You are on page 1of 14

ACARA III

PENGARUH HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN


TANAMAN BUDIDAYA

I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan
tanaman budidaya
2. Mengetahui perbedaan tanggapan perkecambahan beberapa tanaman
budidaya pada kondisi asam

II. TINJAUAN PUSTAKA


Udara merupakan faktor yang penting bagi makhluk hidup, tetapi seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, perkembangan industri dan makin
padatnya transportasi menyebabkan kualitas udara mengalami penurunan.
Penurunan kualitas udara ini disebabkan adanya berbagai macam polutan gas hasil
berbagai aktifitas antropogenik dan pencemaran (Sari,2009). Polutan gas yang
berada di atmosfer akan menyebabkan komposisi gas di atmosfer berubah,
sehingga juga akan merubah kualitas hujan yang turun di wilayah tersebut
(Nazarudin, 2010).Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi
basah.
Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan makhluk hidup oleh
asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan, karena
pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu, deposisi
kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa
udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi ini terjadi dekat dari sumber
pencemaran. Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini
terjadi apabila asam di dalam udara larut dalam butir-butir air di awan (Rain,
1998).
Hujan secara alami bersifat asam dengan pH sedikit di bawah 6 dan
karbondioksida (CO2) di udara terbawa dan larut dalam air hujan membentuk
asam lemah. Air hujan dengan pH < 5,6 didefinisikan sebagai hujan asam. Hujan
asam dapat disebabkan oleh proses alam, misalnya emisi gas gunung api dan
aktivitas manusia. Hujan asam yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
industri, pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan pabrik pengolahan pupuk
untuk pertanian (terutama amonia) (Matahelumual, 2010).
Hujan asam disebabkan karena polusi udara dari keberadaan CO 2, SO2 dan
NO2, telah lama mengalami diseluruh dunia, meskipun dengan variasi intensitas
kejadian dalam wilayah dan waktu tahun yang berbeda. Ketika bahan bakar fosil
seperti minyak batu bara, bensin dan bahan bakar dibakar, mereka memancarkan
oksida sulfur, karbon dan nitrogen diudara.oksida ini bergabung dengan
kelembaban diudara untuk membentuk asam sulfat, karbonat asam dan asam nitrat
masing-masing.Ketika hujan atau salju, asam ini dibawa kebumi dan ini yang
disebut hujan asam (Yadav, 2013)
Tingkat keasaman yang tinggi pada hujan asam disebabkan oleh adanya unsur-
unsur sulfur oksida (Sox) dan nitrogen oksida (Nox). Penambahan unsur tersebut
ke atmosfir yang merupakan penyebab hujan asam lebih disebabkan oleh aktivitas
manusia. Aktivitas manusia yang dapat memicu terjadinya hujan asam adalah
pembakaran bahan bakar fosil, dan ini banyak ditemui pada pabrik dan juga
kendaraan bermotor (Sutanto dan Iryani, 2011).
Oksidasi dari Nitrogen (NO dan NO2) adalah kategori kelima dalam polutan di
udara. Beberapa senyawa mengandung Nitrogen dan Oksida dalam kombinasi
yang berbeda, Nitrogen oksida (NO) dan Nitrogen dioksida (NO2) adalah bentuk
yang biasa atau umum. Ketika pembakaran berinteraksi dengan udara, Nitrogen
dan molekul Oksida dari udara dapat bereaksi dengan yang lainnya (Odum, 1993).
Dampak hujan asam terhadap lingkungan sangat penting dan perlu mendapat
perhatian serius, karena hujan asam berdampak negatif pada lingkungan, seperti
terjadinya kerusakan-kerusakan pada bangunan dan benda-benda yang terbuat dari
logam dan juga terjadinya pengasaman danau-danau dan sungai (Budiyono,
2009). Polusi ini akan menyebar dari sumbernya melalui proses dispersi dan
disposisi, yang dapat menurunkan kualitas udara, air, dan tanah (Iswan, 2010).
Hujan asam yang terjadi dalam periode lama dapat menghilangkan
kemampuan penyangga dari tanah secara bertahap dan mengakibatkan kelarutan
ion Mn dan Al pada tumbuhan. Gejala keracunan SO2 pada tumbuhan berupa
bercak nekrosis pada bagian tepi dan jaringan antar tulamg daun berwarna hijau
gelap yang didahului kenampakan seperti berair. Bercak tersebut merupakan

