Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif, dimana selsel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan mental berupa kepikunan
(demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan
berperilaku. Sebagian besar demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia
adalah suatu penyakit yang dapat ditatalaksana, dan demensia bukan merupakan bagian
normal dari proses penuaan peningkatan jumlah kasus pada kelompok usia yang lebih muda
(sekitar 40 - 50 tahun).
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli psikiatri
dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita berumur
51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali
ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak
koordinasi dan reflek. Pada autopsy tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan
simetris, dan secara mikroskopis tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan
degenerasi neurofibrillary.
Hal-hal yang dianggap dapat melindungi seseorang dari Alzheimer adalah gen APO
E2&3, pendidikan tinggi (aktivitas otak tinggi), pemakaian Estrogen, dan penggunaan obat
anti inflamasi. Meskipun penyebab belum diketahui, namun gangguan mental demensia
(kepikunan) ini telah dapat ditatalaksana dengan baik melalui berbagai upaya.
B.
TUJUAN
a. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan
belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan Gerontik
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui definisi alzheimer, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pemeriksaan diagnostik dari alzheimer, penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan klien
dengan alzheimer.
C.
RUMUSAN MASALAH
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak yang progresif, yang mematikan
sel otak sehingga mengakibatkan menurunnya daya ingat, kemampuan berpikir, dan
perubahan perilaku. (Wahyudi Nugroho, 2002, hal 176)
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan progresif pada otak
yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori,
berpikir, dan tingkah laku. (Sylvia, A. Price, 2006, hal 1134)
Penyakit alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan
menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. (Arif
Muttaqin, 2008, hal 364)
Kesimpulannya, penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif yang menyerang sel
otak secara progresif yang mengakibatkan penurunan daya ingat, gangguan memori, berpikir
tingkah laku dan kelumpuhan yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.
B. Etiologi
Penyebab degenrasi neuron kolinergik pada penyakit Alzheimer tidak diketahui.
Sampai sekarang belum satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori utama
mengenai penyebabnya, yaitu :
1.
Virus lambat
Merupakan teori yang paling populer(meskipun belum terbukti) adalah yang berkaitan
dengan virus lambat. Virus-virus ini mempunyai masa inkubasi 2-30 tahun sehingga
transmisinya sulit dibuktikan. Beberapa jenis tertentu dari ensefalopati viral ditandai oleh
perubahan patologis yang menyerupai plak senilis pada penyakit Alzheimer.
2.
Proses Autoimun
Teori autoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar antibodi-antibodi reaktif
terhadap otak pada penderita penyakit Alzheimer. Ada dua tipe amigaloid(suatu kompleks
protein dengan ciri seperti pati yang diproduksi dan dideposit pada keadaan-keadaan
patologis tertentu), yang satu kompos isinya terdiri atas rantai-rantai IgG dan yang lainnya
tidak diketahui. Teori ini menyatakan bahwa komplek antigen-antibodi dikatabolisir oleh
fagosit dan fragmen-fragmen imunoglobulin dihancurkan di dalam lisosom.
3.
Keracunan aluminium
Teori keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neurotoksik,
maka dapat menyebabkan perubahan neuofibrilar pada otak. Deposit aluminium telah
diidentifikasi pada beberapa klien dengan penyakit Alzheimer, tetapi beberapa perubahan
patologi yang menyertai penyakit ini berbeda dengan yang terlihat pada keracunan
aluminium (Arif Muttaqin, 2008, hal 364-365).
C.
Patofisiologi
Proses penuaan yang terjadi pada otak dapat berupa penurunan berat otak, pelebaran
sulci serebral, penyempitan gyrus dan pembesaran ventrikel-ventrikel.
Terjadinya penyakit Alzheimer ini disebabkan karena adanya proses degeneratif dan
hilangnya kemampuan selektif sel-sel dalam korteks serebral. Hilangnya sel-sel otak baik di
kortikal maupun struktur subkortikal misalnya sel cholinergik mengakibatkan menurunnya
produksi neurotransmiter acethylcoline sampai dengan 75 %.
Hal ini yang kemudian menimbulkan gangguan kognitif. Neuro transmiter lain yang
mengalami penurunan adalah nerophinephrine, dopamin, serotinin.
