You are on page 1of 15

aru-baru ini netizen diramaikan dengan seorang selebgram sekaligus vloger bernama Karin

Novilda atau lebih akrab disapa dengan Awkarin. Remaja berusia 18 tahun ini menjadi sangat
terkenal karena gaya hidup bebas yang dijalaninya. Pemilik akun dengan followers sebanyak
675k tak segan untuk mengunggah foto-foto dengan pakaian terbuka yang sangat
memperlihatkan bentuk tubuhnya. Tak hanya itu, Awkarin juga sering kali mengupload
kebiasaannya di kehidupan malam dengan teman-temannya dan juga kekasihnya yang masih
duduk di bangku kelas X SMA.
Namun siapa sangka, dibalik gaya hidup bebasnya itu Awkarin sempat dinobatkan menjadi
peraih nilai UN tertinggi se-Tanjung Pinang. Ia pun mengaku sudah mampu menghasilkan uang
sendiri dan tak lagi menyusahkan orang tua dengan menjadi model produk-produk bermerk.
Sehingga, ia selalu merasa bahwa gaya hidup yang dijalaninya adalah gaya hidup yang normalnormal saja. Sebagaimana prinsip yang pernah ia katakan di salah satu caption instagramnya
Nakal boleh, bego jangan.
nilah akhirnya yang menjadikan Awkarin panutan bagi kalangan remaja saat ini, sosoknya yang
ramah, nakal, bebas tetapi tetap pintar kini menjadi pembelaan remaja-remaja yang ikut menjadi
followersnya. Pun, sudah barang tentu dengan munculnya Awkarin ini harus menjadi
kewaspadaan untuk kita semua. Karena bukan tidak mungkin, 675k followersnya akan ikut
dalam gaya hidup bebas yang dipilihnya
Padahal, apa yang diharapkan dari remaja yang tidak punya rasa malu, yang mana kita tahu
bahwa malu adalah cabang dari Iman dan merupakan akhlak seorang muslim? Kemaksiatannya
dengan biasa menjadi tontonan, dan mirisnya ini terus menjadikannya memiliki banyak
followers. Relakah kita melihat remaja-remaja seperti itu menjadi penerus generasi bangsa?
Dalam sistem kapitalisme yang serba bebas, yang menuhankan materi di atas segalanya, bisa
jadi rela-rela saja melihat sosok seperti Awkarin. Bahkan, Awkarin mampu menjadi sosok yang
menginspirasi dari sisi materi yang ia dapatkan sendiri, tanpa peduli dengan tingkahnya yang
rusak. Memang, dalam kenyataannya Awkarin dengan kontroversinya mampu meraih kekayaan
dari banyaknya followers. Namun sejatinya sebagai seorang muslim, kita menginginkan
pemimpin di masa depan adalah remaja-remaja yang memiliki kualitas mumpuni, pintar dan baik
dalam urusan dunia akhiratnya. Sehingga, sudah sepatutnya kita tak berdiam diri dan terus
menyebarkan Islam kepada remaja-remaja yang semakin jauh dari Islam agar tidak lagi
bermunculan Awkarin selanjutnya. Wallahualam bishawab. [VM]
Sudah menahan diri untuk tidak ikut-ikutan, namun lama-lama saya gerah. Lalu terwujudlah tulisan ini.
Setahun lalu, tersasar saya pada satu akun instagram @awkarin. Berisi foto-foto anak-anak muda milik
seorang gadis cantik. Konten instagramnya penuh dengan perihal endorsment, dibungkus apik, dengan
tatanan tematik. Jumlah followers puluhan ribu, rata-rata like/post selalu ribuan tentu saja dengan jumlah
komentar yang berjibun. Selain produk endorsment, ada hal lain dalam konten tersebut. Foto-fotonya yang
menurut pandangan umum seksi dan pose berciuman dengan sang kekasih Gaga Muhammad. Mulai
sekedar kecup di pipi, kening, hingga bibir. Menuai kontroversi? Jelas. Banyak. Bulan bulan ini Karin Novilda,
gadis berusia 18 tahun, kian melejit. Ternyata selain selebgram dan selebask, kini ia telah mempunyai
channel Youtube. Baru saja berisi 7 vlog namun sudah menuai viewers dan subscriber berjumlah gemilang.
Semakin hari, Karin semakin dicaci. Hingga ia menerbitkan sebuah vlog berisi tangisannya karena ia
diputusin oleh Gaga, sang kekasih berusia 16 tahun. Disitu ia juga menuturkan kesedihannya yang
dikhianati sahabat sendiri, dicaci ribuan orang setiap hari, menjadi bahan olokan netizen, keluarganya
dihina, dan keinginannya untuk bunuh diri tempo lalu ikut jadi ejekan. Kembali saya menelaah lebih jauh.
Apasih hal yang membuatnya diperlakukan seperti itu? Vlognya saya buka satu persatu. Karin yang usianya
setahun lebih muda dari saya, menurut saya adalah gadis yang pintar mem-branding diri. Instagram-nya
terlihat manis. Ia berekspresi dalam banyak hal. Konten Vlog-nya penuh dengan kegiatan-kegiatan seru
remaja. Mungkin bagi yang penasaran seperti apa potret remaja ibu kota masa kini, @awkarin-lah
jawabannya. Pergi kesalon bersama teman-teman, berlari-lari sambil menggunakan kostum Pokemon and
Friends di mall, bersenang-senang di wahana permainan, bersenda gurau dengan banyak teman,
bermesraan dengan kekasih dimobil. Namun nyatanya tak sesederhana itu. Ketika membuka salah satu
vlognya, 30 detik pertama saya sudah mendengar 5 kata anjing. Buat sebagian orang, tentu terasa
tak sopan. Namun bagi sebagian lainnya, menyerukan umpatan kasar pada teman dianggap simbol

