Cast.
| 31
5. Permeabilitas
Adalah kemampuan suatu batuan untuk meloloskan fluida.
Cara menentukannya yaitu:
a. Teteskan air di atas permukaan sampel yang akan diperiksa.
b. Perhatikan apakah air tersebut diserap atau tidak oleh batuan ter-sebut.
c. Bila cairan diserap dengan cepat, maka nyatakanlah bahwa permeabilitasnya
baik.
d. Bila cairan diserap dengan cukup cepat, maka nyatakanlah bahwa
permeabilitasnya sedang.
e.
Bila
cairannya
diserap
dengan
lambat,
maka
nyatakanlah
bahwa
permeabilitasnya buruk.
6. Porositas
Adalah perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh
batuan, dan dinyatakan dalam persen,
= Volume Pori-Pori
x 100%
7. Pemilahan (Sorting)
Adalah tingkat keseragaman besar butir penyusun batuan, mencer-minkan viskositas
media pengendapan serta energi mekanik/arus ge-lombang medianya. Jika
pemilahannya baik maka ia diendapkan oleh media yang cair/encer dengan energi
arus yang kecil, dan begitu pula dengan sebaliknya.
Gunakan istilah:
a. Terpilah baik (well sorted) jika besar butirannya seragam.
b. Terpilah sedang (medium sorted) jika besar butirannya relatif sera-gam.
c. Terpilah buruk (poorly sorted) jika besar butirannya tidak seragam.
Divisi Akademik HMG 2010
| 32
Dan untuk menentukan pemilahan ini dapat dibantu dengan menggu-nakan loupe
(misalnya untuk Batupasir).
8. Kandungan CaC03
Ditentukan dengan jalan meneteskan larutan HCl 0,1 Normal pada permukaan
sampel batuan yang masih segar, jika ia berbuih/bereaksi (ngecos!) maka batuan
tersebut bersifat karbonatan (calcareous), dan begitu pula sebaliknya.
9. Kandungan mineral
Mineral-mineral sekunder yang umum terdapat dalam batuan sedimen misalnya
kalsit (ngecos oleh HCl, sedangkan kuarsa tidak), aragonit (memiliki habit yang
menjarum), pirit (kuning pucat seperti emas de-ngan bentuk kristal kubik), glaukonit
(berwarna hijau kotor), kaolinit (serbuk putih seperti bedak), dll.
| 33
11. Kekerasan
Merupakan tingkat kekuatan partikel batuan terhadap disagregasi.
Gunakan istilah:
a. Kompak, bila tidak dapat dicukil dengan jarum penguji.
b. Keras, bila masih dapat dicukil dengan jarum penguji.
c. Agak keras, bila dapat hancur ketika ditekan dengan jarum penguji.
d. Lunak, bila dapat dipotong-potong dengan mudah menggunakan jarum penguji.
e. Dapat diremas, bila dapat diremas dengan jari tangan.
f. Spongi, bila sifatnya seperti karet busa. Jika ditekan balik lagi ke asal.
| 34
Namun ada pula yang harus ditabahkan dalam pendeskripsiannya, yaitu kilap (luster).
Kilap dapat membantu pembedaan asal warna. Istilah istilah yang dipakai untuk ini
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Komposisi, apakah monomik (jika klastika terdiri dari satu tipe litologi),
Oligomik (terdiri dari 2-3 tipe klastika), polimik (klastika terdiri lebih dari 3
jenis litologi). Dan tentukan pula jenis jenis batuannya, jika batuan beku
tentukan sifatnya apakah basaltis atau andesitis.
Divisi Akademik HMG 2010
| 35
b.
c.
Kemas, tentukan kemasnya (terbuka atau tertutup). Dan lihat jika ada
imbrikasi
d.
Matrik
Dalam pendeskripsian matrik pada breksi dan konglomerat, dilihat apakah
terdiri satu jenis batuan atau campuran, kemudian deskripsi seperti biasa.
2.
3.
4.
| 36
| 37
| 38
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsi batugamping antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
| 39
Grafik Log
Metode standar yang digunakan untuk merekonstruksi dalam pengumpulan
data lapangan pada batuan sedimen adalah dengan menggunakan grafik log. Grafik
log memberikan kenampakan visual suatu singkapan (stasiun), dan merupakan cara yang
mudah untuk membuat korelasi dan perbandingan antara suatu singkapan (stasiun) yang
berbeda (pengulangan fasies, siklus sedimen, dll).
| 40
Gambar 2.2.11 Simbol yang digunakan dalam pembuatan grafik log (Tucker, 1993)
Divisi Akademik HMG 2010
| 41
diagenesa.
Proses
metamorfisme
ini
meliputi,
Rekristalisasi,
Reorientasi,
2.
Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati
dan penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan
metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi
membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi
bertekstur beku atau igneous) (Gambar 2.3.1).
Gambar 2.3.1 memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah medium
dan tingkat tinggi (ODunn dan Sill, 1986).
Divisi Akademik HMG 2010
| 42
Gambar 2.3.2 memperlihatkan kontak disekitar intrusi batuan beku (Gillen, 1982).
2.
3.
Metamorfisme regional, dimana batuan metamorf ini mendapat pengaruh dari suhu
dan tekanan yang tinggi, biasanya metamorf jenis ini terdapat pada daerah dengan
zona subduksi (Gambar 2.3.3).
| 43
Gambar 2.3.3 penampang yang memperlihatkan lokasi batuan metamorf (Gillen, 1982)
| 44
Gambar 2.3.5 Fasies batuan metamorf dalam hubungannya dengan temperatur, tekanan, dan
kedalaman. (Norman fry, 1985)
| 45
Struktur Foliasi
Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit,
muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular,
jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
Struktur nonfoliasi
Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif
seragam.
Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi
mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan
yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur
milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk
lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
Divisi Akademik HMG 2010
| 46
Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir
felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk
jarus atau fibrous.
Gambar 2.3.6. Struktur batuan metamorf dan korelasinya terhadap batuan yang terbentuk.
| 47
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan
lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam penamaannya
menggunakan akhiran kata blastik. Berbagai kenampakan tekstur batuan metamorf dapat
dilihat pada (Gambar 3.13). Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa
dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata
blasto.
Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari mineral yang ada
sebelumnya sebagai akibat perubahan tekanan dan atau temperatur menghasilkan
pembentukan kristal lain yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka yang jelek;
kristal ini dinamakan idioblastik, hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara umum batuan
metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu, namun secara khusus mineral penyusun
batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) mineral stress dan (2) mineral anti
Divisi Akademik HMG 2010
| 48
stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dapat berbentuk
pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya/stress meliputi: mika,
tremolit-aktinolit, hornblende, serpentin, silimanit, kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot,
staurolit dan antolit. Sedang mineral anti stress adalah mineral yang terbentuk dalam
kondisi tekanan, biasanya berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar, garnet,
kalsit dan kordierit.
Gambar 2.3.7 Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985). A. Tekstur Granoblastik, sebagian
menunjukkan tekstur mosaik; B. Tekstur Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas;
C. Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral; D. Skistosity dengan domain granoblastik
lentikuler; E. Tekstur Semiskistose dengan meta batupasir di dalam matrik mika halus; F. Tekstur
Semiskistose dengan klorit dan aktinolit di dalam masa dasar blastoporfiritik metabasal; G. Granit
milonit di dalam proto milonit; H. Ortomilonit di dalam ultramilonit; I. Tekstur Granoblastik di dalam
blastomilonit.
| 49
Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain yaitu didasarkan
pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk batuan metamorf ini
mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama dilakukan tinjauan apakah
termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran
mineral). Pada metamorfisme tingkat tinggi akan berkembang struktur migmatit (Gambar
2.3.7). Setelah penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik yang
berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan. Misal: struktur
skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis; slatycleavage untuk slate/ sabak.
Sedangkan non foliasi, misal: struktur hornfelsik nama batuannya hornfels; liniasi untuk
asbes.
| 50
Variasi yang luas dari tekstur, struktur dan komposisi dalam batuan metamorf,
membuatnya sulit untuk mendaftar satu atau lebih dari beberapa kenampakkan yang
diduga hasil dari proses metamorfisme. Oleh sebab itu hal terbaik untuk
mempertimbangkan secara menerus seperti kemungkinan banyaknya perbedaan
kenampakan-kenampakan yang ada.
| 51
Table 2.3.1 Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum (Gillen, 1982).
Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf, kita harus menamakan batuan
tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan metamorf tidak sistematik seperti pada
batuan beku dan sedimen. Nama-nama batuan metamorf terutama didasarkan pada
kenampakan tekstur dan struktur. Nama yang umum sering dimodifikasi oleh awalan
yang menunjukkan kenampakan nyata atau aspek penting dari tekstur (contoh gneis
augen), satu atau lebih mineral yang ada (contoh skis klorit), atau nama dari batuan beku
yang mempunyai komposisi sama (contoh gneis granit). Beberapa nama batuan yang
didasarkan pada dominasi mineral (contoh metakuarsit) atau berhubungan dengan facies
metamorfik yang dipunyai batuan (contoh granulit).
Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi mineral,
seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal
bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur granobastik dengan
komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari batupasir atau
chert/rijang. Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:
Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah
Divisi Akademik HMG 2010
| 52
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas. Eclogit: Batuan yang berbutir sedang
komposisi utama adalah piroksin klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan
diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti
basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan
beku. Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar,
sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur
gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar. Hornfels:
Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang
equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris mungkin
ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebutgranofels. Milonit: Cerat berbutir halus atau
kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih
kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas
jumlah dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap
permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit. Serpentinit: Batuan
yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok serpentin. Mineral
asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral
silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen. Skarn:
Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-silikat
seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan komposisi batuan
penutup (country rock) pada kontak batuan beku.
Setelah penjelasan mengenai tekstur,struktur, dan komposisi mineral batuan metamorf,
maka parameter yang digunakan dalam deskripsi batuan metamorf adalah:
1. Warna: segar-lapuk.
2. Tekstur: foliasi-nonfoliasi (untuk tekstur foliasi harus diuraikan lagi).
3. Strukrur (lihat, baik itu untuk foliasi maupun nonfoliasi).
4. Kandungan mineral
5. Perkiraan batas massa batuan metamorf.
| 53
| 54
MINERAL
Mineral adalah zat padat anorganik yang terbentuk di alam secara anorganik, mempunyai
komposisi kimia tertentu dan susunan atom yang teratur.
