You are on page 1of 15

ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas
yang berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Lingkungan hidup dibagi dua kelompok, yaitu abiotik
dan abiotik. Dari lingkungan inilah tanaman memperoleh sumberdaya cahaya,
hara mineral, dan sebagainya. Kekurangan, kelebihan, atau ketidakcocokan akan
mengakibatkan cekaman (stress) pada tanaman (Hanum, 2009).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Setiap jenis


tanaman mempunyai kebutuhan terhadap faktor yang berbeda. Kebutuhan yang
terpenuhi akan menyebabkan tanaman tumbuh secara optimum. Masih-masing
jenis tanaman mempunyai batas-batas yang masih ditolerir untuk suatu faktor
yang disebut batas toleransi. Toleransi bagi tanaman adalah batas maksimum dan
minimum suatu faktor yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh (Brinker et al.,
2010). Salinitas adalah salah satu faktor yang menghambat peningkatan produksi
pada tanaman. Salinisasi adalah proses yang dihasilkan dari tinggi kadar garam
dalam air, Tren iklim yang mendukung akumulasi, Kegiatan manusia seperti
pembukaan lahan, kegiatan budidaya dan pengasinan jalan yang tertutup es,
Kegiatan manusia seperti pembukaan lahan, kegiatan budidaya dan pengasinan
jalan yang tertutup es, dan Lanskap fitur yang memungkinkan untuk menjadi
garam (Lewis, 2011). Salinitas pada tanah atau air adalah hal yang sering terjadi
pada lahan kering dan agaka kering. Salinitas dapat merusak germinasi pada
benih, mengurangi pembentukan nodul, menghambat pertumbuhan tanaman, dan
mengurangi produktifitas tanaman (Limbong, 2011).

Setiap tanaman memiliki adaptasi lingkungan berbeda. Setiap perbedaan


adaptasi menyebabkan perbedaan anatomi. Terganggunya pertumbuhan tanaman

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


karena faktor garam yang tinggi disebabkan oleh dua hal yaitu terbatas dan
akumulasi ion-ion tertentu menyebabkan keracunan pada tanaman. Tetapi yang
lebih umum, terjadinya kesulitan dalam penyerapan air (Mapegau, 2006).
Mekanisme serapan oleh tanaman adalah melalui pertukaran, difusi, dan dibantu
oleh pengangkutan atau penarikan senyawa metabolisme oleh ion. ketiga
mekanisme tersebut berkaitan dengan adanya ruang yang disebut outer space dan
ruang dalam atau inner space pada akar tanaman. Peranan utama dari koloid tanah
adalah menyerap dan mempertemukan ion, sehingga tersedia bagi tanaman
(Anonim, 2005).

Tanaman yang tidak tahan terhadap salinitas akan berpengaruh pada proses
tekanan osmosis dalam tubuhnya, terutama tanaman akan kehilangan air karena
konsentrasi tanah yang lebih tinggi dari konsentrasi akar tumbuhan menyebabkan
air dalam akar akan keluar melalui proses osmosis sehingga tanaman akan
kekurangan air dan mati. Salinitas akan menghambat pertumbuhan karena
salinitas meningkatkan energi untuk osmosis dan kerja lainnya sehingga energi
untuk pertumbuhan sangatlah kecil (Shannon,1999).

Dampak garam menekankan pada fotosintesis baik secara langsung (seperti


keterbatasan difusi melalui stomata, mesofil dan perubahan dalam metabolisme
fotosintesis) maupun tidak langsung, seperti stres oksidatif yang timbul dari
superimposisi beberapa tekanan. Keseimbangan karbon dari tanaman selama
periode stres air garam dan pemulihan tergantung pada kecepatan dan tingkat
pemulihan fotosintesis. Pengetahuan saat ini tentang keterbatasan fisiologis
pemulihan fotosintesis terhadap intensitas yang berbeda dari air dan stres garam
masih langka. Tanaman memahami dan menanggapi tekanan dengan mengubah
ekspresi gen secara paralel sehingga terjadi perubahan fisiologis dan biokimia.
Hal ini terjadi bahkan di bawah kondisi ringan sampai sedang stress (Chaves et
al., 2009).

