You are on page 1of 26

LAPORANPRAKTIKUM

KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

KELAS: A01

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN WILAYAH PERIKANAN


KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Asisten :
Fyna Aprilia Sitorus

KELAS: A01
KELOMPOK 9:
1. Bayu April Handogo

135080407113003

2. Nana Budi Lestari

135080418113008

3. Ossiwinda Jusriavsha

155080401111038

4. Rendy Harian Ekananda

155080401111055

5. Serly Ayu Leviana P.

155080407111005

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN WILAYAH PERIKANAN
WILAYAH KOTAWARINGIN BARAT
DISUSUN OLEH
KELOMPOK9 :
1. Bayu April Handogo

135080407113003

2. Nana Budi Lestari

135080418113008

3. Ossiwinda Jusriavsha

155080401111038

4. Rendy Harian Ekananda

155080401111055

5. Serly Ayu Leviana P.

155080407111005

Telah diperiksa dan setujui oleh asisten pendamping kelompok pada


tanggal
Mengetahui,

Koordinator Asisten

Asisten Pendaping

Nur Khoiriyah

Fyna Aprilia Sitorus

135080400111052

135080400111089

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Praktikum Perencanaan Wilayah
Perikanan ini dapat terselesaikan. Selanjutnya, sholawat serta salam tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan
yang benar dan terang.
Laporan Praktikum Perencanaan Wilayah Perikanan dengan judul
Wilayah Kotawaringin Barat, disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Praktikum Perencanaan Wilayah Perikanan pada Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.Di dalam tulisan ini disajikan
pokok bahasan mengenai metode LQ (Location Quotient) dan tipologi klassen.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari kesalahan maupun
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan semua orang yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang, 23 November 2016

Kelompok 9

Daftar Isi
Cover 1..............................................................................................................................................i
Cover 2.............................................................................................................................................ii
Lembar Pengesahan....................................................................................................................iii
Kata Pengantar..............................................................................................................................iv
Daftar Isi...........................................................................................................................................v
1.

Pendahuluan...........................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang................................................................................................................1
1.1.
Tujuan...............................................................................................................................2
1.2.
Manfaat............................................................................................................................2

2.

Tinjauan Pustaka...................................................................................................................4
2.1.
Sektor Perikanan............................................................................................................4
2.2.
PDRB................................................................................................................................4
2.3.
LQ (Location Quotient)..................................................................................................5
2.4.
Tipologi Klassen..............................................................................................................6

3. Metodologi..................................................................................................................................8
3.1.
Jenis dan Metode PenentuanData..............................................................................8
3.2.
MetodaAnalisa Data.....................................................................................................10
3.2.1.
LQ (LocationQuotient)........................................................................................10
3.2.2 TipologiKlassen........................................................................................................11
4.

Hasil Dan Pembahasan......................................................................................................13


4.1.
PenentuanLokasi..........................................................................................................13
4.2.
Profil Wilayah................................................................................................................14
4.3.
Subsektor Perikanan dan KomoditasUnggulan diSuatuDaerah...........................16
4.4.
Subsektor Perikanan Unggulan yang Potensial Untuk Dikembangkan di Daerah
Tertentu........................................................................................................................................18

5.

Penutup..................................................................................................................................20
5.1.
Kesimpulan....................................................................................................................20
5.1.
Saran..............................................................................................................................21

DAFTARPUSTAKA.......................................................................................................................22

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang
diupayakan

secara

terus

menerus

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang


dapat dijadikan tolok ukur secara makro ialah pertumbuhan ekonomi yang
dicerminkan dari perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam
suatu wilayah.Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menandakan
semakin baik kegiatan ekonomi di peroleh dari laju pertumbuhan PDRB atas
dasar

harga

konstan.

Pertumbuhan

ekonomi

mengukur

prestasi

dari

perkembangan suatu perekonomian. Pengukuran akan kemajuan sebuah


perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, berupa alat pengukur
pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) atau di
tingkat regional disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu
jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam jangka
waktu satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Pertumbuhan ekonomi
secara klasik dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total
dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh
produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan
dan manajemen yang lebih baik (Yesi, 2013).
Upaya pengelolaan perairan umum, diantaranya adalah melakukan
pengaturan penangkapan, Pencadangan dan penetapan kawasan konservasi,
Optimalisasi

pengawasan

pemanfaatan

sumberdaya,

menekan

usaha

penebangan liar (illegal logging), restocking, menegakkan aspek legal dan


sebagainya. Bila usaha diatas dapat diterapkan secara konsisten oleh semua
pihak maka aspek pemanfaatan dan aspek perlindungan akan seimbang dan
pada gilirannya sumberdaya perikanan akan tetap lestari. Melalui Program
pembangunan Daerah beberapa kegiatan telah dilakukan antara lain Kegiatan
Pembinaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, Pendampingan pada kelompok
Perikanan

Tangkap

dan

Budidaya,

Pembentukan

Kelompok

swakarsa

pengamanan sumberdaya kelautan, namun dirasa Dana yang tersedia masih


belum menyentuh secara keseluruhan kebutuhan masyarakat di bidang kelautan
dan perikanan, terutama dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam

pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya (Dinas Perikanan dan Kelautan,