Kristal adalah zat padat yang mempunyai bentuk bangun beraturan yang terdiri dari
atom-atom dengan susunan yang teratur.
Perbedaannya adalah:
Mineral:
1. Terbentuk oleh proses alam.
2. Tidak selalu membentuk kristal.
Kristal:
1. Dapat dibuat oleh manusia.
2. Tidak selalu membentuk mineral.
Berzelius telah mengklasifikasikan mineral menjadi 8 golongan berdasarkan kandungan
dan sifat kimianya, yaitu sebagai berikut:
1. Natif (murni)
Emas, perak, tembaga, intan, dll.
2. Sulfida
Galena, pirit, kalkopirit, dll.
3. Oksida dan hidroksida
Korundum, hematit, gutit, dll.
4. Halida
Halit, flourit, slivit, dll.
5. Karbonat
Kalsit, aragonit, dolomit, dll.
6. Sulfat
Kromat, molibdenat dan tungstat barit, gipsum, krokoit, dll.
7. Fosfat
Arsenat, vanadat, xenotim, apatit, dll.
8. Silikat
Kuarsa, feldspar, olivin, dll.
Adapun sifat-sifat fisik mineral adalah sebagai berikut
1. Bentuk Kristal (crystal form)
Suatu mineral dapat berupa kristal tunggal atau rangkaian kristal. Struktur kristal
berkembang pada saat penghabluran dari larutannya. Bentuk ini mempunyai pola
yang teratur pada sisi-sisinya dengan sudut aturannya dapat digolongkan ke dalam
sistem kristal utama yang merupakan ciri setiap mineral. Contoh: kuarsa
heksagonal.
Divisi Akademik HMG 2010
| 55
2. Warna (colour)
Cahaya dari suatu mineral yang terlihat oleh mata telanjang. Warna biasanya
bersifat umum. Contoh: ortoklas merah muda.
3. Belahan (cleavage)
Sifat suatu mineral untuk pecah sepanjang satu atau lebih arah-arah tertentu dalam
bentuk rata (teratur), umumnya sejajar dengan salah satu sisi kristal. Belahan dibagi
berdasarkan bagus tidaknya per-mukaan bidang belah. Contoh: mika belahan satu
arah sempurna.
4. Pecahan (fracture)
Suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya suatu mineral dan umumnya tidak
teratur. Pecahnya mineral tersebut diakibatkan oleh adanya suatu gaya tekan yang
berkerja pada suatu mineral dan gaya tersebut melebihi batas elastisitas dan
plastisitas mineral tersebut. Contoh: olivin pecahan konkoidal.
5. Kilap (luster)
Kilap atau derajat kecerahan adalah intensitas cahaya yang dipantul-kan oleh
permukaan suatu mineral. Kilap tergantung pada kualitas fisik permukaan
(kehalusan dan transparansi). Secara umum kilap dibagi dua, yaitu: kilap logam dan
kilap nonlogam.
Divisi Akademik HMG 2010
| 56
6. Goresan (streak)
Goresan adalah warna bubuk mineral bila digoreskan pada pelat porselen. Untuk
mineral bijih, goresan dapat digunakan sebagai petunjuk. Pada mineral yang
mempunyai kilap nonlogam, biasanya goresannya tidak bewarna atau berwarna
muda. Goresan dapat saja sama atau berbeda dengan warna mineralnya.
7. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ukuran daya tahan dari permukaan suatu mineral terhadap goresen
(scratching). Kekerasan relatif dari suatu mineral dapat ditentukan dengan
membandingkannya dengan suatu urutan mineral yang ditetapkan sebagai Standar
Kekerasan Mohrs, 1822.
Mineral
Kekerasan
Talc
Gypsum
Kalsit
Flourit
Apatit
K-feldspar
Kuarsa
Topaz
Korundum
Intan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Alat Penguji
Kekerasan
Kuku Manusia
2.5
Kawat Tembaga
Pecahan Kaca
5.5 6
Pisau Baja
5.5 6
Kikir Baja
6.5 7
| 57
BAB
Struktur Geologi
Structure is The King of Geology
Intuisi lebih penting daripada penjelasan. Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. A. Einstein
Geologi struktur adalah bagian dari geologi yang mempelajari bangun/rupa (arsitektur)
batuan dari kerak bumi, yang meliputi :
geometri : bentuk, ukuran, kedudukan, sifat simetri, dan
komponen atau unsur yang membentuknya
pada berbagai ukuran (skala) dari skala batuan, singkapan hingga regional, yang
merupakan hasil dari proses pembentukannya (kejadian) atau karena perubahan akibat
deformasi. Didalam geologi struktur terutama mempelajari bentuk batuan akibat
deformasi serta proses yang menyebabkannya.
Deformasi adalah perubahan dalam tempat dan/atau orientasi dari tubuh batuan akibat
pengaruh gaya (tektonik) yang bekerja pada batuan tersebut
Deformasi didefinisikan menjadi empat pergerakan :
-
Ada dua cara suatu batuan terdeformasi, yaitu, deformasi brittle (getas pecah) dan
Deformasi ductile (kenyal plastis)
Arah dari gaya yang bekerja pada atau dalam kulit bumidapat bersifat:
1.
tension
compression
Gambar 3.1.3 gaya yang berlawanan arah tapi bekerja dal;am satu garis
(Structural Geology, Billings, 1972)
2.
Gambar 3.1.4 gaya yang berlawanan arah tapi bekerja dalam satu bidang
(Structural Geology, Billings, 1972)
| 59
3.
Torsion
Gambar 3.1.5 gaya yang berlawanan arah tapi bekerja pada kedua ujung bidang
(Structural Geology, Billings, 1972)
4.
Gaya yang bekerja dari segala jurusan terhadap suatu benda, yang umumnya
berlangsung dalam kerak bumi (tekanan lithostatis)
| 60
DESKRIPSI GEOMETRI
Dalam menganalisis geometri batuan, kita harus mengukur kedudukan unsur-unsur
struktur (garis, bidang, dan sudut)
Strike : garis yang dibentuk oleh perpotongan suatu bidang miring (bidang miring
perlapisan, kekar, sesar) dengan bidang horizontal.
Dip : Sudut terbesar yang dibentuk antara perpotongan bidang miring dan bidang
horizontal yang mempunyai arah lateral 90 dari arah strike.
PERLIPATAN (FOLDING)
Struktur lipatan merupakan salah satu struktur geologi yang paling mudah dijumpai di
lapangan disamping struktur kekar. Struktur ini umumnya berkembang pada batuan
sedimen klastika (kadang pada batuan volkanik dan metamorf). Salah satu ciri khas dari
batuan sedimen klastik adalah dijumpainya bidang perlapisan batuan yang terbentuk pada
saat proses sedimentasi. Apabila kita perhatikan pada singkapan batuan di lapangan,
bidang perlapisan tersebut mempunyai kedudukan yang bervariasi tergantung akibat
tektonik yang melatarbelakanginya.
Struktur lipatan disamping mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang terkecil
(mikro fold) hingga berukuran regional (Mega fold), juga memiliki bentuk yang
bermacam-macam. Adanya variasi ukuran dan bentuk tersebut tergantung pada sifat fisik
batuan yang terlipat, sistem tegasan (dinamika) dan mekanisme pembentukannya serta
waktu dan besarnya gaya yang bekerja.
| 61
Beberapa definisi struktur Lipatan, menurut beberapa pendapat para ahli geologi
struktur, antara lain :
Hill (1953),
Struktur lipatan merupakan pencerminan dari suatu bentuk lengkungan yang
mekanismenya disebabkan oleh 2 (dua) proses, yaitu Bending (Melengkung) dan
Buckling (Melipat). Pada gejala Buckling , gaya yang bekerja sejajar dengan bidang
perlapisan. Sedangkan pada gejala Bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap
permukaan bidang lapisan.
Bending
Buckling
Billing (1960),
Lipatan merupakan bentuk undulasi atau bentuk gelombang pada batuan di kulit
bumi.
Hobs (1971),
Struktur lipatan akibat Bending, terjadi apabila gaya penyebabnya tegak lurus
terhadap bidang lapisan, sedangkan pada proses Buckling, terjadi apabila gaya
penyebabnya sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa
pada proses Buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian
puncak lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya
tegasan tensional (tarikan) sedangkan di bagian bawah bidang lapisan terjadi
tegasan kompresi yang menghasilkan shear joint. Kondisi ini akan terbalik pada
lipatan sinklin.
Park (1980),
Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (Curve) dari suatu bidang.
Berdasarkan genetiknya, struktur lipatan dapat terbentuk akibat tektonik dan non tektonik.
Perbedaan diantara keduanya, antara lain adalah lipatan yang dibentuk akibat aktifitas
tektonik seringkali pola lipatannya teratur, pada permukaan bidang lapisan batuan sering
dijumpai sejumlah slicken side dan peristiwa pembentukannya setelah batuan tersebut
terbentuk. Lipatan yang terbentuk akibat non tektonik, umumnya pola lipatan tidak
beraturan, tidak dijumpai slicken side pada permukaan bidang lapisan batuan dan
pembentukannya dapat terjadi pada saat pengendapan (slump structure) atau dapat juga
terjadi setelah batuannya terbentuk. Untuk kasus yang terakhir ini, pembentukan struktur
lipatan terjadi akibat gejala geologi berupa proses Diapirik dan gravity slidding.
Struktur lipatan akibat tektonik pada dasarnya dapat terbentuk akibat tegasan kompresi
dan tegasan ektensi. Namun kenyataan di lapangan seringkali struktur lipatan disebabkan
Divisi Akademik HMG 2010
| 62
oleh tegasan kompresi. Terbentuknya struktur lipatan akibat tegasan kompresi umumnya
menghasilkan pola lipatan yang lebih rumit dibandingkan dengan akibat tegasan
ekstensional.
Terbentuknya struktur lipatan akibat tegasan ekstensional sebenarnya bukan merupakan
akibat langsung dari aktifitas tektoniknya, namum merupakan akibat sekunder karena
adanya gaya berat dari tubuh batuan itu sendiri (gaya gravitasi). Struktur lipatan ini selalu
terjadi pada zona sesar normal dan selalu terbentuk di bagian hanging wall.
| 63
| 64
Table 3.1.1 klasifikasi lipatan berdasarkan rapat sudut dihedralnya (after fleuty, 1964)
Description of fold
Gentle
Open
Close
Tight
Isoclinal
Elasticas
Terms
Horizontal
Subhorizontal
Gently inclined Fold
Moderately inclined Fold
Steeply inclined Fold
Subvertical
Vertical
Recumbent fold
Upright fold
Terms
Horizontal (horizontal fold)
Subhorizontal (subhorizontally plunging fold)
Gentle (Gently inclined Fold)
Moderately inclined Fold
Steeply inclined Fold
Subvertical
Vertical
Horizontal
Vertical
| 65
| 66
Rekonstruksi lipatan
1.