Secara mikroskopik pasien alzheimer ditemukan adanya lesi pada jaringan otak yang
berupa Neuritic Plague, Neurofibrillary tangles serta adanya degenerasi granulo vaskuler.
Neuritic Plague mengelilingi sel-sel saraf terminal baik akson maupun dendrit yang
mengandung amiloid protein. Penumpukan Neuritic Plague pada frontal korteks dan
hipokampus mengakibatkan penurunan fungsi. Neurofibrillary Tangles merupakan massa
fibrosa pada sel saraf. Disamping itu kemungkinan degeneratif sel otak juga terjadi akibat
proses metabolisme. Dimana pada pasien dengan alzheimer umumnya usia lanjut dan terjadi
penurunan metabolisme sekitar 25 %.
(Tarwoto, 2007, hal 181-182)
Patways
Faktor predisposisi : Virus Lambat, Proses
Autoimun, dan Keracunan Aluminium
Penurunan metabolisme dan aliran darah di
korteks parietalis superior
Kekusutan neurofibrilar
Hilangnya
serat
kolinergik
yang difus
Penurunan
Kelainan
neurotransmiter
Asetilkolin
Demensia
sel
neuron
senilis
pada otak
dikorteks
cerebrum
Terjadi plak
saraf
Perubahan
Mengalami
Menjadi
masalah
dalam
mengingat
detail
semakin
Bicaranya
keras
kemampuan merawat
pekerjaan,
kepala
diri sendiri
disorientasi
bersikap
terhadap
tempat
waktu,
fisik
dan
Defisit
perawatan
diri
(berpakaian,
higiene)
dan
kasar
terhadap
dengan
mengalami
merasa
Gangguan
ingatan sederhana
terganggu
komunikasi
verbal
Resiko terhadap
trauma
Gangguan persepsi
sensori
D. Manifestasi Klinis
Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan daya ingat (memori)
yang terjadi secara bertahap, termasuk :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Agitasi, masalah dengan daya ingat, dan membuat keputusan yang buruk dapat
menimbulkan perilaku yang tidak biasa.
Gejala stadium awal yang sering diabaikan dan disalah artikan sebagai usia lanjut atau
sebagai bagian normal dari proses otak menua. Klien menunjukan gejala sebagai berikut :
a. Kesulitan dalam berbahasa
b. Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakana
c. Disorientasi waktu dan tempat
d. Sering tersesat di tempat yang biasa dikenal
e. Kesulitan membuat keputusan
f. Kehilangan inisiatif dan motivasi
g. Menunjukan gejala depresi dan agitasi
h. Kehilangan minat dalam hobi dan aktifitas
2.
a.
Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
Kesulitan berjalan
f.
g.
h.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan:
atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior
frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap
utuh
2.
Pemeriksaan
neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum danmengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa
bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,
perhatian dan pengertian berbahasa..
3.
CT Scan
Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer
seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel
keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini
Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya
gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental
4.
MRI
Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn
pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain
didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti
adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan
penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
5.
EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
6.
Metabolisme O2
Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan
kelainan fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi
7.
8.
Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer.
Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia
lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar,
tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody yang dilakukan secara selektif.
(http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/03/15/alzheimer-dementia-pada-penyakitalzheimer/)
G.
Komplikasi
Komplikasi Alzheimer erat kaitannya dengan gangguan immobilisai seperti:
Pneumonia
Kontraktur
Dekubitus
(Tarwoto, 2007, hal 183)
H. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas.
a.
Pengobatan Simptomatik
1.
Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar
asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase
yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian
obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk
penampilan intelektual pada organ normal dan penderita Alzheimer.
2.
Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan penurunan
thiamin pyrophosphatase dependent enzyme yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase
(45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nucleus basalis. Pemberian thiamin
hidrochloryda dengan dosis 3gr/hari selama tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan
bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3.
Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi
kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000mg pada
penderita Alzheimer tidak menunjukan perbaikan klinis yang bermakna.
4.
Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alpha 2
reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil
yang kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif.
5.
Haloperidol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku. Pemberian oral haloperidol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki
gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti
depressant (aminitryptiline25-100 mg/hari).
6.
(http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/03/15/alzheimer-dementia-pada-penyakitalzheimer/)
b.
