You are on page 1of 5

Direktorat Jenderal Pajak - Tax Knowledge Base

Artikel Kring Pajak : PPh Umum

Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan,


Peleburan atau Pemekaran Usaha
I. DASAR HUKUM:
A. PMK-43/PMK.03/2008 (berlaku sejak 13 Maret 2008) tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam
Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha
B. PER-28/PJ./2008 (berlaku sejak 19 Juni 2008) tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Penggunaan Nilai Buku
atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha.

II. SURAT EDARAN TERKAIT


SE-45/PJ/2008 tentang Penyampaian dan Pemonitoran Pelaksanaan PMK-43/PMK.03/2008

III. WP YANG DAPAT MENGGUNAKAN NILAI BUKU ATAS PENGALIHAN HARTA DAN SYARAT AGAR DAPAT MENGGUNAKAN
NILAI BUKU
A. WP yang Dapat Menggunakan Nilai Buku atas pengalihan harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau
Pemekaran Usaha adalah :
1. WP yang melakukan MERGER. (Pasal 1 ayat (1) PMK-43/PMK.03/2008)
Merger meliputi penggabungan usaha atau peleburan usaha. (Pasal 1 ayat (2) PMK-43/PMK.03/2008)
Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih WP Badan yang modalnya
terbagi atas saham dengan cara tetap mempertahankan tetap berdirinya salah satu badan
usaha yang tidak mempunyai sisa kerugian atau mempunyai sisa kerugian lebih kecil. (A+B
=A) (Pasal 1 ayat (3) PMK-43/PMK.03/2008)
Yang dimaksud sisa kerugian adalah sisa kerugian fiskal dan komersial. (Pasal 1
ayat (4) PER-28/PJ./2008)
Pihak yang menerima pengalihan harta dalam rangka penggabungan usaha
adalah WP yang tidak mempunyai sisa kerugian atau yang mempunyai sisa kerugian
yang lebih kecil dibandingkan dengan WP yang mengalihkan harta berdasarkan sisa
kerugian fiskal dan komersial. (Angka 2 SE-45/PJ/2008)
WP yang menerima pengalihan harta = surviving company.
WP yang mengalihkan harta = transferor company.
Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih Wajib Pajak Badan yang
modalnya terbagi atas saham dengan cara mendirikan badan usaha baru. (A+B=C) (Pasal 1
ayat (3) PMK-43/PMK.03/2008)
2. WP yang melakukan PEMEKARAN USAHA
Wajib Pajak yang melakukan pemekaran usaha yang dapat menggunakan nilai buku adalah: (Pasal 1
ayat (5) PMK-43/PMK.03/2008)
a. Wajib Pajak yang belum Go Public yang akan melakukan penawaran umum perdana (Initial
Public Offering); atau
b. Wajib Pajak yang telah Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil pemekaran
melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering).
Pemekaran usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah pemisahan satu Wajib Pajak Badan
yang modalnya terbagi atas saham menjadi dua Wajib Pajak Badan atau lebih dengan cara mendirikan
badan usaha baru dan mengalihkan sebagian harta dan kewajiban kepada badan usaha baru tersebut
yang dilakukan tanpa melakukan likuidasi badan usaha yang lama. (A= A+B) (Pasal 1 ayat (6)
PMK-43/PMK.03/2008)