2.
Metode tangan bebas (free hand method), dipakai untuk lipatan pada batuan
yang incompetent, dimana terjadi penipisan dan penebalan yang tidak teratur.
Rekonstruksinya dengan mengikuti orientasi kemiringan.
Metode busur lingkaran (arc method), digunakan pada batuan yang competent,
misalnya pada lipatan yang parallel. Rekonstruksinya dapat dilakukan dengan
menghubungkan busur lingkaran secara langsung bila data yang ada hanya
kemiringan dan batas lapisan hanya setempat.
| 67
SESAR/PATAHAN (FAULT)
Sistem tegasan yang bekerja pada suatu material/batuan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan atau deformasi. Apabila tegasan tersebut menyebabkan batuan pecah dan
pecahannya relatif saling bergerak maka bidang patahannya dinamakan sebagai struktur
patahan atau struktur sesar (brittle failure). Pada ujung atau tepi jalur patahan,
umumnya batuan terdeformasi berupa lipatan yang mencerminkan semi brittle/ductile.
Gerak suatu batuan akibat proses pensesaran terjadi disepanjang bidang sesarnya,
sedangkan arah geraknya dapat diketahui dari jejak-jejak pergeserannya berupa gores
garis (Slicken line), atau indikasi lainnya seperti drag fault dsb.
Secara garis besarnya, gerak sesar ini dibedakan menjadi gerak mendatar (strike slip),
gerak vertikal (dip slip) dan gerak miring (oblique slip). Strike slip terjadi apabila
Pembentukan masing-masing jenis gerak sesar ini dipengaruhi oleh sistem tegasan.
Beberapa ahli geologi struktur secara umum mengartikan struktur sesar
sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran. Beberapa definisi yang
lengkap dari sebagian ahli geologi struktur tersebut, antara lain :
Billing (1959) :
Sesar didefinisikan sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran
relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran
tersebut dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan
bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan
kilometer.
Ragan (1973) :
Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Park (1983) :
Sesar adalah suatu bidang pecah (fracture) yang memotong suatu tubuh batuan
dengan disertai oleh adanya pergeseran yang sejajar dengan bidang pecahnya.
Geometri Sesar
Unsur-unsur geometri sesar penting dipelajari untuk mengetahui sifat gerak dari proses
pensesaran, disamping digunakan sebagai dasar dalam penamaan jenis sesar sesuai
dengan klasifikasi sesar yang ada.
| 68
Untuk mempelajari sesar terlebih dahulu harus mengetahui unsur-unsur geometri dari
sesar itu sendiri. Beberapa unsur geometri sesar yang perlu diketahui, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Fault surface (Bidang Sesar) adalah bidang pecah pada batuan yang disertai oleh
adanya pergeseran
Fault line (Garis Sesar) adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar
dengan permukaan bumi.
Fault trace adalah jejak sesar
Fault outcrop adalah singkapan sesar
Fault scarp adalah gawir sesar
Fault zone adalah zona sesar
Fault wall adalah dinding sesar
Hanging Wall adalah blok yang berada di atas bidang sesar
Foot Wall adalah blok yang berada di bawah bidang sesar
Hade adalah sudut lancip antara bidang sesar dengan bidang vertikal
Slip adalah pergeseran relatif antara dua titik yang sebelumnya saling berimpit.
Strike slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang sejajar dengan jurus
bidang sesarnya.
Dip slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang tegak lurus terhadap
jurus bidang sesarnya atau sejajar dengan arah kemiringan bidang sesarnya.
Heave adalah jarak pergeseran pada bidang horisontal
Throw adalah jarak pergeseran pada bidang vertikal
True displacement adalah arah dan besarnya jarak pergeseran blok yang sebenarnya
| 69
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
Dip of fault adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan bidang
horisontal
Strike of fault adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar dengan
bidang horisontal.
Sense of displacement adalah gerak relatif suatu blok terhadap blok yang berada di
hadapannya ( Untuk strike slip adalah sinistral atau dekstral, sedangkan untuk dip
slip adalah normal atau naik).
Separation atau pergeseran semu adalah jarak tegak lurus antara dua blok yang
bergeser dan diukur pada bidang sesar.
Strike separation adalah komponen separation yang diukur sejajar terhadap jurus
bidang sesar.
Dip separation adalah komponen separation yang diukur sejajar dengan kemiringan
bidang (dip) sesar.
Slicken side atau cermin sesar adalah bidang sesar yang permukaannya licin.
Slicken line atau gores garis adalah jejak pergeseran berupa garis-garis lurus
(kadang melengkung) yang disebabkan oleh gerusan antar blok yang saling
bergesekan.
Pitch adalah sudut lancip yang dibentuk antara gores garis dengan jurus bidang
sesar.
Anderson (1951), membuat klasifikasi sesar berdasarkan pada pola tegasan utama
sebagai penyebab terbentuknya sesar (Gambar 3.13). Berdasarkan pola tegasannya ada 3
(tiga) jenis sesar, yaitu sesar naik (thrust fault), sesar normal (normal fault) dan sesar
mendatar (wrench fault).
Normal fault, jika tegasan utama atau tegasan maksimum (1) posisinya
vertikal.
Wrench fault, jika tegasan menengah atau intermediate (2) posisinya vertikal.
| 70
Gambar 3.1.13 arah tegasan yang bekerja pada patahan (Anderson, 1951)
| 71
| 72
WARNING!!!
Yang harus dilakukan jika di lapangan menemukan bidang sesar adalah:
1.
Ukur strike/dip bidang sesarnya,
2.
Ukur pitch-nya denga busur atau kompas, dan jangan lupa arah pitch-nya.
Contoh pitch : 45 tenggara,
3.
Tentukan arah pergerakannya, baik itu yang searah strike (dekstral/sinistral)
ataupun yang searah dip (normal/naik)
Contoh : bidang sesar, strike/dip: N125 E/30, pitch : 45 tenggara, arah pergerakan
normal-sinistral.
| 73
KEKAR (JOINT)
Kekar merupakan struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali
mengalami pergeseran. Struktur kekar merupakan salah satu struktur geologi yang paling
mudah ditemukan hampir disemua batuan yang tersingkap di permukaan. Terbentuknya
struktur kekar ini dapat terjadi bersamaan dengan pembentukan batuannya atau sesudah
batuan terlitifikasi dan dapat terjadi setiap saat.
Walupun struktur kekar ini paling mudah diketemukan, namun merupakan bagian yang
tersulit dalam menganalisinya. Kesulitan utama dalam menganalisi struktur kekar ini,
antara lain :
- Dapat terbentuk kapan saja baik akibat tektonik maupun non- tektonik
- Sulit menentukan pergeseran relatif bidang kekar
- Sulit menentukan urutan pembentukan kekar yang saling berpotongan.
- Sulit menentukan jenis-jenis kekar di lapangan.
Proses terbentuknya kekar :
| 74
| 75
Nontectonic Joint
Columnar joint
Terjadi pada pembekuan magma, yaitu batuan beku membentuk seprti tiang atau pilar.
Sheeting joint (release joint)
Terjadi akibat hilangnya atau pengurangan tekanan saat batuan beku membeku, cirinya
yaitu berlembar.
Berdasarkan ukurannya, kekar dibagi menjadi:
1.
Master joint (puluhan hingga ratusan kaki) biasanya sampai memotong
beberapa lapisan.
2.
Major joint (lebih kecil, tapi masih bisa dilihat dengan baik)
3.
Minor joint (lebih kecil lagi dan kurang penting)
4.
Micro joint (lebih kecil dari yang lain)
| 76
BAB
FOSIL
PENGENALAN
Fosil adalah jejak atau sisa kehidupan (flora & fauna) masa lampau yang terawetkan dalam
lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai umur geologi di atas 10.000 tahun
(kala Holosen). Diambil dari kata latin Fodere yang berarti menggali.
Cabang ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau disebut Paleontologi dan
Mikropaleontologi, yang diambil dari bahasa yunani kuno yaitu paleo: kuno, onthos:
kehidupan, dan logos: ilmu.
ASAL FOSIL
Seperti yang diketahui bahwa fosil merupakan sisa kehidupan masa lampau. Berdasarkan
pengertian tersebut, asal fosil dapat dibedakan menjadi 2:
1.
Organisme itu sendiri
Tubuh flora atau fauna terawetkan secara utuh atau sebagian, dapat berupa rangka
binatang, daun tumbuhan purba, mammoth yang terbungkus oleh lapisan es,
serangga di dalam resin/getah, kayu yang terpretifikasi, dan lainnya. Disebut juga
dengan true fossil atau fosil asli.
2.
Sisa-sisa aktifitas organisme
Aktifitas organisme seperti makan, berjalan, membangun sarang, metabolisme, dan
lainnya meninggalkan jejak-jeka yang terawetkan seperti cetakan kaki, kotoran,
sarang tempat tinggal dan lainnya. Disebut juga dengan trace fossil atau fosil jejak,
atau ichnofossil.
PROSES PEMFOSILAN
Proses pemfosilan atau Fosilisasi adalah semua proses yang melibatkan penimbunan hewan
atau tumbuhan dalam sedimen, yang terakumulasi & mengalami pengawetan seluruh maupun
sebagian tubuhnya serta pada jejak-jejaknya. Terdapat 3 syarat utama pembentukan fosil,
yaitu:
1.
Organisme atau sisa kehidupannya harus tertutup dengan segera oleh sedimen,
sehingga terhindar dari oksigen.
2.
Organisme atau sisa kehidupannya harus berada pada kondisi dimana tidak
terdapat bakteri pembusuk.
3.
Memiliki rangka yang kuat atau keras, berbahan dasar carbon, silika, aragonit,
khitin, dll.
Selain 3 syarat utama tadi, banyak juga faktor lain yang mempengaruhi proses pembentukan
fosil antara lain:
Lingkungan atau lokasi pengawetan fosil dan keadaan lapisan sedimen yang
membungkus fosil itu sendiri, contohnya seperti kasar atau halusnya butiran
sedimen penutup.
Organisme yang mati tidak boleh terkena proses perusak seperti oksidasi-reduksi,
pembusukan, dan proses penghancuran kimia, fisika serta biologi lainnya seperti
pelapukan, metamorfosa, pelarutan dan lainnya baik sebelum ataupun setelah
terfosilkan.
