Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
ANAN PRAYOGO
15/17963/THP-STIPP B
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alkohol
Alkohol biasanya dikenal sebagai etanol atau etil alkohol, memiliki
rumus kimia CH3CH2OH merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau
khas, mudah larut dalam air dan eter. Mempunyai berat spesifik pada 15
Kandungan kalori sebesar 7100 kalori/gr dengan panas pembakaran 328 kkal.
Pada prinsipya bahan baku alkohol adalah semua bahan yang mengandung
senyawa yang dapat diubah menjadi etanol (Anonima, 2017).
Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang
dihasilkan dari fermentasiglukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses
destilasi. Proses destilasi dapat bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi
hingga mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE). Proses
pemurnian dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode
Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol (Anonim a,
2017).
2.2 Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol pada dasarnya adalah suatu cara produksi alkohol
(etanol) menggunakan bantuan aktivitas mikroorganisme. Alkohol yang
dihasilkan sering disebut bioetanol. Mikroorganisme yang berperanan dalam
fermentasi alkohol pada umumnya merupakan kelompok mikroba khamir
seperti Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyses uvarium. Cerevisiae
telah diperdagangkan dalam bentuk bubuk yang dikenal dengan nama ragi
roti, yaitu ragi yang digunakan dalam pembuatan roti. Substrat atau bahan
baku fermentasi alcohol dapat berasal dari gula seperti gula putih, nira aren,
nira kelapa, nira lontar dan molase. Substrat ini dimetabolisme menjadi
alkohol. Selain gula, dapat juga digunakan bahan berpati (misalnya ubi jalar,
ubi kayu dan sagu) dan bahan berselulosa sebagai bahan baku misalnya
jerami padi. Agar bahan dapat bertindak sebagai substrat, pati dan selulosa
perlu dihidrolisis terlebih dulu menjadi gula sederhana, baik dalam bentuk
monosakarida maupun dalam bentuk disakarida (Ossiris, 2009).
2.3 Sari buah tebu
Bahan-bahan yang mengandung gula dapat difermentasikann secara
langsung. Contohnya adalah nira/legen, molase/tetes, cairan buah, gula bit.
Yield yang dihasilkan untuk 45 kg gula akan menghasilkan 18-23 kg etanol
atau 23-28 liter (6-7,5 galon). Diantara bahan yang paling banyak digunakan
adalah tetes, dengan briks 80 dan mengandung 50-55% gula yang dapat
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Tanggal Praktikum
Pelaksanaan praktikum dilakuakan di Laboratorium Fakultas Teknologi
Pertanian, lantai 1. Pada hari Jumat, 20 Januari 2017 pukul 13.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah fermentor, alat destilasi,
pendingin balik, kaki tiga, bunsen, statif, erlenmeyer, refraktometer, panci,
dan kompor. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sari
buah tebu, tepung singkong, urea, ZA, dan fermipan.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Teoritis
3.3.1.1 Bioetanol dengan bahan baku yang mengandung gula
sederhana
1. Mengambil sari buah tebu, mengamati dan mencatat
briksnya dengan refraktometer.
2. Mengambil 1 liter sari buah yang telah diatur briks atau
kadar gulanya. Memasukkan dalam panci dan
menambahkan urea atau NPK sebanyak 0,5% dan ZA 0,5%,
selanjutnya mengaduk rata dan memanaskan sampai
mendidih kurang lebih 15 menit.
3. Memasukkan dalam fermentor dan mendinginkan.
Kemudian menambahkan fermipan sebanyak 5% dan
selanjutnya menutup fementor dengan rapat dengan
memberi vaselin pada bagian tutupnya sehingga udara tidak
masuk. Menghubungkan selang yang ada pada tutup dan
memasukkan dalam erlenmeyer berisi air. Menginkubasikan
selama 3 hari pada suhu kamar. Mengamati perubahan yang
terjadi pada media dan pada erlenmeyer yang berisi air
setiap hari. Setelah 3 hari selanjutnya mendistilasikan dan
mengamati kadar etanolnya.
3.3.1.2 Bioetanol dengan bahan baku yang mengandung pati
1. Menyiapkan bahan yang mengandung pati sebanyak 100
gram.
2. Menambahkan air dengan perbandingan 1:4 (100 gram +
Bahan
.
Diambil sari buah tebu, diamati dan dicatat briksnya
.
Ditambahkan air dengan perbandingan 1:4, diaduk,
dipanaskan suhu 70
20,07 10,38
Molase = 10
= 0,969
20,07 10,38
Pati = 10
= 1,004
% Kadar etanol:
0,166
x = 5,56 x 10
3
x = 29,8561%
4.2 Pembahasan
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik
dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Dalam kondisi kamar alkohol berwujud cairan yang tidak berwarna,
mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya.
Alkohol atau etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Sifat
fisik dan kimia alkohol bergantung pada gugus hidroksil. Reaksi yang terjadi
pada etanol antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterifikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bioetanol dengan massa
jenis destilat alkohol sebesar 0,9084 g/mL. Karena massa jenis etanol tidak
ditemukan di tabel maka harus dilakukan interpolasi data. Jadi kadar
bioetanol dengan bahan dasar pati yang didapatkan memiliki kadar alkohol
61,9130%.
Etanol adalah hasil utama fermentasi tersebut di atas, di samping asam
laktat, asetaldehid, gliserol dan asam asetat. Etanol yang diperoleh maksimal
hanya sekitar 15 %. Untuk memperoleh etanol 95 % dilakukan proses
distilasi. Etanol digunakan untuk minuman, zat pembunuh kuman, bahan
bakar dan pelarut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Fermentasi anaerob adalah metode yang digunakan sel untuk
mengekstrak energi dari karbohidrat ketika oksigen atau akseptor elektron
lainnya tidak tersedia di lingkungan sekitarnya. Hasil pengamatan pada
perlakuan fermentasi anaerob dengan penambahan asam didapatkan warna
salak hari 1-7;putih. pH hari ke 1; 3,61, ke 2; 3,39, ke 3-4; 3,91, ke 5-6: 3,65,
dan ke 7: 3,53. Kekerasan hari ke 1; 104, ke 2; 55, ke 3-4; 49, ke 5-6; 72 dan
ke 7; 91. Aroma hari ke 1-3 beraroma salak, hari ke 4-7 beraroma salak
busuk. Sedangkan rasa pada hari ke 1-7; asin. Pada perlakuan fermentasi
anaerob tanpa penambahan asam warna salak hari ke 1-7; putih. pH hari ke 1;
4,27, ke 2; 3,90, ke 3-4; 4,43, ke 5-6; 3,68, dan ke 7; 3,76. Kekerasan hari ke
1; 107, ke 2; 103, ke 3-4; 104, ke 5-6; 166 dan ke 7; 291. Aroma hari ke 1
beraroma salak, hari 2-7 beraroma salak busuk. Sedangkan rasa pada hari ke1-
7; asin.
5.2 Saran
Praktikum kali ini terlalu lama, sehingga banyak praktikan yang
menjadi kurang fokus serta banyak peralatan lab yang tidak mendukung
dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA