You are on page 1of 4

Nama : Yonna Aryasa R.

NIM : 15407141019
Prodi : Ilmu Sejarah

PERANG SALIB III

Perang Salib Tiga bermula ketika diserukannya perang salib yang betujuan
untuk merebut kembali Yerusalem dari Salahuddin pada tahun 1188. Peristiwa demi
peristiwa telah mulai bergulir di Timur Tengah. Perlawananan terhadap gerakan maju
Salahuddin yang sepertinya tak terhentikan justru meningkat ketika Corrado di
Moferroto tiba di Tyrus pada 14 Juli 1187 dan menyakinkan pihak-pihak yang
mempertahankan kota itu untuk mengentikan perundingan untuk menyerah. Sementara
itu Salahuddin punya hal-hal lain untuk diurusi, termasuk bertukar hadiah diplomatik
dengan kaisar Isaakios II Angelos sebagai bagian upayanya untuk mempererat
hubungan dengan Kekaisaran Bizantium. Pada 9 Februari 1188 terdapat pertarungan
fatal anatara pasukan yang mengawal khafilah haji dari Damaskus dan pasukan
pelindung khafilah haji dari Irak. Perhatian militer utama Salahuddin pada 1188 adalah
melenyapkan atau mengurangi sisa-sisa negara-negara Tentara Salib. Pada 14 Mei
tentara Islam dibawah pimpinan Salahudin bergerak kearah utara, namun mendapati
Tripoli terlalu kuat untuk dikepung, sehingga Salahuddin kemudian merebut sebanyak-
banyaknya kubu pertahanan Tentara Salib di Suriah barat laut. Di Eropa Barat geger
akibat jatuhnya Yerusalem segera diikiuti oleh seruan pembentukan Tentara Salib untuk
merebut kembali kota Yerusalem dari tentara Islam. Salah satu pendukungnya adalah
Raja Henry II dari Inggris, penguasa kekaisaran feodal Angevin yang luas yang
kemudian diikuti oleh putranya Richard of Poitou.
Sementara Raja Philippe Auguste lebih berhati-hati dalam memberikan
tanggapan. Namun pada akhirnya Raja Philippe bergabung dengan Raja Henry II
memanggul salib pada Januari 1188, yang kemudian diikuti Kaisar Freerich Barbarossa
pada bulan Maret. Raja Guglielmo II dari Sisilia merupakan salah satu seorang yang
pertama bergerak dan pada musim semi 1188 armada Sisilia berlayar untuk membantu
Tyrus, Tripoli, dan Antiokhia. Pada bulan Mei, armada-armada dari Denmark, Jerman
Utara, Flanders, dan Inggris selatan juga bertolak ke Timur Tengah, dan sambil jalan
membantu Portugal merebut kota Silves dari tangan bangsa Moor. Direbutnya Silves
adalah salah satu dari segelintir pencapaian permanen Perang Salib Ketiga dan akan
memilik dampak yang tak terduga dalam sejarah Eropa. Silves merupakan pusat utama
pengetahuan geografis dan pelayaran Arab-Islam mengenai Atlantik, dan pengetahuan
yang luar biasa begitu maju ini memberi orang-orang Portugis posisi start di depan
dalam Zaman Penjelajahan Eropa yang hebat pada abad ke-15. Pada musim semi,
tentara Salahuddin mebgepung Beaufort di Lebanon selatan dan muncul bentrokan
anatara pasukan Salahuddin dan pasukan Tyrus yang kemudian dibantu oleh armada
tempur kuat Pisa. Sementara itu Kaisar Friedrich Barbarossa berangkat dari
Regensburg. Keberangkatan tersebut telah direncanakan sejak tahun sebelumnya,
sehingga perbekalan tersedia bagi pasukan tentara Friedrich yangmerupakan kontingen
terbesar dalam Perang Salib Ketiga. Pada bulan Agustus pasukan Friedrich berhenti di
Nish, dimana perwakilan-perwakilan Serbia dan Bulgaria yang telah memberontak
terhadap Kekaisaran Bizantium menawarkan bantuan kepada Friedrich untuk
membentuk persekutuan anti-Bizantium. Meskipun Friedrich tidak menerima tawaran
tersebut pasukannya tetap menduduki kota utama Bulgaria Plovdiv. Ketika Isaakios
Angelos mengirimkan dua duta besar untuk menemui Kaisar Friedrich, keduanya malah
menghianati Isaakios dan kemudian berbelot pada Kaisar Friedrich. Hubungan di antara
kedua Kaisar dan pengikut mereka semakin memburuk, sementara Tentara Salib Jerman