Organisme yang mati tidak menjadi mangsa organisme yang hidup.
| 78
| 79
| 80
- Fosil Mumifikasi
Adalah fosil yang terbentuk pada daerah dengan udara yang sangat
kering (contoh: gurun) sehingga organisme yang mati cepat menjadi
kering dan terfosilkan dalam bentuk mumi
- Fosil Pembekuan
Fosil yang terbentuk akibat pembungkusan oleh lapisan es. Biasanya
fosil terdapat dalam bentuk organisme utuh.
BENTUK FOSIL
a. Individu, dimana fosil tidak terubah, tetap pada wujudnya.
b. Fragmen, fosilnya berupa bagian-bagian tubuh dari organisme seperti gigi, stem
tumbuhan.
c. Jejak : (diktat)
- Impresi, seperti : Internal Mould/tuangan
External Mould/tapak
Cast/cetakan
-
Coprolith/excretio
Gastrolit
Trail
Burrow
Borring
d. Pseudofossil
| 81
KETERDAPATAN FOSSIL
Secara umum dibagi menjadi 2, yaitu: (diktat)
a. Di darat / terestrial
b. Di air / akuatik
KLASIFIKASI
Klasifikasi diartikan sebagai suatu aturan yang mengelompokkan benda-benda dalam kategori
masing-masing. Maksud dari klasifikasi adalah penyederhanaan. Dalam hal klasifikasi
organisma, hal-hal yang diperhatikan adalah hubungan genetika antara yang satu dengan yang
lainnya melalui taraf-taraf evolusi.
Terdapat dua macam istilah klasifikasi organisma, yaitu :
- Natural classification, adalah suatu penggolongan organisma berdasarkan
pada jenis lingkungan yang ditempatinya, misalnya : lingkungan sungai,
laut, rawa dll.
- Artificial classification, adalah suatu penggolongan organisma berdasarkan
sifat-sifatnya (characters), seperti habitat, ukuran, penyebaran kedalaman
dan geografi.
Henry Wood, pada tahun 1958 telah membahas secara praktis mengenai 9 phyla dalam
klasifikasi hewan. Ke 9 phyla tersebut adalah :
Taksonomi fosil :
Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Species
Dalam pembahasa paleontologi, biasanya klasifikasi dimulai dari Phylum hingga species
| 82
Nomenklatur
Organisma yang hidup atau pernah hidup (sudah menjadi fosil) pasti mempunyai nama. Nama
organisma tersebutumumnya menggunakan Bahasa Latin. Bahas latin pada umumnya
merupakan bahasa yang sudah dipakai dalam hal-hal ilmiah (pada saat itu) dan bahasa ini
digolongkan sebagai bahasa mati, bahasa yang tidak akan mengalami perubahan.
Seorang ahli bangsa Swedia, Carl Von Linne (1707-1778), telah memperkenakan sistem
Binominal Nomenclature atau sistem penamaan binominal pada organisma. Binominal
nomenclatur menggunakan 2 nama pada setiap organisma, dengan pembagian :
1) Nama Pertama adalah Nama Genus, huruf pertama huruf besar, contoh : Globigerinoides.
2) Nama kedua adalah nama Species, huruf pertama huruf kecil, contoh : immaturus.
Jadi nama organisma tersebut adalah Globigerinoides immaturus.
Nomenklatur, tata cara penulisan nama fosil
KEGUNAAN FOSIL
a. Menentukan umur geologi suatu tubuh batuan permukaan maupun dibawah
permukaan (sub surface)
b. Korelasi
c. Lingkungan pengendapan dan studi fasies
d. Membantu untuk memecahkan problem geologi struktur , misalnya dalam
menemukan ada tidaknya sesar.
e. Paleoecology, Paleobatimetri, Paleocurrent, Paleoclimate, dll
| 83
STRATIGRAFI
Pengertian Stratigrafi
Stratigrafi dalam arti sempit merupakan ilmu yang mempelajari perlapisan atau uruturutan batuan berdasarkan karakteristik batuan yang membedakan waktu pengendapan yang
berbeda. Sedangkan dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari lapisan lapisan batuan
serta hubungannya satu dengan yang lain (umur, hubungan lateral/vertikal, ketebalan,
penyebaran serta terjadinya) dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan sejarah bumi dan
pengetahuan lainnya dari lapisan batuan yang mempunyai arti ekonomis (misal minyak bumi)
ataupun tidak.
Selain itu stratigrafi terkait dengan hubungan antar perlapisan batuan, succession of
beds, korelasi perlapisan suatu daerah bahkan perlapisan dalam cakupan yang lebih luas
seperti antar benua dan penyusunan urutan lapisan-lapisan dalam kolom geologi.
Pengertian mengenai prinsip dan terminologi dalam stratigrafi sangatlah penting dalam
studi geologi secara keseluruhan, karena stratigrafi menyediakan kerangka yang sistematik
dalam pembelajaran geologi khususnya studi sedimentologi. Stratigrafi dapat menjadi alat
bantu geologist dalam merangkum komposisi sedimen, tekstur, struktur, dan kenampakan
lainnya dalam suatu pemahaman, untuk kemudian dapat diinterpretasikan kedalam aspekaspek yang lebih luas. Seperti studi sejarah bumi, pencarian minyak dan gas, mineral tambang
dsb.
Selain itu stratigrafi penting dalam studi rekonstruksi lempeng (plate tectonics), dan
penjelasan tentang sejarah pergerakan kerak benua dan samudera, pergerakan batas garis
pantai (transgresi dan regresi).
| 84
a)
Litostratigrafi
Berhubungan dengan litologi atau ciri fisik dari suatu lapisan dan hubungan
satuan-satuan stratigrafinya berdasarkan karakteristik litologi.
b)
Kronostratigrafi
Berhubungan dengan umur lapisan batuan dan hubungan waktunya.
c)
Biostratigrafi
Merupakan studi tentang batuan berdasarkan kandungan fosilnya.
Kemudian masih pada 1960an, pendekatan klasik terhadap stratigrafi diperbaharui oleh
Weller dengan bukunya Stratigraphic Principle and Practice. Prinsip-prinsip yang ia
kembangkan merupakan tulang punggung dari stratigrafi sekarang ini. Kita harus mengerti
hubungan antara stratigrafi dengan sistem pengendapan serta hubungan antara aplikasi
stratigrafi dengan prinsip sedimentologi untuk menginterpretasikan lapisan dalam konteks
lempeng tektonik global.
Pada 1970an, berkembang konsep urut-urutan pengendapan, yang membahas paket lapisan
yang dibatasi oleh ketidakselarasan, yang kemudian berkembang menjadi disiplin ilmu
sekuen stratigrafi.
Selain itu ada pula perkembangan dari stratigrafi yang memberikan kontribusi penting dalam
pembelajaran hubungan fisik stratigrafi, umur, dan lingkungan dari lapisan dibawah
permukaan serta sedimen di samudera, yaitu magnetostratigrafi, yang berhubungan dengan
ciri fisik magnet dari suatu batuan sedimen dan batuan vulkanik yang berlapis, dan seismik
stratigrafi, yang merupakan studi stratigrafi dan fasies pengendapan berdasarkan interpretasi
data seismik.
| 85
| 86
C
B
A
Lateral Continuity
Suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan berkelanjutan jauh
C
B
B
A
A
Gambar 4.2.3 Lateral Continuity
| 87
"Jika suatu tubuh atau diskontinuitas memotong perlapisan, tubuh tersebut pasti terbentuk
setelah perlapisan tersebut terbentuk." Steno, 1669.
(a)
(b)
Gambar 4.2.4 Principle of Cross Cutting Relationship: (a) intrusi lebih muda dari batuan yang
dipotongnya; (b) sesar lebih muda dari batuan yang dipotongnya
William Smith (1769-1839) seorang peneliti dari Inggris. Smith adalah insinyur yang bekerja
disebuah bendungan, ia mengemukakan Teori biostratigrafi dan korelasi stratigrafi. Smith
mengungkapkan dengan menganalisa keterdapatan fosil dalam suatu batuan, maka suatu
lapisan yang satu dapat dikorelasikan dengan lapisan yang lain, yang merupakan satu
perlapisan. Dengan korelasi stratigrafi maka dapat diketahui sejarah geologinya pula.
Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan batuan, ia pun menyimpulkan suatu hukum yaitu
Law
organisme terdapat dalam data rekaman stratigrafi dan dapat digunakan sebagai petunjuk
untuk mengetahui sejarah geologi yang pernah dilauinya. Jasanya sebagai pencetus
biostratigrafi membuat ia dikenal dengan sebuatan Bapak Stratigrafi.
Ahli Stratigrafi lain seperti DOrbigny dan Albert Oppel juga berperan besar dalam
perkembangan ilmu stratigrafi. DOrbigny mengemukakan suatu perlapisan secara sistematis
mengikuti yang lainnya yang memiliki karakteristik fosil yang sama. Sedangkan Oppel
berjasa dalam mencetuskan konsep Biozone. Biozone adalah satu unit skala kecil yang
mengandung semua lapisan yang diendapkan selama eksistensi/keberadaan fosil organisme
tertentu. Kedua orang inilah yang juga mencetuskan pembuatan standar kolom stratigrafi.
Divisi Akademik HMG 2010
| 88
Unsur-Unsur Stratigrafi
Perlapisan merupakan sifat dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang yang
sejajar yang diakibatkan oleh proses sedimentasi.
Bidang perlapisan adalah bidang yang merupakan perlapisan dan dapat diwujudkan berupa
amparan dari suatu mineral tertentu/besar butir, atau bidang sentuh (batas) yang tajam antara
dua jenis litologi yang berbeda)
Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:
Berhentinya
suatu
pengendapan
sedimen
dan
kemudian
dilanjutkan
oleh
| 89
B
C
Beberapa kriteria yang bisa dijadikan dasar untuk pengenalan lapisan pada suatu singkapan di
lapangan, antara lain :
Perubahan warna
Penyebaran kerikil atau fosil ataupun mineral tertentu menurut suatu bidang
Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan yang
lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.