2014).
Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki luas laut lebih kurang 1.250 km
dengan garis pantai sepanjang 156 km,dengan potensi sumber daya,terutama
sumberdaya perikanan laut yang cukup besar,baik dari segi kuantitas maupun
diversitas. Potensi lestari sumberdaya ikan kabupaten Kotawaringin Barat
diperkirakan sebesar 25.000 ton/tahun untuk perikanan laut dan 10.800 ton/tahun
untuk perikanan umum, dan Jumlah Tangkapan yang diperBolehkan (JTB)
20.160 tom per tahun untuk perikanan laut dan 8.640 per tahun untuk perikanan
umum (80% dari Potensi lestari) baru termanfaatkan sekitar 47,35% dari JTB.
Dari kedua potensi yang ada baru termanfaatkan sebesar 8.889,15 ton pada
tahun 2006 yang terdiri dari perikanan laut sebesar 8.224,61 ton (40,7%) dari
JTB dan 664,54 ton (7,69%) dari JTB. Sedangkan dari sisi diversivitas, dari
sekitar 25.000 jenis ikan yang ada di Indonesia, yang ditemukan diperairan
Kabupaten Kotawaringin Barat kurang lebih 800 jenis ikan. Disamping potensi
penangkapan ikan terdapat potensi pengembangan perikanan disektor budidaya
(a) budidaya laut yang terdiri dari budidaya rumput laut (1000 Ha), budidaya ikan
kakap, kerapu dan juga teripang (b)budidaya air payau seluas 35.200 Ha untuk
tambak (c) budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (sungai, danau, rawa),
kolam air tawar (d) bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri seperti
bahan baku pakan, benih ikan dan juga industri pangan (Dinas Kelautan dan
Perikanan, 2014).
1.1.

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Perencanaan Wilayah Perikanan adalah sebagai

berikut :
1 Mengetahui subsektor perikanan yang memiliki keunggulan kompetitif
2
1.2.

agar dapat dikembangkan di tiap daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.


Mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral
daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
Manfaat
Manfaat dari praktikum perencanaan wilayah perikanan adalah sebagai

berikut :
1. Bagi Pemerintah daerah
Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dan
pembuatan kebijakan bagi pemerintah daerah yang terkait dengan penentuan
sektor basis, kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB dan pola struktur
pertumbuhan sektoral.

2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana informasi dan untuk menambah pengetahuan dalam
bidang perencanaan wilayah perikanan serta sebagai reverensi yang dapat
digunakan untuk penelitian lebih lanjut tentang pengembangan wilayah
perikanan di suatu wilayah.

2. Tinjauan Pustaka

2.1.

Sektor Perikanan

Sektor perikanan adalah salah satu sektor andalan yang dijadikan


pemerintah sebagai salah satu potensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik
dalam skala lokal, regional maupun negara. Sektor ini merupakan sektor yang
selama ini belum dieksploitasi secara maksimal dan seringkali dianggap bagian
dari sektor pertanian, padahal sebagai suatu negara maritime Indonesia memiliki
gugusan ribuan pulau yang lebih dari 70% wilayahnya terdiri dari lautan, belum
lagi potensi akan perairan tawar yang sangat banyak khususnya di beberapa
pulau besar (Ameriyani, 2014).
Sektor perikanan adalah kegiatan usaha yang mencakup penangkapan
ikan dan budidaya ikan, moluska, dan biota lau lainnya baik air tawar, payau,
ataupun laut.Sektor perikanan seharusnya menjadi andalan dalam pembangunan
Indonesia. Tujuan dari pembangunan sektor perikanan adalah membangun sektor
perikanan yang berkeunggulan kompetitif (competitive advantage) berdasarkan
keunggulan

komparatif

(comparative

advantage),

Menggambarkan

sistem

ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan,


dan Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan
memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah.

2.2.

PDRB
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan

pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih


merata.Masalah pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tergantung pada banyak
faktor, salah satunya adalah kebijakan pemerintah itu sendiri.Kebijakan
pemerintah tersebut harus dikenali dan diidentifikasi secara tepat supaya
pertumbuhan ekonomi dapat tercapai di suatu daerah.Pertumbuhan ekonomi
suatun daerah dapat diukur dengan melihat laju pertumbuhan PDRB atas dasar
harga konstan.Salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu daerah atau provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan
oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB ini akan
menjelaskan sejauh mana kemampuan daerah dalam mengelola atau
memanfaatkan sumberdaya yang ada. Selain itu, kondisi perekonomian secara
keseluruhan di setiap daerah juga dapat dilihat dari seberapa besar jumlah
belanja daerah pada daerah bersangkutan.Pengeluaran pemerintah atau belanja
daerah merupakan bentuk rangsangan yang dilakukan oleh pemerintah
terhadap perekonomian daerah. Semakin besar nilai belanja daerah yang