B. Syarat Agar Dapat Menggunakan Nilai Buku


Wajib Pajak yang melakukan pengalihan harta dalam rangka merger dan pemekaran usaha wajib memenuhi
seluruh persyaratan sebagai berikut: (Pasal 2 PMK-43/PMK.03/2008)
a. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan alasan dan tujuan
melakukan merger dan pemekaran usaha;
untuk tata caranya lihat di resume ini bagian Romawi IV
b. melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang terkait; dan
Pelunasan seluruh utang pajak wajib dipenuhi oleh WP yang mengalihkan harta dan WP yang
menerima harta, termasuk utang pajak dari cabang atau perwakilan yang terdaftar di KPP
lokasi. (Pasal 4 PER-28/PJ./2008)
c. memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test).
Wajib Pajak memenuhi persyaratan business purpose test apabila : (Pasal 5 PER-28/PJ.
/2008)
1. tujuan utama dari merger dan pemekaran usaha adalah menciptakan sinergi usaha
yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak dilakukan untuk
penghindaran pajak;
2. kegiatan usaha WP yang mengalihkan harta masih berlangsung sampai dengan
tanggal efektif merger;
3. kegiatan usaha WP yang mengalihkan harta sebelum merger terjadi wajib dilanjutkan
oleh WP yang menerima pengalihan harta paling singkat 5 (lima) tahun setelah
tanggal efektif merger;
4. kegiatan usaha WP yang menerima harta dalam rangka merger tetap berlangsung
paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif merger;
5. kegiatan usaha WP yang menerima harta dalam rangka pemekaran usaha
wajib berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif pemekaran
usaha; dan
6. harta yang dimiliki oleh WP yang menerima harta setelah terjadinya merger atau
pemekaran usaha tidak dipindahtangankan oleh WP yang menerima harta paling
singkat 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif merger atau pemekaran usaha.
Apabila WP yang menerima harta melakukan penjualan harta yang
sebelumnya dimiliki WP yang mengalihkan harta sebelum melewati jangka
waktu 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif merger atau pemekaran usaha,
WP tersebut wajib menyampaikan pernyataan tertulis bahwa harta tersebut
layak dijual demi meningkatkan efeisiensi perusahaan dan disertai dengan
bukti pendukung. (Pasal 6 ayat (1) PER-28/PJ./2008)
Pernyataan tertulis tersebut disampaikan kepada Kepala Kanwil
DJP tempat WP yang menerima harta terdaftar paling lama 1
(satu)

bulan

setelah

terjadinya

penjualan

harta

dengan

menggunakan bentuk formulir Lampiran V PER-28/PJ./2008


Business purpose test wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak yang melakukan merger dalam bidang
usaha yang sama maupun dalam bidang usaha yang tidak sama serta pemekaran usaha.
(angka 6 SE-45/PJ/2008)
Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun Direktur Jenderal Pajak melalui penelitian atau
pemeriksaan menemukan bukti bahwa merger atau pemekaran usaha tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan/atau Pasal 6 PER-28/PJ./2008, nilai
pengalihan harta dalam rangka merger atau pemekaran usaha berdasarkan nilai buku dihitung
kembali berdasarkan nilai pasar. (Pasal 8 ayat (1) PER-28/PJ./2008)
Kepada WP ini, Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
surat

keputusan

pencabutan

atas

surat

keputusan

persetujuan

dengan

menggunakan bentuk formulir Lampiran VI PER-28/PJ./2008. (Pasal 8 ayat (3)


PER-28/PJ./2008)
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan surat keputusan pencabutan tersebut Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak. (Pasal 8 ayat (4) PER-28/PJ.

/2008)
Catatan : terdapat ketentuan di angka 4 SE-45/PJ/2008 yang menyebutkan, "Laporan Keuangan dari Wajib Pajak
yang mengalihkan harta dan Laporan Keuangan dari Wajib Pajak yang menerima harta khususnya untuk tahun
pajak dilakukannya pengalihan harta harus diaudit oleh akuntan publik"

IV. TATA CARA MENGAJUKAN PERMOHONAN DAN PENERBITAN KEPUTUSAN DJP


A. Tata Cara Pengajuan Permohonan oleh WP yaitu :
1. Permohonan diajukan oleh : (Pasal 3 ayat (1) PER-28/PJ./2008)
a. Wajib Pajak yang menerima harta, dalam hal dilakukan merger; atau
b. Wajib Pajak yang mengalihkan harta, dalam hal dilakukan pemekaran usaha.
2. Permohonan diajukan kepada Kepala Kanwil DJP yang membawahi KPP tempat WP pemohon terdaftar paling
lama 6 (enam) bulan setelah tanggal efektif merger atau pemekaran usaha dilakukan. (Pasal 3 ayat (2)
PER-28/PJ./2008)
3. Permohonan diajukan dengan ketentuan sebagai berikut : (Pasal 3 ayat (3) PER-28/PJ./2008)
a. menggunakan surat permohonan sesuai dengan format Lampiran I PER-28/PJ./2008;
b. melampirkan surat pernyataan yang mengemukakan alasan dan tujuan melakukan merger atau
pemekaran usaha dengan disertai bukti pendukung sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II
PER-28/PJ./2008;
c. melampirkan daftar isian dan surat pernyataan dalam rangka business purpose test sesuai dengan
format Lampiran III PER-28/PJ./2008.
B. Ketentuan Penerbitan Keputusan DJP yaitu :
1. Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan paling lama 1 (satu) bulan
sejak diterimanya permohonan dari WP secara lengkap dengan menggunakan bentuk formulir Lampiran IV
PER-28/PJ./2008. (Pasal 3 ayat (4) PER-28/PJ./2008)
2. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak belum
menerbitkan keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap diterima dan kepadanya diterbitkan surat keputusan
persetujuan. (Pasal 3 ayat (5) PER-28/PJ./2008)

