You are on page 1of 9

ACARA III

PENILAIAN (Scoring) TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN

A. LANDASAN TEORI
Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pertanian dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi lahan. Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan membandingkan persyaratan penggunaan
lahan dengan kualitas (karakteristik) lahan. Pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan
karakteristik lahan itu sendiri dapat menghambat proses bercocok tanam yang dilakukan dan
pada akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya gagal panen. Kurangnya
pengetahuan dan pemahaman petani akan karakteristik lahan yang akan diolah dan jenis tanaman
pangan yang akan ditanam serta sulitnya memperoleh data yang benar tentang karakteristik
lahan, dapat membuat petani kesulitan dalam menentukan kesesuaian lahannya. Untuk
memperoleh semua pengetahuan yang diperlukan tentunya diperlukan waktu yang cukup lama
dan biaya yang besar. Apabila dana dan waktu merupakan faktor pembatas, maka perlu adanya
keberadaan suatu sistem penunjang pembuatan keputusan yang terkomputerisasi. Kesesuaian
lahan (land suitability) adalah potensi lahan yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk
penggunaan pertanian secara lebih khusus, seperti padi, tanaman palawija, tanaman perkebunan.
Kesesuaian lahan juga dapat diartikan sebagai tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk
penggunaan tertentu (Sevani et al., 2009).
Evaluasi lahan, perlu dilakukannya evaluasi teknis budidaya yang mengacu pada Good
Agricultural Practices. Good Agricultural Practices atau disingkat GAP adalah cara pelaksanaan
budidaya tanaman secara baik, benar dan tepat, yang mencakup mulai dari kegiatan pra tanam
hingga penanganan pasca panen dalam upaya menghasilkan produk yang aman dikonsumsi,
bermutu baik, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berdaya saing. GAP menerapkan prinsip
telusur balik (traceability), yaitu produk dapat ditelusuri asal-usulnya, dari konsumen sampai
lahan usaha.
Standard Operating Procedure, disingkat SOP, merupakan implementasi atau
operasionalisasi dari GAP, adalah acuan pelaksanaan kegiatan proses produksi, yang memuat
keterangan/ instruksi kerja yang meliputi semua proses produksi (pra tanam pasca panen).
Dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pertanian, karena itu kegiatan evaluasi lahan
merupakan bagian yang dipandang amat penting dalam pertanian. Analisis serta evaluasi
kesesuaian lahan serta teknis budidaya yang tepat membantu perbaikan-perbaikan teknis
budidaya guna mendapatkan produk akhir yang maksimal dan optimal

B. TUJUAN
1. Mengetahui budidaya tanaman secara lengkap dengan metode obervasi dan wawancara
petani.
2. Melakukan skoring untuk menentukan tingkat kesesuaian teknik budidaya dari hasil
wawancara dengan SOP teknik budidaya tanaman pada umumnya.

C. BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM


1. Bahan dan alat

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini meliputi SOP teknik budidaya dan
hasil wawancara petani. Peralatan yang akan digunakan untuk survei dan pengamatan antara lain
kendaraan bermotor, alat tulis dan borang pertanyaan.

2. Prosedur Pengambilan Data


a. Data sekunder berupa SOP teknik budidaya yang diperoleh dari internet atau literatur
lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahan data yang ditampilkan.
b. Observasi ke lapangan untuk memilih 1 komoditas yang ada dan melakukan
wawancara terkait teknik budidaya.
c. Data yang diperoleh digunakan untuk skoring. Komponen Skoring meliputi: 1).
Persiapan Bahan Tanam; 2). Pengolahan Lahan; 3). Pemeliharaan meliputi: Jarak
Tanam, Pemupukan, Pengendalian Gulma dan HPT, Irigrasi, dll; 4). Panen dan Pasca
Panen

DAFTAR PUSTAKA

Sevani, N., Marimin, H. Sukoco. 2009. Sistem pakar penentuan kesesuaian lahan berdasarkan
faktor penghambat terbesar (maximum limitation factor) untuk tanaman pangan. Jurnal
Informatika .10,1: 23 31.
LAMPIRAN