berkemah di Edrines selama musim dingin. Pada akhirnya Isaakios setuju
menyebrangkan bala tentara Salib Jerman yang amat besar melintasi Dardanella ke
Anatolia, sehingga pasukan Friedrich tak perlu untuk melewati Konstantinopel. Pada
Maret 1190 pada saat penyeberangan terdapat bentrokan-bentrokan kecil dengan
pasukan-pasukan Bizantium yang setia sebelum pasukan Tentara Salib akhirnya
menyeberangi garis depan ke dalam Kesultanan Seljuk Rum. Beberapa tahun
sebelumnya Friedrich telah berusaha untuk membentuk persekutuan anti-Bizantium
dengan Sultan Rum, namun persekutuan tersebut telah dlupakan dan pada 17 Mei 1190
pasukan Seljuk di bawah pimpinan putra Sultan Kilij Arslan II, Quthbuddin mencoba
menghentikan pasukan Jerman memasuki ibukota Seljuk, Konya.
Pasukan Quthbuddin dapat dikalahkan oleh pasukan Tentara Salib Friedrich.
Meskipun Konya telah dapat dikuasai, pasukan Tentara Salib Friedrich tetap maju terus.
Pada saat mencapai pegunungan Taurus, pasukan Tentara Salib Friedrich mulai
kehabisan makanan dan perbekalan untuk manusia maupun kuda. Mereka terpaksa
meninggalkan banyak sekali barang bawaan, termasuk persenjataan dan baju zirah
dikarenakan kekurangan sarana pengangkut. Ketika Tentara Salib akhirnya melewati
Pegunungan Taurus dan Laut Tengah bencana besar datang, Kaisar Friedrich Barbarossa
yang telah lanjut usia meninggal pada 10 Juni 1190 diperkirakan terkena sakit jantung
ketika berenang di sungai Goksu yang dingin, dan Tentara Salib Jerman yang besar
hancur berantakan kehilangan semangatnya. Setelah kematian Kaisar Friedrich
Barbarossa, Herzog Friedrich von Schwaben mengambil alih komando Tentara Salib
Jerman. Sementara Salahuddin yang belum tahu bahwa pasukan Jerman dalam kondisi
kacau balau memerintahkan kontingen-kontingen dari Haran dan Aleppo untuk menjaga
terusan di utara. Pertarungan di sekkitar Akre semakin hebat dan pasukan Salahuddin
sempat menerobos garis kepungan pada 13 Februari 1191, memasukkan pasukan
pengganti dan panglima baru ke Akre. Sementara itu, Tentara Salib Prancis di bawah
pimpinan Philippe Auguste memusatkan perhatian sepenuhnya kepada Akre. Tentara
Salib memborbardir dan menyerang tembok-tembok Akre sementara pasukan
Salahuddin mencoba menembus kepungan dan membantu garnisun Akre. Namun
akhirnya pasukan Akre menyerah pada 12 Juli 1191 tanpa persetujuan Salahuddin. Pada
10 September 1191 Salahuddin berkonsultasi dengan para panglima seniornya. Pihak
muslim tidak mempunyai cukup prajurit untuk mempertahankan Yerusalem dan
Ashkelon, sehingga Salahuddin memutuskan untuk menghancur leburkan Ashkelon dan
fokus pada Yerusalem. Pada 23 September Salahuddin kembali ke Ramla dan
memerintahkan agar puri di kota itu dihancurkan sementara isi lumbung-lumbung
pemerintah di bagian Palestina diangkut ke Yerusalem. Salahuddin memperkuat
Yerusalem dengan menarik sebagian prajuritnya kembali ke Latrun, dan mendirikan
pangkalan di luar Ashkelon. Pada awal Oktober Richard mengirimkan Humprey dari
Toron untuk menemui al-Adil di Lida untuk membahas gencatan senjata. Namun tak
ada keputusan yang dicapai dan akan ada banyak usaha yang lain untuk berunding
sebelum Perang Salib Ketiga bergejolak menuju akhir yang tidak memuaskan.
Salahuddin mendengar bahwa keponakannya Taqyuddin telah meninggal setelah
melancarkan serangan tanpa izin kepada penguasa Muslim di Khilat, sehingga
memperburuk hubungan Salahuddien yang sudah tegang dengan Khalifah Abbasiyah
di Baghdad. Pada akhir Oktober utusan lain datang, Corrado di Monefferato di Tyrus.
Corrado menawarkan untuk berpisah dari para pemimpin Tentara Salib lain asalkan
Salahuddin menyerahkan Sidon dan Beirut kepadanya, walaupun ia tak mau berempur
