You are on page 1of 17

ACARA 2

LIPIDA

TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara II Lipida adalah:
1. Mengetahui pengaruh suhu dingin terhadap kenampakan beberapa jenis
minyak.
2. Melakukan uji ketengikan minyak menggunakan metode Kreiss test.
3. Melakukan pengujian angka asam pada minyak.
4. Melakukan dan mengetahui uji aktivitas enzim lipase pada kacang tanah.

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Alat dan Bahan
2. Tinjauan Teori
B. METODOLOGI
1. Alat
a. Centrifugasing
b. Erlenmeyer
c. Gelas beker
d. Hotplate
e. Pipet
f. Saringan
g. Tabung reaksi
h. Timbangan
2. Bahan
a. Air
b. Alkohol 98%
c. Es batu
d. Indikator PP
e. Kacang tanah
f. Larutan enzim
g. Larutan HCl
h. Larutan NaCl 0,1 M
i. Larutan NaOH 0,01 N
j. Lemak sapi
k. Minyak baru
l. Minyak jelantah
m. Minyak kelapa sawit
n. Minyak wijen
o. Minyak zaitun
p. Phloroglucinol 1 %

3. Cara Kerja (flowchart)


a. Pengaruh Suhu Dingin Terhadap Kenampakan Beberapa Jenis Minyak

5 ml Minyak wijen, minyak kelapa sawit,


minyak zaitun, dan lemak sapi

Pengisian kedalam 4 tabung reaksi yang berbeda

Pengamatan warna, bau, dan kenampakannya

Pemasukan tiap tabung kedalam gelas beaker 500 ml yang berisi air dingin dengan suhu <10o C

Pengamatan perubahan warna, bau, dan kenampakannya


b. Pengujian Ketengikan Minyak dengan Metode Kreiss Test

Minyak baru, minyak lama,


Minyak baru+air, dan minyak lama+air

Pemasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml

Penambahan 1 ml HCl dan Penggojogan hingga homogen

Pemasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml sebanyak 5 gram


Penambahan 1 ml Phloroglucinol 1% dan pendiaman selama 10 menit

Penambahan 50 ml alcohol 98%


Penghomogenan dengan cara disentrifuse pada rotasi 1500 rpm

Pendidihan dengan pemanas selama 10 menit


Pengamatan lapisan merah muda yang terjadi jika minyak telah tengik

c. Pengujian Angka Asam Minyak


Penambahan 5 tetes indicator PP dan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga tepat warna merah jam
Minyak baru dan Minyak lama

Penghitungan angka asam yang didapat dan pembandingan antara minyak lama dan minyak baru
d. Uji Aktivitas Lipase Kacang Tanah
i. Penyiapan Enzim Lipase

Kacang tanah

Penghancuran sebanyak 5 gram dan penambahan 100 ml NaCl 0,1 M

Pendiaman selama 30 menit

Penyaringan sehingga diperoleh filtrat (enzim kasar)


Pemasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml sebanyak 8 ml

ii. Uji Aktivitas Enzim pada Substrat

Penambahan 2 ml larutan enzim


Aquades dan Susu

Penutupan dengan aluminium foil dan pendiaman pada suhu ruang selama 10 menit

Penambahan alcohol 98 % sebanyak 40 ml

ambahan 5 tetes indikator PP dan titrasi dengan larutan NaOH 0,01 N hingga terjadi perubahan warna tepat me

Pencatatan ml NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi


iii. Uji Aktivitas Enzim pada Blanko

Blanko

Pemasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml sebanyak 8 ml

Penambahan 2 ml larutan enzim

Penutupan dengan aluminium foil dan pendiaman pada suhu ruang selama 10 menit

Penambahan alcohol 98 % sebanyak 40 ml

Penambahan 5 tetes indikator PP dan titrasi dengan larutan NaOH 0,01 N hingga terjadi perubahan warna tepat