dialokasikan untuk pembangunan, maka akan meningkatkan kesejahteraan


penduduk. Ini berarti kondisi ekonomi di daerah tersebut juga akan meningkat
(Yozi dan Ayunda, 2015).
Dengan adanya PDRB maka dapat digunakan untuk nilai ukur
kemampuan daerah dalam mengelola atau memanfaatkan sumberdaya yang
ada.Kondisi perekonomian di setiap daerah dapat dilihat pula dari seberapa
besar jumlah belanja daerah pada daerah bersangkutan.Perekonomian daerah
seperti pengeluaran pemerintah atau belanja daerah. Semakin banyak
pengalokasian

dana

untuk

pembangunan,

maka

akan

meningkatkan

kesejahteraan penduduk. Dengan peningkatan kesejahteraan yang terjadi maka


akan membuat daerah tersebut semakin meningkat dalam segi kondisi ekonomi.
2.3.

LQ (Location Quotient)
Menurut Pakpahan Lesdin (2010), location quotient (kuosien lokasi) atau

disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor


di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Ada
banyak variabel yang bisa diperbandingkan, tetapi yang umum adalah nilai
tambah (tingkat pendapatan) dan jumlah lapangan kerja.Analisis Location
Quotient (LQ) adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi komoditas
perikanan laut yang memiliki keunggulan komparatif. Yang dimaksud keunggulan
komparatif adalah komoditas tersebut lebih unggul secara relatif dengan
komoditas lain di daerahnya, hasilnya mampu mencukupi kebutuhan daerahnya
sendiri dan sisanya diekspor ke daerah lain. Dalam setiap metode analisi
terdapat kelebihan dan keterbatasan.Demikian juga dengan metode LQ
ini.Metode ini dalam menganalisis komoditas unggulan dapat dilakukan dengan
sederhana, bisa menggunakan perangkat lunak (Microsoft Excel) atau juga
dengan perhitungan manual.Ini terkondisi karena penerapan penentuan karakter
dengan rumus matematika yang sederhana.Keuntungan lainnya dari data historik
(time series) hasilnya bisa digunakan untuk mengetahui trend yang sedang
berlangsung. Keterbatasan metode LQ antara lain diperlukan akurasi data untuk
mendapatkan hasil yang valid.
Metode LQ adalah metode yang membandingkan porsi lapangan
kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah
dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk
sektor yang sama secara nasional. Tujuan metode LQ ini untuk mengidentifikasi

sektor

unggulan(basis)

dalam

suatu

wilayah.

Teknik

analisis location

quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu


daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberi
kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan
sementara yang masih harus dikaji dan ditilik kembali melalui teknik analisis lain
yang dapat menjawab apakah kesimpulan sementara di atas terbukti
kebenarannya.Walaupun teknik ini tidak memberikan kesimpulan akhir, namun
dalam tahap pertama sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan daerah
yang bersangkutan dalam sektor yang diamati.Pada dasarnya teknik ini
menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang
diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas.
2.4.

Tipologi Klassen
Menurut Elysanti et al. (2014), kemajuan dan pertumbuhan ekonomi

setiap wilayah tentunya masing-masing berbeda. Ada wilayah yang mampu


memacu kegiatan ekonominya sehingga dapat tumbuh pesat. Di sisi lain ada
pula wilayah yang tak dapat berbuat banyak sehingga siklus ekonominya stagnan
di satu titik atau bahkan tumbuh negatif. Untuk dapat membandingkan tingkat
kemajuan suatu wilayah dengan wilayah lain dalam suatu lingkup referensi yang
sama, maka dapat digunakan Tipology Klassen sebagai alat analisis. Tipologi
Klassen melakukan pengolompokan wilayah berdasarkan dua karakteristik yang
dimiliki wilayah tersebut yaitu PDRB perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi.
Kelebihan dari Tipologi Klassen adalah pertama yaitu dapat membantu
pengambil keputusan di daerah untukmenetapkan prioritas anggaran daerahnya,
terutama yang berkaitan dengan sisipengeluaran, kedua dapat membuat prioritas
kebijakan daerah berdasarkan keunggulan sektor,

subsektor, usaha, atau

komoditi daerah yang merupakan hasil analisis tipologi Klassen, ketiga dapat
menentukan prioritas kebijakan suatu daerah berdasarkan posisi perekonomian
yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupun daerah yang diacunya,
dan keempat dapat menilai suatu daerah baik dari segi daerah maupun sektoral.
Sedangkan kekurangan dari Tipologi Klassen adalah dalam pembuatan kebijakan
dibutuhkan

waktu

yang

relative

lama

karena

harus

memperhatikan

posisi perekonomian suatu daerah dengan memperhatikan perekonomian daerah


yang diacunya dan harus mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau
komoditi unggulan suatu daerah.

Tipologi Klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor, subsektor,


usaha atau komoditi daerah dengan cara membandingkan pertumbuhan ekonomi
daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah (atau nasional) yang menjadi
acuan dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi
suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi (daerah acuan
atau nasional). Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi
pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk
variabel regional suatu daerah.
.

