You are on page 1of 11

STUDI PERHITUNGAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE

SHELL AND TUBE DENGAN PROGRAM HEAT TRANSFER


RESEARCH INC.
( HTRI )
I. Bizzy(), R. Setiadi ()
(1,2)
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Prabumulih KM. 32
Inderalaya-30662
(1)
E-Mail : irwin_bizzymt@yahoo.coid
(2)
rachmat.setiadi5989@gmail.com

Ringkasan
Untuk mengurangi biaya produksi, perancangan alat penukar kalor terlebih dahulu sangatlah
efektif dari pada membeli alat penukar yang sudah jadi. Perancangan ini berupa perhitungan
dimensi alat penukar kalor tipe shell and tube menggunakan metode analisa komputerisasi Heat
Transfer Research Inc. (HTRI) dan metode analisa perhitungan manual. Perhitungan dimensi alat
penukar kalor ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari alat penukar kalor berdasarkan
koefisien perpindahan kalor keseluruhan, faktor pengotoran, dan penurunan tekanan yang akan
terjadi Alat penukar kalor yang dirancang adalah alat penukar kalor tipe shell and tube 1 (satu)
pass shell dan 1 (satu) pass tube aliran berlawanan dengan fluida panas berupa gas ammonia dan
fluida dingin berupa air berdasarkan data lapangan yang diperoleh di PT Pupuk Sriwijaya
Palembang. Hasil analisa perhitungan dimensi diperoleh bahwa alat penukar kalor yang
dirancang sudah memenuhi syarat minimum dari faktor pengotoran yang telah ditetapkan.
Kualitas alat penukar kalor akan meningkat sebanding dengan menurunnya nilai faktor
pengotoran, menurunnya nilai penurunan tekanan dan besarnya dimensi alat penukar kalor.
Kata kunci : Alat penukar kalor, HTRI, dimensi, kualitas
Abstract
To reduce production costs, the design of heat exchanger is very effective in advance of buying a
ready-made exchanger. The design of a calculation of the dimensions of heat exchanger shell and
tube type using computerized analysis method Heat Transfer Research Inc.. (HTRI) and manual
calculation methods of analysis. Dimensional calculation of heat exchanger is intended to
determine the quality of a heat exchanger based on the overall heat transfer coefficient, fouling
factors, and pressure drop will occur. Designed heat exchanger is a heat exchanger shell and tube
type 1 (one) pass shell and 1 (one) pass counter flow tube with a hot fluid and cold fluid ammonia
gas form of water based on field data obtained at PT Sriwijaya Palembang Fertilizer. Dimensional
analysis of the calculation results obtained that the heat exchanger has been designed to meet the
minimum requirements of the fouling factor has been determined. Quality of the heat exchanger
will be increased in proportion to the decrease in the value of fouling factors, the declining value
of the magnitude of the pressure drop and heat exchanger dimensions.
Keywords: heat exchanger, HTRI, dimensions, quality

produksi, perancangan alat penukar kalor terlebih


1 PENDAHULUAN
dahulu sangatlah efektif dari pada langsung
1.1 Latar Belakang membeli alat penukar kalor yang sudah jadi.

Alat penukar kalor di industri industri Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang paling
perminyakan atau kimia, tidak selamanya dapat banyak digunakan adalah Shell and Tube Heat
beroperasi dengan baik. Sebagai contoh PT Pupuk Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell
Sriwijaya, alat penukar kalor lebih rentan untuk silindris di bagian luar dan sejumlah tube di bagian
mengalami kerusakan di karenakan bahan kimia dalam, di mana temperatur fluida di dalam tube
yang diproses (ammonia) yang bersifat korosif bila berbeda dengan di luar tube (di dalam shell)
bersentuh dengan logam. Untuk mengurangi biaya sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran

JURNAL REKAYASA MESIN Vol. 13 No. 1 Maret 2013 67


fluida di dalam tube dan di luar tube. Adapun 2 TINJAUAN PUSTAKA
daerah yang berhubungan dengan bagian dalam
tube disebut tube side dan yang di luar disebut shell 2.1 Perpindahan Kalor
side. Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari
1.2 Tujuan Penulisan berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu
sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah temperatur. Perpindahan kalor tidak akan terjadi
menganalisis alat penukar kalor memakai pada sistem yang memiliki temperatur sama.
komputerisasi dengan program Heat Transfer Perbedaan temperatur menjadi daya penggerak
Researh Inc. (HTRI) yaitu : untuk terjadinya perpindahan kalor. Sama dengan
1. Perhitungan dimensi alat penukar kalor perbedaan tegangan sebagai penggerak arus listrik.
tipe shell and tube dengan fluida panas Proses perpindahan kalor terjadi dari suatu sistem
berupa gas (waste gas) dan fluida yang memiliki temperatur lebih tinggi ke
pendingin berupa air (cold water). temperatur yang lebih rendah. Keseimbangan pada
masing masing sistem terjadi ketika sistem
2. Mencari koefisien perpindahan kalor memiliki temperatur yang sama. Perpindahan kalor
keseluruhan, mencari luas perpindahan dapat berlangsung dengan 3 (tiga) cara, yaitu
panas, dan faktor pengotoran guna
mengetahui kualitas dari alat penukar 1. Perpindahan kalor konduksi
kalor yang direncanakan. 2. Perpindahan kalor konveksi ( Alami dan
3. Membandingkan hasil perhitungan Paksa )
komputerisasi dengan perhitungan manual, 3. Perpindahan kalor radiasi
serta menganalisa besarnya karakteristik
alat penukar kalor. 2.2 Alat Penukar Kalor

1.3 Batasan Masalah Menurut Dean A Barlet (1996) bahwa alat penukar
kalor memiliki tujuan untuk mengontrol suatu
Dalam melakukan perancangan ini, penulis hanya sistem (temperatur) dengan menambahkan atau
menganalisa data yang diperoleh dari lapangan menghilangkan energi termal dari suatu fluida ke
untuk dilakukan perhitungan manual dan fluida lainnya. Walaupun ada banyak perbedaan
komputerisasi dengan memperhatikan standar yang ukuran, tingkat kesempurnaan, dan perbedaan jenis
telah ditentukan dalam mendisain alat penukar alat penukar kalor, semua alat penukar kalor
kalor. menggunakan elemenelemen konduksi termal
1.4 Metode Penulisan yang pada umumnya berupa tabung tube atau plat
untuk memisahkan dua fluida. Salah satu dari
Adapun dalam mengumpulkan data-data penulis elemen terebut, memindahkan energi kalor ke
mengambil dari beberapa metode, yakni : elemen yang lainnya.
1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan 2.3 Klasifikasi Alat Penukar Kalor
pengamatan secara langsung di lapangan.
Alat penukar kalor dapat diklasifikasikan dalam
2. Wawancara, yaitu pencarian data dengan beberapa kelompok sebagai berikut :
menanyakan secara langsung kepada
pembimbing di lapangan tentang hal-hal 1. Berdasarkan proses perpindahan kalor
yang berhubungan dengan permasalahan Perpindahan kalor secara langsung
yang dibahas.
Perpindahan kalor secara tak langsung
3. Pustaka, yaitu pengumpulan data dengan
acuan buku-buku pendukung yang 2. Berdasarkan kontruksi
mempunyai hubungan dengan alat yang Konstruksi tabung (tubular)
ditinjau
Konstruksi tipe pelat
1.5 Sistematika Penulisan
Konstruksi dengan luas permukaan
Adapun sistematika pembahasan dalam penulisan diperluas
laporan ini terdiri dari : Pendahuluan, Tinjauan
Pustaka, Metodelogi perancangan , Perhitungan dan Konstruksi regeneratif
Analisis Data, Kesimpulan dan saran. 3. Berdasarkan jenis aliran
Alat penukar kalor aliran sejajar
(Parallel Flow)
Alat penukar kalor aliran berlawanan
(Counter Flow)
68 Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell And Tube dengan Program
Heat Transfer Research Inc.( HTRI )
Alat penukar kalor aliran silang
(Cross Flow)
4. Berdasarkan pengaturan aliran
Aliran dengan satu pass
Aliran dengan multi pass
5. Berdasarkan banyaknya fluida yang
digunakan
Dua jenis fluida
Tiga jenis fluida atau lebih
6. Berdasarkan mekanisme perpindahan
kalor
Konveksi satu fasa Gambar 1: Standar TEMA berdasarkan tipe
Konveksi dua fasa bagian alat penukar Kalor