Pencatatan ml NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.1 Kenampakan Beberapa Jenis Minyak Dalam Suhu Dingin
Suhu Ambien (Ruang) Suhu Dingin (<10oC)
Kel. Sampel
Warna Bau Wujud Warna Bau Wujud Sumber
Bau Bau
Minyak Coklat :
Coklat khas Cair khas Padat
wijen kuning
wijen wijen Laporan
Bau Putih Bau
Minyak Kuning sementara
13 khas Cair kekuni khas Cair
kelapa sawit bening
& sawit ngan sawit
14 Bau Bau
Minyak
Kuning khas Cair Kuning khas Cair
zaitun
zaitun zaitun
Putih
Lemak sapi Kuning Amis Cair Amis Padat
susu
Pada Tabel 2.1 merupakan data hasil pengujian kenampakan beberapa jenis minyak
dalam suhu dingin. Sampel minyak yang digunakan adalah minyak wijen, minyak kelapa
sawit, minyak zaitun, dan lemak sapi. Minyak kelapa sawit memiliki kandungan asam
lemak jenuh seperti asam miristat, asam laurat, asam lemak palmitat dan asam lemak
lainnya. Sedangkan lemak sapi didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam
oleat, asam lemak jenuh yaitu asam palmitat dan asam palmitoleat, dan asam lemak yang
lain (Witradharma dkk., 2011). Pada bahan minyak wijen, 85% asam lemak yang
terkandung dalam minyak wijenx adalah asam lemak tak jenuh ganda berupa asam lemak
linoleat (Fatmawati dkk., 2006). Sedangkan menurut Handayani dan Wahyuono (2008),
minyak wijen memiliki kandungan asam lemak total palmitat, linoleat, oleat, dan
stearate. Pada sampel minyak zaitun mengandung sedikit lemak jenuh. Minyak zaitun
mengandung asam linoleat (omega-6) dan asam linolenat (omega-3) asam lemak esensial
(Bulotta et al., 2014).
Terdapat dua macam jenis asam lemak pada suatu bahan yaitu asam lemak jenuh
dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh memiliki karakteristik ikatan atom
karbon pada rantai karbonnya berupa ikatan tunggal bersifat non esensial, dapat disintesis
tubuh, padat pada suhu kamar, dandiperoleh dari sumber makan hewani. Contohnya
adalah asam laurat, asam palmitat, dan asam stearat. Sedangkan asam lemak tak jenuh
memiliki ciri-ciri mengandung ikatan rangkap pada rantai karbonnya, bersifat esensial,
tidak diproduksi tubuh, cair pada suhu kamar, dapan diperoleh dari sumber nabati.
Contohnya asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Asam lemak tak jenuh biasanya
terdapat dalam bentuk cis karena itu molekul akan bengkok pada ikatan rangkap,
walaupun ada ada asam lemak tak jenuh dalam bentuk trans (Winarno, 2004).
Dari hasil percobaan Tabel 2.1, sampel minyak kelapa sawit dari kelompok 13
dan 14 pada suhu ruang berwarna kuning bening, tidak berbau, dan berwujud cair.
Setelah diletakkan pada suhu dingin, perubahan yang terjadi adalah warna putih
kekuningan, tidak berbau, dan wujudnya sama. Sampel lemak sapi pada suhu kamar
berwarna kuning dengan bau yang amis dan beruwujud cair. Setelah diletakkan pada
suhu dingin warna berubah menjadi warna putih susu dengan bau yang amis dan
berwujud padat. Sampel minyak wijen pada suhu kamar berwarna coklat dengan bau
wijen dan wujudnya cair. Setelah perlakuan pada suhu dingin, warna coklat kuning
dengan bau wijen dan perubahan wujud menjadi agak kental. Sedangkan pada sampel
minyak zaitun, pada suhu ruang berwarna kuning jernih, tidak berbau, dan berwujud cair.
Setelah perlakuan suhu dingin, warna tetap kuning jernih, tidak berbau, dan wujud tetap
cair.
Semakin padat wujud minyak dan lemak maka semakin jenuh pula minyak dan
lemak tersebut. Berdasarkan hasil dari percobaan, urutan sampel minyak dari sampel
yang tidak jenuh hingga sampel terjenuh adalah minyak kelapa sawit, minyak zaitun,
minyak wijen, dan lemak sapi. Hal ini sesuai dengan teori Buckle dkk. (2010), yang
menjelaskan bahwa lemak sapi merupakan yang paling jenuh karena setelah perlakuan
suhu dingin wujudnya berubah menjadi padat dan kandungan asam lemak jenuh pada
lemak sapi paling banyak diantara sampel yang lainnya.

