You are on page 1of 10

ACARA II

PEMBUATAN DAN STANDARISASI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kata Larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran
homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama
pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan pelarut (solvent).
Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung pada
sifat kedua komponen pembentukan larutan. Apabila fase larutan dan fase
zat-zat pembentukannya sama, zar yang berada dalam jumlah terbanyak
umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya.
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk
memastikan konsenstrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang
ketepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya
secara langsung. Disamping larutan baku primer, dikenal juga larutan
baku sekunder, larutan ini kebekuannya ( kapasitas molaritasnya)
ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum ini adalah :
1. Standarisasi Larutan HCl
2. Penentuan kadar Na2CO3
3. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan larutan asam klorida
(HCl) 0,1 N.
2. Mahasiswa dapat membedakan larutan baku primer dengan larutan
baku sekunder.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menstandarisasi suatu larutan.

B. TinjauanPustaka
Titrasi adalah salah satu teknik yang paling penting dalam kimia
analitik, yang didefinisikan sebagai kegiatan penambahan secara cermat
volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya
diketahui,kepada larutan B yang konsentrasinya tidak diketahui, yang akan
mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi,
yaitu pada titik akhir, ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis,
misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhir dapat dideteksi dalam
campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan suatu zat yang
disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir. Pada titik akhir,
jumlah zat kimia A yang telah ditambahkan secara unik berkaitan dengan
bahan kimia B yang tidak diketahui semula ada, berdasarkan persamaan reaksi
titrasi. Titrasi memungkinkan kimiawan menentukan jumlah zat yang ada
dalam sampel (Oxtoby dkk, 2006).
Jenis metode titimetri didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat
dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka jenis reaksi kimia
yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode
titimetri dapat dibagi menjadi menjadi empat golongan yaitu, asidi-
alkalimetri, oksidimetri, Kompleksometri, dan titrasi pengendapan. Salah satu
metode tersebut adalah asidi-alkalimetri.
Acidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan
larutan baku basa, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran kosentrasi basa
dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut
juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses pengukuran volume
larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan lain dan
diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan
yang lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekuivalen (Putranto , 2010).
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri
( perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi
larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh : K2Cr2O7, As2O3, NaCl, Asam Oksalat, Asam benzoat.
b. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat
karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini
ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya
melalui metode titimetri. Contoh : AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 (Artikel teknik
kimia, 2011).
Ada sedikitnya dua sumber kesalahaan dalam penetuan titik akhir
suatu titrasi dengan menggunakan indikator visual. Satu terjadi apabila
indikator yang digunakan tidak berubah warna pada pH yang sesuai. Ini
merupakan kesalahan tetap dan dapat dibetulkan dengan penentuan sutu
blangko indikator. Ini hanyalah volum asam atau basa yang diperlukan untuk
mengubah pH dari pH pada titik ekivalen ke pH pada saat indikator berubah
warna. Blangko indikator biasanya ditentukan secara eksperimental.
Kesalahan kedua dalam keadaan asam yang sangat lemah (atau basa)
dengan kelandaian kurva titrasi tidak ada yang besar dan dengan demikian
perubahan warna pada titik ekivalen tidak tajam. Bahkan kalau indikator yang
sesuai digunakan, suatu kesalahan tak tetap terjadi dan tercermin dalam
tiadanya ketepatan dalam memutuskan dengan tepat bila perubahan warna
terjadi. Penggunaan solvent bukan air mungkin memperbaiki ketajaman titik
akhir pada keadaan- keadaan demikian (Day dkk, 1981).
Pada titrasi asam dengan basa, indikator (asam lemah) akan bereaksi
dengan basa sebagai penitrasi setelah semua asam dititrasi (bereaksi) dengan
basa sebagai penitrasi. Sebagai contoh indikator asam (lemah), Hind, karena
sebagai asam lemah maka reaksi ionisasinya (Wiryawan, 2011).
Kosentrasi suatu larutan di definisikan sebagai jumlah solute yang ada
dalam sejumlah larutan atau pelarut. Kosentrasi dinyatakan dalam berbagai
cara antara lain : molaritas, molalitas, dan normalitas (Mariati, 2008).
Normalitas (disingkat huruf N) yaitu menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut
dalam 1 liter larutan (Karyadi, 1994).
Pembuatan larutan 0,1 N asam klorida yaitu dengan cara masukan
kedalam botol bersih bersumbat kaca kira-kira 1 liter air suling. Dengan gelas
ukur atau pipet ukur, tambahkan sekitar 8,5 ml asam klorida pekat ke dalam
air. Sumbat botol itu, campur baik-baik dengan mengguncang dan
membalikan botol, dan bubuhkan etiket pada botol.
Larutan asam klorida dapat distandartkan terhadap suatu standart
primer, jika diinginkan demikian. Natrium karbonat merupakan standart yang
baik terutama direkomendasikan jika larutan asam itu digunakan untuk
mentitrasi contoh-contoh karbonat (Underwood dkk, 1992).
Prinsip titrasi asam basa adalah menentukan jumlah asam jika
ditambahkan asam dalam jumlah equivalen atau sebaliknya (Mariati, 2008).
Indikator asam-basa adalah asam lemah, yang asam tak bertanya
(HLn)mempunyai warna yang berbeda [warna (1)] dengan warna
anionnya[warna (2)]. Jika sedikit indicator dimasukkan dalam larutan. Larutan
akan berubah warna menjadi warna (1) atau warna (2), tegantung pada apakah
keseimbangan bergeser kearah bentuk asam atau anion. Arah pergeseran
ketimbangan tergantung pada pH ( Scibd, 2008 ).
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl
dalam air, adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat.
HCl termasuk bahan kimia berbahaya atau B3.
Di dalam tubuh HCl diproduksi dalam perut dan secara alami
membantu menghancurkan bahan makanan yang masuk ke dalam usus.
Dalam skala industri, HCl biasanya diproduksi dengan konsentrasi
38%. Ketika dikirim ke industri pengguna, HCl dikirim dengan konsentrasi
antara 32-34%. Pembatasan konsentrasi HCl ini karena tekanan uapnya yang
sangat tinggi, sehingga menyebabkan kesulitan ketika penyimpanan (Direktori
Artikel Aneka Ilmu Pengetahuan,2009)
Dalam tubuh kita, HCl diproduksi dalam lambung dan secara alami
membantu menghancurkan bahan makanan yang masuk ke dalam usus
(massaidi, 2010).
Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan
asam monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga
merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani
dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion
klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi
menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus mempertahankan
konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida merupakan reagen
pengasam yang sangat baik (Wikipedia, 2012).
Jenis standar untuk HCI dan kegunaannya :
Standar yang berkaitan dengan kegunaan dapat dikategorikan sebagai
terutama berkaitan dengan:
1. penggunaan produk (efektivitas, efisiensi dan kepuasan dalam konteks
tertentu yang digunakan)
2. user interface dan interaksi
3. proses yang digunakan untuk mengembangkan produk
4. kemampuan organisasi untuk menerapkan desain pengguna berpusat
(Bevan, 2002).
Standarisasi pada percobaan ini menggunakan metode titrasi asam basa yaitu
proses penambahan larutan standart dengan larutan sama. Keterkaitan
Praktikum ini dengan pertanian yaitu digunakan senyawa- senyawa kimia
sebagai pemberantas hama yang lebih dikenal dengan pestisida
(Mariati,2008).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Praktikum Acara I Penentuan Massa Rumus Zat dilaksanakan padahari
Senin, 1 Oktober 2012 pada pukul 15.00 17.00 WIB bertempat di
Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat
a. Buret
b. Erlenmeyer
c. Gelas ukur
d. Botol aquadest
e. Timbangan analitik
f. Beker glass
g. Statif
h. Corong kaca
3. Bahan
a. Boraks
b. Larutan HCl
c. Larutan Na2CO3
d. Indikator MO
4. Cara Kerja
1.2 Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax ( Na2B4O7. 10 H2O)

