Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
1 Akhmad Muslih (1410110508)
2 Deliar Ruchussabil (1410110509)
3 Muhammad Sofiudin (1410110510)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kabisat, jumlah bulan dalam satu tahun Hijriyah sama dengan
tahun Masehi yaitu 12 bulan. Dengan demikian terdapat 6 bulan
yang jumlah harinya 30 (diambil bulan-bulan genap) dan 6 bulan
lagi jumlah harinya 29 (diambil bulan-bulan ganjil) sehingga
dalam satu tahun jumlah harinya 354 hari, mengingat siklus 30
tahunan, ditambahkan 1 hari pada bulan terakhir (dzulhijjah)
dengan ketentuan bahwa penambahan tersebut dilakukan pada
tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, dan 29 pada siklus 30
tahunan3.
4
2. Sejarah Penanggalan Qomariyah
Pertama kali dipublikasikan pada bulan Syaban 17
Hijriyah (Agustus 638 M) dimasa khalifah Umar bin
Khaththab. Dengan perhitungan yang dimulai saat hijrah
Nabi Muhammad ke Makkah (15 Juli 622 M ).
Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah
Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam
kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan
ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita
mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah pada
tahun gajah. Abu Musa Al-Asyri sebagai salah satu
gubernur pada zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat
kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-
surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal
dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar
lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu.
Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a.,
Abdurrahman bin Auf r.a., Saad bin Abi Waqqas r.a., Zubair
bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka
bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang
mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga
yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad
saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali
bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah
Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka
semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan
bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada
masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama
bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama
5
bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah
Arab5.
6
Berikut adalah beberapa kriteria yang digunakan sebagai
penentuan awal bulan pada kalender Hijriyah, khususnya di
Indonesia:
1. Rukyatul Hilal
2. Wujudul Hilal
7
terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam
setelah Matahari terbenam (moonset after sunset) maka
pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan
(kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut
ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam11.
8
baru sudah masuk atau belum, dasar yang digunakan
adalah perintah Al-Qur'an pada QS. Yunus: 5, QS. Al Isra':
12, QS. Al-Anam: 96, dan QS. Ar-Rahman: 5, serta
penafsiran astronomis atas QS. Yasin: 36-40.14
14Ibid
15 id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Imkanur_Rukyat_MABIMS, diakses
Senin, 20 Oktober pukul 23:47
9
Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak
dapat dilihat sehingga malam itu belum masuk bulan baru.
Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.
10
Sidang Itsbat, yang memutuskan apakah pada malam
tersebut telah memasuki bulan (kalender) baru, atau
menggenapkan bulan berjalan menjadi 30 hari. Prinsip
Imkanur-Rukyat digunakan antara lain oleh Persis.
4. Rukyat Global
1. Hisab
Hisab adalah perhitungan astronomis menentukan awal
bulan komariyah (hijriyah)18. Dalam implementasi
penyusunan kalender Qomariyah, dikenal ada dua sistem
hisab, yakni Hisab Urfi dan Hisab Hakiki.
a. Hisab Urf
Bulan Qamariyah yang umurnya didasarkan kepada
peredaran Qomar (bulan) mengelilingi Bumi, selalu berkisar
16 Ibid
17 id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Rukyat_Global, diakses 20 Oktober
2014 pukul 23:48
18 Cecep Nurwendaya, Op.Cit Hlm: 9
11
antara 30 hari dan 29 hari. Hal ini disebabkan Bulan
berputar mengelilingi Bumi dalam I bulan sinodis (ijtima'
sampai dengan ijtima') rata-rata membutuhkan waktu 29 h
12i 44m 3d. Dari data ini maka muncullah salah satu sistem
hisab yang biasa disebut dengan nama Hisab 'Urfi, yaitu
salah satu sistem hisab yang sangat sederhana yang
senantiasa hanya didasarkan kepada garis-garis besarnya
saja. Dalam sistem Hisab 'Urfi ini umur bulan senantiasa
bergantian antara 30 hari dan 29 hari, 30 hari untuk bulan
ganjil dan 29 hari untuk bulan genap, kecuali untuk bulan
Dzulhijjah ketika tahun kabisat diberi umur 30 hari19.