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
indikasi adanya perusakan pada sel mesofil pada daerah sekitar stoma. Efek SO2
terhadap tumbuhan tampak terutama pada daun yang menjadi putih (nekrosis).
Pengaruh pada daun terutama terjadi pada siang hari sewaktu stomata terbuka.
Apabila yang terpapar CO2 itu sayuran, maka perubahan warna pada daun
tentunya sangat mempengaruhi harga jual sayur (Hartati, 2004).

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Ekologi acara III yang berjudul Dampak Hujan


Asam terhadap Perkecambahan Tanaman Budidaya, dilaksanakan pada Senin, 4
Mei 2015 di Laboratorium Ekologi tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada kegiatan ini, alat-
alat yang digunakan, antara lain: petridish, sprayer plastik, gelas ukur, erlenmeyer,
pipet, dan pH tester. Adapun bahan-bahan yang diperlukan, antara lain: padi
(Oryza sativa), jagung (Zea mays), kacang hijau (Vigna radiata), H2SO4,
aquadses, dan kertas filter.

Pada tahap pertama, larutan asam dibuat dengan menggunakan aquades


sebanyak 500 ml yang ditetesi dengan H2SO4, sampai mencapai keasaman tertentu
yang dapat diketahui dengan menggunakan pH tester. Banyaknya larutan yang
digunakan dicatat untuk mempermudah pembuatan larutan tersebut. Selanjutnya
dengan cara tersebut dibuat dengan larutan asam dengan keasaman yang berbeda-
beda yaitu pH 4, pH 5, pH 6, dan pH 7. Masing-masing larutan dengan kadar
asam yang berbeda-beda tersebut dimasukkan dalam sprayer plastik yang
berlainan yang telah ditempeli label. Sebanyak 12 petridish disiapkan untuk 4
perlakuan keasaman dan 3 jenis tanaman budidaya. Biji yang telah disiapkan
diatur dalam cawan petridish yang tellah dilapisi kertas filter. Masing-masing
petridish untuk 10 benih tanaman. Benih yang telah diatur dalam petridish disiram
dengan larutan dari sprayer sesuai perlakuan dengan jumlah semprotan yang sama
untuk tiap-tiap petridish. Pengamatan dilakukan selama 7 hari yaitu, jumlah biji
yang berkecambah, panjang batang (cm), dan panjang akar (cm). Setelah itu, pada
hari ke-7 yang diamati, antara lain: kecepatan berkecambah, gaya berkecambah,
dan dan rasio akar (cm) batang. Grafik perkecambahan dalam berbagai perlakuan

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
dibuat. Untuk menghitung gaya berkecambah (GB), indeks vigor (IV), dan rasio
akar/batang, digunakan rumus sebagai berikut:
Gaya berkecambah dihitung dengan rumus :
biji yang berkecambah sampai hari ke-n
GB= x 100%
biji yang dikecambahkan
Indeks vigor dihitung dengan rumus:
biji yang berkecambah pada hari ke-n
IV=
Hari ke-n
Rasio akar atau batang hari pengamatan terakhir yaitu :
Panjang akar
Ratio =
Panjang batang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Tabel 3.1 Indeks Vigor Tanaman Jagung
Jagung Hari pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7
pH 3 0.00 2.75 1.50 0.00 0.00 0.00 0.00
pH 4 0.00 2.00 1.83 0.00 0.00 0.00 0.00
pH 5 0.00 3.00 1.17 0.00 0.00 0.00 0.00
pH 7 0.00 2.50 1.17 0.13 0.00 0.00 0.00