V. KEWAJIBAN BAGI WP YANG MELAKUKAN PEMEKARAN USAHA YANG

TELAH

MENDAPAT

PERSETUJUAN

PENGGUNAAN NILAI BUKU


1. Paling lama 1 (satu) Tahun setelah memperoleh persetujuan Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan pengalihan harta
dengan menggunakan nilai buku, WP yang melakukan pemekaran usaha yang akan menjual sahamnya di bursa efek
harus sudah mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK) dalam rangka penawaran umum perdana (initial public offering) dan pernyataan pendaftaran tersebut telah
menjadi efektif; (Pasal 7 ayat (1) PER-28/PJ./2008)
2. Jangka waktu 1 tahun tersebut dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) tahun, dalam hal keadaan di luar kekuasaan Wajib
Pajak, dengan persetujuan Kepala Kanwil DJP yang berwenang; (Pasal 7 ayat (2) PER-28/PJ./2008)
3. Apabila setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2)
PER-28/PJ./2008 Wajib Pajak belum dapat melaksanakan penawaran umum perdana (initial public offering), jangka waktu
tersebut dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. (Pasal
7 ayat (3) PER-28./PJ/2008)
Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 PER-28/PJ./2008 ini, nilai pengalihan
harta atas pemekaran usaha yang dilakukan berdasarkan nilai buku dihitung kembali berdasarkan nilai pasar. (Pasal 8 ayat
(2) PER-28/PJ./2008)
Kepada WP ini, Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan pencabutan
atas surat keputusan persetujuan dengan menggunakan bentuk formulir Lampiran VI PER-28/PJ./2008. (Pasal 8
ayat (3) PER-28/PJ./2008)
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan surat keputusan pencabutan tersebut Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
surat ketetapan pajak. (Pasal 8 ayat (4) PER-28/PJ./2008)

VI. KETENTUAN TERKAIT KOMPENSASI KERUGIAN BAGI WP YANG MELAKUKAN MERGER DENGAN MENGGUNAKAN NILAI
BUKU
Wajib Pajak yang melakukan Merger dengan menggunakan nilai buku tidak boleh mengkompensasikan kerugian/sisa
kerugian dari WP yang menggabungkan diri/Wajib Pajak yang dilebur. (Pasal 3 PMK-43/PMK.03/2008)

VII. ANGSURAN PPH PASAL 25


1. Apabila Merger atau pemekaran usaha dilakukan dalam tahun pajak berjalan, maka jumlah angsuran PPh Pasal 25 dari
pihak atau pihak-pihak yang menerima pengalihan tidak boleh lebih kecil dari jumlah angsuran yang wajib dibayar oleh
pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan. (Pasal 5 ayat (1) PMK-43/PMK.03/2008)
2. Dalam hal setelah merger Wajib Pajak yang menerima harta mengalami penurunan usaha, Wajib Pajak yang
bersangkutan dapat mengajukan permohonan pengurangan angsuran PPh Pasal 25 sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku. (Angka 13 SE-45/PJ/2008)

VIII. PERLAKUAN PPH YANG TELAH DIBAYAR SEBELUM MERGER ATAU PEMEKARAN USAHA
Pembayaran, pemungutan, dan pemotongan Pajak Penghasilan yang telah dilakukan oleh pihak atau pihak-pihak yang
mengalihkan sebelum dilakukannya Merger atau pemekaran usaha dapat dipindahbukukan menjadi pembayaran,
pemungutan, atau pemotongan Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak yang menerima pengalihan. (Pasal 5 ayat (2)
PMK-43/PMK.03/2008)

IX. PENCATATAN HARTA YANG DIALIHKAN: (Angka 10 SE-45/PJ/2008)


1. Jika pengalihan harta tidak mendapatkan persetujuan Dirjen Pajak untuk menggunakan nilai buku, maka pengalihan
seluruh harta tersebut harus dinilai dengan harga pasar dan atas keuntungan yang diperoleh dikenakan PPh sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
2. Jika pengalihan harta dengan menggunakan nilai buku telah mendapat persetujuan Dirjen Pajak, WP yang menerima
pengalihan harta tersebut harus mencatat nilai perolehannya sesuai nilai buku sebagaimana yang tercantum dalam
pembukuan WP yang mengalihkan harta.
3. Jika WP sebelum merger atau pemekaran usaha telah melakukan penilaian kembali aktiva tetap, nilai buku yang dicatat
adalah nilai buku setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tetap.

