You are on page 1of 12

ACARA IV

MENENTUKAN PANJANG DAN KEMIRINGAN LERENG MENGGUNAKAN


PENGUKURAN LAPANGAN DAN APLIKASI GIS

Oleh :
Nama Mahasiswa : Gayuh Andi Kaulono
NIM / OFFR : 150722607339/G
Mata Kuliah : Konservasi Lahan dan Air
Dosen Pengampu : Dr. Didik Taryana, M.Si.
Asisten : Sam Yudi Susilo

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
OKTOBER 2016
ACARA IV

Menentukan Panjang dan Kemiringan Lereng Menggunakan Pengukuran Lapangan dan


Aplikasi GIS

I. Tujuan
1) Mahasiswa mampu menghitung panjang dan kemiringan lereng menggunakan
pengukuran lapangan
2) Mahasiswa mampu menghitung panjang dan kemiringan lereng menggunakan
Arcgis.

II. Alat dan Bahan


a. Manual

1. Alat Lereng
Yallon
Kompas Geologi 3.
Abney Level
Roll Meter 4.
GPS
2. Bahan 5.

b. Arcgis

1. Alat 3. Bahan
Arcgis Data hasil pengukuran lapang
2.
4.
III. Dasar Teori

5. Lereng terbantuk oleh intreaksi antara dua pengaruh yaitu


pengaruh internal (jenis dan sikap kedudukan batuan, tanah, vegetasi)
dan pengaruh eksternal (proses denudasi, seperti pelapukan massa
batuan dan erosi). Lereng memiliki parameter-parameter seperti
kemiringan, panjang dan bentuk (cembung, cekung, atau lurus).
6. (http://earthy-moony.blogspot.co.id/2010/11/teknik-pengukuran-profil-
lereng.html)

7.
8.
9. Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di
berbagai tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-
gaya endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak
ketinggian titik-titik diatas permukaan bumi. Kemiringan lereng
mempengaruhi erosi melalui runoff. Makin curam lereng makin besar
laju dan jumlah aliran permukaan dan semakin besar erosi yang
terjadi. Selain itu partikel tanah yang terpercik akibat tumbukan butir
hujan makin banyak (Arsyad, 2000).Kemiringan lereng mempengaruhi
erosi melalui runoff. Kemiringan lereng (slope) merupakan suatu unsur
topografi dan faktor erosi. Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan
permukaan bumi diberbagai tempat yang disebabkan oleh gaya-gaya
eksogen dan endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan
letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi (Kartasapoetra,
1986).
10.
11. Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam
persen atau derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang
mempunyai selisih tinggi 10 meter membentuk lereng
10 %. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 45
derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin
curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika
kemiringan lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang
terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin
banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan
dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal,
sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin
banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam,
maka banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih
banyak (Arsyad, 2000).
12.
13. Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan
kecuraman dan panjang lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang
curam (30-45%) memiliki pengaruh gaya berat (gravity) yang lebih
besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng agak curam (15-
30%) dan landai (8-15%). Hal ini disebabkan gaya berat semakin besar
sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang
horizontal. Gaya berat ini merupakan persyaratan mutlak
terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan
(transportation), dan pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra,
1999).
14.
15. Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh
gaya berat dalam memindahkan bahan-bahan yang terlepas
meninggalkan lereng semakin besar pula. Jika proses tersebut terjadi
pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka aliran permukaan akan
semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring dengan
semakin curamnya lereng. Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan
sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada lereng 30-45%. Hal ini
disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi
terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan
bahan organik rendah, tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta
porositas tanah yang rendah dibandingkan dengan tanah-tanah di
daerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng juga
menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan
sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut
(Hardjowigeno, 1993).
16.
17. Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu
sama disemua tempat, hal ini disebabkan karena faktor-faktor
pembentuk tanah yang berbeda di setiap tempat. Keadaan topografi
dipengaruhi oleh iklim terutama oleh curah hujan dan temperatur
(Salim, 1998).
18. Mengetahui besar kemiringan lereng adalah penting untuk perencanaan
dan pelaksanaan berbgai kebutuhan pembangunan, terutama dalam
bidang konservasi tanah dan air antara lain sebagai suatu faktor yang
mengendalikanerosi dan menentukan kelas kemampuan lahan. Besar
kemiringan lereng yang dinyatakan dalam satuan derajat (0) atau
(%). Untuk menetukan besar kemiringan lereng dapat diukur melalui
beberapa metode atau alat antara lain dengan metode alat tipe A (ondol-
ondol), abney level, dan clinometer (Saleh, 2010).
19. (http://kyoyusenta.blogspot.co.id/2015/01/laporan-kemiringan-
lereng.html)
20.
21. DEM adalah data digital yang menggambarkan geometri dari
bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan
titik-titik koordinat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma
yang mendefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan
koordinat (Tempfli, 1991). DEM merupakan suatu sistem, model,
metode, dan alat dalam mengumpulkan, prosessing, dan penyajian
informasi medan. Susunan nilai-nilai digital yang mewakili distribusi
spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial di wakili oleh nilai
sistem koordinat horisontal X Y dan karakteristik medan diwakili oleh
ketinggian medan dalam sistem koordinat Z (Frederic J. Doyle, 1991)
DEM khususnya digunakan untuk menggambarkan relief medan.
Gambaran model relief rupabumi tiga dimensi (3 dimensi yang
menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world)
divisualisaikan dengan bantuan teknologi komputer grafis dan
teknologi virtual reality (Mogal, 1993)
22. (http://amarmarufzarkawi.blogspot.co.id/2013/03/planning-and-design-
issues-eric-keune.html)
23.
24.
25.
IV. Langkah Kerja
a. Pengukuran Lapangan
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum yang akan
digunakan.
2. Menentukkan titik pengukuran
3. Menentukkan jumlah segmen
4. Menentukkan panjang segmen
5. Menentukkan koordinat tiap segmen
6. Mengukur kemiringan tiap segmen
b. Pengukuran Arcgis
1. Menginstal aplikasi Arcgis 10.3
2. Membuka Arcgis dan klik Add data. Mengambil data dari data
yang sudah ditentukan

26.