3. Metodologi

3.1.

Jenis dan Metode PenentuanData

Jenis data terbagi menjadi 2, yaitu : data primer dan data sekunder.
Dalampenelitianini,kamimenggunakan jenis data sekunder.Menurut Prasetyo
(2010), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Data sekunder dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a

Pemahaman Masalah:Data sekunder dapat digunakan sebagai sarana

pendukung untuk memahami masalah yang akan kita teliti.


Penjelasan Masalah: Data sekunder bermanfaat sekali

untuk

memperjelas masalah dan menjadi lebih operasional dalam penelitian


karena didasarkan pada data sekunder yang tersedia, kita dapat
mengetahui
c

komponen-komponen

situasi

lingkungan

yang

mengelilinginya.
Formulasi Alternative-Alternative Penyelesaian Masalah yang Layak:
Sebelum mengambil suatu keputusan, kadang memerlukan beberapa
alternative lain. Data sekunder akan bermanfaat dalam memunculkan
beberapa alternative lain yang mendukung dalam penyelesaian masalah

yang akan diteliti


Solusi Masalah: Data sekunder disamping memberi manfaat dalam
membantu mendefinisikan dan mengembangkan masalah, data sekunder
juga kadang dapat memunculkan solusi permasalahan yang ada.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada.Data sekunder dapat diperoleh dengan lebih
mudah

dan

cepat

karena

sudah

tersedia,

misalnya

di

perpustakaan,

perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat statistik,


dan kantor-kantor pemerintah.Meski data sekunder secara fisik sudah tersedia
dalam

mencari

data

tersebut,

tetapi

tidak

boleh

dilakukan

secara

sembarangan.Namun, harus menggunakan pertimbangan seperti :


1. Jenis data harus sesuai dengan

tujuan penelitian yang sudah

ditentukansebelumnya
2. Datasekunderyangdibutuhkanbukan menekankanpadajumlahtetapi pada
kualitas

dan

kesesuaian,oleh

karenaitu

harusselektifdanhati-

hatidalammemilih danmenggunakandatatersebut
3. Data sekunder biasanya digunakan sebgai pendukung data primer oleh
karena itu kadang-kadang tidak dapat hanya menggunakan data

sekunder sebagai satu-satunya sumber informasi untuk menyelesaikan


masalah penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam praktikum Perencanaan Wilayah
Perikanan adalah data sekunder. Dalam analisis ini, data yang digunakan berasal
dari data perpustakaan BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, yaitu:
Berikut data sekunder yang digunakan pada Praktikum Perencanaan
Wilayah Perikanan analisis Kabupaten Kotawaringin Barat
No.
1.
2.

Jenis data
Total produksi perikanan tangkap 2011-2015.
Total produksi perikanan budidaya 20112015.
Total produksi perikanan umum 2011-2015.
PDRB menurut lapangan usaha atas dasar
harga konstan Kabupaten Kotawaringin
Barat 2014-2015
PDRB menurut lapangan usaha atas dasar
harga konstan Provinsi Kalimantan Tengah
2014-2015

3
4
5.

Sumber data
BPS Kotawaringin Barat
BPS Kotawaringin Barat
BPS Kotawaringin Barat
BPS Kotawaringin Barat
BPS Kotawaringin Barat

Sementara metode penentuan data yang digunakan yaitu time series.


Menurut Perdana (2010), metode time series adalah suatu langkah untuk
mengetahui sebuah nilai diamasa yang akan datang, dimana pengamatan pada
metode time series dilakukan berdasarkan urutan waktu. metode time series
dibangun berdsarkan proses determinasi yang memiliki kemampuan prediksi
yang tinggi, dimana nilai yang akan datang dapat diketahui dengan melihat dari
masa lalu. Hasil prediksi dapat dilihat secara keseluruhan berdasarkan signal
yang kuat pada komponen determinan.
Metode penentuan data yang dilakukan adalah time series.Time series
adalah serangkaian pengamatan terhadap suatu variabel yang diambil dari waktu
ke waktu dan dicatat secara berurutan menurut urutan waktu kejadiannya dengan
interval waktu yang tetap.Time series juga dapat diartikan sebagai serangkaian
data yang didapatkan berdasarkan pengamatan dari suatu kejadian pada urutan
waktu terjadinya.
3.2. MetodaAnalisa Data
Analisis data merupakan penyederhanaan bentuk suatu data agar mudah
dibaca dan diinterpretasikan. Pada penelitian ini menggunakan 2 metoda analisa
data yaitu metode analisis LQ (Location Quotient) dan metode analisa data
tipologi klasen
3.2.1.

LQ (LocationQuotient)

Menurut Hood (1998) dalam Hendayana (2010), LocationQuotient (LQ)


adalah suatuperbandingan

tentang besarnya peranansuatusektor/industri di

suatudaerahterhadapbesarnyaperanan sektor/industri tersebutsecara nasional.