b. Hisab Haqiqy
Hisab Haqiqy ini adalah sistem penentuan awal bulan
Qamariyah dengan metode penentuan kedudukan Bulan
pada saat terbenam. Cara yang ditempuh adalah
menentukan terjadinya ghurub matahari untuk suatu
tempat, sehingga dapat diperhitungkan bujur mataharidan
bujur bulan serta data-data yang lain dengan koordinat
ekliptika (ijtima'). Kemudian perhitungan ini diproyeksikan
ke equator dengan koodinat equator sehingga akan
diketahui jarak sudut lintasan matahari dan bulan pada
saat terbenamnya matahari. Setelah itu diproyeksikan
menjadi koordinat horizon, dengan demikian dapatlah
ditentukan berapa tinggi bulan pada saat matahari
terbenam dan nilai azimuthnya. Data yang dipakai dalam
hisab ini sangat beraneka ragam sesuai dengan
kepustakaan yang digunakan. Di antara kitab yang
digolongkan pada hisab hakiki ini adalah AI Mathia' al Said,
19 Tim Penyusun, Buku Saku Hisab Rukyat, Tangerang : CV. Sejahtera Kita,
2013, Hlm: 100
12
Manahij al Hamidiyah, AI Khulasah al Wafiyah, Muntaha
Nataij al Aqwal, Badi'ah al Mitsa/, Hisab Hakiki Menara
Kudus, Nur al Anwar, Ittifaq Ozat al Bain, Markaz al
Falakiyah, dan lain-lain20 .
Di Indonesia sistem hisab hakiki ini dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam kategori yakni, hisab hakiki Taqribi, hisab
hakiki Tahqiqi, & hisab hakiki kontemporer.
i. Metode hisab haqiqy Taqribi
Kelompok sistim hisab ini mempergunakan data bulan dan
matahari berdasarkan pada data dan table hisab Ulugh
Beikh dengan proses perhitungan yang sederhana. Hisab
sistim ini hanya dengan cara : tambah, kurang, kali dan
bagi, tanpa menggunakan teori sistim ilmu segitiga bola 21.
Kelompok yang termasuk dalam kategori ini adalah
Sullamun Nayyirain, Tadzkiratul Ikhwan dll.
ii. Metode hisab haqiqy Tahqiqi
Kelompok sistim ini menggunakan table-tabel yang sudah
dikoreksi dan menggunakan perhitungan yang relative
lebih rumit dari pada kelompok aliran Hisab Haqiqiy
Taqribiy serta telah memakai ilmu ukur segitiga bola 22.
Badi'atul Mitsal, Khulashatul Wafiyah dan sejenisnya
dihitung masuk dalam kategori ini.
iii. Metode hisab haqiqy kontemporer
Kelompok aliran sistim ini dalam teoritis danaplikasinya
telah menggunakan media komputerisasi dan peralatan
canggih seperti kompas, Theodolit, GPS, dan sebagainya.
Dalam perhitungan data-data hisab nyamenggunakan
rumus-rumus yang sangat rumit disamping menggunakan
20 Ibid, Hlm. 102
21 Chairul Zen, Ensiklopedia Ilmu Falak & Rumus-rumus Hisab Falak, Medan :
Anggota Tim Ahli BHR Prov. Sumatera Utara, 2008, Hlm: 3
22 Ibid, Hlm: 4
13
teori ilmu ukursegitga bola , semua data hisab
diprogramkan melalui perangkat komputerisasi
untukmemperkecil kesalahan dalam perhitungan dan
akurasi hasil perhitungan sesuai dengankenyataannya di
markaz observasi23. Metode hisab New Combinations,
Almanak Nautika dan sejenisnya dianggap masuk dalam
kategori ini.
Perbedaan hasil penentuan awal bulan sangat riskan
terjadi karena disebabkan oleh beberapa factor
yakni; Pertama, karena perbedaan akurasi perhitungan
antara metode-metode hisab Taqribi, Tahqiqi, dan
Kontemporer itu tadi. Kedua, karena perbedaan pandangan
mengenai acuan penentunya apakah ijtimak (konjungsi)
sebelum terbenam Matahari, atau posisi Bulan di atas ufuk
secara mutlak, ataukah posisi Bulan di atas ufuk yang telah
memenuhi syarat imkan rukyah (visible). Ketiga, karena
perbedaan posisi tempat di berbagai belahan Bumi
(perbedaan matla').
2. Rukyatul hilal
Secara etimologi (bahasa) rukyat berasal dari bahasa arab
yaitu kata al-raa yang berarti melihat dengan mata, maksudnya
adalah melihat dengan mata bugil (langsung). Sedang kata al-
hilal berarti bulan sabit, yaitu tanggal 2-3 malam dari awal bulan
atau 7-2 malam dari akhir bulan24.
