You are on page 1of 19

AWAL BULAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah : IAD, IBD, ISD
Dosen Pembimbing : Sayful Mujab, M.Si

Disusun oleh :
1 Akhmad Muslih (1410110508)
2 Deliar Ruchussabil (1410110509)
3 Muhammad Sofiudin (1410110510)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)


JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN AJARAN 2014

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia memiliki begitu banyak ragam jenis


masyarakat. Masyarakatnya memiliki berbagai macam etnis, ras,
suku, agama, bahasa dan lain-lainnya. Hal seperti ini sering
menimbulkan perbedaan pandangan-pandangan dalam
bermasyarakat.
Salah satu fenomena dalam masyarakat yang sering terjadi
adalah perbedaan cara menentukan awal bulan, yaitu pada bulan
Qomariyah, karena dalam penetapan bulan Qomariyah memang
ada beberapa cara dan pendapat yang berbeda-beda dari para
ahli dan ulama. Penentuan ini memiliki peran yang penting
karena, penentuan ini sering berkaitan dengan hari-hari besar.
Sehingga sangatlah penting untuk membahas hal berkaitan
tentang awal bulan.
Ada dua cara dalam menentukan awal bulan Qomariyah,
yaitu dengan cara Hisab dan Rukyatul hilal. Sedangkan untuk
penentuan awal bulan Syamsiyah, kita merujuk pada kalender
yang ada sekarang yang merujuk pada kalender Gregorian.
Pada makalah ini akan lebih banyak membahas tentang
awal bulan pada bulan Qomariyah, karena pada bulan Qomariyah
lah sering ada perbedaan, sehingga kita harus tahu metodenya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bulan Syamsiyah dan bulan


Qomariyah dan bagaimana awal mulanya?
2. Bagaimana cara menentukan awal bulan Syamsiyah dan
Qomariyah? Apa kriteria penentuan awal bulan kalender
Hijriyah?
3. Apa saja metode-metode dalam hisab dan bagaimana
cara rukyatul hilal

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tentang bulan Syamsiyah


dan bulan Qomariyah dan bagaimana awal mulanya.
2. Untuk mengetahui cara menentukan awal bulan
Syamsiyah dan Qomariyah dan kriteria penentuan awal
bulan kalender Hijriyah.
3. Untuk mengetahui bagaimana metode-metode hisab
dan cara rukyatul hilal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bulan Syamsiyah Dan Bulan Qomariyah


Dan Sejarahnya

Bulan Syamsiyah terdapat pada penanggalan-penanggalan


pada kalender Syamsiyah atau biasa disebut kalender solar,
kalender surya atau kalender matahari, salah satunya adalah
kalender Masehi. Kalender berdasarkan gerak semu tahunan
matahari akibat revolusi bumi. Kala waktu yang dipakai adalah
dipakai tahun tropis = 365,2422518 hari. Disebut juga sistem
penanggalan Miladiyah1.
Istilah bulan dalam bahasa Arab identik dengan as-syahr
atau as-syuhrah yang berarti kemashyuran dan kesombongan,
sementara itu as-syahr juga berarti al-qamar itu sendiri dalam
bahasa Inggris disebut lunar, yaitu benda langit yang menjadi
satelit bumi. As-syahr disebut al-qamar karena sifat nampaknya
yang jelas. Dalam pengertian ini bulan Qamariyah berarti
hitungan bulan berdasarkan pada sistem peredaran bulan (al-
qamar/lunar) mengelilingi bumi2. Kalender bulan atau Hijriyah
adalah kalender yang sistem perhitungannya berdasarkan
peredaran bulan yang mengelilingi bumi (periode sinodis) yang
memakan waktu 29.5 hari (tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 2.8
detik) dan untuk satu tahunnya menjadi 354 11/30 hari. Untuk
memudahkan penghitungan , diambil satu siklus selama 30
tahun dengan mengambil 11 tahun diantaranya menjadi tahun
1 Cecep Nurwendaya, Kaidah-kaidah Falakiyah Dan Simulasi Hisab Rukyat, Manado : Direktorat
Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama, 2010, Hlm: 1
2 www.emakalah.com/2013/10/awal-penentuan-bulan-qamariyah.html, diakses
Selasa, 21 Oktober 2014, 15:02, Jepara

3
kabisat, jumlah bulan dalam satu tahun Hijriyah sama dengan
tahun Masehi yaitu 12 bulan. Dengan demikian terdapat 6 bulan
yang jumlah harinya 30 (diambil bulan-bulan genap) dan 6 bulan
lagi jumlah harinya 29 (diambil bulan-bulan ganjil) sehingga
dalam satu tahun jumlah harinya 354 hari, mengingat siklus 30
tahunan, ditambahkan 1 hari pada bulan terakhir (dzulhijjah)
dengan ketentuan bahwa penambahan tersebut dilakukan pada
tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, dan 29 pada siklus 30
tahunan3.