Contoh Scoring Tanaman


Tabel 3.1. Skoring teknik budidaya tanaman cabai di lahan Pasir pantai Bugel, Kulon Progo

Petani
No. Skor Kriteria
1 2 3

1 Sumber bahan tanam


4 unggul dan hibrida, bersertifikat v v
3 Unggul/ Hibrida bersertifikat v
2 Lokal
1 benih tidak bersertifikat
2 Persiapan lahan, pembersihan gulma menggunakan
herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropil amina
glifosat dengan dosis 2 - 4 liter per hektar, lahan dibajak
dan digaru dengan traktor
4 pembersihan sesuai prosedur v v
3 tanpa menggunakan herbisida v
2 dengan bantuan hewan
1 tanpa dibersihkan
3 pH tanah 6-7 untuk budidaya tanaman cabai, jika kurang
dari pH netral ditambahakan dolomit dengan dosis 2-4
ton/ha
4 Sesuai Ph v v v
3 pH < 6 dengan penambahan dolomit yang diberikan sesuai
prosedur
2 pH < 6 dengan penambahan dolomit namun tidak sesuai
prosedur
1 pH < 6 tanpa pemberian dolomit
4 Dibuat bedengan dengan ukuran lebar 100 - 110 cm, tinggi
bedengan 40 - 60 cm, jarak antar bedengan 80 cm, panjang
bedengan 10 - 12 m atau disesuaikan lebar parit, dan lebar
parit 50 - 60 cm.
4 dibuat bedengan sesuai prosedur v
3 dibuat bedengan disuaikan dengan lahan yang ada
2 dibuat bedengan tetapi tidak sesuai aturan v v
1 tidak dibuat bedengan
5 Pemberian pupuk kandang yang diperlukan sebanyak 10 -
20 ton/ha atau 0,5 - 1 sak untuk 10 m panjang bedengan.
Luas lahan 1.000 m2 diperlukan pupuk urea 35 kg, SP36
20 kg, KCl 20 kg, dan pupuk kandang 1.500 - 2000 kg.
4 sesuai dengan anjuran v
3 pupuk tidak sesuai takaran v
2 beberapa jenis pupuk v
1 tanpa pemupukan
6 Bedengan juga diberi mulsa plastik hitam atau perak
4 sesuai dengan anjuran v v v
3 Jenis mulsa yang digunakan berbeda
2 penggunaan mulsa hanya sebagian
1 tidak memakai mulsa
7 Jarak tanam 50 x 65 cm pada daerah rendah dan 60 x 70
cm pada daerah tinggi, yang dilakukan secara zigzag atau
sejajar.
4 sesuai dengan anjuran
3 Jarak tanam agak sempit/ lebar
2 Jarak tanam sangat sempit/ lebar v v v
1 tidak ada pengaturan jarak tanam
8 Penyemaian benih dilengkapi dengan sungkup atau
naungan yang dibuat dengan mempertimbangkan arah
sinar matahari
4 ada sungkup dan memperhatikan arah sinar v
3 ada sungkup tanpa memperhatikan arah sinar
2 disemai dilahan ternaungi
1 (tanpa ternaungi v v
9 Media pembibitan dapat dibuat di polibag ukuran 8 x 9 cm
dengan mencampurkan pupuk kompos, sekam bakar, top
soil tanah 1:1:1 ditambah dengan karbofuran sesuai dosis
anjuran
4 sesuai dengan anjuran v
3 menggunakan media pembibitan namun tidak sesuai
dengan dosis
2 tanpa salah satu komponen campuran pupuk untuk v v
pembibitan
1 tidak menggunakan campuran
10 Benih yang digunakan untuk pembibitan yaitu 14.000
batang/ha dan ditambah 10% lebih untuk penyulaman
4 sesuai dengan anjuran
3 (tanpa bibit khusus untuk penyulaman
2 bibit yang digunkanan kurang/ lebih dari anjuran v
1 bibit yang digunakan sangat kurang/ berlebihan dari v v
anjuran
11 Prosedur penyemaian benih yaitu dengan merendam benih