keakraban Dalam salah satu Vlognya, Karin menangis tersedu-sedu sambil mengeluarkan semua keluh
kesah mengenai mantan kekasih. Itu juga menuai cemooh karena dianggap terlalu lebai. Hey, bukankah
kita juga pernah menangis ketika putus cinta? Tangis yang seakan-akan dunia akan musnah? Namun ada
hal lain yang dilakukan Karin, ia berciuman dengan pacar sambil mengambil gambar guna mengabadikan
moment tersebut, ada juga adegan ia berlarian di mall lalu melakukan gimmick sepong, bangga karena
check in di hotel dengan pacar. Ada salah satu adegan di vlog dengan dialog Eh Gaga ngaceng, Gaga
ngaceng Lalu kamera menyorot celana Gaga. Seks dijadikan lelucon. Tak usah pura-pura kaget, tak
sedikit remaja yang melakukan hal itu. Pengakuan Karin disalah satu vlog, ia mengerjakan UN dengan kunci
jawaban karena sibuk menemani Gaga sehingga tidak sempat belajar. Saya kenal orang yang pernah juga
rela menjadikan belajar sebagai prioritas kesekian demi kekasih. Pernyataan Karin bahwa ia melepaskan
FK-UI karena takut sibuk dan akhirnya tidak punya banyak waktu untuk Gaga. Saya punya teman yang rela
melepas universitas yang akreditasinya lebih baik karena tidak ingin LDR dengan kekasih. Saya tidak
mengatakan semua itu adalah hal yang normal dan oke-oke saja. Saya juga tidak ingin sepupu-sepupu saya
yang masih keals 5 SD menonton channel youtube Karin. Namun ada banyak orang yang berlebihan
menyikapi ini. Lalu orang dewasa yang (pura-pura) terkejut melabeli perilaku remaja-remaja ini dengan
kelakuan-remaja-masa-kini. Apa orang-orang yang memojokan, mengolok, mencaci Karin di linimasa
berharap Karin dapat berubah dengan perlakuan seperti itu? Masa remaja adalah masa yang kata orang
erat dengan kenekatan dan kebodohan. Bukankah semua hal yang dilakukan Karin adalah kenakalan
remaja yang banyak dilakukan remaja remaja lain, dari dulu hingga sekarang? Perbedaannya adalah
medianya. Banyak yang juga melakukan hal tersebut, namun memilih tidak menunggah ke internet, entah
karena enggan, atau memang karena diera tersebut akses internet masih jarang. Ya. Semua jadi runyam
ketika Karin memutuskan untuk mengunggah hal-hal tersebut ke internet, dan membiarkan kehidupan
pribadinya jadi konsumsi publik. Followers Instagram, youtube, dan ask.fm-nya telah banyak dikunjungi
anak SD dan SMP yang membuat mereka mengidolakan Karin Novilda dan pelan-pelan meniru tingkah laku
Karin. Sepertinya ia kebablasan mengartikan Freedom of Act dan Freedom of Speech. Ia menolak untuk
mengubah dirinya dihadapan publik dengan alasan; thats who I am, Im not kind of sweet mouth girl. If
you dont like me, there are available Block button. Karin lupa bahwa sedikit yang ia lakukan di depan
followers-dibawah-umurnya, pastinya akan mempunyai dampak. Mau tidak mau ia harus menyesuaikan
dengan hal itu. Tidak serta merta melakukan apa saja asal mendapat likes dan viewers. Namun bukan
berarti ia pantas dicap sebagai perusak moral bangsa sebagaimana yang dikatakan orang yang usianya
lebih dewasa dari Karin. Bukankah moral anak itu ada di orangtua yang mengasuhnya? Orang orang
disekitar lingkungannya? Apakah moral anak bangsa rusak semata-mata karena tontonan tak-layak-anak
oleh Karin? Sudahkah kalian para orang tua mem-protect tontonan anak kalian? Menanamkan moral ke
anak kalian sendiri?
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sarashafira/awkarin-perusak-generasibangsa_57b20b7e139773531f63351b

