You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan buku dengan
judul Pedoman Penyelenggaraan Ambulance Desa Sibang Kaja tepat pada waktunya.
Pedoman buku ini dibuat untuk mengetahui alur pelaksanaan dari Ambulance Desa.
Pedoman buku ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri,
melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan
ini, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. I Nyoman Giri Prasta,S.Sos, selaku Bupati Badung, yang telah memberikan kesempatan
untuk menjalankan program ambulance desa di sibang kaja.
2. Drs. I Ketut Suiasa, SH, selaku Wakil Bupati Badung, yang telah memberikan
kesempatan untuk menjalankan program ambulance desa di sibang kaja.
3. Dr. I Gede Putra Suteja, selaku Kadis Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Badung,
yang telah memberikan ijin untuk mengikuti pelatihan ambulance desa di Kabupaten
Badung.
4. Ns. I Nengah Suarmayasa, S.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan materi dan masukan untuk kesempurnaan pedomanan Ambulance Desa.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
penyusunan dan penyelesaian usulan penelitian ini.
Untuk kesempurnaan usulan penelitian ini, masukan dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan.

Badung, Januari 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu
untuk hidup sehat. Maka dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan
edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya
masyarakat yang ada (Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar-
Jaga, Ambulan Desa, dll).
Konsep Desa Siaga, dimana salah satu indikatornya adalah meningkatnya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Awalnya program ini dalam suatu
Desa Siaga akan dapat menggambarkan suatu masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang
gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat,
secara gotong royong. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak kejadian
kegawatdaruratan khususnya pada ibu dan anak yang mengalami keterlambatan penanganan
disebabkan kurang tanggapnya dan kesiagaan masyrakat dibidang transportasi menuju sarana
kesehatan sehingga angka kematian masih tinggi dimasyarakat. Salah satu upaya
pencegahannya yaitu dengan program ambulan desa yang mampu membantu masyarakat
dalam menanggulangi kegawat daruratan dan keselamatan ibu dan anak secara aman dan
cepat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, maka diperoleh rumusan masalah,
bagaimana Perencanaan Ambulan Desa agar dapat terlaksana dengan baik?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Perencanaan Ambulan Desa
sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pentingnya dan tujuan ambulan desa
b. Untuk mengidentifikasi unsur-unsur perencanaan ambulan desa
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian ambulan desa


a. Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling peduli
sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang
berbentuk alat transportasi.
b. Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan.

B. Peran dan fungsi ambulace desa


Peran dan fungsi ambulan desa adalah sebagai alat transportasi untuk mempercepat
pelayanan kegawat daruratan masalah kesehatan, bencana serta kesiapsiagaan mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi di suatu wilayah atau desa.
C. Tatalaksana, alur, sarana dan prasarana
1. Tatalaksana
a. Persyaratan kendaraan dan fasilitas ambulance mengikuti persyaratan dari
Departemen Kesehatan RI.
b. Ambulance merupakan kendaraan roda empat dengan luas ruangan yang cukup
memadai untuk membawa pasien dalam keadaan berbaring beserta petugas medis
dan dapat melakukan tindakan medis yang diperlukan.
c. Ambulance dilengkapi peralatan untuk monitoring dan pelayanan Bantuan Hidup
Dasar.
d. Ambulance harus memiliki penampilan dan dilakukan pemeliharaan yang baik
karena merupakan media promosi rumah sakit.
e. Pemeliharaan kendaraan dikelola oleh bagian rumah tangga/petugas yang
ditunjuk