Kombinasi perpindahan kalor secara 2.3.1 Alat Penukar Kalor Aliran Sejajar
konveksi dan radiasi Alat penukar kalor tipe aliran sejajar, memiliki arah
Berdasarkan standar Tubular Exchanger aliran dari dua fluida yang bergerak secara sejajar.
Manufactures Association (TEMA) terdapat 3 Kedua fluida masuk dan keluar pada sisi penukar
(tiga) macam kelas alat penukar kalor : panas yang sama. Temperatur fluida yang
memberikan energi akan selalu lebih tinggi
1. Kelas R, untuk peralatan yang bekerja dibanding temperatur fluida yang menerima sejak
dengan kondisi berat. Biasa digunakan di memasuki alat penukar kalor hingga keluar.
industri minyak Temperatur fluida yang menerima kalor tidak akan
2. Kelas C, dibuat untuk penggunaan secara pernah mencapai temperatur fluida yang
umum. Didasarkan pada segi ekonomis memberikan kalor.
dan ukuran kecil, digunakan untuk proses
proses umum industri.
3. Kelas B, untuk pelayanan proses kimia
Standar TEMA juga mengklasifikasikan alat
penukar kalor menurut tipe stasionary head,
shell dan rear head kedalam tiga kode huruf,
yaitu :
1. Huruf pertama : A, B, C, N dan D
Menunjukkan tipe ujung muka
2. Huruf kedua : E, F, G, H, J, K dan X
Menunjukkan tipe shell
Gambar 2: Profil temperatur alat penukar kalor
3. Huruf ketiga : L, M, D, U, P, S, T dan W aliran sejajar alat penukar kalor
Menunjukkan tipe ujung belakang aliran berlawanan
Alat penukar kalor tipe aliran berlawanan, memiliki
arah aliran yang berlawanan. Perpindahan kalor
terjadi antara satu ujung bagian yang panas dari
kedua fluida dan juga bagian yang paling dingin.
Temperatur keluar fluida dingin dapat melebihi
temperatur keluar fluida panas.

JURNAL REKAYASA MESIN Vol. 13 No. 1 Maret 2013 69


D. Tube side channels and nozzles
E. Channel Covers
F. Pass divider
G. Baffles
2.4.2 Perancangan Alat Penukar Kalor Tipe
Shell and Tube
Sebelum mendisain alat penukar kalor, dibutuhkan
data dari laju aliran (flow rate) , temperatur masuk
dan temperatur keluar, dan tekanan operasi kedua
Gambar 3: Profil temperatur alat penukar fluida. Data ini dibutuhkan terutama untuk fluida
Kalor aliran berlawanan gas jika densitas gas tidak diketahui. Untuk fluida
berupa cairan ( liquid ), data tekanan operasi tidak
2.4 Alat Penukar Kalor Tipe Shell and terlalu dibutuhkan karena sifat - sifatnya tidak
Tube banyak berubah apabila tekanannya berubah.
Alat penukar kalor tipe ini adalah salah satu jenis Langkah langkah yang biasa di lakukan dalam
alat penukar kalor yang menurut konstruksinya merencanakan atau mendisain alat penukar kalor
dicirikan adanya sekumpulan tube yang adalah :
dipasangkan di dalam shell berbentuk silinder di
1. Penentuan heat duty ( Q ) yang diperlukan.
mana dua jenis fluida yang saling bertukar kalor
Penukar kalor yang direncanakan harus
mengalir secara terpisah, masingmasing melalui
memenuhi atau melebihi syarat ini.
sisi tube dan sisi shell. Alat penukar kalor tipe
ini sering digunakan di industri kimia. Satu fluida 2. Menentukan ukuran ( size ) alat penukar kalor
mengalir di dalam pipa, sementara fluida lain dengan perkiraan yang masuk akal untuk
dialirkan dalam shell. Agar aliran dalam shell koefisien perpindahan kalor keseluruhannya.
turbulen dan untuk memperbesar koefisien
3. Menentukan fluida yang akan mengalir di sisi
perpindahan panas konveksi, maka pada shell
tube atau shell. Biasanya sisi tube di
dipasang penghalang (baffle).
rencanakan untuk fluida yang bersifat korosif,
beracun, bertekanan tinggi, atau bersifat
mengotori dinding. Hal ini dilakukan agar lebih
mudah dalam proses pembersihan atau
perawatannya.
4. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan
jumlah tube ( Nt ) yang digunakan dengan
menggunakan rumus :
Gambar 4: Alat penukar Kalor tipe shell and A = Nt ( d0) L
tube"
di mana :
2.4.1 Komponen komponen Alat Penukar
Kalor d0 = diameter luar tube ( mm )