nstagram bagi Karin merupakan sumber kekuatan


ekonominya. Dia wakil generasi Z yang bisa mapan
serta populer tanpa rute konvensional dan agen model.
Tiga tahun lalu ia cuma gadis remaja yang menangis di pelukan sang ibu
ketika meraih peringkat tiga nilai ujian nasional se-Kepulauan Riau dengan
nilai rata-rata 9,5. Berkacamata dan berhijab, dia tak henti mengucap
syukur. "Semua seakan mimpi," katanya.
Dia Karin Novilda, salah satu murid Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 1 Tanjungpinang--yang kemudian melanjutkan pendidikannya ke
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 58 Jakarta.

Kini, Karin tak berjilbab dan berkacamata lagi. Dia telah bertransformasi
dan menjadi terkenal di media sosial Instagram dan Askfm. Sebagai video
blogger atau vlogger, ia memiliki pelanggan hampir dua ratus ribu. Video
terbarunya, Gaga's Birthday Party & My Confession, telah ditonton lebih
2,2 juta kali sejak diunggah dua pekan silam.
Tapi Karin memicu kontroversi. Di video-videonya itu Karin tak sungkan
mengucapkan kata kotor, seperti alat kelamin pria atau istilah untuk
berhubungan intim dalam bahasa slang. Ia juga tak rikuh orang
menyaksikan bibir merahnya dikecup sang pacar yang kini jadi mantan,
Gaung Sabda Alam Muhammad alias Gaga di Youtube dan Instagram.
Perilaku begitu mungkin lumrah buat remaja Jakarta seusianya. Bedanya,
Karin memajangnya di media sosial, bahkan ketika dia sedang minum
alkohol dan merokok. Sebab itu cibiran bermunculan, bahkan ia sampai
dituduh merusak moral anak muda. "Moral itu urusan manusia dan Tuhan,
bukan para haters," ujarnya.
Perempuan kelahiran Jakarta ini lalu jadi ikon anak muda. Banyak
penggemarnya yang suka dengan sosoknya. Ia fashionable, bertato,
rambutnya pirang, mandiri, dan tidak bisa bohong, konsep tampilan di
Instagramnya menarik. "Panutan aku adalah Chiara Ferragni (fashion
blogger asal Italia)," ujar Karin yang mengaku sudah bisa mencari uang
sendiri sejak usia 16.
Mandiri dalam versi Karin adalah dirinya tak lagi minta uang ke orang tua,
meski sudah kaya sejak ia dilahirkan.
Mulanya ia menjual online sarung iPhone, yang menghasilkan Rp10 juta
per bulan. Sekarang, ia bisa mendulang Rp32 juta per dua hari dari
hasil endorse-an (sokongan) barang online yang dia promosikan. "Dalam
sebulan aku batasi 50 barang saja," katanya.
Jumat siang (29/7/2016), selesai dari salon, Karin bicara panjang lebar soal
kontroversi seputar dirinya dengan Heru Triyono, fotografer Andreas
Yemmy Martiano dan videografer Muhammad Imaduddin dari Beritagar.id.

Dia mengenakan jins hitam dan kaos lengan panjang yang terbuka di
bagian bahunya. Sekali lirik saja, rajah bergambar mawar bisa terlihat di
bagian atas lengan kanannya.
Kami dan dia duduk berhadapan, dihalangi meja bundar kecil, di sebuah
kedai kopi di Cibubur Junction, Jakarta Timur. Dia banyak tersenyum meski
rambut pirangnya terkadang jatuh ke pipi tertimpa sinar matahari. Berikut
petikan wawancaranya:

Selebriti Instagram Karin 'Awkarin' Novilda berpose untuk Beritagar.id saat


diwawancara di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Cibubur, Jakarta
Timur, Jumat siang (29/7/2016). Andreas Yemmy Martiano /Beritagar.id
Adegan mesra seperti ciuman dan sumpah serapah di mana-mana
dalam video blog itu apakah rekayasa?
Enggak. Aku bukan tipe cewek pencitraan. Kalau aku sedang minum
(alkohol) ya aku perlihatkan aku sedang minum atau juga merokok.
Aku tidak ingin citra aku terlihat baik atau buruk, karena media sosial bagi
aku adalah wadah mengekspresikan diri apa adanya. Terserah orang mau
nilai apa.
Banyak yang mencibir putusnya tali asmara tidak seharusnya
dijadikan opera sabun untuk dikonsumsi publik.
Seperti settingan yang sudah dibuat...
Video itu dibikin dengan tujuan confession (pengakuan) sekaligus klarifikasi
ke haters yang bicaranya sembarangan. Bukan settingan untuk
tujuan marketing. Kalau video itu jadi booming mungkin karena belum
pernah ada yang membuatnya.
Anda menyangka video blog berjudul Gaga's Birthday Party & My
Confession akan ditonton lebih dari dua juta kali?
Aku malah tidak menyangka. Bahkan video itu juga masuk ke acara on the
spot di Trans 7, tanpa seizin dari aku. Tapi popularitasku memang sedang
naik sekarang ini, walau sebenarnya aku sudah mulai dikenal sejak dua
tahun lalu di Instagram. Sementara aku mulai nge-Vlog tiga bulan lalu.
Popularitas Anda tinggi tapi memicu kontroversi. Tidak khawatir
dengan stigma negatif yang bakal melekat pada Anda?
Sempat khawatir sih, tapi sudahlah. Kita juga enggak bisa memaksakan
orang berpikir dengan frame yang sama dengan kita. Aku selalu berpikir
bahwa seseorang selalu punya alasan-alasan tertentu di balik perilakunya.
Aku open minded dan yang lain closed minded, ya aku terima itu. Jalani
saja.
Netizen menilai konten-konten yang dimuat dalam video Anda bisa
merusak moral anak bangsa?
Moral itu urusan manusia dan Tuhannya, bukan dengan
para haters (pembenci).

Anda merasa dirugikan oleh para haters?


Aku sempat down ketika ada akun salah satu haters dengan 50
ribu follower-nya menghina dan memaki aku. Sempat aku adukan ke
bagian cyber crime Bareskrim Mabes Polri.
Ketika diungkap, ternyata akun itu milik mantan sahabat aku sendiri. Aku
kaget, tapi kemungkinan akan diselesaikan dengan damai.
Punya aturan main sendiri untuk follower Anda baik itu di Instagram
ataupun di Vlog?
Enggak ada yang terlalu bagaimana. Hanya saja untuk
menyaring haters biasanya aku mengetik rokok, astagfirullah, moral,
orangtua, agama, Islam dan lain-lain di filter boardagar komentar yang
aneh-aneh enggak muncul di akun @awkarin.
Kebanyakan orang tidak tahu apa sebenarnya makna aw di depan
kata Karin. Bisa dijelaskan?
Oh itu dari kata awkward (janggal). Gue hanya ingin terlihat berbeda.
Sebenarnya sejak kapan menjadi pengguna aktif media sosial?
Mulai SMP. Bukan hanya sebagai pengguna, tapi aku mencoba membuat
hal-hal baru di akun aku. Seperti memakai baju dan celana dari beberapa
tempat (barang online dan butik), yang aku gabungkan, hingga jadi bagus-kemudian diikuti orang.
Dari situ orang sudah follow aku karena keren dalam
menggabungkan fashion. Panutan aku adalah Chiara Ferragni, seorang
model italia dan fashion blogger.
Bukankah ketika SMP Anda masih berjilbab. Bagaimana mengeksplor
sebuah produk fashion...
Itu salah. Orang mengira gue berjilbab karena pas wawancara soal ujian
nasional itu hari Jumat. Ya di hari itu sekolah memang pakai jilbab. Ada
yang memaki gue, dulu pakai jilbab sekarang dibuka.
Padahal gue memang belum berjilbab he-he.
Tapi tampak sekali adanya perubahan gaya hidup Anda dari yang
sebelumnya di Tanjungpinang kemudian pindah ke Jakarta

Orang mengira gue asli Tanjungpinang dan tinggal di sana. Itu juga
salah. Gue ini lahir di Jakarta Selatan. Namun ketika kelas 4 sekolah
dasar, gue, mama dan adik ikut papa, yang merupakan dokter spesialis
mata, ke Tanjungpinang--untuk dinas. Di sana aku hidup selama 6 tahun.
Dan, setelah lulus SMP aku minta kembali ke Jakarta.
Anda lulus SMP dengan meraih nilai tertinggi ketiga se-Provinsi
Kepulauan Riau?
Benar. Itu hasil belajar karena terpengaruh anak-anak di sana yang
memang ambis dapat nilai bagus. Mereka dapat nilai 8 saja sedih, karena
terbiasa dapat 9 atau 10. *ambis = ambisius
Lho bukannya Anda mengaku bahwa nilai bagus itu adalah
hasil nyontek seperti yang diutarakan di Vlog...
Kalau SMP aku benar-benar belajar. Soal nyontek itu adalah ujian nasional
tahun ini, ketika aku SMA. Tapi itu jokes (lelucon) saja.
Kalau lingkungan di Tanjungpinang bagus untuk pendidikan Anda
kenapa minta pindah ke Jakarta?
Di sana (Tanjungpinang) enak juga kok. Tapi aku lebih merasa bebas di
Jakarta. Niatnya pindah juga karena ingin fokus belajar agar dapat
Fakultas Kedokteran UI (Universitas Indonesia). Kebetulan keluarga besar
aku rata-rata dokter. Dan aku sempat berpikir ingin jadi spesialis bedah
saraf.
Lalu kenapa tidak jadi. Apakah alasannya seperti yang Anda bilang di
Vlog, yaitu tidak ada waktu belajar karena pacaran dengan Gaga...
Di Jakarta itu aku sambil mencari jati diri. Ternyata aku
menemukan passion aku bukan di kedokteran. Buat apa uang banyak tapi
berkarya di bidang yang tidak aku suka.
Ketika aku melakukan yang aku suka, seperti foto, fashion, eksplorasi
tempat dan bergaul, aku ternyata bisa lebih kreatif. Dari hobi-hobi itu juga
aku bisa menghasilkan uang dari Instagram yang cukup banyak.
Benarkah penghasilan Anda Rp32 juta per bulan?
Benar. Tapi bukan per bulan. Tapi Rp32 juta per dua hari. Itu rata-rata ya,
dengan jumlah barang sekitar 50an per bulan. Belum dari Youtube yang
sekarang ini sudah mencapai Rp100 juta.

Wow cukup banyak di usia Anda yang terbilang muda. Belajar dari
mana sehingga tumbuh jiwa wirausaha seperti itu...
Aku ini sudah punya online shop sejak kelas 1 SMP dengan
menjual casing (sarung) iPhone. Penghasilannya Rp10 juta per bulan. Aku
menjual murah dari sumber yang murah juga, yaitu dari Kaskus.
Uang jajan dari orangtua bukannya lebih dari cukup, apalagi
keduanya dokter?
Cukup banget. Tapi aku ingin senang-senang dan beli barang mahal tanpa
minta uang ke mereka. Kan tidak enak minta terus walau sebenarnya
mereka kasih juga. Btw aku sudah financially independent sejak umur 16.

Moral itu urusan manusia dan


Tuhannya, bukan dengan para
haters!
Karin Novilda

Selebriti Instagram Karin 'Awkarin' Novilda berpose untuk Beritagar.id


selesai wawancara di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Cibubur,
Jakarta Timur, Jumat siang (29/7/2016). Andreas Yemmy Martiano
/Beritagar.id
Apakah popularitas secara online memiliki dampak pada kehidupan
nyata Anda?
Tidak banyak yang berubah. Tapi memang lebih banyak yang mengenal

aku gitu saat ini. Ada satu momen ibu-ibu dan suaminya yang pejabat
menyapa. Aku kaget karena aku kira yang kenal Awkarin cuma anak muda
dan teman-teman sepergaulan saja he-he.
Anda memiliki beberapa teman dekat yang memiliki Instagram juga
Vlog. Anda merasa bersaing untuk pekerjaan yang serupa?
Saya malah mengajak mereka untuk bisa menghasilkan uang dan tidak
tergantung kepada orangtua. Aku mengajari mereka bagaimana membuat
konsep yang bagus untuk Instagram. Dalam pertemanan aku memang
lebih suka jadi center of attention (pusat perhatian), yang memimpin dan
mengajari. Tidak pernah mau ada di bawah.
Anda tidak mendapatkan center of attention (pusat perhatian) itu
ketika di Tanjungpinang?
Sama saja. Satu sekolah sudah pasti tahu nama dan sosok aku sebagai
panutan, bahkan dari sekolah lain. Di Tanjungpinang aku sering sekali
juara debat, lomba mata pelajaran tingkat SMP, bahkan melukis. Semua
rata-rata kenal aku.
Kecenderungan besar untuk ditiru pengikut, Anda
dijuluki swagger Indonesia oleh beberapa penulis. Anda dominan,
punya rasa percaya diri dan taste dalam hal fashion. Bagaimana Anda
memandang itu...
Aku rasa sebutan itu (swagger) sudah tidak dipakai lagi ya. Apalagi yang
aku lakukan juga banyak dilakukan cewek lain. Yang fashion-nya bagus,
yang kissing, dan yang mabuk-mabukan--kan bukan cuma aku doang.
Mungkin saja karena aku lagi jadi sorotan maka yang diangkat adalah
kehidupan aku yang dianggap penuh kontroversi.
Anda nyaman dengan kontroversi yang menyertai popularitas Anda?
Nyaman atau tidak itu sudah risiko. Gue yang bikin orang kepo. Kenapa
harus menghindar? Jujur saja banyak media yang mengajak wawancara
tapi enggak semuanya gue terima karena banyak yang hanya mengangkat
sisi negatifnya saja. Aku pilih-pilih.
Orangtua tidak keberatan dengan kontroversi yang Anda buat?
Sempat terjadi perdebatan dengan mereka. Apalagi aku tidak jadi masuk
fakultas kedokteran dan memilih jurusan manajemen di Bina Nusantara.
Tapi aku jelaskan mereka dengan terbuka. Mau lulusan apapun, baik itu

jurusan dokter, ekonomi atau akuntansi, belum tentu masa depannya akan
sesuai. Sementara aku saat ini sudah bisa menghasilkan uang dari
kegiatan kreatif aku, meski banyak hura-hura juga.
Prinsip aku bukan bekerjalah seolah-olah kamu akan hidup selamanya,
dan beribadahlah seakan-akan kamu akan mati besok. Tapi selama hari ini
masih bisa bersenang-senang, kenapa enggak? Kita tidak tahu akan hidup
sampai kapan.
Bagaimana reaksi orangtua ketika melihat Anda punya tato?
He-he. Tato itu dibuat tiga bulan lalu dan mereka sempat tidak tahu.
Mereka itu terlalu mengekang. Pulang jam 7 malam saja aku ditanyain.
Saat pergi sendiri aku masih harus ditemani oleh mama, padahal dia sibuk,
sehingga aku tidak pernah keluar. Aku fight backdan bilang ingin
berkembang dengan belajar dari kesalahan-kesalahan yang aku dapat.
Apa makna tato mawar merah hitam dan segitiga di lengan kanan
Anda itu?
Intinya jangan lihat orang dari luarnya saja. Luar bisa hitam, tapi dalam
bisa berbeda lagi warnanya. Begitu saja sih. Rencananya mau menambah
tato di tangan sebelah kiri. Karena angle foto aku lebih bagus dari kiri.
Biasanya berapa uang yang Anda habiskan untuk perawatan diri
dalam sebulan...
Enggak pernah menghitung. Tapi belasan juta mungkin ada. Ya aku
menghasilkan uang sendiri, sehingga tidak beban juga memakainya,
termasuk bayarin bensin dan makan ketika jalan sama pacar. Salah besar
kalau aku selalu dibayari cowok. Terbalik, aku yang lebih banyak bayarin.
Ada tawaran dari dunia hiburan ketika Anda menjelma menjadi
selebriti seperti saat ini. Misalnya main film atau sinetron?
Aku tidak mau main sinetron atau film. Karena aku tidak suka terikat
kontrak. Aku masih ingin berkreasi lewat cara aku sendiri.
Bagaimana jika tawaran itu berasal dari sutradara ternama, seperti
Riri Riza?
Mau jika filmnya adalah The Walking Dead. Itu film keren banget. Plotnya
seru dan susah ditebak.

Cita-cita terbesar Anda?