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Pada praktikum Acara I Dasar-Dasar Ekologi mengenai Salinitas Sebagai


Faktor Pembatas Abiotik ini dilaksanakan pada hari Senin 20 April 2015 di
Laboratorium Ekologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan adalah
timbangan analitik, peralatan tanam yaitu skop, polybag, kertas label dan
penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain tanah, tiga macam jenis
benih yaitu padi (Oryza sativa), mentimun (Cucumis sativus), dan kedelai
(Glycine max), NaCl 3000 ppm dan NaCl 6000 ppm.

Mula-mula polybag disiapkan, lalu polybag diisi dengan tanah yang tersedia.
Kerikil, akar tanaman dan kotoran lainnya dibersihkan supaya tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman yang akan tanam. Tanah yang dimasukan ke dalam polybag
kira kira dari isi polybag, Biji-biji dipilih yang sehat, setelah itu masukan 5
biji yang sehat kedalam polybag. Untuk satu minggu pertama, benih
dikecambahkan terlebih dahulu di dalam polibag dan disiram dengan air biasa.
Setelah berumur 1 minggu, bibit dijarangkan menjadi 2 tanaman umtuk setiap
polibag. Kemudian, bibit disiram dengan larutan NaCl sesuai dengan perlakuan (0
ppm, 3000 ppm, dan 6000 ppm). Untuk perlakuan 0 ppm, penyiraman dilakukan
dengan air biasa. Masing-masing konsentrasi larutan garam tersebut dituang pada
tiap-tiap polibag dengan jumlah yang sama yaitu 2 gelas kecil yang telah
dissediakan. Tiap polibag harus diberi label sesuai perlakuan dan jenis
komoditasnya. Label harus mudah dibaca untuk mencegah tertukarnya suatu
perlakuan dengan perlakuan lain saat pengamatan. Penyiraman dilakukan
sebanyak 7 kali dengan selang waktu dua hari sekali, hingga umur tanaman
mencapai 21 hari. Selang hari diantara pemberian larutan garam, penyiraman tetap
dilakukan menggunakan air biasa. Pengamatan dilakukan setiap
pemberian/aplikasi penyiraman larutan garam meliputi tinggi tanaman dan jumlah
daun. Setelah 21 hari, tanaman dipanen dan diamati panjang akar, bobot segar dan
bobot kering tanaman. Pada akhir percobaan, dihitung rerata dari seluruh data
yang terkumpul tiap ulangan pada tiap perlakuan kemudian dibuat Grafik Tinggi
Tanaman, Grafik Jumlah Daun, Histogram Panjang Akar, Histogram Bobot Segar

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


dan Histogram Bobot Kering pada masing-masing konsentrasi garam tiap
komoditas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Tabel 1.1 Tinggi Tanaman Padi dalam Berbagai Perlakuan

PERLAKUA Rerata Tinggi Tanaman Hari ke-


N 7 9 11 13 15 17 19 21
Padi/0 10,1 15,3 16,8 15,6 15, 14, 15, 15,
ppm 0 4 3 1 4 4 2 1
14,8 16,9 17,2 19, 20, 19, 20,
3000 ppm 9,26 3 4 3 0 0 5 2
10,8 14,2 16,7 17,1 18, 20, 19, 19,
6000 ppm 2 5 2 6 2 4 4 9

Tabel 1.2. Jumlah Daun Tanaman Padi dalam Berbagai Perlakuan

PERLAKUA Rerata Jumlah Daun Hari ke-


N 7 9 11 13 15 17 19 21
Padi/0 2,3 2,5
1,42 1,83 2,33 2,42 2,58 2,83
ppm 3 8
2,5 2,9
1,42 1,83 2,42 3,00 3,17 3,17
3000 ppm 0 2
2,3 2,8
1,42 1,83 2,33 2,75 3,25 3,25
6000 ppm 3 3

Tabel 1.3. Tabel Bobot Segar (BS), Bobot Kering (BK), dan Panjang Akar (cm)

Luas
BS BK
Tanaman Perlakuan PA (cm) Daun
(gram) (gram)
(cm)
0ppm 0,73 0,04 11,11 6,37
Padi 3000ppm 3,98 0,06 13,40 8,62
6000ppm 3,75 0,07 15,62 6,31