Alat penukar kalor tipe shell and tube memiliki L = Panjang tube ( mm )
komponen komponen yang sangat berpengaruh 5. Menentukan ukuran shell. Langkah ini
pada konstruksinya. Adapun komponen dilakukan setelah kita mengetahui jumlah tube
komponen dari alat penukar kalor tipe ini adalah : yang direncanakan. Kemudian perkirakan
jumlah pass dan tube pitch yang akan
digunakan.
6. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan
jumlah baffle dan jarak antar baffle yang akan
digunakan. Biasanya, baffle memiliki jarak
yang seragam dan minimum jaraknya 1/5 dari
Gambar 5: Komponen alat penukar Kalor tipe diametr shell tapi tidak kurang dari 2 inchi.
shell and tube
7. Langkah yang terakhir adalah memeriksa
A. Tubes kinerja dari alat penukar kalor yang telah
direncanakan. Hitung koefisien perpindahan
B. Tube sheets
panas di sisi tabung dan sisi shell, hitung
C. Shell and shell side nozzles faktor pengotorannya apakah sesuai dengan
70 Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell And Tube dengan Program
Heat Transfer Research Inc.( HTRI )
standar yang diizinkan, dan penurunan tekanan 1 1
Rf = -
Ud Uc
di sisi tube dan shell.
di mana ;
2.5 Beda Temperatur Rata Rata Logaritma
(LMTD) Uc = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh
bersih ( W/m2 0C )
Faktor perhitungan pada alat penukar kalor adalah
masalah perpindahan panasnya. Apabila panas yang Ud = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh
dilepaskan besarnya sama dengan Q persatuan direncanakan ( W/m2 0C )
waktu, maka panas itu diterima fluida yang dingin 2.7 Penurunan Tekanan pada Sisi Shell
sebesar Q tersebut dengan persamaaan :
Apabila dibicarakan besarnya penurunan tekanan
Q= U. A . T pada sisi shell alat penukar kalor, masalahnya
di mana : proporsional dengan beberapa kali fluida itu
menyebrangi tube bundle diantara sekat-sekat.
Q = Kalor yang dilepaskan/diterima (W)
Besarnya penurunan tekanan pada isothermal untuk
U = Koefisien perpindahan panas menyeluruh fluida yang dipanaskan atau didinginkan, serta
( W/m2 0C ) kerugian saat masuk dan keluar adalah :
A = Luas perpindahan panas ( m2 ) . 2 . Ds . (N+1)
Ps =
5,22 .1010 . . .
Tm = Selisih temperatur rata-rata ( 0C )
2.8 Penurunan Tekanan pada Sisi Tube
Sebelum menentukan luas permukaan kalor (A),
maka terlebih dahulu ditentukan nilai dari LMTD. Besarnya penurunan tekanan pada tube side alat
Hal ini berdasarkan selisih temperature dari fluida penukar kalor telah diformulasikan, persamaan
yang masuk dan keluar dari kalor. terhadap faktor gesekan dari fluida yang
Tmax Tmin
dipanaskan atau yang didinginkan didalam tube.
LMTD = Tmax
ln . 2 . .
Tmin Pt =
5,22 .1010 . . .
Untuk aliran fluida paralel, Tmax = (T1 t1) dan
Tmin = (T2 t2) Mengingat bahwa fluida itu mengalami belokan
pada saat passnya, maka akan terdapat kerugian
Untuk aliran fluida silang, Tmax = (T1 t2) dan tambahan penurunan tekanan.
Tmin = (T2 t1)
4 2
di mana : Pr =
2