27.

28.

29.
30.
3. Klik customsize pilih 3D analys kemudian centang semua
pilihan yang ada di tabel
31.
32.

33.

4. Masukkan data koordinat x, y pada menu file add data -> data
x,y -> pastikan data yang dimasukkan berkoordinat UTM untuk
menampilkan letak titik yang diukur. Setelah itu membuat
garis pada poin to line.

34.

35.
36.

37.
38.
V. Hasil Praktikum
1. Hasil pengukuran aplikasi GIS (Terlampir)
2. Hasil perhitungan kemiringan (Terlampir)
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
VI. Pembahasan
52. Dalam praktikum ini mahasiswa mempelajari
bagaimana melakukan pengukuran panjang dan kemiringan lereng
menggunakan pengukuran secara langsung di lapangan, serta
pengukuran menggunakan aplikasi Arcgis 10.3. Objek pengukuran
yang digunakan adalah Lereng Gunung Arjuno Kota Batu. Pengkuran
dilakukan dengan membagi lereng yang akan diukur menjadi 8 segmen.
Objek lereng yang dilakukan pengukuran merupakan perkebunan. Titik
antar segmen memiliki kemiringan yang berbeda.
53.
54. Berdasarkan pengukuran didapatkan hasil kemiringan
lereng sebagai berikut. Titik pertama ke titik kedua 270 30 dengan
panjang segmen 4,15 m. Pada titik kedua ke titik tiga memiliki
kemiringan 270 25 dengan panjang segmen 7,65 m. Titik ke tiga ke titik
keempat memiliki kemiringan 370 32 dengan panjang segmen 7,18 m.
Titik ke empat ke titik kelima memiliki kemiringan 360 34 dengan
panjang segmen 7,62 m. Titik ke lima ke titik ke enam memiliki
kemiringan 300 26 dengan panjang segmen 11,8 m. Titik keenam ke
titik tujuh memiliki kemiringan 200 28 dengan panjang segmen 10,67
m. Titik ke tujuh ke titik delapan memiliki kemiringan 15 0 11 dengan
panjang segmen 11,52 m.
55.
56. Langkah kedua adalah pengukuran panjang dan lereng
menggunakan aplikasi GIS. Dalam praktikum ini digunakan aplikasi
Arcgis 10.3. Dalam pengukuran menggunakan Arcgis diperlukan
adanya data tambahan berupa DEM dari daerah yang diukur. Selain itu
juga diperlukan aplikasi tanbahan bernama CoordTrans 2005 dimana
aplikasi tersebut berguna untuk mengkorvesi koordinat pengukuran.
Kemudian data yang didapat dimasukkan kedalam Arcgis 10.3.
Berdasarkan perhitungan didapatkan kemiringan sebesar 16,224%
termasuk agak curam.
57.
58. Kedua metode masing-masing ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Dalam metode pengukuran secara langsung memiliki
keunggulan yaitu dapat melihat kondisi lapangan secara langsung dan
lebih detail. Namun kekurangannya memerlukan waktu dan biaya
lebih, serta kerap kali mengalami berbagai kendala seperti medan yang
buruk dan cuaca yang tidak menentu. Sementara dalam metode
menggunakan Arcgis keunggulannya dapat meminimalisir resiko dan
biaya serta praktis. Sementara kelemahannya tidak dapat mengetahui
kondisi lapangan secara menyeluruh. Pengukuran lereng ini berfungsi
untuk mengetahui tingkat erosivitas suatu wilayah,
59.
VII. Kesimpukan
1. Pengukuran lereng secara langsung dilakukan dengan melakukan pengukuran
secara langsung. Pengukuran memerlukan berbagai alat bantu.
2. Pengukuran lereng menggunakan GIS dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Arcgis 10.3 serta aplikasi bantuan bernama CoordTrans 2005 yang berfungsi
untuk mengkonversi koordinat.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
VIII. Daftar Rujukan
88. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air.InstitutPertanian Bogor
Press. Bogor.
89. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah
danPedogenesis.AkademikaPressindo.
90. Jakarta.
91. Saleh, Busri (2010)
Perbaikanstrukturtanahpadalahansangatcuramdengan
92.
menggunakanteknikhidrosidinglumutdaundanbahanpembenahtanah.
JIPI12
93. (1). pp. 1-6.
94. Herawati T 2010.AnalisisSpasial Tingkat
BahayaErosi Di Wilayah Das Cisadane
95. Kabupaten Bogor.
JurnalPenelitianHutandanKonservasi Alam7 (4) : 413-424
96. Anonimus
http://amarmarufzarkawi.blogspot.co.id/2013/03/plannin
g-and-design- issues-eric-keune.html (12-10-2016)
97. Anonimus
http://kyoyusenta.blogspot.co.id/2015/01/laporan-
kemiringan-lereng.html (12-10-2016)
98.
99.

100.

101.

102.
103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

IX. Lampiran
1. Hasil Pengukuran Arcgis
116.

2. Perhitungan

117. Kemiringan = 1216,8 / 75 * 100%

118. = 16,224 * 100%

119. = 16,224 %

120.

121.

122.

You might also like