You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK JARINGAN KOMPUTER III

Arisa Olivia Putri

4.31.13.0.05

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK D4 TELEKOMUNIKASI

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2016
1. NO. JOBSHEET: 03

2. JUDUL : Wireless Distributrion System(WDS)

3. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan software winbox untuk konfigurasi mikrotik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep WDS
3. Mahasiswa dapat mengkonfigurasi WDS

4. ALAT DAN BAHAN


1. Laptop/PC
2. Kabel Straight
3. Kabel Cross
4. Router Board Mikrotik seri RB941-2nD-TC 2 pcs

5. TEORI SINGKAT
WDS (Wireless Distribution System) adalah sistem yang memungkinkan interkoneksi
antar Access point (AP). Sistem ini digunakan untuk memperluas jangkauan area
wireless, dengan menggunakan beberapa perangkat AP yang menjadi satu kesatuan, tanpa
membangun backbone jaringan. Syarat dalam membangun jaringan WDS adalah AP
harus menggunakan Band, Frequency, dan SSID yang sama.

Gambar 5.1 Topologi WDS

Ada beberapa mode dalam teknik WDS:


1. WDS Dynamic adalah Interface WDS secara otomatis akan terbuat ketika sudah
menentukan perangkat AP lain yang kompetibel.
2. WDS Static adalah mode WDS yang Interface WDS nya dibuat secara manual.
3. WDS Dynamic-Mesh adalah mode WDS yang sama seperti WDS Dynamic,
namun hanya menggunakan protocol HWMP+ (Pengembangan dari WDS
standar).
4. WDS Static-Mesh adalah mode WDS yang sama dengan mode Static, hanya
menggunakan protocol HWMP+.
6. LANGKAH KERJA
1. Siapkan Alat dan Bahan
2. Hubungkan kabel straight ke laptop sesuai dengan gambar 6.1

Gambar 6.1
3. Masuk ke winbox, kemudiaan reset configuration terlebih dahulu.
4. Setelah melakukan reset mikrotik,setting ip address mikrotik dengan ip
192.168.10.1/24
5. Kemudian atur port keluaran mikrotik dengan IP yang sama dengan menggunakan
fitur bridge.
6. Lakukan konfigurasi IP Pool untuk DHCP dengan range 192.168.10.0/24
7. Kemudian konfigurasi DHCP seperti gambar 6.2 dengan IP DHCP 192.168.10.0/24

Gambar 6.2

8. Lakukan tes ke client apakah sudah mendapat IP Address otomatis atau tidak, dan
lakukan ping ke server.
9. Tambahkan port wlan ke bridge port agar menggunakan 1 IP Address yang sama
dengan port ethernet yang lain seperti di gambar 6.3.
Gambar 6.3

10. Setelah menambahkan port wlan ke brige port waktunya konfigurasi WDS, klik 2 X pada
interface list wlan 1. Selanjutnya akan muncul kotak dialog seperti di gambar 6.5 ganti
mode wlan = ap bridge, band= 2GHz-B/GN,ssid=Mikrotik,radio name=AP1

Gambar 6.4

Gambar 6.5
11. Selanjutnya ke tab WDS ganti WDS mode = static mesh, WDS default bridge=bridge1 seperti
di gambar 6.6.

Gambar 6.6

12. Langkah selanjutnya memasukkan MAC AP 2 ke AP 1 /AP1 ke AP2 dengan cara klik tanda
(+) di interface, lalu pilih WDS.

Gambar 6.7

13. Di tab WDS, masukkan MAC adddres tujuan kemudian ok. Jika sudah berhasil terkonfigurasi
dan terhubung maka status jaringannya adalah RSA seperti di gambar 6.9.