LQ = (Xij / Xj) / (Xij / Xi)
Keterangan:
Xij = produksi komoditas (penangkapan/budidaya) pada wilayah
kecamatan yang diselidiki
Xi = produksi total komoditas (penangkapan/budidaya) pada
wilayah kecamatan yang diselidiki
Xj = produksi total komoditas (penangkapan/budidaya)
Kabupaten X = produksi total perikanan kabupaten
Hasil

perhitungan

LQ

akan

memberikan

hasil

yang

dapat

diinterpretasikan menjadi 3 bagian dengan rentang:


LQ >1 artinya komoditas memiliki keunggulan yang komperatif menjadi
basis atau menjadi sumber pertumbuhan pada wilayah
tersebut. Komoditas yang unggul tidak hanya dapat memenuhi
kebutuhan diwilayah yang bersangkutan tetapi juga dapat
diekspor ke luar wilayah.
LQ =1 artinya komoditas memiliki keunggulan yang komperatif menjadi
basis atau menjadi sumber pertumbuhan pada wilayah
tersebut. Komoditas yang unggul tidak hanya dapat memenuhi
kebutuhan diwilayah yang bersangkutan tetapi juga dapat
diekspor ke luar wilayah.
LQ <1 artinya termasuk komoditas nonbasis, produksi komoditas di
suatu wilayah memerlukan pasokan atau impor dari luar karena
tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
Location Quotient (LQ) adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang
lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.Teknik LQ
merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model
ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang
menjadi pemacu pertumbuhan.LQ mengukur konsentrat relatif atau derajat
spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan.
3.2.2

TipologiKlassen

10

Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan


karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2011:180):
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran
I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu
dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor
tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai
kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi
(sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski >sk.
2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB
(si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi
sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi
sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).
Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski >sk.
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector)
(Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi
(s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih
kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski
<sk.
4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB
(si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai
kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadapPDRB daerah yang menjadi referensi
(sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski <sk.
Tabel 1. Klasifikasi PDRB Menurut Tipologi Klassen

11

Analisis Tipologi Klassen merupakan gabungan atau perpaduan antara


alat analisis hasil bagi lokasi atau Location Quotient (LQ) dengan Model Rasio
Pertumbuhan (MRP).Tipologi Klassen dapat digunakan melalui dua pendekatan,
yaitu sektoral maupun daerah. Data yang biasa digunakan dalam analisis ini
adalah data Pendapatan Domestik Regional Bruto(PDRB).Tipologi Klassen juga
merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional, yaitu alat analisis yang
digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Pada pengertian ini, Tipologi Klassen dilakukan dengan
membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi
daerah yangmenjadi acuan atau nasional dan membandingkan pertumbuhan
PDRB per kapita daerah dengan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan
atau PDB per kapita (secara nasional).

4. Hasil Dan Pembahasan

4.1.

PenentuanLokasi

12

Dalam praktikum ini, lokasi yang kita gunakan adalah di Kabupaten


Kotawaringin Barat. Alasan memilih Kabupaten Kotawaringin Barat dikarenakan
banyak potensi perikanan yang ada pada Kotawaringin Barat. Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat bersama Direktorat Polisi Perairan Kepolisian
Daerah Kalimantan Tengah beberapa waktu lalu telah membuat kesepakatan
bersama mengenai pelaksanaan pelelangan ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Kumai, diharapkan mampu mengoptimalkan pengelolaan kelautan dan
perikanan di Kotawaringin Barat.
Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki luas laut lebih kurang 1.250 km
dengan garis pantai sepanjang 156 km,dengan potensi sumber daya,terutama
sumberdaya perikanan laut yang cukup besar,baik dari segi kuantitas maupun
diversitas. Potensi lestari sumberdaya ikan kabupaten Kotawaringin Barat
diperkirakan sebesar 25.000 ton/tahun untuk perikanan laut dan 10.800 ton/tahun
untuk perikanan umum, dan Jumlah Tangkapan yang diperBolehkan (JTB)
20.160 ton per tahun untuk perikanan laut dan 8.640 per tahun untuk perikanan
umum (80% dari Potensi lestari) baru termanfaatkan sekitar 47,35% dari JTB.
Dari kedua potensi yang ada baru termanfaatkan sebesar 8.889,15 ton pada
tahun 2006 yang terdiri dari perikanan laut sebesar 8.224,61 ton (40,7%) dari
JTB dan 664,54 ton (7,69%) dari JTB. Sedangkan dari sisi diversivitas, dari
sekitar 25.000 jenis ikan yang ada di Indonesia, yang ditemukan diperairan
Kabupaten Kotawaringin Barat kurang lebih 800 jenis ikan.
Disamping potensi penangkapan ikan terdapat potensi pengembangan
perikanan disektor budidaya (a) budidaya laut yang terdiri dari budidaya rumput
laut (1000 Ha), budidaya ikan kakap, kerapu dan juga teripang (b)budidaya air
payau seluas 35.200 Ha untuk tambak (c) budidaya air tawar terdiri dari perairan
umum (sungai, danau, rawa), kolam air tawar (d) bioteknologi kelautan untuk
pengembangan industri seperti bahan baku pakan, benih ikan dan juga industri
pangan.