melawan Richard.
Setelah Salahuddin kembali mundur ke dataran tinggi Palestina di Latrun,
Tentara Salib menduduki Ramla dan bentrokan semakin sering terjadi. Richard sendiri
nyaris tertangkap di dekat Tal al-Safiya. Pada 22 Desember pasukan bantuan dari Mesir
tiba dan mendrikan kamp di dekat Yerusalem. Tiga hari kemudian, Tentara Salib
menduduki Latrun sementara pasukan garda depan mereka merebut Bayt Nuba. Pada 8
Januari 1192, Richar memerintahkan pasukan mundur ke dataran pesisir. Pada Februari
perselisihan kembali pecah antara orang-orang Genoa yang memilih Corrado dan orang-
orang Pisa yang masih mendukung Raja Guy. Sementara itu, Richard menyarankan
untuk berpindah ke Mesir namun hanya sedikit yang mendukungnya. Sedangkan
Salahuddin memerintahkan mobilisasi pasukannya di Jazirah dan Irak Utara sementara
sumber-sumber air di sekitar Yerusalem dicemari dan ditimbun. Pada 1 Juli, Salahuddin
mengumpulkan para panglimanya di Yerusalem guna membahas situasi yang semakin
memburuk. Sementara itu, al-Afdal akhirnya kembali besama psukannya dan pasukan-
pasukan bantuan lain sedang dalam perjalanan. Pada malam 3 Juli Izzuddin Jurdik
melaporkan bahwa Tentara Salib meninggalkan kamp mereka namun kembali lagi.
Keesokan hari, Salahuddin diberitahu bahwa Tentara Salib mundur. Karena tak mau
langsung percaya, Slahuddin berangkat berkuda guna mengamati gerak mundur Tentara
Salib dari Bayt Nuba munju Ramla. Tak sampai seminggu kemudian, Richard
mengirimkan pesan ke Salahuddin meminta perundingan. Perundingan berlangsung
berlarut-larut dikarenakan nasib Ashkelon, sementara Yerusalem tampaknya tak lagi
menjadi masalah besar. Pada 27 Juli Salahuddin mencoba merebut Yafo sementara
Richard ada di Akre, berencana meyerang Bairut. Bairutpun jatuh ketangan Richard
namun benteng kota bertahan. Richard terburu-buru kembali lewat laut dan dengan
keberanian dan kehebatan pribadinya yang membuat ia terkenal, memukul mundur
pasukan Salahuddin yang lebih besar pada 31 Juli. Perundingan berlangsung kembali
pada bulan Agustus, walaupun Ashkelon tetap menjadi duri.
Pada 4 Agustus berlangsung pertempuran terakhir, ketika Salahuddin mencoba
menyerang Yafo kembali. Walaupun ia tahu Richard ada disana, Salahuddin juag tahu
hanya ada sedikit Tentara Salib dengan kuda yang lebih sedikit lagi. Sejumlah serangan
oleh kaveleri Islam, termasuk pasukan elite dipatahkan. Sejumlah ahli sejarah telah
menganalisis secara mendalam taktik-taktik yang digunakan Richard meghadapi
serangan-serangan mendadak itu, yakni barisan depan Prajurit Salib berlutut dibelakang
perisai mereka dan menggunakan tombak mereka sebagai lembing. Di belakang mereka
berdiri pemanah dan juga pebusur silang yang bekerja berpasangan. Tentara Salib juga
mungkin mendirikan barikade kayu. Di dalam formasi ini ada sejumlah ksatria berkuda.
Tapi formasi infanteri itu bukan hal baru di Dunia Islam. Pada akhir Agustus, Richard
sakit parah, sementara kesehatan Salahuddin juga semakin memburuk. Balatentara Salib
kelelahan dan semangat mereka sudah sangat turun, balatentara Salahuddin juga terlalu
lemah dan tak punya cukup senjata untuk mengambil keuntungan dari lawan mereka.
Pada 28 Agustus, Salahuddin mengirimkan apa yang disepakati oleh kebanyakan
pencatat tarikh sebagai tawaran terakhirnya, dan pada 1 September, persyaratan
gencatan senjata jangka panjang pun disepakati. Richard menandatangani kesepakatan
tersebut keesokan harinya, sementara perwakilan Salahuddin sehari sesudahnya. Perang
Salib Ketigapun selesai.

Sumber : Nicolle, David. 2011. Perang Salib III 1191: Richard vs Shalahuddin. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia

You might also like