Aquadest

(sampai tanda
garis)

HCl 0,1 N

1.3 Penentuan Kadar Na2CO3


50 ml aquades +
indikator MO

HCl

5. Hasil dan Pembahasan


Tabel1.1 Standarisasi Larutan HCl dengan Boraks

Volume HCl (ml) N HCl warna


Dari titrasi awal proses akhir
32,7 ml 0,7 N Kunin Jingga Merah
g Muda

Sumber : Laporan sementara


Rumus : NHCl = Gram Boraks x Valensi Boraks x 1000
BM Boraks x Volume HCl
Kelompok : N = 0,4045 x 2 x 1000
347 x 32,7 ml
= 0,066 N
Percobaan B: N = 0,4 x 2 x 1000
381,37 x 25
= 0,0839 N
381,37 x 13,5
= 0,1554 N
Rata-rata volume HCl = 35 + 25 + 13,5
3
= 24,5 ml
Perhitungan N
dengan rata-rata = 0,4 x 2 x 1000
Volume 381,37 x 24,5
= 0,0856 N
Perhitungan rata-rata
N larutan HCl = 0,0599 + 0,0839+ 0,1554
3
= 0,0997 N
Tabel 1.3 Penentuan Kadar Na2CO3 dengan Larutan HCl

Volume HCl Kadar Na2CO3 Warna


awal proses akhir
40 ml 14,13% Jingg Kuning Merah
a Muda
sumber : laporan sementara
Gram Na2CO3 = 10 x 0,749
5
= 0, 1498
= 0,15
gram = V HCl x NHCl x BM gram Na2CO3
2