Litostratigrafi
Litostratigrafi berhubungan dengan studi dan susunan lapisan berdasarkan karakteristik
litologi. Terminologi litologi digunakan oleh banyak geologist dengan dua macam cara, antara
lain :
a)
Litologi, merupakan pembelajaran dan deskripsi dari karakteristik fisik dari batuan
khususnya pada batuan sampel dan di singkapan (Bates dan Jackson, 1980).
b)
| 90
Berdasarkan hal tersebut kita dapat mendefinisikan satuan litologi sebagai satuan
batuan yang didasarkan dengan karakteristik fisik sedangkan litostratigrafi berkaitan dengan
studi mengenai hubungan stratigrafi antara lapisan yang dapat diidentifikasi berdasarkan
litologi.
b)
Anggota, merupakan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa
satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).
c)
d)
e)
| 91
Kontak Stratigrafi
Satuan-satuan litologi yang berbeda terpisahkan satu sama lainnya oleh kontak, yang
permukaannya dapat berupa bidang datar atau tidak beraturan (ireguler) diantara tipe batuan
yang berbeda.
Lapisan yang berurutan secara vertikal dapat dikatakan selaras atau tidak selaras tergantung
dari kemenerusan pengendapan.
Lapisan yang memiliki kontak selaras dicirikan dengan susunan pengendapan yang tidak
rusak (menerus), umumnya terendapkan secara pararel.
Permukaan yang memisahkan lapisan yang selaras ini disebut keselarasan (conformity), yang
merupakan suatu permukaan yang memisahkan lapisan yang lebih muda dengan lapisan
batuan yang lebih tua namun disepanjang bidangnya tidak terdapat bukti dari periode non
deposisi. Karena kontak yang selaras mengindikasikan tidak ada jeda pengendapan yang
signifikan atau hiatus.
Hiatus merupakan jeda atau pemotongan kontinuitas dari pengendapan pada suatu rekaman
waktu geologi. Hiatus mewakili periode waktu geologi dimana tidak terdapat sedimen atau
lapisan yang terbentuk.
Sementara kontak antara lapisan yang tidak menerus dengan lapisan dibawahnya pada rentang
waktu tertentu, atau tidak sesuai kemenerusannya sebagai satu bagian, disebut tidakselaras.
Suatu ketidakselarasan meripakan permukaan yang terbentuk sebagai hasil erosi atau
nondeposisi, yang memisahkan lapisan yang lebih muda dengan lapisan yang lebih tua, yang
mewakili adanya hiatus. Ketidakselarasan menunjukkan sedikitnya kontinuitas dari
pengendapan dan berkaitan dengan periode nondeposisi, pelapukan atau erosi, baik secara
subaerial maupun subakueous.
Selain terdapat secara vertikal, kontak juga terdapat secara lateral pada satuan litostratigrafi
yang saling berbatasan. Kontak ini terbentuk antara satuan batuan dari umur yang sama dan
Divisi Akademik HMG 2010
| 92
terdiri dari litologi yang berbeda serta menunjukkan kondisi lingkungan pengendapan yang
berbeda. Selain itu ada pula kontak secara lateral yang disebabkan oleh patahan setelah
terjadinya pengendapan. Kontak antara tubuh yang berbatasan secara lateral dapat bergradasi,
melidah (intertonguing) ; pinching atau wedging.
1. Kontak Selaras
Kontak antara lapisan yang selaras dapat berupa :
a)
Kontak Tegas, merupakan hasil dari perubahan yang jelas dan tiba-tiba dari
litologi yang berbeda. Umumnya terjadi pada pengendapan bidang perlapisan
primer yang terbentuk sebagai hasil dari perubahan kondisi pengendapan lokal.
Kontak tegas juga dapat disebabkan oleh alterasi kimia setelah pengendapan yang
mengakibatkan perubahan warna dikarenakan proses oksidasi dan reduksi dari
mineral yang mengandung besi, serta perubahan ukuran butir disebabkan oleh
rekristalisasi atau dolomitisasi atau perubahan yang diakibatkan sementasi oleh
mineral silika atau karbonat.
b)
Kontak Gradasional, disebut kontak gradasional jika perubahan dari satu litologi
ke yang lain memiliki tanda yang kurang jelas dibanding kontak tegas. Kontak
gradasional dapat terbagi lagi menjadi beberapa tipe :
1.
Batupasir
secara
progresif
bergradasi
menjadi
Angular Unconformity
c)
Paraconformity
b)
Disconformity
d)
Nonconformity
Divisi Akademik HMG 2010
| 93
50 Ma
50 Ma
100 Ma
100 Ma
Angular Uncorformity
Paraconformity
50 Ma
50 Ma
100 Ma
100 Ma
Disconformity
Nonconformity
a) Angular Unconformity
Merupakan suatu tipe ketidakselarasan dimana sedimen yang lebih muda terendapkan
diatas permukaan erosi dari batuan yang lebih tua dimana sebelumnya batuan tersebut
mengalami pengangkatan atau perlipatan, maka, batuan yang lebih tua tersebut memiliki dip
yang berbeda, umumnya lebih curam, membentuk sudut dengan batuan yang lebih muda.
b)
Disconformity
| 94
Kenampakannya berupa suatu permukaan ketidakselarasan atas dan bawah dari bidang
perlapisan yang secara umum pararel dan kontak antara lapisan yang lebih tua dan mudanya
ditandai oleh permukaan erosional yang jelas, ireguler, atau tidak lazim.
c)
Paraconformity
Merupakan ketidakselarasan yang tidak tampak dengan jelas, karena dicirikan oleh
lapisan atas dan bawah bidang ketidakselarasan yang pararel dan tidak terdapat permukaan
erosional atau bukti fisik lainnya dari suatu ketidakselarasan yang jelas. Paraconformity tidak
dapat dengan mudah dikenali dan harus diidentifikasi berdasarkan jeda antara rekaman batuan
(disebabkan periode nondeposisi atau erosi). Ditentukan dari bukti paleontologi seperti
keterdapatan suatu zona fauna atau perubahan fauna yang jelas tampak.
d)
Nonconformity
Nonconformity terbentuk antara batuan sedimen dan batuan beku yang berumur lebih
tua atau batuan metamorf yang masif, yang telah terekspos, tererosi, sampai akhirnya
tertimbun oleh sedimen.
| 95
3. Kontak Lateral
Satuan stratigrafi juga memiliki batas lateral yang jelas. Batasan tersebut tidaklah selalu
terbentang secara lateral dan planar tapi dapat pula berterminasi (menunjukkan pola-pola
tertentu), baik secara jelas sebagai hasil dari erosi atau bergradasi oleh perubahan litologi yang
berbeda. Macam-macam kontak lateral antara lain :
a. Pinch Out
Perubahan litologi secara lateral yang dicirikan oleh penipisan litologi tertentu secara
progresif sampai akhirnya hilang dan berganti menjadi litologi lainnya.
b. Intertonguing
Pemisahan lateral dari satuan litologi pada banyak satuan-satuan stratigrafi yang tipis
dan menjorok kedalam litologi lainnya secara tidak beraturan.
c. Gradasi Lateral Progresif
Sama dengan gradasi vertikal progresif pada kontak vertikal.
| 96
Kejadian-kejadian tersebut digambarkan dalam terminologi waktu dan penentuan waktu yang
berjalan pada setiap material geologi, sehingga kedua penjelasan diatas saling berhubungan.
Namun dari pandangan keilmuan yang objektif kedua konsep tersebut tetap terpisah dan
sangat penting keberadaannya.
Waktu Geologi
Alur waktu sejak terbentuknya bumi terbagi menjadi satuan-satuan geokronologi, yang
merupakan pembagian waktu dalam tahun atau dalam penamaan tertentu yang
merepresentasikan waktu tertentu.
Hirarki dari waktu geologi telah ditetapkan, berikut dari periode terpanjang sampai
terpendek :
Eon
Merupakan periode waktu terpanjang, terbagi menjadi 3 eon : Arkeozoikum,
Proterozoikum dan Fanerozoikum
Era
Eon terbagi lagi menjadi beberapa era, Fanerozoikum terbagi menjadi
Paleozoikum, Mesozoikum, dan Kenozoikum
Period
Merupakan bagian dari era, contohnya Mesozoikum terbagi menjadi Triasik, Jura,
Kapur
Epoch
Pembagian selanjutnya dari periode contohnya ; Awal Kapur, Pertengahan Kapur
dan Akhir Kapur
Age
Merupakan pembagian akhir yang hanya terdiri dari rentang beberapa juta tahun.
| 97
Lithostratigraphy
Melengkapi pembahasan tentang litostratigrafi sebelumnya, bahwa satuan
litostratigrafi dapat didefinisikan sebagai suatu tubuh batuan yang dapat dibedakan
berdasarkan karakteristik litologi dan posisi stratigrafi relatif terhadap tubuh
batuan lainnya.
Chronostratigraphy
Merupakan suatu tubuh batuan yang batas atas dan bawahnya memiliki permukaan
yang isokron (memiliki kesamaan waktu). Suatu permukaan yang isokron
terbentuk pada waktu yang sama dimanapun.
Satuan kronostratigrafi dibedakan dengan menentukan umur-umur dari batuanbatuan yang ada baik langsung melalui perhitungan isotop atau dengan kalibrasi
informasi biostratigrafi. Satuan kronostratigrafi merupakan kesatuan fisik
bukanlah konsep abstrak, yang memiliki persamaan langsung dengan satuan waktu
geologi.
| 98
| 99
Umur Geologi
Mengenai waktu geologi ini kita dapat meninjaunya dari 2 segi:
1.
Waktu Kualitatif
2.
Waktu Kuantitatif.
Yang pertama menyatakan apakah suatu kejadian berlangsung sebelum atau sesudah kejadian
lainnya dengan tidak memperhitungkan jumlah tahun, sedangkan yang kedua menyatakan
berapa tahun yang lalu suatu gejala geologi telah berlangsung.
Waktu Kualitatif
Waktu relatif ditentukan berdasarkan kedudukan relatif daripada batuan sedimen. Tiap
lapisan sedimen mewakili waktu pengendapannya, jadi bila kita dapat menyusun uruturutan daripada batuan sedimen itu dengan benar, maka kita mempunyai pula urut-urutan
waktu yang sesungguhnya. Untuk menyusunnya, kita harus mengetahui mana yang lebih
dulu dan bagian mana yang diendapkan kemudian. Hal ini dapat dibantu dengan
menggunakan Hukum Superposisi. Cara lain penyusunan lapisan-lapisan batuan yang
terpencar adalah dengan melakukan apa yang dinamakan dengan Korelasi
Ada dua macam korelasi yang dapat ditempuh:
1.
2.
Berdasarkan fosil.