Tabel 2.2 Uji Ketengikan Minyak dengan Metode Kreiss Test


Kel Sampel Sebelum Sesudah
13 Minyak Baru 2 lapisan: Bening, Kuning 2 lapisan: bening, putih
& pekat
Minyak 2 lapisan: bening, kuning 2 lapisan: bening, kuning
Jelantah pekat pekat

14 3 lapisan: keruh, bening, 2 lapisan: bening, kuning


Minyak Baru
kuning pekat
+ Air
Minyak
3 lapisan: keruh, bening, 3 lapisan: bening, keruh,
Jelantah +
kuning kuning
Air
Sumber : Laporan Sementara
Ketengikan terjadi karena perombakan asam lemak dengan hidrolisis
atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan
alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai
produk. Ketengikan dapat terjadi pada suhu ruang dan pemanasan suhu tinggi.
Hasil oksidasi minyak atau lemak dalam bahan pangan tidak hanya
mengakibatkan perubahan rasa dan bau tidak enak tetapi juga dapat menurunkan
nilai gizi dan asam lemak esensial. Oksidasi terjadi pada ikatan tidak jenuh dalam
asam lemak (Siswati dkk., 2009). Ketengikan disebabkan oleh otooksidasi radikal
asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan
radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh Faktor- faktor yang mempengaruhi
terjadinya ketengikan seperti cahaya, panas, peroksida lemak, logam berat seperti
Mg, Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin seperti hematin, hemoglobin,mioglobin,
klorofil dan enzim-enzim lipoksidase (Winarno, 2004).
Ketengikan akan mempengaruhi kualitas minyak. Apabila lemak memiliki
tingkat ketengikan yang tinggi, maka minyak dikatakan memiliki kualitas yang
buruk. Lemak atau minyak yang memiliki ketengikan yang tinggi, maka lemak
dapat dikatakan memiliki asam lemak bebas dalam jumlah banyak. Asam lemak
bebas timbul akibat adanya hidrolisa lemak. Hidrolisis lemak berpengaruh
menjadikan lemak terpecah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Apabila
lemak telah terhidrolisis, maka akan terbentuk asam lemak bebas. Asam lemak
bebas akan lebih mudah teroksidasi. Dengan teroksidaasinya lemak akan
membuat gugus aromatis muncul dan gugus ini memiliki sifat volatil yang mudah
menguap dan mudah tercium oleh indra penciuman. Gugus aromatis inilah yang
memberikan bau tengik sehingga dapat dikatakan lemak memiliki kualitas yang
buruk. Selain itu, lemak yang telah terhidrolisis menurunkan kualitas dari lemak
tersebut karena rusaknya vitamin dan asam lemak esensial dalam lemak
(Siswati dkk 2009).
Uji kreiss merupakan salah satu uji ketengikan minyak. Uji kreiss
berprinsip pada reaksi kondensasi antara ephydrin-aldehida dengan phloroglucino
sehingga menghasilkan warna merah jambu (pink). Ephydrin-aldehida merupakan
hasil diskomposisi peroksida. Peroksida tersebut terbentuk karena oksidsi asam
lemak tidak jenuh kedalam minyak. Dalam lemak jumlah tertentu ditambahkan
asam klorosida (HCl) kemudian dikocok dengan larutan encer phloroglusinol
yang mengandung eter. Jika larutan berwarna merah muda menunjukkan minyak
mulai tengik. Jika warna pink mulai intensif maka minyak semakin tengik
(Ketaren, 1986).
Prinsip kerja dari uji kreiss yaitu reaksi kondensasi ephydrin-aldehida
dengan phloroglucinol, sehingga akan terbentuk warna merah jambu. Ephydrin-
aldehida merupakan hasil dekomposisi peroksida yang terbentuk karena oksidasi
asam lemak tidak jenuh dalam minyak (Ketaren, 1986). Penambahan
phloroglucinol pada uji kreiss bertujuan supaya bereaksi dengan lemak yang
teroksidasi dalam larutan asam dan berubah warna menjadi merah jambu
(Baez, 2012).
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui ketengikan minyak
menggunakan uji kreiss. Hasil yang didapat adalah 1 ml sampel (Minyak baru,
minyak jelantah, minyak baru + air, minyak jelantah + air) + 1 ml HCl + 1 ml
phlorogucinol 1% belum mengalami ketengikan karena tidak ada warna pink yang
terbentuk. walaupun sampel tidak menunjukan ketengikan, sampel minyak jelantah
tetap dikatakan telah tengik. Sampel minyak jelantah sangat mudah mengalami
kerusakan, karena pada pendistribusiannya tidak dikemas secara baik sehingga
terkena paparan oksigen dari udara dan juga sinar. Bila lemak bersentuhan dengan
udara untuk jangka waktu yang lama akan terjadi perubahan yang dinamakan
proses ketengikan (rancidity). Oksigen akan terikat pada ikatan rangkap dan
membentuk peroksida aktif. Senyawa ini sangat reaktif dan dapat membentuk
hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa
dengan rantai karbon yang lebih pendek berupa asam-asam lemak, aldehida-
aldehida dan keton yang bersifat volatil/mudah menguap, menimbulkan bau tengik
pada lemak dan potensial bersifat toksik. Reaksi ini bisa terjadi perlahan pada suhu
menggoreng normal dan dipercepat oleh adanya sedikit besi dan tembaga yang
biasa ada di dalam makanan. Minyak yang digunakan untuk menggoreng pada
suhu tinggi atau dipakai berulang kali akan menjadi hitam dan produk oksidasi
akan menumpuk. Asam lemak akan pecah dan membentuk akrolein dari gliserol.
Akrolein mengeluarkan asap tajam yang merangsang tenggorokan.