Aku ingin menjadi 10 orang paling berpengaruh di dunia.
Di media sosial, sedang trending pembicaraan tentang vlogger bernama Karin Novilda, gadis
19 tahun yang baru lulus SMU. Tak sulit untuk mengungkap seperti apa kehidupan Karin. Cukup
dengan membuka akun media sosialnya, @awkarin, kita akan tahu gaya hidup Karin dan temantemannya itu.
Awkarin adalah selebgram, seleb Ask (Askfm), dan vlogger dengan subscriber mencapai
hampir 150 ribu. Vlognya yang terbaru, Gagas Birthday Party & My Confession, bahkan sudah
ditonton lebih dari 1,4 juta kali, sejak diunggah seminggu lalu (18 Juli).
Kenapa sih, Karin diomongin banget? Sekilas Karin adalah remaja biasa saja. Bedanya, ia
dianggap cool oleh anak-anak seumurannya karena ia punya banyak teman, pacar ganteng dan
kaya (oops, tapi katanya sudah putus), sudah bisa cari uang sendiri sejak usia 16 tahun. Selain
itu, ia punya kehidupan yang bebas. Hal ini terlihat dengan gayanya yang tak sungkan
memperlihatkan diri sedang merokok, minum alkohol, bertato, dan gemar berpesta di media
sosial.
Kalau meminjam istilah grup rapper Young Lex, fenomena Awkarin adalah fenomena 'generasi
swag' yang merebak sekarang. Apa pula itu swag? Secara etimologis, swag berarti barang
curian. Akan tetapi, swag dalam istilah gaul diartikan sebagai keren.
Kata swag ini beberapa tahun lalu kerap muncul dalam lirik lagu-lagu Justin Bieber. Arti swag
menurut Justin, kira-kira begini, Swag adalah tentang menjadi diri sendiri. Kita tidak perlu terlalu
berusaha untuk menjadi spesial, just be yourself. Swag lalu seolah menjadi mantra baru di
kalangan para abege.
Swagger juga berarti sosok yang menjadi dominan atau elite karena kelebihan yang
dimilikinya. Seseorang menjadi swagger karena ia keren, punya rasa percaya diri yang tinggi,
punya taste dalam hal fashion dan style, serta punya karisma yang membuatnya menjadi daya
tarik dan punya pengikut.
Sosok seperti Kendall Jenner disebut-sebut sebagai swagger. Ia muncul di pagelaran
adibusana Chanel, bolak balik muncul menjadi sampul dan halaman mode majalah Vogue,
mendapatkan kontrak jutaan dolar dengan produk kosmetik Este Lauder dan punya bisnis
clothing line. Kendall, misalnya, punya lebih dari 62 juta follower di Instagramnya. Bahkan para
model lain yang sudah bekerja jauh lebih keras dan lebih lama, tak bisa menyamai
kesuksesannya. Begitu juga seperti sosok seperti Gigi Hadid dan Hailey Baldwin yang juga bisa
disebut sebagai Swagger. Orang-orang dominan seperti mereka ini menarik banyak follower di
media sosial mereka.

Sungguh, bukan Karin yang perlu kita cemaskan. Dia baik-baik saja (ya walaupun katanya sedih
karena habis putus) dan karena ia gagal masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

yang ia impikan, hanya karena tidak punya waktu belajar demi bisa menemani pacar.
Kalau ditengok di Snapchatnya, dia gembira aja, tuh. Tetap bersenang-senang dengan temantemannya, karaokean. Danpenghasilannya naik terus! Semakin sering media
memberitakannya, semakin kita omongin dramanya, semakin naik traffic Youtube-nya, maka
semakin tinggi pula pendapatannya. Per hari ini saja, ia bisa mendapat pemasukan 1.200 dolar
dari Youtube per bulan.
Para fans yang notabene anak-anak dan remaja- yang mengidolakannya, itulah yang lebih perlu
kita khawatirkan.
1/ Gaya pacaran yang dianggap relationship goals. Di Instagram dan Youtube, ia rajin
mengumbar foto pacarannya. Di kamera, mereka adalah pasangan yang fotogenik. Itulah
kenapa, di Askfm, tak sedikit para remaja yang mengaku relationship goals mereka adalah
seperti Awkarin dan Gaga, yang mudah terlihat menarik di permukaan. Punya pacar yang
ganteng dan kaya (karena Gaga mobilnya gonta-ganti di setiap vlognya Karin). Itu sudah cukup.

2/ Pornografi terselubung. Sebagai orang tua, segala upaya sudah dilakukan untuk
membentengi anak dari konten pornografi di internet. Di antaranya, dengan memasang aplikasi
Parental Control ataupun Safe Search, tapi kita lupa bahwa ada peer influencer di media sosial
yang maha hebat. Jika melihat di kolom komentar di vlog yang diunggah Awkarin, terlihat sekali
akun-akun yang komen di situ wajah-wajahnya masih begitu belia. Begitu juga di Askfm Karin.
Padahal, kalau melihat video yang diunggahnya, kurang pantas untuk ditonton anak di bawah 17
tahun. Karin dengan entengnya mengumbar kemesraan. Adegan ciuman yang lama, pelukpelukan, mengenakan busana seksi, dan sumpah serapah di mana-mana. Adegan-adegan yang
sudah pasti akan kena sensor jika tayang di televisi. Anehnya, gaya bicara kasar Karin ini malah
dipuji-puji oleh fansnya, atau setidaknya disukai. (Baca: 5 Aturan Bermesraan di Media Sosial).

