Professional Documents
Culture Documents
Ambliopia ODS
Kalazion OS
Oleh:
Syafitri Yuli Istiarini
H1A 011 066
BAB I
PENDAHULUAN
Pengalaman visual abnormal berkepanjangan yang dialami oleh seorang anak berusia
kurang dari 7 tahun dapat menyebabkan ambliopia. Ambliopia adalah suatu keadaan mata
dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya
walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam
penglihatan unilateral atau bilateral yang disebabkan karena kehilangan pengenalan bentuk,
interaksi binocular abnormal atau keduanya dimana tidak ditemukan kausa organik pada
pemeriksaan fisik mata.dan pada kasus yang keadaannya baik, dapat dikembalikan dengan
pengobatan.
Perkembangan anatomik retina dan korteks penglihatan yang normal ditentukan oleh
pengalaman visual pasca lahir. Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh hal apapun,
kongenital atau didapat, selama periode kritis perkembangan akan menghambat penglihatan
normal pada mata yang sakit.
Tiga sebab klinis ambliopia adalah ambliopia akibat deprivasi penglihatan (mis,
katarak, kongenital atau hipoplasia nervus optikus), ambliopia akibat strabismus, dan
ambliopia akibat kelainan refraksi yang tidak setara.
Kalazion adalah radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada kelenjar
meibom. Umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan
berkembang dalam beberapa minggu.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Nama
: An. Angel
Usia
: 6 tahun
Pekerjaan
: Siswa
Agama
: Islam
Alamat
: Sumbawa
Anamnesis
Keluhan utama: pasien mengeluhkan kedua mata kabur saat melihat jauh
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari RS Sumbawa Barat dengan gangguan visus ODS. Pasien
mengeluh pandangannya kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
pandangannya kabur ketika melihat jarak jauh sehingga pasien sering menonton
televisi atau membaca dengan jarak yang dekat. Selain itu ibu pasien mengatakan
kedua mata anaknya sering juling kedalam ketika sedang belajar. Namun dalam
keadaan biasa mata anaknya kembali normal.
Riwayat penyakit dulu
Pasien menyangkal mengalami riwayat trauma pada mata, riwayat hipertensi,
Diabetes, dan asma disangkal.
Riwayat Keluarga
Keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat mata juling pada keluarga juga
disangkal
Riwayat sosial
Pasien merupakan seorang pelajar.
Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan maupun makanan
Pemeriksaan fisik
Kesan umum: baik
Vital sign:
Nadi: 80x/menit
RR: 18x/menit
Temp: 36,5 C
Pemeriksaan daerah kepala: bentuk normal, tidak tampak massa, ataupun tanda-tanda
peradangan.
Status Oftalmologis
Pemeriksaan
Visus Naturalis
- Pinhole
- Cum corectio
Posisi Bola Mata
- Hirschberg
- Cover test
Lapang pandang
OD
6/50
6/30 ph
6/12 cc S- 5.50
OS
6/50
6/30 ph
6/12 cc S- 5.50
Orthoforia
Esoforia
Orthoforia
No movement detected
+
Normal+ke segala+arah
+
Palpebra
Ptosis (-)
Sikatriks (-) benjolan (+)
pada tepi palpebra ukuran
1
mm,
sewarna
kulit,
Konjungtiva tarsalis
inferior
Konjungtiva bulbi
Edema (-)
Hiperemi (-)
Hiperemi (-)
Eksudat (-)
Eksudat (-)
Massa (-)
Massa (-)
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemi (-)
Hiperemi (-)
Eksudat (-)
Eksudat (-)
Massa (-)
Massa (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silliar (-)
Sklera
Massa (-)
Massa (-)
Massa (-)
Massa (-)
Kornea
Rupture (-)
Cembung
Rupture (-)
Cembung
Jernih
Jernih
COA
Sikatrik (-)
Kesan dalam
Sikatrik (-)
Kesan dalam
Iris
Jernih
Corakan coklat
Jernih
Corakan coklat
Permukaan rata
Bulat
Permukaan rata
Bulat
Ukuran 3 mm
Ukuran 3 mm
RCL (+)
RCL (+)
RCTL (+)
Jernih
Normal/palpasi
R.Fundus (+)
RCTL (+)
Jernih
Normal/palpasi
R.Fundus (+)
Pupil
Lensa
TIO
Funduskopi
Identifikasi Masalah
1. Subjektif ODS
Penglihatan jauh kabur
Mata juling kedalam
5
2. Objektif OD
Visus naturalis OD 6/50, VOD 6/30 ph, VOD 6/12 cc S -5.50
Cover test : Esoforia OD
3. Objektif OS
Visus naturalis OD 6/50, VOD 6/30 ph, VOD 6/12 cc S -5.50
Benjolan pada tepi palpebra ukuran 1 mm, bentuk bulat, batas tegas, sewarna
kulit, terfiksir, nyeri tekan (-)
Assesment
Analisa Kasus
Pasien mengeluh pandangannya kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
pandangannya kabur ketika melihat jarak jauh sehingga pasien sering menonton televisi atau
membaca dengan jarak yang dekat. Selain itu ibu pasien mengatakan kedua mata anaknya
sering juling kedalam ketika sedang belajar. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Visus
naturalis ODS 6/50, VODS 6/30 ph, VODS 6/12 cc S -5.50. Gangguan mata kabur dapat
terjadi karena kelainan refraksi atau kelainan media. Kelainan refraksi dapat dinilai dengan
menggunakan pemeriksaan pinhole pada pemeriksaan tajam penglihatan. Jika visus
meningkat dengan menggunakan pinhole, maka dapat dikatakan terdapat kelainan refraksi
pada pasien.
Juling kedalam pada mata pasien dapat terjadi akibat mata berkonvergensi secara
terus menerus. Pasien dengan rabun jauh (myopia) mempunyai pungtum remotum yang dekat
sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi. Bila keadaan ini menetap maka
penderita akan terlihat juling kedalam esotropia. Ambliopia sering ditemukan pada esotropia
dan sering kali berat.
Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai
optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan
refraksinya. Biasanya ambliopia disebabkan oleh kurangnya rangsangan untuk meningkatkan
6
Koreksi kelainan refraksi dengan kaca mata ODS sferis 5.50, jarak antar kedua
pupil 54/55
Sanbe tears eye drops 6 kali sehari
Ringkasan akhir
Pasien wanita usia 6 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan
pandangannya kabur saat melihat jauh sejak 1 tahun yang lalu.
Saat ini, pada pemeriksaan fisik didapatkan Visus naturalis ODS 6/50, VODS 6/30 ph,
VODS 6/12 cc S -5.50. Terdapat esoforia OD, gerak bola mata normal ke segala arah, kornea
dalam batas normal, COA kesan dalam dan jernih, iris corakan coklat, bentuk bulat regular,
pupil bulat dengan diameter 3 mm RCL (+) RCTL (+). Terdapat benjolan pada tepi palpebra
OS ukuran 1 mm, sewarna kulit, bentuk bulat, batas tegas, terfiksir, nyeri tekan (-)
Pasien didiagnosa dengan Ambliopia ODS + Chalazion OS sudah di tatalaksanai
dengan koreksi kelainan refraksi dengan pemberian kaca mata.
Daftar Pustaka
Iljas, S. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Vaughan & Asbury dkk. 2010.Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC;
Yen, K.G. 2016. Amblyopia. American Academy of Ophtalmology. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1214603-overview