4.2.

Profil Wilayah
Profil wilayah terdiri dari peta, letak geografis, topografi, iklim, dan

luas wilayah. Berikut merupakan peta Kabupaten Kotawaringin Barat.

13

Gambar.1 Peta Kabupaten Kotawaringin Barat


A. Geografi
Letak geografis Kabupaten Kotawaringin Barat berada di Provinsi
0
Kalimantan Tengah yang terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada 1 19 sampai
0
0
0
dengan 3 36 Lintang Selatan dan 110 25 sampai dengan 112 50 Bujur Timur.
Adapun batas-batas wilayah secara administratif, yaitu sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Seruyan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukamara
Secara administratif, luas Kabupaten Kotawaringin Barat adalah 10.759
2
Km yang terdiri dari 6 (enam) Kecamatan, 94 (Sembilan puluh empat) desa dan
13 (tiga belas) Kelurahan. Kecamatan-Kecamatan tersebut adalah Kecamatan
Arut Selatan (13 Desa dan 7 Kelurahan), Kecamatan Kumai (15 Desa dan 3
Kelurahan), Kecamatan Kotawaringin Lama (15 Desa dan 2 Kelurahan),
Kecamatan Arut Utara (10 Desa dan 1 Kelurahan), Kecamatan Pangkalan Lada
(11 Desa) dan Kecamatan Pangkalan Banteng (17 Desa).
B. Topografi
Topografis wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat digolongkan menjadi
4 bagian terdiridari: Dataran, Daerah dataran berombak, Daerah berombak
berbukit, dan Daerah berbukitbukit yang terdiri dari:
1. Sebelah utara adalah pegunungan dan macam tanah latosol

14

2. Bagian tengah terdiri dari tanah podsolik merah kuning juga tahan
terhadap erosi.
3. Sebelah selatan terdiri dari danau dan rawa alluvial/organosol banyak
mengandung air.
Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat berada pada ketinggian 0500
mdari

permukaan

laut

dan

kemiringan

antara

040%.

Ketinggian

tempat berpengaruh terhadap suhu udara, yaitu setiap naik 100 meter suhu akan
turun ratarata 0,06 derajat Celsius. Hal tersebut akan menyebabkan semakin
tinggi suatu

tempat,

maka

suhu

semakin

rendah.

Dengan

demikian

ketinggian merupakan faktor yang perlu diperhatikan karena berpengaruh


terhadap tumbuhtumbuhan.
C. Iklim
Kabupaten Kotawaringin Barat terletak pada daerah beriklim panas dan
lembab.Hal ini disebabkan karena secara geografis, masih terletak di sekitar
khatulistiwa dan bercurah hujan tinggi. Kabupaten Kotawaringin Barat terletak
pada daerah beriklim panas dan lembab. Hal ini disebabkan karena secara
geografis, masih terletak di sekitar khatulistiwa dan bercurah hujan tinggi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi
Pangkalan Bun Tahun 2011, mengalami musim hujan sepanjang tahun dengan
curah hujan 2.087 mm atau 205 hari hujan (HH). Dengan penyinaran matahari
rata-rata 61,9%. Rata-rata suhu udara sepanjang

tahun 2011 adalah 27,6 oC

yang berkisar antara 21,5oC- 33,6oC. Sedangkan curah hujan sepanjang


tahun2011 berkisar antara 16 mm sampai 487 mm. Dengan kelembaban
udara tercatat relatif tinggi berkisar antara 87% sampai 92% dengan rata-rata
selama tahun 2011 adalah 89,2 %.
D. Luas Wilayah
Luas Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat tercatat 10.759 Km2 atau
sekitar 6,2% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah

4.3.

Subsektor

Perikanan

dan

KomoditasUnggulan diSuatuDaerah
Berdasarkan perhitungan LQ di Kabupaten Kotawaringin Barat jumlah
kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat diperoleh penjabaran nilai LQ
berdasarkan subsector yaitu sebagai berikut:
15

Tabel 2. Data LQ Perikanan Tangkap


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kecamatan
Kotawaringin Lama
Arut Selatan
Kumai
Pangkalan Banteng
Pangkalan Lada
Arut Utara

Nilai LQ
1
0
1
1
0
1

Tabel 3. Data LQ Perikanan Umum


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kecamatan
Kotawaringin Lama
Arut Selatan
Kumai
Pangkalan Banteng
Pangkalan Lada
Arut Utara

Nilai LQ
29.02
29.82
7.24
0.06
40.40
24.44

Tabel 4. Data LQ Perikanan Budidaya


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kecamatan
Kotawaringin Lama
Arut Selatan
Kumai
Pangkalan Banteng
Pangkalan Lada
Arut Utara

Nilai LQ
13
39
3
0
57
11

Interpretasi dari table diatas sebagai berikut:


