Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan buku dengan
judul Pedoman Penyelenggaraan Ambulance Desa Sibang Kaja tepat pada waktunya.
Pedoman buku ini dibuat untuk mengetahui alur pelaksanaan dari Ambulance Desa.
Pedoman buku ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri,
melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan
ini, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. I Nyoman Giri Prasta,S.Sos, selaku Bupati Badung, yang telah memberikan kesempatan
untuk menjalankan program ambulance desa di sibang kaja.
2. Drs. I Ketut Suiasa, SH, selaku Wakil Bupati Badung, yang telah memberikan
kesempatan untuk menjalankan program ambulance desa di sibang kaja.
3. Dr. I Gede Putra Suteja, selaku Kadis Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Badung,
yang telah memberikan ijin untuk mengikuti pelatihan ambulance desa di Kabupaten
Badung.
4. Ns. I Nengah Suarmayasa, S.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan materi dan masukan untuk kesempurnaan pedomanan Ambulance Desa.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
penyusunan dan penyelesaian usulan penelitian ini.
Untuk kesempurnaan usulan penelitian ini, masukan dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu
untuk hidup sehat. Maka dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan
edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya
masyarakat yang ada (Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar-
Jaga, Ambulan Desa, dll).
Konsep Desa Siaga, dimana salah satu indikatornya adalah meningkatnya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Awalnya program ini dalam suatu
Desa Siaga akan dapat menggambarkan suatu masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang
gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat,
secara gotong royong. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak kejadian
kegawatdaruratan khususnya pada ibu dan anak yang mengalami keterlambatan penanganan
disebabkan kurang tanggapnya dan kesiagaan masyrakat dibidang transportasi menuju sarana
kesehatan sehingga angka kematian masih tinggi dimasyarakat. Salah satu upaya
pencegahannya yaitu dengan program ambulan desa yang mampu membantu masyarakat
dalam menanggulangi kegawat daruratan dan keselamatan ibu dan anak secara aman dan
cepat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, maka diperoleh rumusan masalah,
bagaimana Perencanaan Ambulan Desa agar dapat terlaksana dengan baik?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Perencanaan Ambulan Desa
sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pentingnya dan tujuan ambulan desa
b. Untuk mengidentifikasi unsur-unsur perencanaan ambulan desa
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Alur
Sarana Medis :
a) Tabung oksigen dengan peralatannya
b) Alat penghisap cairan/lendir 12 Volt DC
c) Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-dewasa, dll)
d) Obat-obatan sederhana, cairan infuse secukupnya
Petugas :
a) 1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan berkomunikasi
b) (satu) perawat dengan kemampuan PPGD
Tata tertib :
a) Sewaktu menuju tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan rotator
b) Selama mengangkut penderita hanya menggunakan lampu rotator .
c) Mematuhi semua peraturan lalu lintas
d) Kecepatan kendaraan maksimum 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas
hambatan.
e) Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan
lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita
setiap 15 menit.
f) Petugas memakai seragam awak ambulans dengan identitas yang jelas.
D. Mekanisme operasional ambulance desa
1. Petugas menyatakan pasien perlu rujukan
2. Petugas menjelaskan dan meminta persetujuan kepada keluarga pasien untuk
dirujuk.
3. Keluarga pasien setuju.
4. Petugas membuat surat rujukan.
5. Petugas membuat rincian biaya pasien yang sudah diberikan terapi, bagi pasien
yang tidak mendapat terapi cukup membayar biaya ambulan saja.
6. Keluarga pasien membayar dan menerima kwitansi dan surat rujukan
7. Petugas menerima pembayaran.
8. Petugas mempersiapkan kesiapan pasien dan Petugas yang lain segera
menghubungi sopir Ambulan.
9. Sopir menyiapkan ambulan jika sudah siap sopir segeramenghubungi petugas
bahwa ambulan sudah siap
10. Petugas mendampingi dan mengantarkan pasien ke tempat tujuan dengan
ambulan. Setelah selasai mengantarakan dan kembali ke Puskesmas Petugas
menulis laporan kegiatan pada buku kegiatan
BAB III
PEMBAHASAN
5. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan penolong di lipatan
lutut kiri korban
6. Tarik korban dengan kedua tangan bersamaan ke kanan hingga korban miring kanan
(90 derajat) tahan badan korban dengan kedua kaki penolong agar korban tidak
terguling.
7. Secara pelan-pelan miringkan lagi tubuh korban (disangga oleh kedua paha penolong)
hingga korban berada pada posisi miring.
8. Cek kembali nadi karotis dan pernafasan korban, jika masih ada baru korban bisa
ditinggalkan
9. Evaluasi kembali nadi dan pernafasan korban hingga petugas ambulans datang.
Airway Control
Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada kasus-kasus korban dewasa
tidak ada respons, karena pada saat korban kehilangan kesadaran otot-otot akan menjadi
lemas termasuk otot dasar lidah yang akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas jadi
tertutup. Penyebab lainnya adalah adanya benda asing terutama pada bayi dan anak.
Penguasan jalan nafas merupakan prioritas pada semua korban. Prosedurnya sangat bervariasi
mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit dan penanganan bedah. Tindakan-
tindakan yang lain kecil peluangnya untuk berhasil bila jalan nafas korban masih terganggu.
Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan nafas
a. Angkat Dagu Tekan Dahi :
teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan dahi. Teknik ini sangat sulit
dilakukan tetapi merupakan teknik yang aman untuk membuka jalan nafas bagi korban yang
mengalami trauma pada tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan leher korban dibuat
dalam posisi alami / normal.
Ingat : Teknik ini hanya untuk korban yang mengalami trauma tulang belakang atau
curiga trauma tulang belakang
Pemeriksaan Jalan Nafas
Setelah jalan nafas terbuka, maka periksalah jalan nafas karena terbukanya jalan nafas
dengan baik dan bersih sangat diperlukan untuk pernafasan adekuat. Keadaan jalan nafas
dapat ditentukan bila korban sadar, respon dan dapat berbicara dengan penolong.
Perhatikan pengucapannya apakah baik atau terganggu, dan hati-hati memberikan penilaian
untuk korban dengan gangguan mental.
Untuk korban yang disorientasi, merasa mengambang, bingung atau tidak respon harus
diwaspadai kemungkinan adanya darah, muntah atau cairan liur berlebihan dalam saluran
nafas. Cara ini lebih lanjut akan diterangkan pada halaman cara pemeriksaan jalan nafas.
C. Membersihkan Jalan Nafas
Posisi Pemulihan
Bila korban dapat bernafas dengan baik dan tidak ada kecurigaan adanya cedera leher, tulang
punggung atau cedera lainnya yang dapat bertambah parah akibat tindakan ini maka letakkan
korban dalam posisi pemulihan atau dikenal dengan istilah posisi miring mantap.
Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika ada cairan maka cairan akan mengalir
melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas.
Teknik Sapuan Jari hanya dilakukan untuk penderita yang tidak sadar, penolong
menggunakan jarinya untuk membuang benda yang mengganggu jalan nafas.
BREATHING SUPPORT (BANTUAN PERNAFASAN)
Bila pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya untuk
memberikan bantuan pernafasan.
A. KESIMPULAN
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan
kesehatan.
Ambulan desa dikelola oleh masyarakat sendiri yang sasarannya adalah warga yang
memiliki kendaraan/alat transportasi serta siap bersiaga dalam jadwal yang ditentukan (setiap
harinya) untuk mengantarkan masyarakat yang mengalami kegawat daruratan ketempat
pelayanan kesehatan/rujukan.