Youtube/ @awkarin

Askfm/@Awkarin
3/ Kaya dan terkenal dengan cara instan menjadi tujuan. Untuk sukses itu tak perlu belajar
dan kerja keras (Di Snapchatnya, Karin tak pernah belajar). Senang-senang, main, sibuk
pacaran, dapat uang banyak, jadi idola pula. Remaja mana yang tidak iri dengan hidup seperti
ini. Sementara anak-anak seusia Karin (dan usia sekolah di bawahnya) mendapat tekanan dan
tuntutan untuk belajar dan les ini itu.

Tak heran, di usia semuda itu, banyak remaja sekarang sudah berpikir keras, bagaimana
caranya menjaring followersebanyak-banyaknya dan bisa melejit menjadi selebgram, seleb Ask,
atau seleb Snapchat.
Menjadi Youtuber atau vlogger menjadi profesi yang dianggap hot bagi remaja sekarang. Ini yang
perlu menjadi Pe Er para orang tua. Bahwa kanal media sosial seperti Youtube memberi ruang
luas untuk siapa saja berekspresi. Tapi tidak berarti tanpa batas.
4/ Bukan akademik atau kemandirian finansial yang seharusnya dijadikan kebanggaan
bagi para orang tua, tapi anak yang penyayang, mandiri dan penuh tanggung jawab, karakter
yang patut dibanggakan. Jangan cepat bangga kalau anak sudah pintar cari duit dan menghidupi
dirinya sendiri.
5/ You Play Drama You Get Karma
Ini adalah quote dari Karin sendiri. Dalam video Gagas Birthday Party & My Confession, Karin
mengeluhkan pada komen-komen yang menyerangnya dan menyebutnya perusak moral bangsa.
Komen-komen dan hujatan itu membuatnya sakit hati. Di mana hati kalian? tulisnya di Youtubenya. Belum lagi, di Instagram, ada puluhan akun-akun pembenci Karin mengumbar aib-aib Karin,
mulai dari screenshot chat pribadi, sampai foto-foto jadul Karin yang masih berbeda.
Karin heboh membongkar identitas asli admin-admin akun haters tersebut, yang ternyata adalah
teman-temannya sendiri yang ia kenal baik. Terlepas dari musibah yang dialami Karin, di dunia
maya ataupun di dunia nyata, hukum karma itu ada. Jika kita menunjukkan sikap atau tindakan
yang mengundang kontroversi, memperlakukan teman sesuka hati, kelak kita akan menuai
karma akibat perilaku-perilaku kita sendiri.
6/ Over sharing di media sosial adalah bumerang. Dari bangun tidur, sampai mau tidur lagi,
hidup Karin ibarat realityshow yang bisa kita tonton setiap saat, baik di Snapchat, Instagram,
maupun vlognya. Kita harus sadar, apa pun yang ada di online, akan permanen berada di situ,
selamanya tidak akan hilang. Belum lagi, kita harus siap jika dihujat oleh publik atas posting-an
kita.
Ajari anak kita kesadaran menjaga privasi di media sosial. Mana hal-hal yang perlu diunggah,
dan mana yang tidak. Sebab, efeknya bukan hanya cyber bullying yang siap menerkam, tapi juga
masa depan yang dipertaruhkan.
7/ Krisis idola di kalangan remaja. Tak sedikit remaja belia yang berprestasi. Namun, sering
kali nama mereka luput dari viral media sosial, sebab bukan ketenaran yang menjadi tujuan
mereka.
Seperti yang terungkap dalam lirik lagu berjudul Ganteng-ganteng Swag dari Young Lex yang
sedang hits ini.
Reza arap oktovian Gamers ganteng idaman// Fuck pencitraan// Nakal tapi tampan// Di Youtube
gue ngomongnya anjing bangsat// Tapi di Instagram semua cewe cewe mendekat// Sok suci?//

Hahaha gue bukan ustad// Gak punya sayap, tapi mirip malaikat// Dulu sahabat sekarang jadi
bangsat Youppp...// Youtube youtube youtube lebih dari TV (boom) Youtube youtube youtube
lebih dari TV (boom).
Itulah generasi swag. Mereka punya definisi sendiri, apa yang dianggap keren. (f)

You might also like