Tabel 2.3 Data Pengujian Angka Asam


Berat
Ke Vol NaOH Angka
Sampel Minyak
l (ml) Asam
(gr)
13 Minyak Jelantah 5 0,6 0,48
&
14 Minyak Kelapa Sawit 5 0,2 0,16

Sumber : Laporan sementara


Angka asam merupakan jumlah kandungan asam pada suatu minyak atau lemak.
Angka asam pada minyak dan lemak menunjukkan kandungan asam lemak bebas yang
mempengaruhi kualitas minyak dan lemak. Tingginya angka asam suatu minyak
menunjukkan buruknya kualitas dari minyak tersebut, sehingga minyak dibuang sebagai
limbah akan mengganggu lingkungan dan menyumbat saluran air. Minyak limbah
tersebut dapat dimanfaatkan kembali dengan meregenerasi minyak tersebut dengan
menurunkan angka asam yaitu mengurangi kandungan asam lemak bebas
(Mardina, 2012).
Minyak yang telah dipakai secara terus menerus akan membentuk asam lemak
bebas dalam minyak goreng bekas atau jelantah. Hal ini diakibatkan oleh proses
hidrolisis yang terjadi selama prosess penggorengan yang biasanya dilakukan pada suhu
160 200oC. Uap air yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan
terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida,
monogliserida, dan gliserol yang diindikasikan dari angka asam tersebut. Proses tersebut
akan menyebabkan minyak mengalami ketengikan dan memiliki angka asam yang tinggi.
Semakin tinggi angka asam suatu minyak maka tingkat ketingakn juga semakin tinggi
(Mardina, 2012).
Penentuan bilangan asam dapat diketahui dengan cara titrasi. Uji ini berprinsip
bahwa jumlah basa yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas. Bilangan
asam dihitung berdasarkan berat molekul asam lemak atau campuran asam lemak
(Suastuti, 2009). Indikator PP mempunyai fungsi sebagai indikator asam-basa yang dapat
berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Dalam suatu titrasi, jika asam kuat
bereaksi basa kuat, maka larutan titik ekivalen pada pH 7. Tetapi bila asam lemah dengan
basa lemah, menghasilkan garam yang akan mengalami hidrolisis dan titik ekivalen
larutan pHnya > 7 (bereaksi basa) atau pHnya <7 (bereaksi asam). Bila pH pada titik
akhir titrasi dibandingkan dengan pH titrasi asam basa pada umumnya, akan terlihat
bahwa titrasi NaOH oleh HCl, menggunakan indikator fenolftalein tepat karena kondisi
ini merupakan daerah curam yang perubahan warnanya terjadi secara mendadak. Titik
akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa (Harjanti, 2008).
Hasil praktikum Tabel 2.3, kelompok 13 dan 14 yang menggunakan
sampel minyak baru yaitu minyak kelapa sawit menunjukkan bahwa, volume
NaOH sampai warna berubah 0,2 ml dan menghasilkan angka asam 0,16. Pada
sampel minyak jelantah membutuhkan 0,6 ml NaOH untuk mengubah warna dan
menghasilkan angka asam sebesar 0,48. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
sampel yang memiliki angka asam tertinggi adalah sampel minyak jelantah
kelompok 13 dan 14. Hal ini sudah sesuai dengan teori Mardina (2012), yang
menjelaskan sampel yang mengandung angka asam yang tinggi terdapat asam
