Professional Documents
Culture Documents
1 Definisi Alzheimer
Alzheimer disease (penyakit Alzheimer) suatu penyakit otak degeneratif primer yang
etiologinya tidak diketahui, dengan gambaran neuropatologik yang khas, meliputi atropi
korteks dengan simpul neurofibrilar dan plak argentofilik neurotik (neuritic argentophilic
plaques), dan berkurangnya enzim kolin asetiltransferase, asetilkolin, dan neurotransmiter,
serta neuromodulator lain secara bermakna. (dr. Tun K. Bastaman, dr. Nurmiati Amir, dr.
Irmia Kusumadewi Idris, & dr. Tjhin Wiguna, 2004)
2.2 Patogenesis
Pasien dengan Alzheimer umumnya mengalami atrofi kortikal dan berkurangnya neuron
secara signifikan, terutama saraf kolinergik. Kerusakan saraf kolinergik terjadi terutama pada
daerah limbik otak (terlibat dalam emosi) dan korteks (terlibat dalam memori dan pusat
pikiran/advanced reasoning center). Terjadi penurunan jumlah enzim kolin asetiltransferase di
korteks serebral dan hippocampus sehingga menyebabkan penurunan sintesis asetilkolin di
otak.
Pada otak juga dijumpai lesi yang disebut senile (amyloid) plaques dan neurofibrillary
tangles, yang terpusat pada daerah yang sama di mana terjadi defisit kolinergik plak
tersebut berisi deposit protein yang disebut -amyloid. Pada otak orang sehat, fragmen
protein ini akan terdegradasi dan tereliminasi.-amyloid sendiri juga dijumpai pada geriatri
yang normal, tetapi tidak terkonsentrasi pada cortex atau sistem limbik. Pada pasien
Alzheimer, fragmen ini terakumulasi membentuk plak yang keras dan tidak larut. -amyloid
membentuk plak karena berikatan dengan suatu protein yang disebut apolipoprotein E4
(ApoE4) menjadi insoluble Karena itu, ApoE4 terlibat dalam patofisiologi Alzheimer
disease
Keterangan :
1. Amyloid = istilah umum untuk fragment protein yang diproduksi tubuh secara
normal.
2. Beta-amyloid = fragment protein yang terpotong dari suatu protein yang disebut
amyloid precursor protein (APP), yang dikatalisis oleh -secretase
3. Neurofibrillary tangles = Terdiri dari dua serabut terpilin yang tidak larut, yang
terdapat pada sel-sel otak. Serabut2 ini terutama terdiri suatu protein yang disebut tau,
yang membentuk bagian dari suatu microtubulus. Pada penderita Alzheimer's, protein
tau ini menjadi tidak normal dan menyebabkan struktur mikrotubulus menjadi rusak .
4. Microtubule : berfungsi membantu transport nutrien dan substansi penting lainnya
dari satu bagian sel saraf ke bagian lainnya.
2.3 Pencegahan Alzheimer
1. Pencegahan Primordial : menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan
kultural yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit.
Pencegahan primordial yang efektif memerlukan adanya peraturan yang ketat dari
pemerintah. Salah satu usaha pemerintah dalam mencegah alzheimer yaitu dengan
membuat Rencana Aksi Nasional (RAN) Demensia yang disusun untuk menekan
angka orang dengan demensia (ODD).
2. Pencegahan Primer : adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
belum mulai (pada periode prepatogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi penyakit.
Tujuannya untuk mengurangi insiden penyakit dengan cara mengendalikan penyebab
penyakit dan faktor risikonya. Untuk mencegah penyakit alzheimer, maka yang hal
perlu dilakukan adalah :
a. Health promotion : promosi mengenai penyakit alzheimer kepada masyarakat
maupun individu.
b. Spesific protection : olahraga teratur, menjaga pola makan, diet rendah lemak
3. Pencegahan Sekunder : Adalah upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit
sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit (patogenesis awal) dengan
tujuan proses penyakit tidak berlanjut atau menghentikan proses penyakit lebih lanjut
dan mencegah komplikasi. Pencegahan sekunder untuk penderita Alzheimer yaitu
dengan deteksi dini gejala dan tanda penyakit serta pengobatan yang tepat. Salah satu
pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian inhibitor kolineterase, Thiamin,
Nootropik, Klonidin, Haloperiodol, dan Acetyl L-Carnitine (ALC).
4. Pencegahan Tersier : Adalah Pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah
lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah cacat dan
mengembalikan penderita ke status sehat serta menurunkan kelemahan dan
kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu penderita-penderita untuk
melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Pada
penderita alzheimer, pencegahan tersier dapat dilakukan dengan perawatan/
rehabilitasi paien oleh tenaga kesehatan.
2.4 Studi kasus
Analisis :
Alzheimer merupakan salah satu jenis dementia yang paling seering ditemui. Dari kasus
diatas diketahui bahwa Enid Blyton mulai mengalami gejala penyakit Alzheimer pada usia 62
tahun. Kejadian tersebut sangat berkaitan dengan faktor risiko kejadian alzheimer yang
menyerang pada usia 60 tahun keatas. Gejala Alzeimer yang dialami Enid Blyton sesuai
dengan gejala Alzheimer pada umumnya yaitu dimulai dengan penurunan daya ingat hingga
otak tidak mampu bekerja lagi. Pada kasus Enid Blyton gejala alzheimer mengalami
peningkatan secara perlahan dalam kurun waktu 9 tahun hingga beliau meninggal.
Referensi :
https://obsessionnews.com/menkes-dukung-aksi-cegah-penyakit-alzheimer-dan-demensia/
diakses pada tanggal 25 April 2016
Armidin. (2015, Juni 2015). Kompasiana. Dipetik April 25, 2016, dari
www.kompasiana.com:
http://www.kompasiana.com/armidin/menyelesaikan-ratusan-buku-
sebelum-akhirnya-alzheimer-
menghentikannya_5500f47ba33311bb745128ba
dr. Tun K. Bastaman, S., dr. Nurmiati Amir, S., dr. Irmia Kusumadewi Idris, S., & dr.
Tjhin Wiguna, S. (2004). LEKSIKON Istilah Kesehatan Jiwa & Psikiatrik
(Lexicon of Psychiatric and Mental Health Terms). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.