LMTD = Selisih temperatur rata rata logaritma 2.9 Analisa Penukar Kalor dengan Metode
(0C) NTU-Efektivitas
T1 = Temperatur fluida masuk ke dalam shell Pendekatan LMTD dengan penukar kalor berguna
(0C) bila suhu masuk dan suhu kelua dapat ditentukan
dengan mudah, sehingga LMTD dapat dengan
T2 = Temperatur fluida keluar shell (0C)
mudah dihitung. Selanjutnya aliran kalor, luas
t1 = Temperatur fluida masuk ke dalam tube permukaan, dan koefisien perpindahan kalor
(0C ) menyeluruh dapat ditentukan. Bila kita menentukan
temperatur masuk atau temperatur keluar, analisis
t2 = Temperatur fluida ke luar tube ( 0C ) akan melibatkan prosedur iterasi karena LMTD itu
2.6 Faktor Pengotoran sesuai dengan fungsi logaritma. Analisis akan lebih
mudah dilaksanakan dengan dengan menggunakan
Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi metode yang berdasarkan atas efektifitas penukar
perpindahan kalor pada alat penukar kalor. kalor dalam rnemindahkon kalor tertentu.
Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida
yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada Untuk mendefenisikan efektifitas suatu penukar
komponen dari alat penukar kalor akibat pengaruh kalor, laju perpindahan kalor maksimum yang
dari jenis fluida yang dialirinya. Selama alat mungkin terjadi, qmax untuk penukar kalor itu harus
penukar kalor ini dioperasikan maka pengaruh ditentukan terlebih dahulu.
pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya Untuk menentukan laju perpindahan kalor
pengotoran tersebut dapat menganggu atau maksimum pada suatu penukar kalor, pertama-tama
mempengaruhi temperatur fluida mengalir dan harus dipahami terlebih dahulu bahwa nilai
dapat menurunkan atau mempengaruhi koefisien maksimum akan didapat bila salah satu fluida
perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. mengalami perubahan temperatur sebesar beda
Faktor pengotoran dapat dicari dengan persamaan : temperatur maksimum yang terdapat dalam penukar
kalor itu, yaitu selisih antara temperature masuk
fluida panas Th,i dan fluida dingin Tc,i. Fluida yang
JURNAL REKAYASA MESIN Vol. 13 No. 1 Maret 2013 71
mengalami beda temperatur maksimum adalah 3 METODOLOGI PERANCANGAN
fluida yang kapasitas kalornya minimum, karena
kesetimbangan energi menyaratkan bahwa energi 3.1 Diagram Alir (flow chart)
yang diterima oleh fluida satu harus sama dengan 1. Diagram alir perancangan alat penukar
energi yang dilepaskan oleh fluida yang satu lagi. kalor ( APK ) tipe shell and tube di PT
Jika fluida yang mempunyai nilai kapasitas yang Pupuk Sriwijaya
lebih besar mengalami beda beda temperature
maksimum, maka fluida yang satu lagi akan Mulai
mengalami perubahan temperatur yang lebih besar
dari maksimum, dan ini tentu saja tidak mungkin.
Jadi laju perpindahan kalor maksimum dinyatakan Identifikasi Masalah
sebagai berikut:
Qmaks = Cmin (Th,i - Tc,i)
Pengumpulan data
d i ma na C m i n ad a la h h a r ga ya n g p ali n g
ke ci l d i a nta r a b e sa r a n C h at a u C c .
Pengolahan data
jika Cc < Ch maka q maks = Cc (Th,i T c , i )
jika Cc > Ch, maka q maks = Ch (T h,i Tc,i)
Perancangan APK
dimana C = m cp.
Efektifitas suatu penukar kalor didifinisikan sebagai
rasio antara laju perpindahan kalor sebenarnya Keluaran
untuk suatu penukar kalor terhadap laju
perpindahan kalor maksimum yang mungkin.
Secara umum efektifitas dapat dinyatakan sebagai Selesai
berikut
Gambar 6: Diagram alir perancangan APK di

= PT Pupuk Sriwijaya

Sedangkan NTU (Number Of Transfer Units)


2. Diagram Alir Perancangan Alat Penukar
merupakan parameter yang tidak berdimensi yang
Kalor Menggunakan Program HTRI
secara luas digunakan dalam analisis suatu penukar
kalor. Bilangan ini didefinisikan sebagai berikut :
Mulai
NTU =

Memasukkan data perancangan


Ti , To, P, , di,s, di, t, L, Pt

Proses Data

Tidak Hasil

Ya
Selesai
Gambar 7: Diagram alir perancangan APK
menggunakan HTRI

72 Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell And Tube dengan Program
Heat Transfer Research Inc.( HTRI )
568.910
=
68,56 m2 39,94 0C
4 PERHITUNGAN DAN ANALISA = 207,76 W/m2 0C
4.1 Perhitungan Manual 4. Perhitungan Sisi Tube
1. Laju Perpindahan Kalor - Luas Permukaan Perpindahan Kalor Total
(at)
Besarnya perpidahan kalor dari fluida panas ke
fluida dingin dapat dihitung dengan persamaan a t = Nt

berikut :
2,154 .104 m2
Q = Qh = Qc = 235
1
Qh = h . (h1 h2) = 0,05 m2
Qh = 3,6111 kg/s . (1.736,56 - 1.579,01) kJ/kg
= 568.910 W
diasumsikan bahwa kalor yang dilepaskan fluida - Kecepatan Aliran Massa Ammonia (Gt)
panas gas ammonia seluruhnya diserap oleh air
Gt =
sehingga kita bisa mengetahui besarnya laju aliran
massa air.
3,61 /
Gt =
Sebagai berikut : 0,05 2
= 70,78 kg/m2 . s
Qc = c . cp, c . T - Bilangan Reynold (Re, h)
.
c =
Qc Re, h = ,
cp,c T

568.910 16,56 103 m x 70,78 kg/m2 s


= Re, h =
4178,7 / 0 (4532 ) 0 12,33 . 106 /
568.910 = 0,098 x 103
= kg/s
4.178,7 . 13 = 98.000
= 10,47 kg/s Jadi, jenis aliran yang terjadi di dalam tube
adalah aliran turbulen karena Re, h >2300
2. Beda Temperatur Rata Rata Logaritma (Incropera : 1996)
(LMTD) - Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi

LMTD = 1 1 2 (hi)
ln Koefisien perpindahan kalor konveksi (hi)
2
T1 = Th, i - Tc, o = 120 0C 45 0C = 75 0C dapat dicari dari persamaan Nusselt (Nu)
T2 = Th, o Tc, i = 50 0C 32 0C = 18 0C sebagai berikut :
(7518) 0 . ,
LMTD = 75
Nu = = 0.0214 (Re, h0.8 100) Pr, t0.4
ln
57
18
Nu = 0,0214 (9.8000.8 100) 0,87560.4
= = 197,64
ln 4,1667
57 0 Sehingga:
=
1,427 197,64 0,031
. 0
= 39,94 0C hi = =
, 16,56 103
Untuk tipe alat penukar kalor tipe 1 pas shell dan 1
pas tube faktor koreksi (F) = 1 = 360,40 W/m2 0C

3. Koefisien Perpindahan Kalor 5. Perhitungan Sisi Shell


Menyeluruh Disain (Ud) - Luas Permukaan Perpindahan Kalor
Toral (as)
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh , . .
disain dapat diketahui dengan menggunakan as =

438,15 mm x 6,35 mm x 219 mm
persamaan : as =
25,4 mm
q
Ud = = 23988,713 mm2
A x LMTD
di mana : = 0,0239888 m2
q = Laju peepindahan kalor ( W ) = 0,024 m2
LMTD = Beda temperatur rata rata logaritma - Kecepatan Aliran Massa Air (Gs)

A = Luas permukaan perpindahan kalor ( m2 ) Gs =

= Nt x L x x Do,t
= 235 x 4,877 m x 3,14 x 0.019 m 10,37 /
=
= 68,56 m2 0,024 2
Jadi,
Ud =
Q = 432,08 kg/m2.s
A x LMTD

JURNAL REKAYASA MESIN Vol. 13 No. 1 Maret 2013 73


- Bilangan Reynold (Re, c) 0.021(72,2/2 ) 2 4,877 1
=
2 9.81 / 2 16,56 . 103 0.5859 /3 1
. = 2.804,55 kg/m2 = 27,46 kPa
Re, c =
- Sisi Shell :
. 2 . , . ( + 1)
Ps =
di mana : 2
de = diameter hidrolik 0,28 (432,08 /2 )2 ( 22+ 1) 438,15 . 103
1
=
1 2
,
2 9,81 2 992,67 3 18,05 . 103 1
4 (2 . 0.86 2 )
= 1
4 = 1.497,94 kg/m2
,
2 = 14,71 kPa
1
1 3,14 19,052
4((2 25,4 0,86 25.4) 2 )
4
= 1 8. Laju Kapasitas Kalor ( C )
3,14 19,05
2
4 ((12,7 21,84) 142,44) 1. Untuk perhitungan fluida dingin di shell :
de = = 18,05 mm
29,91
Jadi, Cc = mc . Cp, c