lemak bebas karena telah mengalami perombakan asam lemak pada suatu minyak.
Tabel 2.4 Hasil Uji Aktivitas Enzim Lipase
Warna Vol NaOH Aktivitas
Kel Sampel
Sebelum Sesudah (ml) Lipase
13& Susu Putih Pink 16,2 16,2 x 10-4
14 Blanko Bening Pink 2,5 2,5 x 10-4
Sumber : Laporan sementara
Lipase adalah enzim yang secara khusus mengkatalisis hidrolisis minyak menjadi
asam lemak bebas dan gliserol antara dua cairan (Murty et al., 2002). Lipase memiliki
aktivitas yang tinggi dalam reaksi hidrolisis. Lipase berperan sebagai biokatalis untuk
reaksi-reaksi hidrolisis, esterifikasi, alkoholisis, asidolisis, dan aminolisis. Lipase
menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas, gliserida parsial, dan gliserol.
Trigliserida sebagai substrat terdiri dari asam lemak rantai panjang yang tidak larut dalam
air. Lipase menghidrolisis ikatan ester pada permukaan antara fase cair, dimana enzim
terlarut dan fasa substrat tidak terlarut. Lipase biasanya diproduksi oleh pankreas babi
dan sapi, ragi Candida, Aspergillus, Rhizopus, dan Mucor sp. Dalam industri, lipase
antara lain digunakan dalam industri farmasi dan untuk menghasilkan asam lemak dari
minyak tidak stabil yang biasanya mengandung asam lemak tidak jenuh. Lipase dari
Candida cylindracea digunakan untuk menghidrolisis minyak dalam pembuatan sabun.
Selain bidang farmasi, lipase juga digunakan dalam industri kosmetik, kulit, makanan,
parfum, dan sintesis bahan organik lain (Murni dkk., 2011).
Enzim berperan sebagai katalis untuk mempercepat atau meningkatkan
kecepatan reaksi kimia dengan jalan menurunkan energi aktivasinya. Di sisi lain, untuk
meningkatkan kecepatan reaksi kimia dapat juga dilakukan dengan meningkatkan
suhu reaksi. Suhu yang tinggi dapat mempercepat gerak molekul. Namun demikian,
penggunaan suhu tidak selamanya baik dan tepat, karena tidak semua senyawa dapat
tahan terhadap suhu yang tinggi. Selain dapat merusak reaktan, penggunaan suhu
tinggi juga mengakibatkan biaya proses yang lebih besar (Murni dkk., 2011). Prinsip
kerja dari enzim adalah spesifisitas atau spesifik. Maksudnya adalah enzim bekerja hanya
pada suatu substrat tertentu dan tidak dapat bekerja bila substrat yang datang tidak sesuai
dengan substrat yang semestinya. Perbedaan ini berdasarkan ikatan dan bentuknya.
Spesifisitas tergantung dari jenis asam amino yang ada pada enzim tersebut. Apabila
enzim tersebut tidak memiliki asam amino yang dibutuhkan untuk substrat tertentu, maka
enzim tidak dapat bekerja pada substrat tertentu. Enzim dapat bekerja maksimal pada
suhu dan pH optimal (Winarno, 2004).
Indikator fenolftalein atau PP memiliki fungsi sebagai indikator asam basa
yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Dalam suatu titrasi, jika
asam kuat bereaksi basa kuat, maka larutan titik ekivalen pada pH 7. Tetapi bila asam
lemah dengan basa lemah, menghasilkan garam yang akan mengalami hidrolisis dan titik
