Professional Documents
Culture Documents
Tahu (know)
pertanyaan.
Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
Analisa (analisys)
Sintesis (synthesis)
Evaluasi (evaluation)
Pendidikan
Pengalaman
masa lalu
seluruh pernyataan.
seluruh pernyataan.
seluruh pernyataan.
sumber:
Notoatmodjo, S. (2005) Metode Penelitian Kesehatan, edisi revisi, Rineke Cipta. Jakarta.
Konsep Perilaku Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmodjo, 2003
A. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R
atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan.
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,
dan sebagainya.
C. Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,
yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari
ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor
(psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support)
praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
adalah merupakan praktik tingkat pertama.
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan
atau kegiatan responden.
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek)
2) Tertarik (interest)
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas,
sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar
berikut :
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara
lain :
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan
fungsi dari :
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy).
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada
situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain,
sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia
katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab
pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan
hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Pengetahuan merupakan respons mental
seseorang dalam hubungannya objek tertentu yang disadari sebagai ada atau terjadi.
Pengetahuan dapat salah atau keliru, karena bila suatu pengetahuan ternyata salah atau keliru,
tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan. Sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
baik dari pengalaman langsung maupun melalui pegalaman orang lain, (Notoatmodjo, 2010).
1) Tahu (Know)
7
Tahu di artikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya temasuk
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang di
pelajari atau rangsangan yang di terima, (Notoatmodjo, 2007).
2) Memahami (Comprehension)
benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretsakan materi tersebut secara
3) Aplikasi (Aplication)
4) Analisis (Analysis)
Analisi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam
komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
5) Sintesis (Syntesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan justifikasi atau penelitian
Dari suatu pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari
1) Awarness (Kesadaran)
Dimana orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(obyek).
2) Interest (Tertarik)
Subyek mulai tertarik pada stimulus atau obyek tersebut, maka disini sikap obyek
sudah timbul.
3) Evaluation (Evaluasi)
4) Trial (Mencoba)
Dimana subyek mulai mencoba melaksanakan sesuatu hal sesuai dengan apa yang
5) Adaptation (Adaptasi)
sikapnya terhadap stimulus. Penerimaan perilaku baru atau adopsi yang didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung
melalui pengetahuan yang didapatnya akan mendasari seseorang dalam mengambil keputusan
rasional dan efektif untuk kesehatannya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang untuk
mengadaptasikan dirinya dalam lingkungan inovasi yang baru maka semakin baik pula
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik
dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh manusia dalam
memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal
trial and error. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau
masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan
apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai
masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial
(coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba), (Notoatmodjo,
2010).
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzin urease oleh Summers pada tahun
1926. Pada suatu hari Summer bekerja dengan ekstrak acetone, dan karena terburu-buru ingin
bermain tennis, maka ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam kulkas. Keesokan harinya
ketika ingin meneruskan percobaanya, ternyata ekstrak acetone yang disimpan didalam
kulkas tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease, (Notoatmodjo,
2010).
(3) Cara kekuasaan atau otoritas
tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut
baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung
maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah
lain yang sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi bila ia
gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau
kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar
anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara
hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit,
(Notoatmodjo, 2010).
melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama
yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab
kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha
diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh
melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang
rasional dan yang sistematis.Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi
ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi
dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersbut berdasarkan
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala,
(Notoatmodjo, 2010).
(10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu cara yang
disebut silogisme. Silogisme ini merupan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan
seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Didalam proses berpikir
deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu,
berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer
oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode
induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni :
a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
c. Gejala-gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-
1. Umur
Usia adalah umur individu yang terpenting mulai saat di lahirkan sampai berulang
tahun, (Nursalam, 2011). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
bertambah dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seorang yang lebih
dewasa akan lebih di percaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini
2. Minat
Minat diartikan sebagai sesuatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup sangatlah
mungkin seseorang tersebut akan sesuai dengan apa yang diharapkan, (Nothoadmodjo, 2007).
3. Tempat tinggal
akan lebih baik jika berada di perkotaan dari pada di pedesaan karena di perkotaan akan
meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial maka wawasan sosial
4. Sumber informasi
5. Pendidikan
Adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga stastus sosial ekonomi akan
7. Pengalaman
bahwa sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan
seperangkat alat tes atau kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau di ukur, selanjutnya
dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai
5 dan jika salah diberi nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
SP
N= x 100%
SM
Keterangan :
N : Nilai pengetahuan
SP : Skor yang di dapat