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


B. Pembahasan
Suatu organisme di dalam perkembangan dan pertumbuhannya akan
ditentukan dan dipengaruhi oleh bahan atau faktor penting yang dalam keadaan
minimum, faktor inilah yang disebut faktor pembatas. Faktor pembatas adalah
faktor yang tidak hanya mengganggu dalam jumlah yang terlalu sedikit saja, tetapi
juga dalam jumlah yang terlalu banyak. Misalnya faktor air, panas, salinitas, dan
lain-lain. Salah satu faktor pembatas yang dapat kita temui adalah kadar garam
yang terkandung dalam tanah yang disebut salinitas. Salinitas adalah tingkat
keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas merupakan salah satu
pembatas abiotik yang berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas tanaman.
Garam-garam yang terlarut di dalam tanah merupakan unsur esensial bagi
pertumbuhan tanaman, tetapi kehadiran larutan garam yang berlebih di dalam
tanah akan meracuni tanaman dan dapat meningkatkan tekanan osmosis. Setiap
tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam menanggapi kadar salinitas
yang terkandung dalam tanah.

Perngaruh salinitas terhadap tanaman seperti menghalangi


perkecambahan, mengurangi pertumbuhan tunas, memperlambat perkembangan
tanaman, dan mengurangi hasil panen. Kadar garam yang terkandung dalam suatu
tanah memiliki komposisi yang berbeda-beda, setiap tanaman memiliki batas
minimum dan maksimum dalam menyikapi kandungan garam dalam tanah.
Berdasarkan ketahanan tanaman terhadap salinitas, tanaman dibagi menjadi 3
kelompok yaitu kelompok glikofit, halofit, dan euhalofit. Tanamaan halofit adalah
tanaman yang toleran terhadap kadar garam contohnya, padi (Oryza sativa).
Tanaman glikofit adalah tanaman yang rentan terhadap kadar garam contohnya,
mentimun (Cucumis sativus). Sedangkan, tanaman euhalofit adalah tanaman yang
hidup di kadar garam yang tinggi, contohnya kelapa (Cocos nucifera).

Salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perputaran air,


keberadaan unsur kimia dalam tanah, penguapan, dan curah hujan. Saat terjadi
penguapan, semakin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
tingkat salinitasnya akan semakin tinggi dan sebaliknya pada daerah yang
memiliki tingkat penguapan air lautnya rendah, daerah itu akan memiliki tingkat

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


salin yang rendah. Selain itu, curah hujan yang semakin tinggi di suatu wilayah
maka salinitasnya akan rendah dan sebaliknya rendah curah hujannya, maka
salinitas akan tinggi.

Pengaruh faktor salinitas sebagai faktor pembatas pertumbuhan pada


praktikum ini diamati pada 3 jenis tanaman budidaya, yaitu padi (Oryza sativa),
mentimun (Cucumis sativus), dan kedelai (Glycine max). Ketiganya merupakan
tiga jenis tanaman yang memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap kadar
garam. Tiap tanaman yang digunakan mendapatkan 3 perlakuan salinitas 0 ppm,
3000 ppm, 6000 ppm. Namun kali ini hanya akan dibahas mengenai tinggi
tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot segar dan bobot kering, serta luas daun
pada tanaman padi (Oryza sativa).

Grafik Tinggi Tanaman Padi


25.00
20.00
0ppm
15.00 3000ppm
Tinggi Tanaman (cm) 10.00 6000ppm
5.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7
Hari Pengamatan

Grafik 1.1. Tinggi Tanaman Padi

Grafik 1.1 Tinggi tanaman padi (Oryza sativa)

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa grafik tinggi tanaman
padi tiap perlakuan salinitas yang diberikan mengalami perbedaan yang tidak
terlalu signifikan. Jika diurutkan dari tanaman yang memiliki tinggi tanaman
paling tinggi didapat perlakuan 0 ppm > 6000 ppm > 3000 ppm. Berdasarkan
grafik tersebut, pertumbuhan tanaman padi tidak berbeda secara signifikan
hanya berbeda sedikit. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa
tanaman padi tahan terhadap keadaan salin. Hasil ini sesuai teori yang
menyatakan bahwa tanaman padi tahan terhadap keadaan salinitas karena padi
merupakan tanaman yang termasuk kedalam jenis tanaman halofit.

Jumlah Daun
Tanaman Padi
4.00
0ppm
3.00 3000ppm
2.00 6000ppm
Jumlah Daun
1.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7
Hari Pengamatan

Grafik 1.2 Jumlah daun tanaman padi (Oryza sativa)

Berdasarkan grafik tersebut, tidak terlalu terlihat perbedaan jumlah daun pada
setiap perlakuan yang diberikan. Jika diurutkan dari jumlah daun yang paling
banyak adalah pada perlakuan 0 ppm, selanjutnya pada perlakuan 3000 ppm dan
6000 ppm yang memiliki rata-rata jumlah daun yang sama. Hasil yang diperoleh

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


ini sesuai dengan teori yaitu salinitas yang tinggi menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan dengan jumlah daun yang tidak optimal.

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


Histogram Panjang Akar Tanaman Padi
12.00

10.00

8.00

6.00
Panjang (cm)
4.00

2.00

0.00
0ppm 3000ppm 6000ppm

Perlakuan

Histogram 1.1 Panjang akar tanaman padi (Oryza sativa)

Dari histogram panjang akar di atas, dapat diketahui bahwa perlakuan


salinitas mempengaruhi panjang akar tanaman padi. Jika diurutkan dari akar yang
paling panjang, didapat perlakuan 60000 ppm > 3000 ppm > 0 ppm. Akar
tanaman padi tumbuh optimal pada 6000 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman padi termasuk tanaman halofit yang pertumbuhannya toleran terhadap
salinitas. Berdasarkan grafik tersebut, diketahui pula bahwa padi toleran terhadap

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


kondisi salin yang tinggi sehingga panjang akar dengan perlakuan 6000 ppm lebih
baik dibandingkan dengan panjang akar dengan perlakuan 3000 ppm. Tetapi
menurut teori, semakin tinggi salinitasnya maka panjang akarnya akan lebih
pendek dibandingkan dengan kadar salinitas yang rendah (Alrahman et al.,2005).
Namun karena padi merupakan salah satu tanaman yang tahan terhadap tingkat
salin yang tinggi atau biasa disebut dengan tanaman halofil, maka sifat tidak heran
kalau akar tanaman padi lebih panjang pada saat diberi perlakuan 6000 ppm.

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


Histogram Bobot Segar & Bobot Kering Tanaman Padi
0.60

0.50

0.40

0.30
BS (gram)
Bobot (gram) 0.20 BK (gram)

0.10

0.00

Perlakuan

Histogram 1.2 Bobot segar dan bobot kering tanaman padi (Oryza sativa)

Berdasarkan histogram tersebut, diketahui bahwa perlakuan salinitas


mempengaruhi bobot segar dan bobot kering tanaman padi. Pada histogram diatas,
terlihat bahwa perbandingan berat kering dan berat basah terlalu jauh. Ini
dikarenakan tanaman padi memiliki kandungan air yang sangat banyak pada saat

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


ditimbang berat segarnya. Jika diurutkan dari yang paling besar bobot segarnya,
didapat perlakuan 6000 ppm > 0 ppm > 3000 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman padi tumbuh dengan baik pada lingkungan salin. Ini terjadi karena
kandungan nutrisi yang cukup pada tanaman tersebut sehingga bobotnya besar.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan
tanaman akan terhambat seiring meningkatnya salinitas. Namun, pada grafik
tersebut ditunjukkan bahwa 6000ppm > 3000 ppm. Hal ini dapat terjadi karena
tercukupinya nutrisi tanaman oleh faktor lain sehingga pengaruh faktor salinitas
tidak terlihat jelas. Pada dasarnya, tanaman padi tumbuh dengan baik pada
salinitas yang tinggi.
Jika dilihat berdasarkan hasil bobot keringnya, perlakuan 3000 ppm >
6000 ppm > 0 ppm. Diketahui bahwa tanaman padi mempunyai bobot optimal
pada salinitas 30000 ppm. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa tanaman juga memerlukan lingkungan salin termasuk padi. Berdasarkan
grafik tersebut, diketahui pula bahwa perlakuan 3000 ppm lebih baik
dibandingkan dengan bobot dengan perlakuan 6000 ppm sehingga dapat
dikatakan bahwa padi toleran terhadap kondisi salin, namun tingkat salinnya yang
tidak terlalu tinggi.