Waktu Kuantitatif
Untuk mengetahui berapa tahun Dunia umurnya? Sangatlah susah ditentukan, karena
tidak ada orang yang menghitungnya. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah
dengan mempelajari disintegrasi dari mineral-mineral radioaktif
Prinsipnya adalah:
Inti dari beberapa unsur secara spontan akan pecah dengan menghasilkan unsur baru
(proses Radio-Aktipitet). Sebagai contoh unsur Uranium
dan
82
Pb
206
92
berdisintegrasi hal ini bersifat konstan artinya tidak berdasarkan kondisi kimia dan fisika.
Divisi Akademik HMG 2010
| 100
2.
3.
4.
Perubahan warna
5.
Penyebaran kerikil atau fosil ataupun mineral tertentu menurut suatu bidang
6.
7.
8.
| 101
BAB
PETA
A. PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diproyeksikan dalam
2 dimensi pada bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu.
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk/roman muka bumi, yang meliputi
perbedaan tinggi/relief, sungai, danau, vegetasi, dan hasil kebudayaan manusia. Peta
topografi yang biasa digunakan adalah dengan skala 1:50.000; 1:25.000; 1:12.500; dan
1:5.000 (biasanya peta topografi wilayah kota).
Kegunaan peta topografi adalah:
1.
Untuk mengetahui keadaan medan/daerah yang akan kita kunjungi, mengetahui letak
desa, jalan raya, sungai, daerah rendah, daerah per-bukitan, bagian lereng yang
curam, dan landai.
2.
Untuk mengetahui dan menentukan posisi kita (orientasi medan) pada daerah yang
kita kunjungi sehingga terhindar dari bahaya tersesat.
3.
Dalam bidang militer digunakan untuk strategi militer, seperti pemilih-an posisi
yang strategis untuk pertahanan, penyerangan , tempat logistik, dll.
4.
Sebagai peta dasar (basemap) untuk pembuatan peta khusus, misal-nya peta geologi,
peta tataguna lahan, dll.
1.
Peta permukaan (surface map), adalah peta yang menggambarkan roman muka
bumi di atas permukaan air laut (bernilai positif).
2.
Peta topografi lama (periode zaman penjajahan Belanda), yaitu peta yang
diterbitkan sebelum perang dunia kedua oleh Belanda dan ditangani oleh
Nederland Indische Topografische Dienst. Peta ini menggunakan Bahasa
Belanda. Peta aslinya menggunakan warna hitam.
2.
Peta topografi peralihan yang diterbitkan oleh tentara sekutu (U.S. Army), peta
ini dibuat pada saat perang dunia kedua yang berupa cetakan ulang dari peta
lama (buatan Belanda). Peta ini menggunakan Bahasa Inggris dan Belanda.
Peta aslinya menggunakan warna merah.
3.
Peta topografi baru yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Peta ini diterbit-kan oleh instansi sipil yang
khusus menangani survei dan pemetaan di Indonesia. Peta ini menggunakan
Bahasa Indonesia. Peta aslinya menggunakan warna biru (peta asli).
Ketiga peta tersebut masih memiliki persamaan, yaitu: luas daerahnya sa-ma, proyeksi
yang digunakan adalah sama, dan batas kiri dan kanan tiap sheet adalah meridian
(arahnya ke kutub)
Bagian peta topografi
1.
Judul peta dan nomor lembar peta (registrasi peta). Judul peta, misalnya: lembar
Sukabumi, Singaparna, dll.
| 103
Contoh:
| 104
2.
Roman muka
a)
b)
Drainase, yaitu segala bentuk permukaan yang berkaitan dengan air, misalnya:
sungai, danau, mata air, irigasi, dll.
c)
3.
Skala jarak horizontal, Yaitu perbandingan jarak horizontal antara jarak pada peta
dengan ja-rak sebenarnya di lapangan, misalnya: skala 1:50.000, berarti jarak 1cm
di peta sama dengan jarak 50.000cm atau 500m di lapangan.
Jenis-jenis penulisan skala di peta:
a)
b)
c)
Skala grafis
Kerugian skala fraksi apabila mengalami pembesaran atau pengecilan skala, maka skala
utama tidak digunakan lagi, misalnya: peta berska-la 1:50.000 diperbesar menjadi
1:25.000, maka skala 1:50.000 tidak dapat digunakan lagi.
Divisi Akademik HMG 2010
| 105
Keuntungan skala grafis skala masih tetap dapat digunakan meskipun mengalami
perbesaran atau pengecilan skala.
4.
5.
Coverage diagram, Yaitu diagram yang menunjukkan asal data peta didapatkan.
6.
7.
Indeks adjoining sheet, Yaitu petunjuk untuk mengetahui keberadaan suatu peta
dengan peta lainnya yang berdekatan.
8.
Edisi peta (tahun pembuatan peta) dan nama/lembaga instansi pembuat peta
9.
Orientasi peta
Keterangan:
- True North menunjukan utara kutub yang sesuai dengan sumbu bumi.
- Grid North adalah hasil proyeksi dari garis lintang dan garis bujur bumi.
- Magnetic North menunjukan utara magnetis, pada Jazirah Boothia, Kanada Utara
(arahnya tidak tetap).
- Deklinasi magnetik adalah sudut yang dibentuk oleh True North dan Magnetic North
(TN dan MN).
- Deklinasi peta adalah sudut yang dibentuk oleh Grid North dan True North (GN dan
TN).
Divisi Akademik HMG 2010
| 106
- Deklinasi sebenarnya adalah sudut yang dibentuk oleh Grid North dan Magnetic North
(GN dan MN).
Sudut deklinasi Magnetic North (MN) adalah 1=60' dan 1'=60"
Untuk Indonesia, biasanya deklinasi peta diabaikan karena sudutnya kecil, tetapi untuk
deklinasi magnetik bergerak menjauhi deklinasi sebenarnya sebesar 2' per tahun.
Titik-titik dalam satu garis kontur mempunyai ketinggian yang sama di atas
permukaan laut.
a)
Garis-garis kontur tidak mungkin berpotongan satu sama lain, kecuali pada
vertical cliff dan over hanging cliff (jarang/hampir tidak ada).
b)
c)
d)
e)
| 107
f)
Suatu garis kontur tidak akan bertemu dengan garis kontur yang lain dan
memisahkan semua titik yang lebih tinggi dari semua titik dari ketinggian yang
lebih rendah.
g)
h)
i)
j)
Garis kontur yang bergerigi menunjukan suatu depresi (daerah yang rendah).
Gerigi atau garis-garis pendek menunjukan arah depresi tersebut.
Bagian-bagian kontur
a)
b)
Indeks kontur (contour index), adalah garis kontur yang mem-punyai harga
kelipatan lima atau sepuluh dari interval kontur (IK), dan dicetak dengan garis
yang lebih tebal/hitam. Umumnya hanya kontur indeks saja yang diberi harga
kontur/ketinggian.
Divisi Akademik HMG 2010
| 108
c)
d)
Kontur tambahan (supplement contour) adalah dua garis kontur yang terletak
diantara dua kontur menengah (intermediate contour) yang besarnya setengah
dari interval kontur. Digambarkan dengan garis putus-putus.
Analisis umum.
1.
Pengukuran
a)
b)
:S=
t
h
t x 100%
h
= .o
S = .%
| 109
Keterangan:
t = tinggi benda (jarak vertikal)
h = jarak horizontal
2.
a)
Menarik suatu garis penampang (section line) yang dikehendaki pa-da suatu
peta topografi sesuai dengan kebutuhan.
b)
c)
Pindahkan section line peta pada base line (garis horizontal pada profil
topografi) dengan terlebih dahulu menyesuaikan skala peta topografi dengan
profil topografi yang akan dibuat.
d)
Ploting setiap titik-titik ketinggian dan elemen topografi yang terpo-tong oleh
garis penampang pada profil topografi.
e)
Profil topografi ini berguna untuk mengetahui kondisi medan yang a-kan ditempuh
(lintasan yang berdekatan), dan dapat digunakan pula untuk membuat suatu profil geologi
untuk menggambarkan perkiraan kondisi geologi bawah permukaan (struktur geologi,
hubungan strati-grafi, dan lain-lain).
| 110
B.
Analisis Geologi
| 111
Berikut ini akan dijelaskan salah satu elemen panting dalam peta topografi yang berperan
besar dalam menentukan jenis litologi tertentu dan struktur yang berkembang, yaitu pola
pengaliran dasar.
Jenis-jenis pola pengaliran sungai (dasar), antara lain:
a)
b)
c)
d)
e)
Radial, bentuk menyebar dari satu pusat, biasanya terjadi pada kubah intrusi,
kerucut vulkanik, dan bukit yang berbentuk kerucut serta sisa-sisa erosi. Radial
dibedakan ke dalam dua sistem, yaitu:
a.
b.
f)
Annular, bentuk seperti cincin yang disusun oleh anak-anak sungai, sedangkan
induk sungai memotong anak sungai hampir tegak lurus. Mencirikan kubah
Divisi Akademik HMG 2010
| 112
dewasa yang sudah terpotong atau terkikis dimana disusun oleh perselingan
batuan keras dan lunak. Juga berupa cekung-an dan kemungkinan stocks.
g)
h)
Contorted, terbentuk pada batuan metamorf dengan intrusi dike, vein yang
menunjukan daerah yang relatif keras batuannya. Anak sungai yang lebih
panjang ke arah lengkungan subsekuen, umumnya menunjukkan kemiringan
lapisan batuan metamorf dan merupakan pembeda antara penunjaman antiklin
dan sinklin.
| 113
| 114
2.
3.
Sejarah geologi
4.
Struktur geologi
5.
6.
Pembuatan peta geologi dilakukan secara langsung, yaitu dengan melaku-kan pemetaan
dan penelitian di lapangan, atau dibuat secara tidak lang-sung yaitu dengan analisis dan
interpretasi data dari peta topografi dan penginderaan jauh (remote sensing) dengan
menggunakan foto udara (aerial photographs) dan citra Landsat (Landsat image).
Divisi Akademik HMG 2010
| 115
Penarikan batas peta berdasarkan suatu asumsi, bahwa setiap jenis batuan adalah bidang
yang rata.
Rangkaian penelitian dan pembuatan peta geologi suatu daerah atau lebih dikenal dengan
pemetaan geologi, meliputi:
-
Studi literatur
Studi topografi
Studi analisis citra penginderaan jauh (remote sensing), meliputi: Analisis foto
udara dan analisis citra Landsat
b)
Penyusunan laporan
Penelitian di lapangan dilakukan dengan metode deduksi dan induksi, di-mana setiap data
sangat bermanfaat dalam mensintesiskan kondisi geologi suatu daerah. Dalam melakukan
pemetaan geologi, kita mencari setiap singkapan batuan (sedimen, beku, metamorf),
mengamati jenis litologi-nya, geometri, posisi, dan hubungannya satu sama lain, dan
mengamati kemungkinan adanya gejala/jejak struktur pada singkapan batuan terse-but.
