You are on page 1of 6

ACARA II

REAKSI REAKSI KIMIA


A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM.
1. Tujuan Praktikum
: a. Untuk mengenal berbagi reaksi kimia.
b. Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum

: Jumat, 07 November 2014.

3. Tempat Praktikum

: Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI.
Persamaan reaksi menunjukkan reaktan dan produk serta juga factor-faktor lain
seperti perubahan energy, katalisator dan lain-lain. Dengan persamaan ini, tanda panah
digunakan untuk menunjukkan reaksi kimia telah terjadi. Secara umum, reaksi kimia
mengikuti bentuk berikut :
Reaktan
produk
Pada reaksi ini, semua reaktan dan produknya tidak kasat mata. Kalor yang dilepaskan
merupakan petunjuk adanya reaksi. Reaksi ini merupakan contoh yang baik dari reaksi
eksotermis yaitu reaksi yang melepaskan kalor. Namun, beberapa reaksi menyerap energy.
Reaksi ini disebut reaksi endotermis ( Moore, 2003 :122 ).
Sebagian besar reaksi dalam laboratorium kimia dasar dilakukan dalam larutan. Ini antara
lain karena mencampur reaktan dalam larutan membantu mencapai kontak erat antara atom,
ion, atau molekul yang diperlukan agar reaksi dapat berlangsung. Stoikiometri reaksi dalam
larutan dapat dijelaskan dengan cara yang sama seperti stoikiometri dari reaksi lain. Salah
satu komponen larutan, yang dinamakan pelarut menentukan apakah larutan berada sebagai
padatan, cairan, atau gas. Komponen lain dari larutan, yang diseebut zat terlarut, terlarut
dalam pelarut. NaCL(AQ), contohnya, menjelaskan suatu larutan dengan air cair sebagai
pelarut dan NaCL sebagai zat terlarut. Namun, istilah berair aqueous tidak membawa
informasi apapun tentang proporsi relative NaCL dan H 2O dalam larutan. Untuk maksud ini,
sifat yang disebut molaritas, lazim digunakan. Konsentrasi atau molaritas (Molarity), adalah
sifat larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya mol zat terlarut per liter larutan, atau

volume larutan ( dalam liter )

Molaritas (M) = banyakn ya zat terlarut (dalam mol)

Ketika mendefinisikan konsentrasi, banyaknya mol harus dikaitkan dengan kuantitas lain
yang dpat diukur dengan mudah. Kita juga tidak harus bekerja dengan tepat satu liter larutan.
Kadang-kadang cukup dengan volume yang jauh lebih sedikit dan kadang-kadang diperlukan
volume yang lebih besar (Petrucci, 2008 : 117).
Asam dan basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang lalu dalam sifat-sifat
larutan air mereka. Dalam pengertian ini suatu zat yang larutan airnya berasa asam
memerahkan lakmus biru bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hydrogen, dan
menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa, suatu basa didefinisikan sebagai
suatu zat yang larutan airnya berrasa pahit, membirukan lakmus merah, teras licin, dan
menetralkan asam. Meskipun definisi asam dan basa ini bernilai praktis definisi ini sangat
membatasi lingkup bidang kimia ini ( Keenan, 1984 : 408 ).
Asaam basa merupakan salah satu sifat suatu zat, baik yang berbentuk larutan maupun
non pelarut. Asam dan basa penting dalam proses kimia yang terjadi disekitar kita, mulai dari
proses industry sampai proses biologi dalam tubuh mahluk hidup, mulai dari reaksi yang
terjadi di laboratorium hingga reaksi yang terjadi di lingkungan sekitar. Dengan demikian ,
konsep asam basa penting untuk dipelajari karena aplikasinya yang sangat luas dalam
kehidupan sehari-hari (Sunarya, 2010: 69).
Asam kuat ialah elektrolit kuat, yang untuk kebanyakan tujuan praktis dianggap
terionisasi sempurna dalam air. Kebanyakan asam kuat adalah asam anorganik: asam klorida
(HCl), Asam nitrat (HNO3), asam perklorat (HClO4), dan asam sulpat (H2SO4). Kebanyakan
asam terionisasi hanya sedikit dalam air. Asam seperti ini digolongkan kedalam asam lemah.
Pada kesetimbangan, laritan berair darri asam lemah mengandung campuran antara molekul
asam yang tidak terionisasi, ioan H3O+, dan basa konjugat. Kekutan asam lemah sangat
beragam karena beragamnya derrajat ionisasi. Basa kuat ialah semua elektrolit kuat yang
terionisasi sempurna di air. Basa Lemah, sama seperti asam lemah, adalah elektrolit lemah
(Chang, 2004: 101).
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatip unsure dalam suatu senyawa atau
reaksi disebut stoikiometri (bahasa yunani : stoicheon = unsure : metrain=mengukur).