= 40 x 0,66 x 106
2
= 212 gram
%Na2CO3 = (ml HCl x N HCl) x Mr Na2CO3 x 100%
1000 x Valensi x gram Na2CO3
= (40 x 0,66) x 106 x 100%
1000 x 2 x 0,15
= 93,28 %
6. Pembahasan dan Kesimpulan
1. Pembahasan
Prinsip yang digunakan dalam percobaan standarisasi HCl adalah
penetralan asam basa. Dengan larutan dalam buret larutan standar
sekunder adalah larutan yang bersifat asam (HCl) dan larutan standar
primer untuk pembakuan adalah natrium tertra boraks. Dengan mentitrasi
larutan standar sekunder kedalam erlemeyer yang berisi larutan standar
primer sampai terjadi perubahan warna yang mula-mula berwarna kuning
menjadi jingga.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan normalitas dari HCl
sebesar 0,066 N.Dalam titrasi asam basa perlu diperhatikan: Faktor-faktor
yg menentukan kesempurnaan reaksi asam basa, Pemilihan indikator yang
digunakan.
Kemudian setelah didapatkan normalitas pada HCl kita dapat mencari
kosentrasi Na2CO3dengan mengalikan volume HCl dan normalitas HCl
dengan Mr Na2CO3dibagi dengan 1000 dikalikan dengan valensi dan
Na2CO3 kemudian dikalikan 100%.
Kesalahan pada saat penentuan kadar bisa diakibatkan karena kurangnya
ketelitian saat penimbangan, kesalahan pada saat perhitungan konsentrasi,
sedangkan kesalahan pada penentuan kadar HCl bisa dikarenakan larutan
HCl yang digunakan sudah terpengaruh udara sehingga kosentrasinya
dapat berubah, indikator tidak berubah warna pada Ph yang sesuai,
Keterbatasan indra pengelihatan pada saat melihat perubahan warna pada
saat titik akhir titrasi.

Na2B4O7.10H2O + 2 HCl2 NaCl + 4 H3BO3 + 5 H2O


Na2CO3 + 2 HCl 2 NaCl + CO2 +H2O

2. Simpulan
Dari percobaan acara Istandarisasi larutan HCl dan penentuan kadar
Na2CO3dapat ditarik beberapa disimpulkan bahwa:
a. Konsentrasi larutan HCl ditentukan dengan melakukan proses
standarisasi.
b. Sebagai larutan baku sekunder digunakan larutan HCl.

c. Sebagai larutan baku primer digunakan HCl.

d. Hasil titrasi diperoleh N HCl = 0,07N

e. Kadar Na2CO3 yang dihasilkan adalah 93,28 %

f. Sebelum ditirasi larutan Na2CO3 berwarna kuning setelah melakukan


proses titrasi berwarna jingga dan warna akhir yang diperoleh adalah
merah.

g. Faktor yang menyebabkan kesalahan pada saat penentuan kadar bisa


diakibatkan karena kurangnya ketelitian saat penimbangan, kesalahan
pada saat perhitungan konsentrasi, sedangkan kesalahan pada penentuan
kadar HCl bisa dikarenakan larutan HCl yang digunakan sudah
terpengaruh udara sehingga kosentrasinya dapat berubah, indikator tidak
berubah warna pada Ph yang sesuai, Keterbatasan indra pengelihatan pada
saat melihat perubahan warna pada saat titik akhir titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Karyadi, Benny. 1994. Kimia 2. CV. Aneka Ilmu. Semarang. Hal.59

Underwood, A.L dan R.A. Day, Jr. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi
kelima. Erlangga. Hal. 616

Underwood, A.L dan R.A. Day, Jr. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif edisi
keempat.Erlangga. Hal. 111

Oxtoby, David W., dkk. 2006. Kimia Modern edisi keempat. Erlangga. Jilid.1.
Hal.161

Mariati MR. 2008. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya. Jurnal


Dinamika. Vol.6 No.2 Agustus 2008. Hal. 285

Bevan, Nigel. 2002.International Standards for HCI and Usability.


International Journal of Human Computer Studies. Vol.55(4) Hal.533-552

http://anekailmu.blogspot.com/2009/06/mengenal-kegunaan-larutan-asam-
klorida.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida

http://massaidi.blogspot.com/2011/01/fungsi-hcl.html

http://kimiadahsyat.blogspot.com/2010/08/standarisasi-larutan-hcl.html

http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2011/12/larutan-baku-larutan-
standar.html

http://www.scribd.com/doc/16383790/Indikator-Asam-basa

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-asam-
basa/prinsip-titrasi-asam-basa/

You might also like