Singkapan (outcrops)
Didefinisikan sebagai suatu lokasi dan perpotongan batuan sedimen, beku, dan metamorf
dengan permukaan bumi. Berdasarkan singkapan-singkap-an tersebut, akan didapatkan
analisis dan diinterpretasikan dan akhirnya disimpulkan dalam bentuk peta geologi.
Pada pemetaan kita tidak perlu melakukan pengkajian setiap jengkal muka bumi, tetapi
kita hanya mengamati titik-titik/lokasi yang dapat mewakili suatu daerah terbatas yang
merupakan dasar dari pemecahan/solusi pe-metaan geologi. Solusi dalam pemetaan
geologi dibutuhkan pemahaman tentang hukum-hukum dasar geologi dan geometri yang
menyangkut ruang dan waktu. Pola geometri singkapan dikontrol oleh proses geologi dan
Divisi Akademik HMG 2010
| 116
bentuk-bentuk geometri menyangkut pola dimensi ruang yang dikontrol oleh waktu
geologi.
Untuk memahami gejala geologi, dibutuhkan dasar pengetahuan akan bentuk-bentuk
geometri/stereometri dan dapat memproyeksikannya da-lam bentuk dua dimensi berupa
peta geologi. Hal-hal yang perlu diperhati-kan dalam pemetaan geologi adalah sebagai
berikut:
1.
Geomorfologi
2.
Stratigrafi
3.
Struktur geologi
Ilmiah
2.
Pertambangan
3.
Pertanian
4.
Lingkungan
5.
Perminyakan, dll
Hal ini menjadikan bermacam-macam peta geologi, walaupun secara prin-sip sama,
misalnya pada Peta Geologi Teknik selain dicantumkan jenis batuan juga dibedakan
hasil pelapukan (soil), tanah timbunan, juga sifat-sifat teknis batuan, muka air tanah,
kedalaman batuan dasar, dsb.
Pemahaman Peta Geologi
1.
| 117
Pembuatan peta geologi didasarkan pada anggapan bahwa batas antara setiap satuan
batuan dianggap sebagai suatu bidang yang rata/datar, misalkan:
a)
b)
Batas antara batuan beku (intrusi) dengan batuan di sekitarnya juga dianggap
sebagai bidang yang rata yang disebut kontak.
2.
3.
4.
geologi
menggunakan
tanda-tanda
yang
menunjukan
jenis
batuan,
kedudukannya dan struktur geologi yang ada di daerah pada peta. Tanda litologi
juga memakai warna untuk lebih menonjolkan jenis batuan yang berbeda.
5.
| 118
Konfigurasi muka bumi sepanjang garis potong vertikal terhadap muka bumi.
b)
c)
Sebagai hasil proyeksi dan penyebaran vertikal dari setiap lapisan batuan
sedimen yang berhubungan dengan kedudukan lapisan, termasuk faktor faktor:
-
Skala penampang umumnya dibuat sama, bila perlu diperbesar dengan beberapa
koreksi untuk kedudukan lapisan atau struktur. Untuk menggambarkan kedudukan
lapisan penampang dapat dilakukan penggambaran dengan bantuan garis jurus,
yaitu dengan memproyeksikan titik-titik pada lapisan dengan ketinggian
sebenarnya.
| 119
| 120
| 121
Hukum 'V'
Pada peta geologi detil berskala 1:100.000, kontak antara unit batuan umumnya
menunjukan suatu bentuk V dengan aliran sungai yang memo-tong kontak tersebut. Bila
bentuk V muncul pada suatu lembah sungai, bentuk V tersebut menunjukan arah dip
perlapisan tidak masalah apakah dip tersebut ke arah upstream atau downstream.
Gambar 5.1.6 Hukum V (after Ragan mengilustrasikan hukum V : (a) lapisan yang horizontal, (b)
lapisan dengan dip ke arah hulu/upstream, (c) lapisan vertikal, (d) lapisan dengan dip kearah
hilir/downstream, (e) lapisan dip yang sama dengan kemiringan lembah, (f) lapisan dengan dip ke arrah
hilir/downstream pada sudut yangg lebih kecil dengan kemiringan lembah)
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hukum V. Pertama, bentuk V akan selalu
menunjuk ke arah upstream bila terbentuk pada lapisan batu-an horizontal yang terpotong
oleh suatu aliran sungai. Sehingga keberada-an bentuk V tidak selalu menunjukan lapisan
Divisi Akademik HMG 2010
| 122
harus memiliki dip. Kedua, bila lereng suatu lembah lebih curam dibandingkan dengan dip
perlapisan batuan, maka bentuk 'V' akan selalu mengarah upstream, kebalikan terha-dap
dip lapisan (bed). Bila suatu peta geologi digambarkan pada suatu pe-ta dasar topografi,
maka perkiraan arah dip dapat ditentukan dengan memperhatikan penurunan elevasi
kontak antara unit batuan. Perhitungan secara pasti strike dan dip akan dapat diketahui
dengan menggunakan metode tiga titik.
1.
1.
2.
Tipe Pertama :
Contoh kasus; bayangkan suatu lapisan putih tuff yang berada diantara 2 lapisan
masiv agglomerat hasil aktifitas vulkanik. Sequennya bersifat homoklin (arah Strike
tidak berubah), tetapi karena tuff tersebut bersifat friable (rapuh) dan mudah lapuk,
kita tidak dapat melakukan pengukuran Strike/Dip. Lokasi dan elevasi dari 3 titik
pengamatan, adalah kontak antara tuff dan agglomerat pada gambar 4.1 (a). Titik X
dan Y berada pada ketinggian 100 m, dan titik Z pada elevasi 60 m. Tentukan arah
dari kontak agglomerat dengan lapisan tuff. X,Y dan Z adalah lapisan tuff.
Langkah-langkah pengerjaan :
a.
Buat gambar berskala yang menggambarkan ke tiga titik pada elevasi yang
sama (pada kasus ini 2 titik berada pada elevasi yang sama (X dan Y)
| 123
sedangkan satu titik lainnya merupakan proyeksi dari titik yang tidak berada
pada elevasi yang sama ( Z). Lihat gambar 5.7
b.
Hubungkan X dan Y dengan satu garis lurus. Karena berada pada ketinggian
yang sama dengan kata lain garis ini posisinya horizontal, maka garis ini
merupakan Strike dari bidang.
c.
2.
Tipe Kedua :
a.
Buat penampang berskala yang menggabungkan ke tiga titik pada satu elevasi
yang sama (pada kasus ini jadikan elevasi titik tertinggi sebagai elevasi utama
dan proyeksikan 2 titik lainnya ke elevasi ini).
b.
c.
| 124
Tentukan titik pada garis NV yang melambangkan elevasi pada titik M, dan
kita sebut dengan titik Q. Gambar garis dari titik E sehingga bersinggungan
dengan garis LN dan tegak lurus dengan garis FL. Titik persinggungan antara
garis E dengan garis LN kita sebut dengan garis Q. Lalu buat garis yang
menghubungkan titik Q dengan titik M dan kita namakan dengan garis QM.
Garis QM merupakan garis Strike dari bidang atau lapisan ini.
e.
Garis LN sebagai sumbu putar (sama dengan fungsi garis ZQ pada soal tipe
1). Kita ibaratkan bahwa kita memutar garis ini sehingga titik N yang berada
dibawah sekarang berada di elevasi yang sama dengan titik N. Buat garis yang
tegak lurus LN dan melewati titik N, pada garis ini buat skala kedalaman
(skala vertikal = skala horizontal) hingga skala tersebut mencapai titik N. Bila
kita sudah mendapatkan titik N, buat garis yang menghubungkan antara titik N
dan titik L. Sudut yang dibentuk oleh garis NL dan garis LN adalah Apparent
Dip dari lapisan ini (Kenapa bukan True Dip??).
f.
Pada garis dimana kita membuat skala vertikal, tentukan elevasi titik Q pada
garis. Pada titik ini buat garis yang tegak lurus garis NN dan menyinggung
garis LN. Titik persinggungan antara garis ini dengan garis LN kita namakan
titik Q yang merupakan proyeksi titik Q pada kedalaman yan sama M. Setelah
itu buat garis sejajar garis NN dan menyinggung garis LN. Titik
persinggungan ini merupakan proyeksi titik Q pada elevasi tertinggi.
Hubungkan titik Q dan dan titik M sehingga membentuk sebuah garis. Garis
ini merupakan arah Strike dari lapisan.
g.
| 125
h.
Dari proyeksi titik terendah (N) gambar garis tegak lurus memotong garis
QM, perpotongannya kita namakan titik D. Dengan menggunakan garis DN
sebagai sumbu putar, kita putar garis ini sehinnga titik N berada di permukaan.
Gunakan skala yang sama antara horizontal dan vertikal. Sudut lancip yang
dibentuk antara garis DN dan garis DN merupakan nilai Dip dari lapisan ini.
| 126
Gambar 5.1.7
Penyelesaian secara
| 127
| 128
singkapan bidang kontak perlapisan diketahui, maka dapat ditelusuri secara tepat kontak
tersebut pada peta.
Seperti pada metode terdahulu, sebuah penampang tegak dip perlapisan digambarkan
pada titik tempat kontak tersingkap. Garis yang memiliki ke-tinggian (struktur kontur)
yang sama pada dip perlapisan diproyeksikan pada peta. Bila garis ini berpotongan
dengan permukaan, maka akan ter-singkap di permukaan tanah.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.
Letakkan sebuah kertas grafik yang berskala sama dengan skala peta topografi.
Buatlah penampang tegak tersebut saling tegak lurus terha-dap strike
singkapan yang akan ditelusuri.
2.
3.
4.
5.
6.
Hubungkan titik-titik ini dengan garis. Garis ini akan menunjukan kontak pada
topografi.