X. PENYUSUTAN DAN AMORTISASI HARTA YANG DIALIHKAN: (Angka 11 SE-45/PJ/2008)


1. Penyusutan dan amortisasi atas harta yang dialihkan untuk tahun buku terjadinya pengalihan harta dilakukan secara
prorata (perhitungan bulanan) berdasarkan masa manfaat yang tersisa sebagaimana tercantum dalam pembukuan WP
yang mengalihkan harta.
2. Bagi WP yang mengalihkan harta, penyusutan dan amortisasi atas harta yang dialihkan dihitung secara prorata sampai
dengan bulan dilakukannya pengalihan harta. Dan menggunakan metode penyusutan dan amortisasi yang dianut WP
yang bersangkutan.
3. Bagi WP yang menerima harta, penyusutan dan amortisasi atas harta yang diterima dihitung secara prorata sebanyak sisa
bulan sesudah bulan pengalihan harta. Dan menggunakan metode penyusutan dan amortisasi yang dianut WP yang
bersangkutan.

XI. KOMPENSASI TIMBAL BALIK (Offset) UTANG-PIUTANG: (Angka 12 SE-45/PJ/2008)


Jika antara pihak yang mengalihkan harta dengan pihak yang menerima pengalihan harta terjadi kompensasi timbal-balik
(offset) utang piutang, maka:

1. penghapusan utang bagi pihak debitur (pihak yang berhutang) bukan merupakan penghasilan;
2. penghapusan piutang bagi pihak kreditur (pihak yang memiliki piutang) bukan merupakan biaya.

XII. PENYAMPAIAN SPT MASA/ SPT TAHUNAN DALAM HAL MERGER atau PEMEKARAN DILAKUKAN DALAM TAHUN
BERJALAN: (Angka 14 SE-45/PJ/2008)
1. Kewajiban penyampaian SPT Masa/ Tahunan PPh bagi WP yang mengalihkan harta berakhir sampai dengan masa
pajak/tahun pajak dilakukannya merger;
2. Kewajiban penyampaian SPT Masa/ Tahunan PPh bagi WP baru yang menerima harta dalam rangka peleburan dan
pemekaran usaha, dimulai sejak WP terdaftar di KPP segera setelah pendirian badan usaha baru.

XIII. PEMERIKSAAN PAJAK MENYANGKUT TAHUN-TAHUN SEBELUM MERGER: (Angka 15 SE-45/PJ/2008)


Apabila setelah merger dilakukan pemeriksaan pajak terhadap WP yang mengalihkan harta, menyangkut tahun-tahun
pajak sebelum merger, Surat Ketetapan Pajak hasil pemeriksaan tersebut serta tindakan penagihan dan/atau restitusinya
diterbitkan atas nama dan NPWP WP yang mengalihkan harta q.q nama dan NPWP WP yang menerima harta.

XIV. KETENTUAN TERHADAP PEMEGANG SAHAM: (Angka 16 SE-45/PJ/2008)


Apabila pemegang saham dari WP yang mengalihkan harta tidak setuju dengan rencana pengalihan harta, dan pemegang
saham tersebut memilih untuk menjual sahamnya, maka:
1. atas selisih lebih antara harga perolehan dengan harga jual merupakan penghasilan pemegang saham tersebut
dan terutang PPh sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
2. atas selisih kurang antara harga perolehan dengan harga jual yang diterima pemegang saham tersebut, dapat
dibebankan sebagai biaya, dengan syarat sepanjangan pemegang saham tersebut menyelenggarakan
pembukuan.

XV. MASA TRANSISI (KETENTUAN PERALIHAN) : (Angka 18 SE-45/PJ/2008)


1. Permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka merger atau pemekaran usaha yang diajukan sebelum berlakunya
PMK-43/PMK.03/2008 namun permohonan tersebut masih dalam proses penelitian dan evaluasi setelah berlakunya
PMK-43/PMK.03/2008, dilaksanakan dan diproses sesuai dengan tata cara berdasarkan ketentuan sebelum berlakunya
PMK-43/PMK.03/2008.
2. Permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka merger atau pemekaran usaha yang diajukan setelah berlakunya
PMK-43/PMK.03/2008 namun sebelum berlakunya PER-28/PJ./2008, dilaksanakan sesuai dengan tata cara berdasarkan
ketentuan.

Dicetak 14 January 2017 - 08:17

You might also like