2. Alur

3. Sarana dan prasarana


Persyaratan Kendaraan, Secara teknis menurut Depkes RI tahun 2004:
a) Kendaraan roda empat / lebih dengan suspensi lunak.
b) Warna kendaraan putih dengan pengenal khusus (pada tulisan nama rumah sakit
dan ambulance) yang memantulkan cahaya
c) Tulisan AMBULANCE pada bagian depan kendaraan ditulis terbalik dan
memantulkan cahaya
d) Di belakang dan di samping kiri dan kanan kendaraan terdiri dari : logo dan nama
rumah sakit
e) Logo Rumah Sakit di pintu depan kanan dan kiri.
f) Pintu belakang tidak mengganggu keluar masuknya stretcher.
g) Lampu rotator warna biru terletak di tengah atap kendaraan.
h) Dinding dan lantai kendaraan tidak membentuk sudut, dengan lantai landai.
i) Ruang dalam kendaraan cukup luas untuk bekerja dan infus dapat menetes dengan
baik.
j) Tempat duduk bagi petugas / pendamping di ruang penderita dapat dibuka / dilipat
(captain seat).
k) Ruangan penderita mempunyai akses dengan tempat pengemudi.
l) Gantungan infus 2 (dua) buah terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat
tidur penderita.
m) Didalam ambulance terdapat peta wilayah setempat.
n) Tulisan sponsor (jika ada) hanya boleh diletakkan di samping belakang kiri dan
kanan dengan ukuran maksimal 10 x 50 cm.

Sarana Medis :
a) Tabung oksigen dengan peralatannya
b) Alat penghisap cairan/lendir 12 Volt DC
c) Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-dewasa, dll)
d) Obat-obatan sederhana, cairan infuse secukupnya

Petugas :
a) 1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan berkomunikasi
b) (satu) perawat dengan kemampuan PPGD

Tata tertib :
a) Sewaktu menuju tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan rotator
b) Selama mengangkut penderita hanya menggunakan lampu rotator .
c) Mematuhi semua peraturan lalu lintas
d) Kecepatan kendaraan maksimum 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas
hambatan.
e) Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan
lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita
setiap 15 menit.
f) Petugas memakai seragam awak ambulans dengan identitas yang jelas.
D. Mekanisme operasional ambulance desa
1. Petugas menyatakan pasien perlu rujukan
2. Petugas menjelaskan dan meminta persetujuan kepada keluarga pasien untuk
dirujuk.
3. Keluarga pasien setuju.
4. Petugas membuat surat rujukan.
5. Petugas membuat rincian biaya pasien yang sudah diberikan terapi, bagi pasien
yang tidak mendapat terapi cukup membayar biaya ambulan saja.
6. Keluarga pasien membayar dan menerima kwitansi dan surat rujukan
7. Petugas menerima pembayaran.
8. Petugas mempersiapkan kesiapan pasien dan Petugas yang lain segera
menghubungi sopir Ambulan.
9. Sopir menyiapkan ambulan jika sudah siap sopir segeramenghubungi petugas
bahwa ambulan sudah siap
10. Petugas mendampingi dan mengantarkan pasien ke tempat tujuan dengan
ambulan. Setelah selasai mengantarakan dan kembali ke Puskesmas Petugas
menulis laporan kegiatan pada buku kegiatan

BAB III
PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar PPGD


Dalam pelaksanaan PPGD diperlukan prinsip P-A-T-U-T yang harus dimengerti, dipahami
dan diamalkan.
P : Penolong menolong dirinya sendiri
A : Amankan korban
T : Tandai tempat kejadian
U : Usahakan hubungi tim medis
T : Tindakan pertolongan
Sedangkan tujuan dari PPGD adalah :
Mencegah maut / menyelamatkan nyawa
Mencegah kondisi lebih buruk / cacat
Menunjang penyembuhan
B. Sistematika Pertolongan Pertama
1. Jangan Panik.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
4. Pendarahan.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
C. Posisi Mantap
Posisi miring mantap adalah suatu posisi yang diberikan kepada korban / pasien yang
tidak sadar namun terdapat nadi dan pernafasan spontan. Posisi ini merupakan kelanjutan
dari tindakan BHD (bantuan hidup dasar) dimana tindakan BHD telah berhasil dilakukan
sehingga kembalinya denyut nadi dan korban bernafas secara spontan. Posisi ini dilakukan
pada pre hospital (di lapangan) yang bersifat sementara hingga bantuan medis / petugas
ambulans datang untuk memberikan pertolongan lebih lanjut.
Tujuan posisi miring mantap :
1. Mencegah terjadinya aspirasi
2. Memberikan posisi yang stabil terhadap korban agar kita bisa menolong korban
lainnya (jika korban berjumlah lebih dari satu)