Tabel 3.2 Banyak Biji Berkecambah Tanaman Jagung


Banyak biji berkecambah pengamatan ke-n
Jagung
1 2 3 4 5 6 7
pH 3 0 5.5 4.5 0 0 0 0
pH 4 0 4 5.5 0 0 0 0
pH 5 0 6 3.5 0 0 0 0
pH 7 0 5 3.5 0.5 0 0 0

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
Tabel 3.3 Panjang Akar Tanaman Jagung
Panjang akar(cm) pada pengamatan ke-n
Jagung
1 2 3 4 5 6 7
pH 3 0.00 0.41 2.04 5.46 6.61 8.70 11.84
pH 4 0.00 0.57 1.89 5.38 6.95 10.04 12.47
pH 5 0.00 0.70 2.58 6.19 8.08 9.30 12.15
pH 7 0.00 0.90 1.46 4.96 6.49 7.54 10.07

Tabel 3.4 Panjang Batang Tanaman Jagung


Jagung Panjang batang(cm) pada pengamatan ke-n
1 2 3 4 5 6 7
pH 3 0.000 0.000 0.960 1.680 2.515 3.790 4.910
pH 4 0.000 0.000 0.813 1.760 2.650 3.855 5.415
pH 5 0.000 0.000 1.266 2.145 3.240 4.740 6.030
pH 7 0.000 0.000 0.702 1.780 2.725 3.910 4.935

Tabel 3.5 Gaya Berkecambah Tanaman Jagung


Gaya BerkecambahTanaman Padi
Perlaakuan Persentase %
pH 3 100
pH 4 95
pH 5 95
pH 7 90

B. Pembahasan
Hujan asam didefinisikan sebagai hujan yang terjadi dengan pH kurang dari
5,6. Hujan asam disebabkan karena oleh zat pencemar oksida belerang (SO x) dan
Nitrogen (NOx) yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak dan batu
bara. Kedua zat ini yang menyebabkan polusi pada hujan asam. Sebagian besar,
hujan asam disebabkan oleh kegiatan industri di berbagai negara khususnya di
negara maju, yang tidak memperhatikan keserasian lingkungan. Meskipun
kegiatan manusia menyebabkan hujan asam paling besar, beberapa hujan asam
terjadi secara natural seperti erupsi gunung berapi yang menimbulkan asap yang
mengandung uap air, karbondioksida, sulfur dioksida dan senyawa nitrogen.
Senyawa-senyawa tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan atau
graminae yang mempunyai batang tunggal. Jagung merupakan tanaman hari
pendek. Tanaman jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
tinggi. Hasil penelitian Fox (1979) disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan
parameter yang lebih tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada
tanah masam. Tanaman jagung akan di bawah 90% dari maksimum apabila
kejenuhan Al melebihi 12%. Bila kejenuhan Al>40% pertumbuhan tanaman
jagung akan menurun secara tajam (Kamprath and Foy, 1997 cit. Indrasari &
Syukur 2006).
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen
biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan
baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat didalam biji,
misalnya radikula dan plumula. Perkecambahan benih jagung terjadi ketika
radikula muncul dari kulit benih. Proses perkecambahan dimulai ketika terjadi
penyerapan air oleh benih melalui proses imbibisi. Proses ini menjadikan benih
membengkak diikuti oleh peningkatan aktivitas enzim serta respirasi.. Umumnya
kecambah jagung akan muncul di permukaan pada 4-5 hari setelah tanam.
Biji yang berkecambah memerlukan kondisi tertentu yang mendukung proses
perkecambahan biji diantaranya kondisi lingkungan yang sesuai. Kadar atau
tingkat keasaaman tanah sangat mempengaruhi mudah tidaknya suatu biji
berkecambah. Perbedaan masa dormansi dapat diubah oleh lingkungan asam atau
basa, sehingga ada tanaman yang cepat berkecambah pada kondisi asam, tetapi
ada yang tidak berkecambah pada kondisi tertentu. Pada pertumbuhan tanaman
seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, indeks vigor, gaya
berkecambah, dan bobot seluruh tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kadar
asam yang dikandung oleh tanaman. Oleh karena itu, tingkat adaptasi berbagai
tanaman pada tingkat kemasaman berbeda harus diketahui sehingga nantinya
dapat memahami jenis tanaman yang cocok dikembangkan pada kadar asam yang
tinggi maupun rendah.