Dengan kata lain , stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatip zat yang terlibat dalam reaksi. Penelitian yang cermat terhadap pereaksi dan hasil
reaksi telah melahirkan hokum-hukum dasar kimia yang menunjukan hubungan kuantitatip
itu. Hukum tersebut adalah hokum kekealan massa, hokum perbandingan tetap, dan hokum
perbandingan berganda (Syukri, 1999:23).

PEMBAHASAN
Pada praktikum reaksi-reaksi kimia ini terdapat dua tujuan yang harus dipenuhi, yaitu
untuk mengenal berbagai reaksi kimia dan untuk menentukan stoikiometri reaksi. Reaksi kimia
adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi ( reaktan ) menjadi zat-zat hasil
reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat baru dan memiliki sifat-sifat yang
baru. Dengan kata lain, reaksi kimia merupakan suatu cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia
dari suatu zat. Adanya sifat-sifat kimia dapat diketahui dari adanya perrubahan warna, suhu, serta
terbentuknya gas dan endapan. Jika sifat-sifat kimia suatu zat sudah mulai berubah, maka dapat
disimpulkan telah terjadi reaksi kimia. Endapan terjadi ketika mereaksikan dua larutan dalam
sebuah tabung reaksi, kadang-kadang terbentuk suatu senyawa yang tidak larut, berbentuk padat,
danterpisah dari larutannya. Sedangkan terbentuknya gas, pada suatu reaksi kimia ditunjukan
dengan adanya gelembung-gelembung udara dalam larutan yang direaksikan. Adanya gas dapat
diketahui dari baunya yang khas yang akan timbul saat reaksi kimia terjadi. Adanya perubahan
suhu terjadi ketika dalam suatu reaksi kimia, reaktan berubah menjadi produk, perubahan yang
terjadi dapat disebabkan oleh adanya pemutusaan ikatan-ikatan unsur atom dari suatu preaksi dan
pembentukan ikatan ikatan baru yang akan membentuk suatu produk. Untuk memutuskan dan
membentuk ikatan-ikatan tersebut, diperlukan energy. Reaksi kimia yang menghasilkan energy
dalam bentuk panas disebut dengan reaksi eksoterm, sedangkan reaksi kimia yang menyerap
energy panas disebut dengan reaksi endoterm. Namun, perubahan kimia yag paling mudah untuk

diamati adalah perubahan warna yang terjadi pada larutan. Untuk larutan yang tidak berwarna
maka diberikan beberapa tetes larutan indicator yang akan memberikan perubahan warna pada
larutan. Perubahan warna yng terjadi dapat diketahui dari sifat-sifat kimia larutan, baik bersifat
asaam maupun yng bersifat basa. Reaksi kimia dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu reaksi
penggabungan, reaksi penguraian, reaksi subsitusi, reaksi substitusi rangkap, dan reaksi
pembakaran. Reaksi penggabungan akan terjadi saat suatu reaksi dengan dua reaktan akan
menghasilkan satu produk. Reaksi penggabungan yang paling sederhana adalah reaksi dari dua
unsure untuk membentuk suatu senywa. Reaksi kimia yang paling mudah dikenali adalah reaksi
penguraian. Reaktan terurai menjadi unsure-unsur pembentuknya, menjdi unsur dari sebuah
senyawa, ataupun menjadi dua unsure sederhana dari sebuah senyawa. Reaksi substitusi terjadi
ketika sebuah unsure bebas bereaksi dengan senyawa dari unsur lainnya, unsure bebas itu akan
menggantikan salah satu unsure dalam senyawa jika unsure bebas itu lebih reaktip daaripada
unsure yang digantikannya. Reaksi substitusi dibedakan menjadi dua macam, yaitu reaksi
substitusi tunggal dan reaksi substitusi ganda (rangkap). Reaksi substitusi tunggal tejadi apabila
sebuah unsure menggantikan kedudukan unsur lainnya dalam satu reaksi kimia. Sedangkan
reaksi substitusi rangkap melibatkan dua senyawa ionic, biasanya dalam larutan berair. Reaksi ini
berlangsung jika senyawa kovalen terbentuk dari ion-ion dalam larutan. Reaksi substitusi
rangkap juga disebut sebagai reaksi penguraian rangkap atau reaksi metatesis. Dan reaksi yang
terakhir adalah reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran merupakan reaksi unsure dan senyawa
dengan oksigen yang sangat dominan sehingga reaksi ini dapat dikatakan sebagai reaksi
tersendiri. Pada reaksi ini akan dihasilkan gas karbon dioksida dan H 2O. Untuk memudahkan
dalam mengamati stoikiometri reaksi, maka dapat digunakan suatu cara, yaitu variasi kontinu
yang mudah dan sederhana. Variasi kontinu adalah suatu cara yang digunakan untuk mengubah
kuantitas molar preaksinya. Namun, dengan kuantitas molar totalnya adalah tetap. Titik
maksimum dari suatu grafik adalah perbandingan dari dua mol zat yang bereaksi.
Pada peraktikum ini, ada tiga macam percobaan yang sudah dilakukan. Setiap percobaan
memiliki prosudur tersendiri. Pada percobaan pertama yaitu reaksi-reaksi kimia. Percobaan yang
basa dengan menggunakan indicator fenolftalein (PP). Fenolftalein merupakan indicator yang
berupa asam lemah. Indikator ini dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat)
dengan fenol. Fenolftalein merupakan salah saatu indicator asam basa sintetik yang memiliki
trayek pH 8,3 10,0. Pada larutan HCl 0,05 M ditetesi indicator PP sebanyak tiga tetes, warna
awal dan akhirnya sama-sama bening. Hal ini disebabkan karena rentang pH indicator ini adalah
8,3 10,0 dan indicator ini tidak berwarna ketika dicampurkan dengan larutan asam.
Pada tahap selanjutnya, larutan basa yaitu larutan NaOH 0,05 M diberikan tiga tetes
indicator PP dan menyebabkan perubahan warna larutan dari awalnya yang brwarna bening
berubah menjadi warna ungu muda. Ini menandakan bahwa larutan ini bersfat basa sesuai
dengan trayek pH larutan indicator fenolftalein (PP), yaitu 8,3 10,0 dengan warna ungu muda
pada larutan basa.

Pada percobaan selanjutnya, yaitu pencampuran larutan asam ( HCl 0,05 M dan
CH3COOH 0,05 M ) dengan larutan basa (NaOH 0,05 M) menghasilkan warna larutan bening
pada kedua-duanya. Namun , menurut konsep ketika larutan CH3COOH 0,05 M dicampurkan
dengan larutan NaOH 0,05 M maka warna larutan berubah menjadi merah muda. Hal ini
dikarenakan CH3COOH 0,05 M adalah asam lemah dan NaOH adalah basa kuat, maka warna
larutan akan dominan kepada basa kuat sehingga dapat dikatakan bahwa larutan tersebut
menghasilkan garam yang bersifat basa. Persamaan reaksi antara HCl 0,05 M dengan NaOH 0,05
M adalah :
HCl(aq) + NaOH(aq)

NaCl(aq) + H2O(l)