18,045 103 432,042 2

= 10,37 kg/s . 4178,7 J/kg 0C
Re, c =
0,637 103
.
= 12.243,40 = 43.328,94 W/ 0C
Jadi, jenis aliran yang terjadi di dalam tube adalah
aliran turbulen karena Re, c >2300 (Incropera : 2. Untuk perhitungan fluida panas di sisi tube
1996) :
- Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Ch = mh . Cp, h
(ho)
Koefisien perpindahan kalor konveksi (ho) = 3,61 kg/s . 2228,3 J/kg 0C
dapat dicari dari persamaan Nusselt (Nu)
sebagai berikut : = 8.046,61 W/ 0C
Dari laju kapasitas kalor yang didapat, Cc>Ch maka
. Cmaks = Cc dan Cmin = Ch
Nu =

= 0,012 (Re, c0.87 280) Pr, t0.4 9. Laju Perpindahan Kalor Maksimum
= 0,012(12.243,400.87280) 4,4730.4 ( qmaks )
Nu = 72,55
Sehingga : Qmaks = Cmin ( Th,i Tc,i )

. = 8.046,61 W/ 0C ( 120 - 32 ) 0C
ho =


72,55 0,6286
0
= ( 8.046,61 x 88 ) Watt
=
18,05 103
= 708.101,68 Watt
20
= 2.526,59 W/m . C
10. Efektifitas Alat Penukar Kalor ( )
6. Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh
Bersih (Uc) Efektifitas suatu alat penukar kalor didapat
1 dengan membandingkan antara laju
Uc =
ln( )
1 1 perpindahan kalor aktual dengan laju
+ +
2 perpindahan kalor maksimum yang mungkin
1
= 9,525 terjadi.
1 ln(8,285) 1
+ +
360,40 2 3,14 4,877 16,2 2526,59
= x 100 %
= 289,72 W/m2. 0C

7. Faktor Pengotoran (Rf) 563.260


= x 100 %
Rf = 708.101,68
.
W W
= 0.79 x 100 %
293,87 207,76 2 0
m2 0C m C = 79 %
= W W 11. Number of Transfer Unit ( NTU )
293,87 2 0 207,76 2 0
m C m C

= 0.00141 0C . m2/W
NTU =

Penurunan Tekanan (P) 205,71 2 0 68,56 2
- Sisi Tube :
=
. 2 . . 8.046,61 / 0
Pt = = 1,75
2 . . , . .

74 Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell And Tube dengan Program
Heat Transfer Research Inc.( HTRI )
4.2 Perhitungan Komputerisasi
Dalam perhitungan menggunakan program HTRI,
kita hanya memasukan data data yang telah
diketahui seperti suhu, laju aliran masa salah satu
fluida, tekanan, serta asumsi asumsi perancangan
berdasarkan standar standar dari TEMA , Perrys
hand book dan pustaka Kern.
1. Proses memasukan data
Pada proses ini, kita hanya memasukan data
yang dibutuhkan oleh program berdasarkan
asumsi perancangan. Beda halnya dengan
menggunakan perhitungan manual, tidak
semua data yang kita ketahui harus dimasukan
dalam proses perhitungan HTRI. Program
hanya memberikan tanda untuk data yang
harus dimasukan dan selebihnya program akan
memproses data secara otomatis. Seperti yang
terlihat pada gambar.

Gambar 9: Hasil performansi desain APK

Gambar 8: Proses Memasukkan data di sisi


"shell dan tube"
2. Hasil Proses Pengolahan Data
Jika proses memasukan data sudah selesai,
maka data akan diolah secara otomatis oleh
program dan akan diketahui apakah
perencanaan berhasil atau tidak. Jika
perencanaan gagal, program akan memberikan
pesan eror dan perbaikan yang harus Gambar 10: Konstruksi hasil desain APK
dilakukan dalam memasukan data. Jika
berhasil, program akan memberikan hasil
berupa tabel seperti yang terlihat pada gambar.