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
1. Indeks vigor
Indeks vigor merupakan indikator untuk mengetahui kecepatan dan
keseragaman perkecambahan Indeks vigor menggambarkan biji yang
hanya berkecambah pada hari ke-n . Rumus indeks vigor adalah:
Jumlahbijiyangberkecambahpadahariken
IV =
Hariken

Grafik Indeks Vigor Tanaman Jagung


3.5
3
pH 3
2.5
pH 4
2
pH 5
Indeks Vigor 1.5
pH 7
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7

Hari Pengamatan

Grafik 3.1 Indeks vigor tanaman jangung (Zea mays)

Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa indeks vigor tanaman jagung
mengalami perkecambahan tertinggi pada hari kedua dengan pH 5. Dilihat dari
rata-rata indeks vigot didapat pH 3 memiliki indeks vigor yang paling besar

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
selanjutnya pH 5, pH 7 dan yang terendah adalah pada pH 4. Indeks vigor paad
pH 5 memiliki kenaikan yang cukup tinggi pada hari ke dua, dan pada hari
selanjutnya mengalami penurunan secara drastic. Sedangkan, untuk pH 3 tanaman
jagung mengalami kenaikan pada hari kedua sama seprti pada pH 5, namun tak
setinggi kenaikan pada pH 5. Namun pada hari selanjutnya, perkecambahan
jagung pada pH 3 tidak terlau mengalami penurunan secara drastis seperti pada
pH 5. Secara keseluruhan pada hari ke empat dampai dengan hari ke tujuh, nilai
indeks vigor mengalami penurunan yaitu sebesar 0.

Grafik Panjang Akar Tanaman Jagung


14
12
pH 3
10
pH 4
8
Panjang (cm) 6 pH 5
4 pH 7
2
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari Pengamatan

Grafik 3.2 Panjang akar tanaman jangung (Zea mays)

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
Dari grafik panjang akar tanaman jagung diatas, dapat dilihat bahwa akar
tanaman jagung tumbuh dengan baik pada media dengan pH 5 dan 4. Ini
menunjukkan bahwa tanaman jagung dapat tumbuh optimal pada suasana asam.
Pada pH3 , akar tanaman jagung tidak menunjukan perbedaan yag signifikan.
Namun pada kondisi pH 7, panjang akar terpaut cukup jauh dengan pH yang
lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanaman jagung toleran
terhadap kondisi asam dan akan tumbuh optimal pada kondisi lingkungan yang
memiliki pH asam.

Grafik Panjang Batang Tanaman Jagung


7
6 pH 3
5
pH 4
4
pH 5
Panjang (cm) 3
2 pH 7
1
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari Pengamatan

Grafik 3.3 Panjang batang tanaman jangung (Zea mays)

Dari grafik panjang batang tanaman jagung diatas, dapat dilihat bahwa batang
tanaman jagung terpanjang tumbuh pada pH 5, yang disusul oleh pH 4, pH 7 dan

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
yang paling terendah adalah pada pH 3. Pertumbuhan yang stabil terjadi antara
pH 5 dibandingkan dengan pH 3, pH 4, ataupun pH 7. Pertumbuhan batang
tanaman jagung pada pH 5 memiliki peningkatan yang konstan dan terus
mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jagung dapat tumbuh
optimal pada pH 5.