1. Dari data BPS tahun 2012-2016 di Kabupaten Kotawringin Barat
didapatkan hasil nilai LQ perikanan tangkap tertinggi di Kecamatan
Pangkalan Banteng yaitu sebesar 1. Dengan nilai LQ=1, maka kecamatan
tersebut dapat memenuhi kebutuhan derahnya dan pada Kecamatan
Pangkalan Banteng memiliki pangsa aktivitas perikanan tangkap setara
dengan pangsa total Kabupaten Kotawaringin Barat.
2. Dari
data BPS tahun 2012-2016 di Kabupaten Kotawingin Barat
didapatkan hasil nilai LQ perikanan umum tertinggi di Kecamatan
Pangkalan Lada yaitu sebesar 40,40. Dengan nilai LQ>1, maka dapat
memenuhi kebutuhan pada daerahnya dan terjadi pemusatan aktivitas di
Kecamatan

Pangkalan

Lada

surplus

produksi

pada

Kecamatan

Pangkalan Lada dan komoditas tersebut merupakan sektor basis


Kecamatan Pangkalan Lada.

16

3. Dari data BPS tahun 2012-2016 di Kabupaten Kotawaringin Barat


didapatkan hasil nilai LQ perikaan budidaya di Kecamatan Pangkalan
Lada yaitu sebesar 57. Dengan nilai LQ>1, maka kecamatan tersebut
dapat memenuhi kebutuhan daerahnya dan pada Kecamatan Pangkalan
Lada memiliki pangsa aktivitas perikanan budidaya setara dengan pangsa
total di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Gambar 2. Peta Potensial Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat


Keterangan :
Potensial dalam bidang perikanan tangkap
Potensi dalam bidang perikanan Umum
Potensi dalam bidang perikanan budidaya
4.4.

Subsektor Perikanan Unggulan yang Potensial

Untuk Dikembangkan di Daerah Tertentu


Didapatkan hasil dari Tipologi Klassen di Kabupaten Kotawaringin Barat
sebagai berikut:
Tabel 5. Perhitungan Tipologi Klassen Kotawaringin Barat, Kalimantan
Tengah.
No

1
2

Kecamatan

Kotawaringin Lama
Arut Selatan

Daerah Analisis Kota


Rata-Rata
Pertumbuha
Rata-Rata
n
Kontribusi
(%)
(Rp)
8556%
169605.2
5050%
169605.2

17

Daerah Acuan Provinsi


Rata-Rata
Pertumbuhan
(%)
27290.32%
27290.32%

Rata-Rata
Kontribusi
(Rp)
1613.125
1613.125

Kuadran

2
2

3
4
5
6

Kumai
Pangkalan Banteng
Pangkalan Lada
Arut Utara

-26361%
9996%
7562%
7247%

169605.2
169605.2
169605.2
169605.2

27290.32%
27290.32%
27290.32%
27290.32%

1613.125
1613.125
1613.125
1613.125

Penentuan kategori suatu sektor ke dalam 2 kategori diatas didasarkan


pada laju pertumbuhan kontribusi sektoralnya dan rerata besar kontribusi
sektoralnya terhadap PDRB, seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Matriks Tipologi Klassen
Rerata Kontribusi
Sektoral
Terhadap PDRB

Y sektor Y
Y sektor Y PDRB

PDRB

Rerata Laju
Pertumbuhan Sektoral
r sektor r PDRB

r sektor< r PDRB

Sektor Potensial :
1. Kotawaringin Lama
2. Arut Selatan
3. Kumai
4. Pangkalan Banteng
5 Pangkalan Lada
6. Arut Utara

Keterangan:
Ysektor

= nilai sektor kecamatan

YPDRB

= rata-rata PDRB

rsektor

= laju pertumbuhan sektor kecamatan

rPDRB

= laju pertumbuhan PDRB


Dari analisis dengan menggunakan Tipologi Klassen suatu sektor

dikelompokkan ke dalam 4 kategori yaitu sebagai berikut :


1
2
3
4

Sektor Prima/ unggul jika Ri > Rn dan Ki > Kn


Sektor Potensial jika Ri > Rn dan Ki < Kn
Sektor Berkembang jika Ri < Rn dan Ki > Kn
Sektor Terbelakang jika Ri < Rn dan Ki < Kn
Jadi, pada data tabel diatas dapat dianalisis menggunakan Tipologi

Klassen bahwa Kecamatan Kotawaringin Lama, Arut Selatan, Pangkalan


18

2
2
2
2

Banteng, Kumai, Pangkalan Lada, Arut Utara termasuk dalam kategori 2 yaitu
sektor potensial karena rata-rata pertumbuhan PDRB kota lebih kecil daripada
rata-rata pertumbuhan PDRB provinsi dan rata-rata kontribusi PDRB kota lebih
besar dari rata-rata kontribusi PDRB provinsi.

5. Penutup

5.1.