Prosedur ini dapat juga digunakan untuk menelusuri sesar, bed (lapisan) yang terlipatkan,
dengan catatan perlipatan tersebut tidak membentuk plunge (sumbu perlipatan
horizontal).
| 129
merupakan kontak antara batupasir dengan batulempung. Telusuri kontak antara batupasir
dan batulempung tersebut melalui bentukan topografi.
| 130
20
| 131
PERALATAN GEOLOGI
Bagi seorang ahli geologi, Lapangan merupakan tempat dimana dan atau tanah yang
dapat diamati secara langsung, dan geologi lapangan merupakan cara yang digunakan
untuk mempelajari dan menafsirkan struktur dan sifat batuan yang ada pada suatu
singkapan. Untuk mempermudah melakukan proses diatas, diperlukan suatu alat bantu
yang secara umum yang dikenal sebagai Peralatan Standar Lapangan Geologi.
Alat
Kompas geologi
2.
Palu geologi
3.
4.
Loupe
5.
6.
Alat-alat tulis
7.
HCl 0.1 N
8.
Komparator batuan
9.
| 132
Kompas geologi
Kompas geologi merupakan kompas yang dapat digunakan untuk mengukur komponen
arah (azimuth, jurus, dll) dan komponen besar sudut (dip, slope, dll).
a)
Kompas azimuth, kompas ini mempunyai dua angka lingkaran derajat tertinggi
yaitu 360. Angka 0 dan 360 berhimpit pada Utara kompas.
b)
Kompas kwadran, kompas ini mempunyai angka lingkaran derajat yang dibagi
menjadi 4 bagian, sedangkan angka tertinggi 90 terletak di Timur dan Barat
kompas dan angka 0 di Utara dan Selatan kompas.
Di Indonesia, pada umumnya kompas yang dipergunakan adalah jenis kompas azimuth.
Sebelum pemakaian dilapangan, inklinasi dan deklinasi dari kompas haruslah disesuaikan
dengan daerah setempat.
| 133
Bagian-bagian kompas yang perlu diperhatikan adalah lubang pengintip, bulls eye (mata
lembu), jarum kompas, klinometer, lingkaran pembagian derajat dan kompas dalam
keadaan mendatar/horizontal.
-
a)
Kompas dibuka dengan sudut 135, tangan penunjuk dibuat tegak, kompas
dipegang di pinggang. Sasaran dilihat melalui lubang tangan penunjuk di garis
tengah cermin. Setelah bulls eye berada di tengah, baca angka lingkaran
pembagian derajat yang berhimpit dengan jarum Utara kompas, sehingga
didapatlah harga azimuth/arah ke depan.
b)
Kompas geologi dibuka dengan sudut 30, dipegang dekat mata, sasaran
dilihat melalui lubang pengintip dan jendela pandang, dan melalui cermin
dibaca angka lingkaran pembagian derajat yang berhimpit dengan jarum Utara
kompas maka didapat harga back azimuth/arah belakang.
| 134
b)
c)
| 135
e)
f)
g)
Contoh:
A
= 297 (azimuth bukit A terhadap posisi kita)
B
= 75(azimuth bukit B terhadap posisi kita)
Tentukan posisi kita:
back azimuth
A' = 117 (297-180)
back azimuth
B' = 255 (75+180)
-
6.
Palu Geologi; Palu geologi berguna untuk mengambil contoh/sampel batuan yang
7.
a. Pick point (jenis palu berujung runcing) yang biasa dipakai untuk batuan yang
keras, seperti batuan beku
b. Chisel point (jenis palu berujung seperti pahat) yang biasa dipakai untuk batuan
yang berlapis/batuan sedimen.
Peta dasar (peta topografi atau foto udara); peta dasar digunakan sebagai pegangan
sangat keras. Terdapat dua jenis palu geologi yang u-mum dipakai, yaitu:
dan penunjuk suatu daerah yang akan kita teliti/ petakan. Dari peta dasar yang ada,
kita dapat mengetahui kondisi medan, menentukan posisi, dan menginterpretasikan
geologi daerah tersebut.
8.
Buku catatan lapangan dan lembar deskripsi batuan; sebaiknya meng-gunakan buku
tulis yang cukup baik, ukurannya sedang, praktis dipa-kai di lapangan, dan akan
lebih baik lagi, kalau dengan kulit buku yang tebal.
9.
| 136
Busur derajat, digunakan untuk mengukur besarnya arah (azimuth di peta, atau
| 137
Jenis pita ukur yang biasa digu-nakan adalah yang berukuran panjang 30-100 inchi
dan pita ukur ukuran pendek (meteran) dengan panjang 3-5 inchi.
15. Kantong sampel/contoh batuan, digunakan untuk membungkus contoh batuan yang
akan dibawa (misalnya: untuk penelitian laboratorium). Kantong sampel diberi tanda
untuk tiap batuan, nomor stasiun (titik pengamatan), dengan menggunakan spidol
tahan air dan ditutup rapat guna menghindari kontaminasi dengan udara bebas
16. Kamera, digunakan untuk mengambil gambar dari singkapan atau data yang lain,
misalnya morfologi dari bahan galian ekonomis, lokasi pengamatan, dll. Kamera
yang digunakan sebaiknya yang praktis dan tidak sulit digunakan pada medan yang
sulit.
17. Tempat makanan dan minuman; Tempat minuman sebaiknya dapat digantungkan
pada ikat pinggang dengan kapasitas antara 750-1.000 ml, agar tidak terlalu
merepotkan dan membebani. Tempat makanan dapat berupa tempat nasi yang
terpisah dengan tempat lauknya, agar makanan tidak cepat basi.
18. Tas lapangan atau ransel; digunakan untuk membawa peralatan geo-logi dan
perlengkapan lapangan. Sebaiknya dibedakan antara tas untuk peralatan dan peta
dengan tas untuk perbekalan dan contoh batuan. Ukuran tas sebaiknya disesuaikan
dengan kondisi lapangan Ransel dengan ukuran 40 liter adalah yang biasa
digunakan, karena tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Metode lapangan
1.
| 138
KELEBIHAN
KEKURANGAN
HASIL
KOMENTAR
2.
1. Pekerjaan cepat.
2. Hanya baik dilakukan untuk daerah berbukit gundul dan orientasi
mudah dilakukan.
3. Lintasan bebas sesuai keinginan pemeta.
4. Hanya baik untuk pemetaan dalam waktu singkat.
1. Tidak terperinci dan teliti.
2. Lokasi hasil penelitian sulit diperiksa karena keterbatas-an titik
patokan.
3. Tidak dapat dilakukan pada medan datar, terutama bila bervegetasi
rapat.
4. Peta kerangka yang dihasilkan bersifat garis besar, sehingga
mempersulit interpretasi dan rekonstruksi data.
5. Tanpa rencana terarah, seringnya kehilangan orientasi selama
menjalani lintasan.
1. Lintasan geologi.
2. Peta kerangka.
3. Penampang geologi.
Bila memungkinkan pilih metode lain.
KELEBIHAN
KEKURANGAN
HASIL
| 139
KOMENTAR
3.
Hasil yang diperoleh lebih lengkap dan lebih teliti dibanding dengan
orientasi lapangan.
KELEBIHAN
KEKURANGAN
HASIL
KOMENTAR
| 140
Daftar Pustaka
A. Allen, Philipa dan John R. Allen. 1995. Basin Analysis. Blackwell Sciences.
American Geological Institute. 1992. Planning for Field Safety. American Geological
Institute, Alexandria, Virginia.
Asikin, Sukendar. Basic of Geology. Departemen Geologi ITB. Tidak diterbitkan.
Asikin, Sukendar. 1987. Buku Penuntun Geologi Lapangan. Geologi ITB. Tidak
diterbitkan.
Catuneanu, O. 2006. Principles of Sequence Stratigraphy: New York, Elsevier, 386 p.
Compton, Robert R. 1985. Geology in the Field. Universitas Stanford, John Wiley &
Sons.
Emery, D., and K.J. Myers. 1996. Sequence stratigraphy: Oxford, Blackwell Science,
297 p.
Fry, N. 1985. The field description of metamorphic rocks. Geological Society of London
Handbook Series, 110 pages : New York.
Geni Dipatunggoro dan Febri Hirnawan. Diktat Mata Kuliah Metode Pemetaan
Geologi. Jurusan Geologi, UNPAD, Bandung. Tidak diterbitkan.
Gillen, C. 1982. Metamorphic geology: an introduction to tectonic and metamorphic
processes. London. 144 pages.
Handoyo, Agus Harsolumakso. 2001. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Departemen
Teknik Geologi, ITB, Bandung.
Hirnawan, Febri. 1994. Perbandingan berbagai Metode Lintasan. Jurusan Geologi,
UNPAD.
Koesoemadinata, R.P. 1978. Prinsip-Prinsip Sedimentasi. Departemen Teknik Geologi,
ITB.
Lab. Geomorfologi dan Penginderaan Jauh. 2001. Panduan Analisis Peta Topografi dan
Analisis Foto Udara untuk Pemetaan Geologi. Vol 1, Jurusan Geologi,
FMIPA, UNPAD.
ODunn, Shannon M.S. dan William D. Sill, Ph.D. 1987. Exploring Geology. T.H.
Peek, Publisher, Palo Alto, CA 94303.
Setia Graha, Doddy, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova, Bandung.
Sampurno, Prof dan Ir. Budi Brahmantyo. 1994. Kumpulan Edaran Praktikum
Geomorfologi. Laboratorium Geomorfologi, Jurusan Teknik Geologi, FTMITB. Bandung.
Syarifin. Diktat Prinsip Stratigrafi. Jurusan Teknik Geologi, FMIPA, UNPAD.
Bandung.
Tucker, Maurice. 1982. The Field Description of Sedimentary Rocks. Geological
Society of London Handbook.
......................, 1998. Diktat Geologi Dinamik. Laboratorium Geodinamik, Jurusan
Geologi, FMIPA, UNPAD. Tidak diterbitkan.
......................, 2001. Diktat Geologi Struktur. Laboratorium Geodinamik, Jurusan
Geologi, FMIPA, UNPAD. Tidak diterbitkan.
......................, 2001. Panduan Kuliah Lapangan Geologi Fisik I. Himpunan Mahasiswa
Geologi, UNPAD, Bandung. Tidak diterbitkan.
......................, 2004. Panduan Kuliah Lapangan Geologi Fisik I. Himpunan Mahasiswa
Geologi, UNPAD, Bandung. Tidak diterbitkan.
......................, 2007. Panduan Kuliah Lapangan Geologi Fisik. Himpunan Mahasiswa
Geologi, UNPAD, Bandung. Tidak diterbitkan.
LAMPIRAN
A man who doesn't spend time with his family can never be a real man."
DEPOSITIONAL ENVIRONMENT
(adapted from Jones,2001 : Laboratory Manual For Physical Geology, 3rd Edition)
PALEOBATHYMETRI
BOUMA SEQUENCE