Prosedur memberikan posisi miring mantap :


1. Korban tidur terlentang pada posisi supine, penolong berlutut di sisi kanan korban
2. Tangan kanan korban diluruskan di sisi kepala korban.
3. Tangan kiri korban ditekuk menyilang dada hingga posisi telapak tangan berada
dibahu kanan korban.
4. Lutut kaki kiri korban ditekuk ke kanan

5. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan penolong di lipatan
lutut kiri korban
6. Tarik korban dengan kedua tangan bersamaan ke kanan hingga korban miring kanan
(90 derajat) tahan badan korban dengan kedua kaki penolong agar korban tidak
terguling.
7. Secara pelan-pelan miringkan lagi tubuh korban (disangga oleh kedua paha penolong)
hingga korban berada pada posisi miring.
8. Cek kembali nadi karotis dan pernafasan korban, jika masih ada baru korban bisa
ditinggalkan
9. Evaluasi kembali nadi dan pernafasan korban hingga petugas ambulans datang.

D. Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini terdapat gangguan
tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya nafas dan atau tidak ada nadi, maka
penolong harus segera melakukan tindakan yang dinamakan dengan istilah BANTUAN
HIDUP DASAR (BHD).
Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat membantu
mempertahankan hidup seseorang untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah
bagaimana menguasai dan membebaskan jalan nafas, bagaimana memberikan bantuan
penafasan dan bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh
korban, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak.
Penilaian dan perawatan yang dilakukan pada bantuan hidup dasar sangat penting guna
melanjutkan ketahapan selanjutnya. Hal ini harus dilakukan secara cermat dan terus menerus
termasuk terhadap tanggapan korban pada proses pertolongan.
Bila tindakan ini dilakukan sebagai kesatuan yang lengkap maka tindakan ini dikenal dengan
istilah RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP).
Untuk memudahkan pelaksanaannya maka digunakan akronim A- B C yang berlaku
universal.
A = Airway control atau penguasaan jalan nafas
B = Breathing Support atau bantuan pernafasan
C = Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan Pijatan Jantung Luar dan
menghentikan perdarahan besar
Setiap tahap ABC pada RJP diawali dengan fase penilaian : penilaian respons, pernafasan dan
nadi.
Airway Control (Penguasaan Jalan Nafas)
Bila tidak ditemukan respons pada korban maka langkah selanjutnya adalah penolong menilai
pernafasan korban apakah cukup adekuat? Untuk menilainya maka korban harus dibaringkan
terlentang dengan jalan nafas terbuka.

Airway Control
Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada kasus-kasus korban dewasa
tidak ada respons, karena pada saat korban kehilangan kesadaran otot-otot akan menjadi
lemas termasuk otot dasar lidah yang akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas jadi
tertutup. Penyebab lainnya adalah adanya benda asing terutama pada bayi dan anak.
Penguasan jalan nafas merupakan prioritas pada semua korban. Prosedurnya sangat bervariasi
mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit dan penanganan bedah. Tindakan-
tindakan yang lain kecil peluangnya untuk berhasil bila jalan nafas korban masih terganggu.
Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan nafas
a. Angkat Dagu Tekan Dahi :

Angkat Dagu Tekan Dahi


Teknik ini dilakukan pada korban yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun
tulang belakang.
b. Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver)

teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan dahi. Teknik ini sangat sulit
dilakukan tetapi merupakan teknik yang aman untuk membuka jalan nafas bagi korban yang
mengalami trauma pada tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan leher korban dibuat
dalam posisi alami / normal.
Ingat : Teknik ini hanya untuk korban yang mengalami trauma tulang belakang atau
curiga trauma tulang belakang
Pemeriksaan Jalan Nafas
Setelah jalan nafas terbuka, maka periksalah jalan nafas karena terbukanya jalan nafas
dengan baik dan bersih sangat diperlukan untuk pernafasan adekuat. Keadaan jalan nafas
dapat ditentukan bila korban sadar, respon dan dapat berbicara dengan penolong.
Perhatikan pengucapannya apakah baik atau terganggu, dan hati-hati memberikan penilaian
untuk korban dengan gangguan mental.
Untuk korban yang disorientasi, merasa mengambang, bingung atau tidak respon harus
diwaspadai kemungkinan adanya darah, muntah atau cairan liur berlebihan dalam saluran
nafas. Cara ini lebih lanjut akan diterangkan pada halaman cara pemeriksaan jalan nafas.
C. Membersihkan Jalan Nafas
Posisi Pemulihan
Bila korban dapat bernafas dengan baik dan tidak ada kecurigaan adanya cedera leher, tulang
punggung atau cedera lainnya yang dapat bertambah parah akibat tindakan ini maka letakkan
korban dalam posisi pemulihan atau dikenal dengan istilah posisi miring mantap.
Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika ada cairan maka cairan akan mengalir
melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas.
Teknik Sapuan Jari hanya dilakukan untuk penderita yang tidak sadar, penolong
menggunakan jarinya untuk membuang benda yang mengganggu jalan nafas.
BREATHING SUPPORT (BANTUAN PERNAFASAN)
Bila pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya untuk
memberikan bantuan pernafasan.

Teknik yang digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan yaitu:


a. Menggunakan mulut penolong:
1. Mulut ke masker RJP
2. Mulut ke APD
3. Mulut ke mulut / hidung

CIRCULATORY SUPPORT (Bantuan Sirkulasi)


Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan Jantung Luar. Pijatan
Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak diantara tulang dada
dan tulang punggung sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya efek
pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada
keadaan mati klinis.
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari di atas permukaan lengkung iga
kiri dan kanan. Kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
Dewasa : 4 5 cm
Anak dan bayi : 3 4 cm
Bayi : 1,5 2,5 cm
Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernafasan
akan langsung mengikutinya, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang
mungkin hanya mengalami kegagalan pernafasan dengan jantung masih berdenyut, akan
tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena kekurangan oksigen.
Pada saat terhentinya kedua sistem inilah seseorang dinyatakan sebagai mati klinis.
Berbekal pengertian di atas maka selanjutnya dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.
E. PENGENALAN OBAT-OBATAN
OBAT LUAR
1. Rivanol
2. Plester
3. Betadine
4. Minyak kayu putih
5. Alkohol
6. Tetes mata
7. Bioplasenton
8. Counterpain
9. Kapas
10. Pembalut
11. Oxycan
OBAT DALAM
1. CTM
2. Paracetamol/Antalgin
4. Norit & Susu
5. Promag
6. Napacin
7. Enterostop
8. Feminax
Pembalut dan Pembalutan

1) Pembalut Macam-macam pembalut :


a) Pembalut kasa gulung
b) Pembalut kasa perekat
c) Pembalut penekan
d) Kasa penekan steril (beraneka ukuran)
e) Gulungan kapas
f) Pembalut segi tiga (mitella)
2) Pembalutan
a) Pembalutan segitiga pada kepala, kening
b) Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki
c) Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan
d) Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi

e) Pembalutan spiral pada tangan


f) Pembalutan dengan perban membentuk angka 8 ke tangan atau pergelangan tangan
yang cidera.
2. Budaya Hidup Sehat
Dalam kehidupan sehari-hari pramuka hendaknya memiliki budaya hidup sehat, dengan jalan
mendidik agar mereka dibiasakan untuk :
1) Selalu menjaga kebersihan badan, misalnya pemeliharaan kuku, tangan, kaki, pentingnya
mandi, pemeliharaan gigi, dsb.
2) Menjaga dan menciptakan kesegaran jasmani dan kesehatan badan, dengan jalan : secara
rutin melaksanakan senam pagi, jogging, melatih pernapasan, minum air putih, dsb.
3) Menjaga ketahan tubuh, ketrampilan dan ketangkasan jasmani dengan berolahraga,
mendaki gunung, berenang, terbang laying, dsb.
4) Menjaga kebesihan makanan dan minuman, serta meningkatkan pengetahuan tentang
gizi.
5) Selalu menciptakan kebersihan rumah dan peralatannya, kebersihan perkemahan pada
saat berkemah
6) Memahami berbagai macam penyakit dan penanggulangannya.
F. P3K patah tulang
1) Tanda-tanda patah tulang
a) Penderita tidak dapat menggerakkan bagian yang luka
b) Bentuk bagian yang terkena tampak tidak normal
c) Ada rasa nyeri kalau digerakkan
d) Kulit tidak terasa kalau disentuh
e) Pembengkakkan dan warna biru di sekitar kulit yang luka
2) Pedoman umum pertolongan pertama terhadap patah tulang
a) Pada umumnya patah tulang tidak pernah sebagai kasus darurat yang membutuhkan
pertolongan segera, kecuali demi penyelamatan jiwa korban. Sebaiknya jangan
menggerakkan atau mengganggu penderita, tunggu saja sampai dokter atau ambulans
datang.
b) Kalau korban harus dipindahkan dari tempat yang membahayakan, pindahkan korban
dengan cara menarik tungkai atau ketiaknya, sedang tarikannya harus searah dengan
sumbu panjang badan
c) Kemudian lakukan memeriksa apakah ada luka-luka lainnya :
hentikan pendarahan serius yang terjadi
usahakan korban terhindar dari hambatan pernapasan
upayakan lalu lintas udara tetap lancer
jika diperlukan buatlah nafas buatan
jangan meletakkan bantal di bawah kepala, tapi letakkanlah di kiri kanan kepala untuk
menjaga agar leher tidak bergerak
d) Kalau bantuan medis terlambat, sedang penderita harus diangkat, jangan mencoba
memperbaiki letak tulang. Pasanglah selalu pembelat (bidai) sebelum menggerakkan
atau mengangkat penderita.
3) Macam-macam patah tulang dan pertolongan pertamanya
a) Patah lengan bawah Pergelangan Tangan
Letakkan perlahan-lahan lengan bawah tersebut ke dada hingga
lengan membentuk sudut 90 derajat dengan lengan atas, sedang
telapak tangan rata di dada
Siapkan 2 pembelat ( bidai ) yang
dilengkapi dengan kain pengempuk,
satu untuk membelat bagian dalam,
sedang yang lain untuk membelat
bagian luar
Usahakan pembelat merentang dari siku
sampai ke punggung jemari
Aturlah gendongan tangan ke leher
sedemikian rupa sehingga ketinggian
ujung-ujung jari hanya 7,5-10 cm dari
siku
Patah Tulang lengan Atas (siku ke bahu)
Letakkan tangan perlahan-lahan ke samping tubuh dalam posisi
sealamiah mungkin
Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menempel perut
Pasang satu pembelat (bidai) yang sudah berlapis bahan empuk di sebelah luar lengan dan
ikatlah dengan 2 carik kain di atas dan di bawah bagian yang patah
Buatlah gendongan ke leher, tempelkan ke lengan atas yang patah ke tubuh dengan handuk
atau kain yang melingkari dada dan belatan (bidai)
c) Patah Tulang Lengan Bawah
Letakkan pembelat (bidai) berlapis di bawah telapak tangan, dari dekat siku sampai lewat
ujung jemari.
d) Patah Tulang di paha
Patah tulang di paha sangat berbahaya, tanggulangi shok dulu dan segera panggil dokter
Luruskan tungkai dan tarik ke posisi normal
Siapkan 7 pembalut panjang dan lebar
Gunakan 2 pembelat papan lebar 10-15 cm yang dilapisi dengan kain empuk
Panjang pembelat untuk bagian luar harus merentang dari ketiak sampai lutut,
sedangkan pembelat untuk bagian dalam sepanjang dari pangkal paha sampai ke lutut.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan
kesehatan.
Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri yang sasarannya adalah warga yang
memiliki kendaraan/alat transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang ditentukan (setiap
harinya) untuk mengantarkan masyarakat yang mengalami kegawat daruratan ketempat
pelayanan kesehatan/rujukan.

You might also like