Histogram Luas Daun Tanaman Padi


35.00
30.00
25.00
20.00
Luas (cm2) 15.00
10.00
5.00
0.00
0ppm 3000ppm 6000ppm

Perlakuan

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


Histogram 1.3 Luas daun tanaman padi (Oryza sativa)

Dilihat dari histogram luas daun tanaman padi, luas daun tanaman padi yang
diberikan perlakuan 3000 ppm lebih luas dari pada yang diberi perlakuan 0 ppm
dan 6000 ppm. Pada perlakuan 0 ppm luas daun adalah 27.6, pada perlakuan 3000
ppm luas daunnya adalah 31.5, sedangkan luas daun perlakuan 6000 ppm adalah
18.1. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin tinggi
salinitasnya maka akan menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri baik dari
akar, daun, batang, hingga metabolismenya. Pada dasarnya tanaman padi adalah
termasuk tanaman halofil yang tahan terhadap salinitas, sehingga tanaman padi
masih dapat menghasilkan luas daun yang lebar pada tingkat salin 300 ppm.

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


V. KESIMPULAN

1. Salinitas memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman seperti tinggi


batang, jumlah daun maupun panjang akar. Dibutuhkan kadar yang sesuai
dengan masing-masing tanaman, tetapi bila dalam jumlah besar akan
menghambat aktivitas tanaman seperti mengganggu pertumbuhan,
produktivitas tanaman dan fungsi-fungsi fisiologis tanaman secara normal
terutama pada jenis-jenis tanaman pertanian. Salinitas menekan proses
pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat perbesaran dan
pembelahan sel, produk protein, serta penambahan biomassa tanaman
2. Dalam menanggapi keadaan salinitas yang berbeda, maka tanaman akan
beradaptasi pada lingkungan yang salin tersebut. Tanggapan tanaman
terhadap salinitas terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok euhalofit
(toleran terhadap salinitas tinggi), halofit (toleran terhadap salinitas
sedang), dan glikofit (rentan terhadap salinitas). Berdasarkan hasil
pengamatan, diketahui bahwa tanaman padi (Oryza sativa) merupakan
contoh tanaman halofit.

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik


DAFTAR PUSTAKA

Alrahman, Naseem M.A.,R.A.Shibli.,K.Ereifej., and M.Y. Hindiyeh.2005.


Influence of salinity on growth and physiology of in vitro grown
cucumber (Cucumis sativus L.). Jordan Journal of Agricultural
Science 1:93-94.
Anonim. 2005. Mekanisme serapan oleh tanaman.
<http://www.flora_gramediamajalah.nrw.gid.gov.au/salinity/audit/
maps.html> Diakses pada 30 April 2015.
Brinker, Mikael, A. Payam, and J.Dennis. 2010. Contribution of biotic and
abiotic factor to soil aggregation across a land use gradient. Soil
Biology and Biochemistry. 42: 2316-2324.
Hanum, C. 2009. Ekologi Tanaman. USU press, Medan.
Lewis, E.L. 2011. Background paper and supporting environment
protection.Canadian Environment Protection 21:124-127.
Limbong, I., A. Setiawan, dan N. Kurniawati. 2011. Pengaruh
salinitas terhadap pertumbuhan benih ikan Rainbow Kurumoi
(Melanotaenia parva). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 2:1-8.
Mapegau. 2006. Pengaruh salinitas tenah terhadsp hasil dan distriubusi bahan
kering pada tanaman jagung kulvitar juna selama fase pengisian
biji. Jurnal Agrivitor 6:9-17.

Shannon, M.C. 1999. Breeding, Selection and The Genetics of Salt Tolerance.
U.S Departement of Agriculture. California.

Acara 1: Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik

You might also like