Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
pada
kejadian
trauma
diluar
rumah
sakit,
serta
merupakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan
yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot.
Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus.
Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan
iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis
eksternus mengangkat iga-iga.(3)
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir
menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi.(3)
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5
m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan
parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir
pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen
diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi
berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam
ruangan saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida
antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan
karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian
dikeluarkan ke atmosfir.(3)
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen
di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari
total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa
paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi.(3)
B. Definisi
Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara pada
rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal. Pada keadaan
normal rongga pleura di penuhi oleh paru-paru yang mengembang pada saat
inspirasi. Hal ini disebabkan karena adanya tegangan permukaaan (tekanan
negatif) antara kedua permukaan pleura. Adanya udara pada rongga potensial
di antara pleura visceral dan pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak
sesuai dengan jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura tersebut,
semakin banyak udara yang masuk ke dalam rongga pleura akan
menyebabkan paru-paru menjadi kolaps karena terdesak akibat udara yang
masuk meningkatkan tekanan pada intrapleura.(2,4)
Gambar 2. Pneumothorax
spontan
primer
(PSP)
adalah
suatu
spontan
sekunder
merupakan
suatu
penyebab
dasar
terjadinya
pneumotoraks
tipe
ini.
2) Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks trauma adalah pneumotoraks yang disebabkan oleh
trauma yang secara langsung mengenai dinding dada, bisa disebabkan
oleh benda tajam seperti pisau atau pedang, dan juga bisa disebabkan
oleh benda tumpul. Mekanisme terjadinya pneumotoraks pada trauma
tumpul yaitu akibat terjadinya peningkatan tekanan pada alveolar secara
mendadak, sehingga menyebabkan alveolar menjadi ruptur akibat
kompresi yang ditimbulkan oleh trauma tumpul tersebut. Pecahnya
alveolar akan menyebabkan udara menumpuk pada pleura visceral.
Menumpuknya udara terus menerus akan menyebabkan pleura visceral
ruptur atau robek sehingga menimbulkan pneumotorak. Mekanisme
terjadinya pneumotoraks pada trauma tajam disebabkan oleh penetrasi
benda tajam tersebut pada dinding dada dan merobek pleura parietal dan
udara masuk melalui luka tersebut ke dalam rongga pleura sehingga
terjadi pneumotoraks.(2,4)
D. Diagnosis
Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada
seperti ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batukbatuk. Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau
bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari
derajat penguncupan paru dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak.
Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan
menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba
seperti ditusuk-tusuk ditempat pada sisi paru yang terkena. Rasa sakit
bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsurangsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari. Batuk-batuk biasanya
merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru lain.
Biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan-keluhan
tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendiri-sendiri, bahkan ada
penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada
penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama
makin hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat mengalami syok
karena gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah
di mediastinum.(6)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks.
Pada rontgen foto toraks proyeksi PA akan terlihat garis penguncupan paru
yang halus seperti rambut. Apabila pneumotoraks disertai dengan adanya
cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran garis datar yang
merupakan batas udara. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan
ekspirasi maksimal.(6)
E. Penatalaksanaan
Tujuan
dari
penatalaksanaan
pneumothoraks
yaitu
untuk
telah
memberikan
rekomendasi
untuk
penanganan
ini
yang
dilakukan
luasnya
>
seawal
mungkin
15%.
Tindakan
pada
ini
pasien
bertujuan
10
11
kulit. Pleura parietalis ditembus dengan jarum pungsi yang pakai trokar
dan mandrin. Setelah tertembus, mandrin dicabut akan terasa keluar
udara. Kemudian mandrin diganti dengan kateter yang terlebih dahulu
telah diberi lobang secukupnya pada ujungnya. Setelah kateter masuk
rongga pleura trokar dicabut dan pangkal kateter disambung dengan
selang yang dihubungkan dengan botol yang berisi air, di mana ujungnya
terbenam 2 cm. Kateter diikat dengan benang yang dijahitkan kepada
kulit sambil menutup luka.(2,7)
12
Torakoskopi
Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke
dalam rongga thorax. Torakoskopi yang dipandu dengan video (Video
Assisted Thoracoscopy Surgery = VAST) memberikan kenyamanan dan
keamanan baik bagi operator maupun pasiennya karena akan diperoleh
lapangan pandang yang lebih luas dan gambar yang lebih bagus.
Tindakan ini sangat efektif dalam penanganan pnuemotoraks spontan
13
Torakotomi
Tindakan pembedahan ini indikasinya hampir sama dengan
torakoskopi. Tindakan ini dilakukan jika dengan torakoskopi gagal atau
bula terdapat di apeks paru, maka tindakan torakotomi ini efektifuntuk
reseksi bula tersebut.(5,8)
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pneumothoraks antara lain :(2,4,8)
1) Infeksi
sekunder.
Dapat
menimbulkan
pleuritis,
empiema,
hidropneumotoraks.
2) Gangguan hemodinamika. Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh
mediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan
mengakibatkan penurunan kardiak "output", sehingga dengan demikian
dapat menimbulkan syok kardiogenik.
3) Emfisema. Dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis.
G. Prognosis
Prognosis pneumotoraks dipengaruhi oleh kecepatan penanganan dan
kelainan yang mendasari timbulnya pneumotoraks. Hampir semua penderita
dapat diselamatkan jika penanganan dapat dilakukan secara dini. Sekitar
separuh kasus pneumotoraks spontan akan mengalami kekambuhan, baik
setelah
sembuh
dari
observasi
maupun
setelah
pemasangan
tube
DAFTAR PUSTAKA
14
1) Ardiansyah,
P.
2011.
Pneumotoraks.
http://emedicine.com/2011/07/pneumotoraks.html
Diperoleh
[Diakses
dari
24
Agustus
2014].
2) Punarbawa, IW., Suarjaya, PP. Identifikasi Awal dan Bantuan Hidup Dasar
pada
Pneumotoraks.
Diperoleh
dari
http://www.ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5340/4089.pdf
[Diakses 24 Agustus 2014].
3) Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC.
4) Syamsuhidajat, Wim De Jong. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. 2. Jakarta :
EGC.
5) Sudoyo, AW. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Ed. 5. Jakarta :
Pusat Penerbitan Imu Penyakit Dalam.
6) Faradilla,
N.
2009.
Hidropneumotoraks.
Diperoleh
dari
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/10/hidropneumothoraks_files_o
f_drsmed.pdf [Diakses 24 Agustus 2014].
7) Saryono. Modul Skill Lab Water Sealed Drainage (WSD). Lab. Ketrampilan
Medik
PPD
Unsoed.
Diperoleh
dari
http://www.xa.yimg.com/kq/groups/13472721/250949649/name/pneu.doc
[Diakses 24 Agustus 2014].
15