JURNAL REKAYASA MESIN Vol. 13 No. 1 Maret 2013 75


4.3 Analisis Data Hasil Perhitungan 4.3.1 Temperatur VS Panjang Tube
Tabel 1: Perbandingan hasil perencanaan
manual

Perhitngan Perhitungan
Manual HTRI
Laju 568.910 W 564.453 W
perpindahan
kalor (q)
LMTD 39,94 0C 39,70 0C
Koefisien 205,71 W/m2 0C 206W/m2 0C Gambar 11: Grafik aliran temperatur panjang
perpindahan tube
kalor disain (Ud) 4.3.2 NTU VS Efektivitas Terhadap
Koefisien 293,87 W/m C 20
295,59 W/m 2 Cmin/Cmax
0
perpindahan C
kalor bersih (Uc)
Jumlah baffle 22 18
Penurunan Shell Tube Shell Tube
Tekanan
14,71 27,46 8,02 17,05
kPa kPa kPa kPa
Faktor 0,00146 0C m2/W 0,00144 0C
pengotoran m2/W

Dari perhitungan perencanaan dimensi APK dengan


Gambar 12: Grafik NTU efektivitas terhadap
menggunakan program HTRI ini, didapat faktor
nilai Cmin/Cmax
pengotoran yang bernilai 0.00144 0C.m2/W.
Sedangkan standar faktor pengotoran yang 4.3.3 Diameter Luar Tube ( do, t ) VS Faktor
diizinkan dari TEMA untuk fluida ammonia vapor Pengotoran ( Rf )
adalah 0.00176 0C.m2/W. Hal ini menunjukan
dimensi APK yang dirancang sudah memenuhi
syarat dari standar yang telah ditetapkan.
Perbandingan antara perhitungan manual dan
komputerisasi dapat dilihat dari perbedaan laju
perpindahan kalor, LMTD, koefisien perpindahan
kalor menyeluruh disain dan bersih, jumlah baffle
dan faktor pengotoran. Perbedaan nilai perhitungan
ini diakibatkan perhitungan dengan menggunakan
program lebih akurat daripada menggunakan
perhitungan manual. Dalam melakukan
perhitungan, penulis menggunakan 2 angka
desimal.
Gambar 13: Grafik diamater luar tube - faktor
pengotoran

76 Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell And Tube dengan Program
Heat Transfer Research Inc.( HTRI )
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut
dalam merencanakan APK dari segi pemilihan
Dari hasil perhitungan sebelumnya, dapat diambil material, dimensi nosel, cara pengelasan dan
beberapa kesimpulan sebagai berikut : perencanaan peralatan pendukung seperti
1. Untuk memenuhi syarat faktor pengotoran (Rf) gasket, flange, tie rod, dan bolt and nut.
minimal pada industri kimia dibutuhkan 6 DAFTAR PUSTAKA
diameter shell sebesar 438,15 mm dan diameter
tube sebesar 19.05 mm [1] Chengel, Yunus A, Heat Transfer,
McGraw-Hill, New York, 2007
2. Kualitas APK yang dibuat dapat dilihat dari
nilai efektivitas dan faktor pengotoran dari [2] Holman, J P. Perpindahan Kalor
APK yang direncanakan. Nilai efektivitas Terjemahan Ir. E Jasjfi, Msc, Jakarta,
perencanaan ini bernilai 79 % dan faktor Erlangga, 1984
pengotoran bernilai 0.001410C m2/W [3] Incropera, Frank P., dan Dewitt, David P.,
3. Untuk kondisi fluida yang sama, terdapat Fundamental of Heat and Mass Transfer,
perbedaan perhitungan antara komputerisasi 4th Edition, John Wiley and Sons, United
dan manual dalam melakukan perencanaan States of America, 1996
APK. Perbedaan ini dikarenakan ketelitian [4] Kern, Donald Q. Process Heat Transfer,
perhitungan program lebih akurat daripada McGraw-Hill International, New York,
perhitungan secara manual.
1965
5.2 Saran [5] Lienhard, John H, Heat Traansfer.
Berikut beberapa saran untuk disampaikan Prentice-Hall Inc., New Jersey, 1987
adalah : [6] Perry, Robert H., dan Green, Don W,
Perrys Chemical Engineers Hand Book,
1. Sebelum melakukan perencanaan
7th Edition, McGraw-Hill, United states of
menggunakan program, sebaiknya perencana
melakukan perhitungan manual terlebih dahulu Amerika, 1997
sebagai acuan dasar perencanaan dengan [7] Standards of The Tubular Exchanger
memakai persamaan persamaan dan kondisi Manufakturers Association, 9th edition,
batas yang dipilih sesuai rancanagan. Tarrytown, New York 10591, 2007

JURNAL REKAYASA MESIN Vol. 13 No. 1 Maret 2013 77

You might also like