Terapi Nonfarmakologi
1.
2.
3.
Fisioterapi
4.
5.
Terapi musik
6.
Terapi rekreasi
I.
1.
2.
Hidup sehat fisik dan rohani ( olahraga teratur dengan makanan 4 sehat 5 sempurna)
3.
a.
b.
Gunakan daftar tugas tertulis, (seperti jenis barang yang akan dibeli)
(Wahyudi Nugroho, 2002, hal 199)
2.
Segi Keperawatan
A. Pengkajian
1.
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosa
medis. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan kelumpuhan
gerak ekstremitas.
2.
3.
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, penggunaaan obat-obatan anti ansietas dalam jangka waktu yang lama. Dan
riwayat Sindrom down yang pada suatu saat kemudian menderita penyakit Alzheimer pada
usia empat puluhan.
4.
5.
6.
Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengrah pada keluhan-keluhan klien, oemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan per sistem dan terarah(B1-B6) dengan fokus pemeriksaan pada
B3(Brain) dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan klien.
1.
Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai
dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubhan pada tanda vital
meliputi bradikardi, hipotensi, dan oenurunan frekuensi pernapasan.
a.
B1 (BREATHING)
Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi ,
makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.
1.
Inspeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif,
peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas.
2.
3.
4.
Auskultasi, bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan
pada klien dengan inaktivitas.
b.
B2 (BLOOD)
Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan
pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
c.
B3 (BRAIN)
Pengkajian B3(brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan status kognitif klien.
2.
3.
Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status
kognitif klien.
4.
a.
b.
Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia. Klien
dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c.
Saraf III, IV, VI. Pada beberapa kasus penyakit Alzheimer biasanya tidak ditemukan
adanya kelainan pada nervus ini.
d.
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.
e.
f.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis dan
penurunan aliran darah regional.
g.
Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan
perubahan status kognitif.
h.
i.
5.
Sistem Motorik
Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada
fungsi motorik secara umum.
6.
Pemeriksaan Refleks
Pada tahap lanjut penyakit Alzheimer, sering didapatkan bahwa klien kehilangan refleks
postural , apabila klien mencoba untuk berdiri klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke
depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti di dorong. Kesulitan dalam berputar dan
hilangnya keseimbangan(salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering
jatuh.
7.
Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan terhadap
sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati yang
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
a.
B4 (BLADDER)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada tempatnya, biasanya yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien Alzheimer. Penurunan refleks
kandung kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami inkontinensia urin,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
b.
B5 (BOWEL)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena penurunan aktifitas umum,
klien sering mengalami konstipasi
c.
B6 (BONE)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan
umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola aktifitas dan
pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam
melakukan pergerakan disebabkan karena perubahan pada gay berjalan dan kaku seluruh
gerakan akan memberikan risiko pada trauma fifik bila melakukan aktivitas
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
berhubungan dengan
Pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan perubahan proses pikir.
4.
5.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi
karena perkembangan penyakit
6.
Resiko injuri berhubungan dengan kehilangan memori, kerusakan motorik dan kerusakan
komunikasi
7.
C.
Intervensi Keperawatan
1.
1.
Intervensi
Perkenalkan namanya
Rasional
membantu mengingat hal yang
2.
3.
dan rumah
4.
Lakukan latihan memori yang membantu
5.
6.
sederhana
Kaji orientasi pasien
Panggil
pasien
memori pasien
mengidentifikasi
meningkatkan
kemampuan
orientasi pasien
dengan mengingat namanya sendiri
namanya
7.
Pemberi perwatan sebaiknya mudah mengingat dan lebih
orang yang sama
8.
Lakukan pekerjaan
mudah secara rutin
kooperatif
yang melatih orientasi pasien
2.
berhubungan dengan
klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri
1.
Intervensi
Rasional
Hindari aktifitas yang tidak Klien dalam keadaan cemas dan
dapat
dilakukan
klien
3.
aktifitas
dapat
meningkatkan
perawatan diri
Gunakan pagar disekeliling Memberi
bantuan
tempat tidur
dalam
klien
mengalami
4.