Pada reaksi hirolisis, ketika garam yang terbentuk dari reaksi , berasal dari asam kuat dan basa
kuat, maka akan dihasilkan garam yang bersifat netral, sama seperti reaksi antara HCl dengan
NaOH. Ketika garam yang terbentuk dari asaam lemah dan basa kuat, maka garam bersifat basa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa garam yang dihasilkan percobaan ini antara HCl 0,05 M dengan
NaOH 0,05 M bersifat netral.
Pada percobaan keempat, dicampur larutan K2CrO4 0,1 M dengan larutan HCl 1 M,
menghasilkan warna kuning dengan warna awal larutan bewarna kuning juga. Sedangkan ketika
ditambahkan larutan NaOH 1 M, larutan berubah warna menjadi oranye pekat. Hal ini
disebabkan karena pada saat senyawa K 2CrO4 0,1 M dicampur dengan asam, maka
kesetimbangan akan bergeser kearah kanan menuju kearah pembentukan produk sehingga
warnanya akan menjadi lebih pekat. Sedangkan ketika dicampur larutan basa, warnanya
cendrung tetap. Namun, hasil yang didapat pada peraktikuam bertolak belakang pada keduanya.
Kesalahan yang terjadi saat praktikum ini disebabkan karena adanya ketidaktelitian pada
praktikan, terutama pada penggunaan pipet tetes saat meneteskan larutan. Dalam pencampuran
larutan K2Cr2O7 0,1 M dengan larutan HCl 1 M, menghasilkan warna oranye dengan warna awal
larutan berwarna oranye juga. Sedangkan ketika ditambahkan larutan NaOH 1 M, larutan
berubah warna menjadi kuning cerah.
Kemudian pada percobaan selanjutnya, adanya perbandingan antara jumlah tetesan
NaOH dengan NH4OH kedalam larutan Al2(SO4)3 0,1 M. Ketika dimasukkan tetes demi tetes
larutan NaOH 1 M kedalam larutan Al2(SO4)3 0,1 M, larutan berubah menjadi putih keruh dan
diperlukan empat tetes larutan NaOH 1 M. Sedangkan untuk NH 4OH 1 M, diperlukan sebanyak
5 tetes untuk membuat larutan Al2(SO4)3 0,1 M berubah menjadi putih keruh. Padaa percobaan
ini, larutan Al2(SO4)3 0,1 M bertindak sebagai larutan penyangga. Larutan penyangga adalah
larutan yang digunakan untuk mempertahan nilai pH tertentu agar tidak berubah secara drastic
saaat reaksi kimia berlangsung. Reaksi diantara ketiga larutan di atas, disebut dengan reaksi
asam basa konjugasi.
Pada percobaan kedua dari praktikum ini yaitu stoikiometri system CuSO 4-NaOH,
diperoleh perbandingan antara mmol CuSO 4 dengan NaOH adalah 1 : 6. Namun, sebenarnya

perbandingan mmol yang merupakan titik stoikiomtrinya adalah 1 : 2. Jadi, telah terjadi
kesalahan yang menyebabkan titik stoikiometrinya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan ini disebabakan karena pada saat mengukur suhu masing-masing larutan, thermometer
masih tersentuh dengan dinding gelas kimia. Selain itu, thermometer tidak disterilkan setelah
pemakaian sebelumnya.
Pada percobaan terahir, yaitu stoikiometri asam basa. Pada percobaan ini, larutan yang
digunakan adalah HCl 1 M dan NaOH 1 M. Kedua larutan ini merupakan asam kuat dengan basa
kuat. Jika kedua larutan ini dicampurkan maka akan menghasilkan garam netral dengan warna
larutan bening. Pada percobaan ini, diperoleh titik stoikiometri 1 : 1.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa
1. Reaksi kimia adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari
suatu zat atau berbagai zat. Sifat kimia ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang
terjadi.
2. Variasi kontinu adalah suatu metode sederhana untuk menentukan stoikiometri reaksi,
dengan mengamati kuantitas mol pereaksinya yang telah diubah tetapi dengan total mol yang
sama.

You might also like