Rukyatul Hilal atau sering diucapkan dengan Rukyat atau
"Rukyah" saja adalah suatu kegiatan atau usaha melihat hilal
atau bulan sabit di langit (ufuk) sebelah barat sesaat setelah
matahari terbenam menjelang awal bulan baru, khususnya
23 Ibid, Hlm: 5
24 Muh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, UIN-Malang Press.2008
14
menjelang bulan Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah guna bahan
penentuan kapan bulan baru itu dimulai25.
Ditinjau secara histori pada masa Rasulullah dan sahabat,
penentuan awal bulan untuk keperluan waktu ibadah ditentukan
secara sederhana yaitu dengan pengamatan langsung tanpa
menggunakan alat untuk melihat hilal (ruyah bil fili). Seiring
berjalanya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan yang
cukup pesat termasuk juga dalam ilmu falak, maka banyaknya
kemunculan sistem baru dalam penentuan awal bulan.
Ruyah bil fili ini adalah sistem penentuan awal bulan yang
dilakukan pada masa Nabi dan para Sahabat bahkan sampai
sekarang masih digunakn oleh umat islam, terutama dalam
menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.
Sistem ini adalah usaha melihat hilal dengan mata biasa dan
dilakukan secara langsung atau dengan menggunakan alat yang
dilakukan setiap akhir bulan atau tanggal 29 di ufuq barat saat
matahari terbenam. Jika hilal berhasil dilihat, sejak malam itu
dihitung tanggal satu bulan baru, tetapi jika tidak berhasil di
ru'yat maka malam dan esok harinya masih bulan yang sedang
berjalan, sehingga umur bulan disempurnakan (istikmal) 30
hari26.
Dalam pelaksanaannya, rukyat memerlukan beberapa
persiapan, antara lain:
a. Menyusun tim Rukyat yang terdiri dari penanggung jawab,
tenaga ahli, ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi
serta anggota atau peserta.
b. Menentukan lokasi rukyat dengan data lintang dan busurnya.
c. Menentukan arah mata angin
d. Menyiapkan alat perlengkapan rukyat
25 Chairul Zen, Teknik Pelaksanaan Rukyatul Hilal, Sumatera Utara: Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, Hlm: 1
26 Ichtiyanto, Al Manak Hisab Rukyah, Jakarta: Badan Hisab Rukyah, 1981, Hlm:
37
15
e. Menyediakan data hilal
f. Membuat peta rukyat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bulan Syamsiyah adalah bulan-bulan yang terdapat
dalam kalender matahari yang berdasar pada gerak
semu tahunan matahari. Dimulai dari sistem Julius
Caesar kemudian diperbaiki sistem Gregorius.
Bulan Qomariyah adalah bulan-bulan yang ada dalam
kalender hijriyah yang berdasar pada sistem
peredaran bulan terhadap bumi. Pertama kali
dipublikasikan pada bulan Syaban 17 Hijriyah
(Agustus 638 M) dimasa khalifah Umar bin
Khaththab.
2. Penentuan awal bulan Syamsiyah sekarang berdasar
pada kalender Gregorian.
Penentuan awal bulan Qomariyah memiliki 2 cara,
yakni hisab dan rukyat. Penentuan awal bulan
kalender hijriyah di Indonesia ada beberapa kriteria
yaitu, Rukyatul Hilal, Wujudul Hilal, Imkanur Rukyat
MABIMS & Rukyat Global.
3. Hisab memiliki 2 metode, hisab Urfi dan hisab Haqiqy.
Hisab Haqiqy sendiri memiliki beberapa cabang, yakni
hisab haqiqy Taqribi, hisab haqiqy Tahqiqi & hisab
haqiqy kontemporer.
Rukyat dapat dilakukan dengan mata biasa atau
dengan alat bantu yang ada, seperti teropong.
16
Sebelum melakukan rukyat juga diperlukan beberapa
persiapan sebelum dilakukan rukyat antara lain tim
rukyat, lokasi melakukan rukyat, alat-alat rukyat dll.
B. Saran
Meskipun di dalam penetapan awal bulan di Indonesia ini
sering terjadi adanya perbedaan, sudah seharusnya, kita
sebagai muslim harus menghargai satu dan yang lainnya.
Tidak memaksakan kehendak dan merasa paling benar.
DAFTAR PUSTAKA
17
id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Rukyatul_Hilal,
diakses 20 Oktober 2014 pukul 23:44
id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Wujudul_Hilal,
diakses 20 Oktober 2014 pukul 23:45
id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Imkanur_Rukyat_
MABIMS, diakses Senin, 20 Oktober pukul 23:47
id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Rukyat_Global,
diakses 20 Oktober 2014 pukul 23:48
www.emakalah.com/2013/10/awal-penentuan-bulan-
qamariyah.html, diakses Selasa, 21 Oktober 2014, 15:02
18