Modifikasi lingkungan
5.
ketidakmampuan fungsi
Identifikasi kebiasaan BAB, Menigkatkan
latihan
anjurkan
6.
minum,
supositoria
dan
meningkatkan aktifitas
Kolaborasi
Pemberian
mengkompensasi
3.
Pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan perubahan proses pikir.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi dengan kriteria hasil :
1.
Intervensi
Evaluasi kemampuan makan klien
Rasional
Klien mengalami
kesulitan
dalam
Observasi / timbang berat badan jika Tanda kehilangan berat badan dan
memungkinkan
3.
4.
5.
sadar
konstipasi
Lanjutkan pemeriksaan laboratorium Memberikan
yang
diindikasikan
seperti
serum, tentang
dan
mencegah
informasi
keadaan
terjadinya
yang
tepat
nutrisi
yang
dibutuhkan klien
1.
Intervensi
Kaji kemampuan
klien
Rasional
untuk Gangguan bicara ada pada banyak klien
berkomunikasi
yang mengalami penyakit Alzheimer
2.
Menentukan cara-cara komunksi Mempertahankan kontak mata akan
seperti mempertahankan kontak mata
3.
Letakkan
bel/lampu
membuat
klien
tertarik
selama
komunikasi
panggilan Ketergantungan klien pada ventilator
ditempat yang mudah dijangkau dan akan lebh baik, rileks, perasaan aman,
berikan
penjelasan
cara dan
mengerti
bahwa
selama
menggunakannya
4.
5.
dengan
klien
selama
memberikan perawatan
dapat
merasakan
akrab
dekat dengan klien untuk berbicara dengan berada dekat klien selama
dengan klien memberikan informasi berbicara
6.
tentang keluarganya
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa
Ahli
terapi
membantu
wicara
bahasa
dalam
dapat
membentuk
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi
karena perkembangan penyakit
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam, koping menjadi efektif dengan kriteria hasil :
mampu menyatakan komunikasi dengan orang terdekat tentang situasi yang terjadi
1.
Intervensi
Kaji perubahan
Rasional
gangguan Menentukan bantuan individual dalam
dari
ketidakmampuan
Dukung kemampuan koping
3.
Catat
ketika
klien
kemajuan penyakit
menyatakan Mendukung
penolakan
terhadap
tubuh
Beri dukungan psikologis secara Klien Alzheimer sering merasakan
menyeluruh
5.
Bentuk
program
aktivitas
ditetapkan
pada Bentuk
program
aktivitas
pada
keseluruhan hari
keseluruhan
hari
untuk
mencegah
Resiko injuri berhubungan dengan kehilangan memori, kerusakan motorik dan kerusakan
komunikasi
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam, tidak terjadi injuri pada pasien dengan kriteria hasil :
1.
Intervensi
Rasional
Monitor fungsi motorik dan Menetapkan kemungkinan jatuh
keseimbangan berjalan
2.
Berikan alat bantu tongkat atau Membantu
kursi roda
3.
pergerakan
melakukan
dan
mengurangi
resiko jatuh
Jelaskan pada pasien setelah Postural hipotensi kemungkinan
bangun
tidur
tidak
langsung terjadi
sehingga
dapat
melakukan pergerakan
mengakibatkan pasien jatuh
4.
Penerangan yang cukup dan Mengurangi resiko jatuh
lantai tidak licin
5.
Letakkan
6.
semula
dan
merubah-rubah tempat
7.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji derajat gangguan kemampuan Mengidentifikasi
atau kompetensi, munculnya tingkah dilingkungan
laku yang impulsif.
resiko
dan
potensial
mempertinggi
2.
merupakan
awal
untuk
mengalami
keamanan
Alihkan perhatian pasien keitka Mempertahankan
berperilaku berbahaya
4.
dengan
5.
keamanan
tubuh
Lakukan pemantauan terhadap efek Pasien mungkin tidak dapat melaporkan
samping obat
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron.
Gejala Alzheimer, dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun),
Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun), Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun).
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada
umumnya. Saran kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang menyebabkan
kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain
sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2002. Asuhan Keprawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. 2002. Keperawatan Gerontik & Geriatik. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Sagung Seto
http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/03/15/alzheimer-dementia-pada-penyakitalzheimer/
http://nursingspy.blogspot.co.id/2014/04/asuhan-keperawatan-alzheimer.html?m=1