Kesimpulan
Dalam praktikum Perencanaan Wilayah Perikanan memiliki tujuan

sebagai berikut:
1. Mengetahui subsektor perikanan yang memiliki keunggulan kompetitif
agar dapat dikembangkan di Kotawaringin Barat.
2. Mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral
daerah Kotawaringin Barat.
Jenis metode yang kami gunakan adalah metode analisis data yang terdiri
dari metode LQ (Location Quotient) dan Tipologi Klassen.
Pada perhitungan dengan menggunakan metode LQ (Location Quotient) di
Kabupaten Kotawringin Barat didapatkan hasil nilai LQ perikanan tangkap
tertinggi di Kecamatan Pangkalan Banteng yaitu sebesar 1. Dengan nilai LQ=1,
maka kecamatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan derahnya dan pada

19

Kecamatan Pangkalan Banteng memiliki pangsa aktivitas perikanan tangkap


setara dengan pangsa total Kabupaten Kotawaringin Barat.
Pada perhitungan dengan menggunakan metode LQ (Location Quotient)
di Kabupaten Kotawingin Barat didapatkan hasil nilai LQ perikanan umum
tertinggi di Kecamatan Pangkalan Lada yaitu sebesar 40,40. Dengan nilai LQ>1,
maka dapat memenuhi kebutuhan pada daerahnya dan terjadi pemusatan
aktivitas di Kecamatan Pangkalan Lada surplus produksi pada Kecamatan
Pangkalan Lada dan komoditas tersebut merupakan sektor basis Kecamatan
Pangkalan Lada.
Pada perhitungan dengan menggunakan metode LQ (Location Quotient)
di Kabupaten Kotawaringin Barat didapatkan hasil nilai LQ perikaan budidaya di
Kecamatan Pangkalan Lada yaitu sebesar 57. Dengan nilai LQ>1, maka
kecamatan

tersebut

dapat

memenuhi

kebutuhan

daerahnya

dan

pada

Kecamatan Pangkalan Lada memiliki pangsa aktivitas perikanan budidaya setara


dengan pangsa total di Kabupaten Kotawaringin Barat.
Pada pemetaan menggunakan Tipologi Klassen bahwa Kecamatan
Kotawaringin Lama, Arut Selatan, Kumai, Pangkalan Banteng, Pangkalan Lada,
dan Arut Utara termasuk dalam kategori 2 yaitu sektor prima karena rata-rata
pertumbuhan PDRB kota lebih kecil dari rata-rata pertumbuhan PDRB provinsi
dan rata-rata kontribusi PDRB kota lebih besar dari rata-rata kontribusi PDRB
provinsi.
5.1. Saran
Untuk Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat setelah diketahui potensipotensi dari masing-masing daerah yang didapatkan penerapan perhitungan LQ
(Location Quotient) dan pemetaan dari Tipologi Klassen maka harus ada
tindakan pengembangan.Untuk kecamatan-kecamatan di Kotawaringin Barat
yang potensial maka harus digencarkan pembangunan sarana dan prasarana
pendukungnya.Selain itu, pengelolahan juga harus lebih ditingkatkan.Setelah itu,
dilakukan upaya perencanaan untuk meningkatkan nilai statistik agar kecamatan
yang masih potensial dapat menjadi kecamatan yang prima.Sehingga dapat
meningkatkan perekonomian di Kabupaten Kotawaringin Barat.

20

DAFTARPUSTAKA

Ameriyani, putri.2014. Perencanaan Pengembangan Sub Sektor Perikanan


LautDi Lima Kecamatan Di Kabupaten Rembang.Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia.EDAJ 3 (1).
Dinas Kelautan dan Perikanan.2013.Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RENJA SKPD) Dinas Kelautan dan Perikanan Kotawaringin Barat.
Elysanti, Selvia., Teguh Hadi P., Herman Cahyo D. 2015. Analisis Tipologi dan
Sektor Potensial Dalam Pengembangan EkonomiWilayah Kecamatan di
Kabupaten Jember.Jurusan IESP, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember
(UNEJ). Artikel Ilmiah Mahasiswa
Hendayana, R. 2010. Aplikasi Metode Location Quotient (Lq) Dalam Penentuan
Komoditas Unggulan Nasional.Peneliti Muda Balai Pengkajian Dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor.Jurnal informatika pertanian.
Vol. 12
Pakpahan Lesdin, 2010. Skripsi Perencanaan Peningkatan pendapatan Daerah
Melalui Komoditi Unggulan Studi Kasus Kabupaten Toba Samosir. UHN.
Medan.
Perdana, A.S.2010. Perbandingan Metode Time Series Regression Dan Arimax
Pada Pemodelan Data Penjualan Pakaian Di Boyolali. Jurusan Statistika.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologo
Sepuluh Nopember. Surabaya.
Prasetyo, B dan L. Miftahul Jannah.2010.Metode Penelitian Kuantitaif Teori
danAplikasi. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Sjafrizal.2011. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia BagianBarat.PRISMA .
Yesi, Hendiani Supartoyo. 2013. The Economic Growth And The Regional
Characteristics: The Case Of Indonesia. Bogor : Institur Pertanian Bogor.
Yozi, Aulia Rahmad dan Ayunda Lintang Chamelia. 2015. Journal Economic and
Policy 8(1). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDRB Kabupaten/ Kota
Jawa Tengah Tahun 2008-2012.Semarang : Universitas Negeri Semarang.

22

You might also like