ekivalen larutan pHnya > 7 (bereaksi basa) atau pHnya <7 (bereaksi asam). Bila pH pada
titik akhir titrasi dibandingkan dengan pH titrasi asam basa pada umumnya, akan terlihat
bahwa titrasi NaOH oleh HCl, menggunakan indikator fenolftalein tepat karena kondisi
ini merupakan daerah curam yang perubahan warnanya terjadi secara mendadak. Titik
akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa (Harjanti, 2008).
Pada percobaan tersebut digunakan penambahan NaCl. Karena NaCl dapat
berperan sebagai inhibitor lipase sehingga konsentrasi NaCl yang meningkat akan
menurunkan aktivitas lipase (Suastuti, 2009). Adanya garam seperti NaCl akan
mempengaruhi aktivitas enzim sampai konsentrasi 7,0 M. Hal itu dapat mempengaruhi
lipase yang menunjukkan aktivitas yang maksimal dan kemudian aktivitas menurun.
Seiring dengan bertambahnya suhu, aktivitas enzim terus meningkat hingga akhirnya
menurun pada suhu 50C. Karena struktur protein menentukan aktivitas enzim, maka jika
struktur ini terganggu, aktivitas akan berubah (Pratiwi dkk., 2013).
Percobaan pada Tabel 2.4 menunjukkan warna awal sampel susu semua
kelompok sebelum titrasi adalah putih dan setelah titrasi adalah pink. Warna awal sampel
blanko semua kelompok sebelum titrasi adalah bening dan setelah titrasi adalah pink.
Volume NaOH yang dibutuhkan mencapai titik titrasi adalah 16,2 untuk susu dan 2,5
larutan blanko, serta aktivitas lipase sebesar 16,2 x 10-4 untuk susu dan 2,5 x 10-4 untuk
larutan blanko. Dari keseluruhan sampel dapat diketahui bahwa enzim lipase pada susu
memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan larutan blanko. Hal ini disebabkan
karena susu mengandung lemak dan enzim lipase merupakan enzim yang berfungsi
menghidrolisis lemak sehingga akitivitas lipase susu lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan
teori Murty et al. (2002), yang menjelaskan bahwa lipase memiliki fungsi secara khusus
mengkatalisis hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol antara dua
cairan.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Acara II Lipida dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tingkat kejenuhan minyak dan lemak dari yang tidak jenuh berdasarkan praktikum
adalah minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak wijen, dan lemak sapi.
2. Kualitas minyak atau ketengikan minyak berdasarkan uji kreiss adalah minyak
jelantah dan minyak lama mengalami ketengikan.
3. Berdasarkan uji angka asam hasil yang didapat adalah minyak jelantah lebih buruk
kualitasnya dibanding dengan minyak baru yaitu minyak kelapa sawit.
4. Aktivitas enzim lipase berdasarkan praktikum lebih aktif pada susu dibandingkan
larutan blanko.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Nama. Tahun. Judul (italic). Penerbit: Kota.
Jurnal Nama. Tahun. Judul (italic). Jurnal . Vol. No. hal
LAMPIRAN
Lampiran Gambar
Lampiran Perhitungan
(Jurnal&buku tidak dilampirkan)
NB:
JURNAL INTERNASIONAL MINIMAL 5
JURNAL NASIONAL MINIMAL 4
BUKU MINIMAL 3

You might also like