Gambar 6.8

Gambar 6.9
7. HASIL PERCOBAAN

No. Percobaan Gambar

1 Add address

2 Interface List
3 Bridge

4 New Bridge
Port

5 Interface List,
status wlan jd
RS
6 Add wlan1
dan wds
6 Pilih WDS

7 Memasukkan
MAC Address
tujuan

8 Mengecek
status wlan
berhasil
9 Ping AP1 ke
AP2 (AP1(b) )

10 Ping AP2 ke
PC1

11 Ping AP2 ke
PC2
12 Ping PC1 ke
AP1 (AP1(a) )

13 Ping PC1 ke
AP2

14 Ping PC1 ke
PC2
15 Tes Ping
ketika router
berada di 2
lantai yang
berbeda dari

17 Pengetesan
dari Router ke
semua client
dan router
yang
terhubung ke
jaringan WDS

8. ANALISIS
Dari hasil percobaan membuktikan bahwa teknik WDS ini merupakan salah satu
teknik penguataan sinyal AP dari satu titik ke titik yang lain. Kinerjanya akan terlihat jika
jarak dari 2 AP berjauhan, dari situ akan ditemukan berapa meter jangkauan maksimal
dari AP mikrotik. Namun untuk percobaan kali ini hanya berada di satu ruangan sehingga
untuk jangkauan dari AP tidak dapat dianalisis. Ketika konfigurasi mengalami sedikit
kendala ketika 2 AP tidak terkoneksi WDS dan status wlan 1 hanya S saja. Untuk yang
pertama dianalisa adalah channel nya ketika disamakan masih belum bisa konek,
selanjutnya cek mac address apakah sudah benar atau belum, dan ternyata sudah benar.
MAC Address yang dimasukkan adalah MAC Address dari wlan bukan ethernet, ada
beberapa percobaan yang karena mac address terbalik menjadi tidak konek. Selanjutnya
masih belum konek, mencoba menyamakan SSID dan radio name, dan akhirnya konek.
Ada beberapa percobaan yang ketika belum terkoneksi, mencoba mengubah mode WDS.
Mode WDS disini akan berpengaruh atau dikatakan dapat dilihat kinerjanya saat berada
dalam jaringan besar. Mode WDS berpengaruh ketika routing packet dalam jaringan
tersebut, jika static mesh jalur routing sudah jelas dan masuk dalam tabel WDS. Untuk
dynamic hanya 1 AP saja yang membuat WDS ketika ada AP dengan nama yang sama
maka router mikrotik akan mendeteksi sebagai salah satu jalur routing, sehingga AP2
tidak perlu menukar/menambahkan MAC Address dari AP1 dalam wds listnya.
Konfigurasi DHCP berhasil karena ketika kabel dilepas kemudian client dihubungkan
ke AP 1, sudah otomatis mendapatkan IP Address. Konfigurasi DHCP bisa dilakukan
sebelum atau sesudah konfigurasi WDS. Yang perlu diperhatikan ketika melakukan
pengetesan client pertama kali menggunakan kabel LAN adalah IP Address harus sekelas,
kemudian firewall juga harus dalam keadaan off. Untuk pengetesan selanjutnya tidak
perlu mengisi IP karena sudah mendapat pinjaman IP Address dari DHCP. Reply ketika
dilakukan ping merupakan salah satu indikator berhasilnya DHCP yang sudah disetting.
Dari pengamatan RSSI (Receive Signal Strength Indicator) didapat tabel seperti
dibawah ini:
Posisi Tx Rx
Beda Lantai -72 -66
jarak 1 m LOS -33 -25
jarak 3 m LOS -50 -27
jarak 5m LOS -52 -52
Dari tabel RSSI yang ada menunjukkan bahwa semakin jauh atau semakin banyak
obstacle yang ada diantara 2 router maka kualitas Rx signal akan semakin jelek dan akan
berpengaruh ketika transfer data. Bisa jadi semakin lama transfer datanya atau data tidak
terkirim sama sekali. Jika digambarkan dalam grafik adalah sebagai berikut:
Grafik RSSI
0
jarak 1 m LOS jarak 3 m LOS jarak 5m LOS Beda Lantai
-10

-20
Tx Signal
-30
Rx Signal
-40

-50

-60

-70

-80

Selanjutnya adalah hasil pengukuran throughput yang dihasilkan yang berhubungan


dengan tabel RSSI diatas tadi
ukuran waktu transfer waktu transfer throughput(Mbps
file(mb) real(s) teori(s) )
3 23 2,5 0,130434783
16 58 13,3 0,275862069
40 60 33,1 0,666666667
138 122 124,2 1,131147541
150 420 135 0,357142857
Dari data diatas dapat diamati bahwa untuk transfer data yang semakin besar akan
membuat throughput semakin kecil. Ini bisa dipengaruhi dari beberapa faktor yaitu jauh
tidaknya AP 1 dengan AP 2, kemudian keberadaan obstacle juga mempengaruhi besar
throughput yang dihasilkan. Semakin padat penghalang, maka semakin kecil throughput
yang dihasilkan. Untuk throughput terbaik adalah ketika pengiriman file sebesar 138mb
dengan waktu trasfer real lebih cepat dari teori, sehingga menghasilkan throughput
sebesar 1,311mbps. Dan transfer rate terlambat adalah ketika melakukan transfer data
sebesar 3mb dengan waktu transfer teori sebesar 2,5s sedangkan realnya adalah
23s,sehingga throughputnya adalah 0,1304 mbps saja. Jika digambarkan didalam grafik
transfer data adalah sebagai berikut:
Grafik Throughput
1200
1131.14
1000
Waktu Transfer real
800
Waktu Transfer Teori
666.6
600 Throughput(Kbps)

400
275.8
200
130.4 124.2
122
58 60
33.1
0 23
2.5 13.3
3mb 16mb 40mb 138mb

9. KESIMPULAN
a. RSSI terbaik adalah pada jarak dekat 1 m LOS dengan receive signal sebesar
-25dB
b. RSSI terburuk adalah pada saat router diletakan beda lantai dengan receive signal
sebesar -66dB
c. Transfer data tercepat ketika mentransfer data sebesar 138Mb dengan throughput
1,131147541 Mbps
d. Tansfer data terlambat adalah ketika mentranfer data 3Mb dengan throughput
sebesar 0,130434783 Mbps
e. Perbedaan througput dipengaruhi LOS tidaknya suatu jaringan WDS, kemudian
jarak jauh tidaknya router AP, kemudian ketebalan obstacle yang menghalangi
jaringan tersebut.

10. DAFTAR PUSTAKA


Muhammad Rifky Adhi Putranto; Muhammad Anif; Helmy. (2016). POLITEKNIK
NEGERI SEMARANG, 1(1), 15.
Puspitasari, N. F. (2014). ANALISIS RSSI (RECEIVE SIGNAL STRENGTH
INDICATOR) TERHADAP KETINGGIAN PERANGKAT WI-FI DI
LINGKUNGAN INDOOR, 15(4), 3238.

You might also like