Rasio Akar dan Batang Tanaman Jagung


8
7
6 pH 3
5 pH 4
4 pH 5
RAsio Akar/Batang
3 pH 7
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7

Hari Pengamatan

Grafik 3.4 Rasio panjang akar : panjang batang tanaman jangung (Zea mays)

Rasio panjang akar:panjang batang menunjukan keseimbangan


pertumbuahan akar dengan tanaman. Tanaman yang bagus adalah tanaman yang
memiliki akar yang panjang yang diimbangi dengan batang yang panjang. Akar

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
yang panjang dapat mensuplai unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Panjang suatu batang juga diperlukan oleh tanaman agar tercipta kematangan
secara fisiologis dan memiliki kekuatan untuk berdiri kokoh tegak. Pengaruh
keasaman terhadap rasio panjang akar:panjang batang ditentukan oleh panjang
akar dan batang tergantung pada tingkat toleransi tanaman terhadap kondisi
lingkungan yang asam. Pada percobaan yang dilakukan didapatkan rasio panjang
akar:panjang batang pada tanaman jagung paling tinggi pada pH 4, kemudian pH
3 yang disusul oleh pH 5 dan yang terakhir pada pH 7.

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
Histogram Gaya Berkecambah Tanman Jagugung
105

100

95
Persentase (%)
90

85
pH 3 pH 4 pH 5 pH 7

Perlakuan

Histogram 3.1 Panjang akar tanaman jagung (Zea mays)

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa gaya berkecambah pada tanaman


jagung telah mencapai 100%, yaitu pada kondisi pH 3. Sedangkan untuk pH 4 dan
pH 5 memiliki gaya berkecambah 95% dan untuk pH 7 memiliki gaya
berkecambah paling rendah yaitu 90%. Hal ini juga menunjukkan bahwa tanaman
jagung dapat berkecambah pada kondisi asam atau dapat dikatakan bahwa
tanaman jagung toleran terhadap kondisi lingkungan yang masam.

V. KESIMPULAN
1. Hujan asam dapat mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman jagung (Zea
mays), tanaman jagung dapat tumbuh optimal pada keadaan asam.

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
2. Tanaman jagung (Zea mays) dapat tumbuh optimal pada pH 5. Hal ini
membuktikan bahwa tanaman jagung toleran terhadap keadaan yang
masam.

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya
DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2009. Pencemaran udara: Dampak pencemaran udara pada lingkungan.


Jurnal berita dirgantara 2: 37-40.
Hartati, R.M. 2002. Sulfur Dampaknya Terhadap Ekosistem. Buletin Ilmiah
INSTIPER (9) : 57-65.
Indrasari, Aini, dan Abdul Syukur, 2006, Pengaruh pemberian pupuk kandang dan
unsur hara mikro terhadap pertumbuhan jagung pada ultisol yang
dikapur, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6.2: 116-123.
Iswan. 2010. Penaggulangan limbah PLTU batu bara. Jurnal ilmiah teknik mesin
2: 71.
Matahelumual, B.C. 2010.Potensi terjadinya hujan asam di Kota Bandung. Jurnal
Lingkungan dan Bencana Geologi 1: 60-70.
Nazarudin, Leni. 2010. Trend hujan asam di Jakarta. Buletin Meteorolgi,
Klimatologi, Kualitas Udara, Geofisika, dan Lingkungan 3: 139-146.
Odum, P. 1993. Basic Ecology. Saunder College Publishing, Philadelphia.
Rain, A. 1998. Atmosphere. Academic Press, New York
Sari, R. P., S. B. Rushayati dan R. Hermawan. 2009. Acid rain on several landuses
in bogor regency and cit. Media Konservasi. 9: 77 79.
Sutanto dan Ani Iryani. 2011. Hujan asam dan perubahan kadar nitrat dan sulfat
dalam air sumur di wilayah industri cibinong-citeureup Bogor. Jurnal
Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management
Technology) 14 : 1-9.
Yadav, R.C. 2013. Combating acid rain: Physically based process and product.
Hydrology Current Research 4: 1-5.

Acara 3: Pengaruh Hujan Asam terhadap


Perkecambhan Tanaman Budidaya

You might also like