cabai dengan air hangat secukupnya, diamkan minimal 3
jam. Permukaan polybag ditutup dengan kertas koran,
daun rumbia, atau jerami padi hingga 3 hari.
4 sesuai dengan anjuran
3 direndam dengan air biasa
2 direndam air biasa tanpa ditutup kertas koran, daun v
rumbia, atau jerami padi
1 langsung ditanam v v
12 1 Bibit cabai dapat ditanam di bedengan setelah umur 21
24 hari atau tumbuh 4 helai daun sejati
4 sesuai dengan anjuran v v
3 umur tidak sesuai, dengan 4 helai daun v
2 umur tidak sesuai, helai daun tidak sesuai
1 tidak memperhatikan umur dan jumlah daun
13 Pengairan dilakukan dengan irigasi yang efektif dan
efisien dari sisi waktu (pagi dan sore) dan cara (irigasi
tetes, menggunakan pipa yang dibenamkan dalam tanah)
4 sesuai dengan anjuran v v
3 ada irigasi tidak efisien
2 ada irigasi waktu pemberiannya tidak sesuai v
1 tidak ada irigasi
14 Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman umur 7 hst
dengan ajir yang terbuat dari bahan yang kuat.
4 sesuai dengan anjuran v v
3 memasang ajir sesuai umur, terbuat dari bahan yang kuat
2 memasang ajir tidak sesuai umur, terbuat dari bahan yang v
kuat
1 tidak memasang ajir
15 Dilakukan pewiwilan secara rutin
4 sesuai dengan anjuran
3 pewiwilan jarang dilakukan
2 sesekali dilakukan v
1 tidak dilakukan pewiwilan v v
16 Pemupukan dilakukan dengan kocor setiap minggu,
dimulai pada umur 14 hst sampai dengan minimal 8 kali
selama masa pemeliharaan tanaman. Kucuran pupuk
diusahakan tidak terkena tanaman secara langsung.
Pemupukan dilakukan dengan dosis 100 ml per pohon
dengan komposisi 10 kg kompos, ditambah 5 kg NPK 16-
16-16) untuk 2000 tanaman.
4 Pemupukan sesuai SOP v
3 Pemupukan rutin tetapi dosis tidak sesuai v
2 pemupukan tidak rutin dan dosis tidak sesuai v
1 tidak dilakukan pemupukan
17 Penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan garu
atau mencabut gulma secara hati-hati dan rutin dilakukan
4 Penyiangan ilakukan rutin dan efektif (periode kritis v v
gulma)
3 penyiangan rutin tetapi tidak efektif v
2 jarang disiangi
1 tidak ilakukan penyiangan
18 Cara-cara pengendaliannya sesuai dengan strategi
pengelolaan hama terpadu (PHT).
4 Sesuai SOP v
3 Tidak memenuhi salah satu atau lebih kriteria v v
2 langsung menggunakan pestisida
1 OPT tidak dikendalikan
19 Cabai besar dipanen setelah berumur 75 - 85 hst. Tanaman
cabai dapat dipanen setiap 2 - 5 hari sekali. Waktu panen
sebaiknya dilakukan pada pagi hari, pilih cabai yang bebas
dari OPT
4 Sesuai SOP v v
3 Tidak memenuhi salah satu kriteria
2 Tidak memenuhi lebih dari satu kriteri v
1 sama sekali tidak memenuhi semua kriteria

TOTAL SKOR 55 65 45

PRESENTASE 72,3% 85,5% 59,2%


Penentuan kriteria skoring menggunakan pendekatan skala Liker t
Jumlah pilihan :4

Jumlah pertanyaan : 19

Skoring terendah: 1

Skoring tertinggi : 4

Jumlah skor terendah :

Jumlah skor tertinggi :

Range :

Kategori : 2, Baik dan Kurang baik

Interval :

Kriteria penilaian :

Kriteria :

Baik : 62,5%
Kurang baik : < 62,5%

You might also like