1. Sejarah Penanggalan Syamsiyah


Penanggalan Syamsiyah yang ada sekarang
merupakan penanggalan Miladiyah/Masehi disebut juga
Yulian Era atau Gregorian Era (calendar). Berakar dari
sistem Julius Caesar (45SM), diperbaiki oleh Gregorious XIII
atau sistem Gregorious. Tanggal 4 Oktober 1582 dan
keesokan harinya langsung tanggal 15 Oktober 1582 M
atau penanggalan dalam sistem modern ini dimajukan 10
hari. Tahun kabisat atau tahun panjang berumur 366 hari
( Februari berumur 29 hari), dan tahun biasa atau basitah
berumur 365 hari (Februari berumur 28 hari). Tahun kabisat
adalah tahun yang habis dibagi 4 kecuali tahun abad
(kelipatan seratus seperti: 1900, 2000, 2100) hanya yang
habis dibagi 400 merupakan tahun kabisat. Penanggalan
Masehi menyeiramakan perilaku musim di muka bumi,
karena berdasar pada tahun tropis. Awal tanggal kalender
Syamsiah tepat tengah malam waktu setempat, pada saat
matahari menengah tepat mencapai titik kulminasi bawah4.

3 Taufiqurrahman Kurniawan, Ilmu Falak & Tinjauan Matlak Global,


Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta, 2010, Hlm: 82
4 Ibid, Hlm: 9

4
2. Sejarah Penanggalan Qomariyah
Pertama kali dipublikasikan pada bulan Syaban 17
Hijriyah (Agustus 638 M) dimasa khalifah Umar bin
Khaththab. Dengan perhitungan yang dimulai saat hijrah
Nabi Muhammad ke Makkah (15 Juli 622 M ).
Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah
Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam
kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan
ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita
mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah pada
tahun gajah. Abu Musa Al-Asyri sebagai salah satu
gubernur pada zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat
kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-
surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal
dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar
lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu.
Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a.,
Abdurrahman bin Auf r.a., Saad bin Abi Waqqas r.a., Zubair
bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka
bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang
mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga
yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad
saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali
bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah
Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka
semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan
bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada
masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama
bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama

5
bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah
Arab5.

B. Penentuan Awal Bulan Syamsiyah Dan Qomariyah

Penentuan awal bulan Syamsiyah yang ada sekarang pada


dasarnya mendasarkan pada kalender Gregorian. Kalender
Syamsiyah yang sekarang juga telah mengalami begitu banyak
perubahan dari awal dimulainya sampai ke bentuk baku
sekarang, dapat dilihat dari bab sebelumnya dibagian sejarah.
Penghitungan penanggalannya menggunakan ilmu astronomi6.
Sedangkan untuk penentuan awal bulan Qomariyah, ada
beberapa cara untuk memperolehnya. Penentuan awal bulan
menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan
dengan ibadah dalam agama Islam, seperti bulan Ramadhan
(yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh),
Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta
Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan
ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha).
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan
awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan
pengamatan hilal secara langsung. Sebagian yang lain
berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan
melakukan hisab (perhitungan matematis/astronomis), tanpa
harus benar-benar mengamati hilal. Keduanya mengklaim
memiliki dasar yang kuat.7

5 id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah#Sejarah, diakses Selasa, 21 Oktober


2014, 20:34
6 Taufiqurrahman Kurniawan, Op.Cit, Hlm: 9
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Kriteria_Penentuan_Awal_Bulan_
Kalender_Hijriyah, diakses Sabtu, 21 Oktober 2014, 20:34

6
Berikut adalah beberapa kriteria yang digunakan sebagai
penentuan awal bulan pada kalender Hijriyah, khususnya di
Indonesia:

1. Rukyatul Hilal

Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan


(kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal
secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat
(atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan
digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari8.

Kriteria ini berpegangan pada Hadits Nabi Muhammad:

Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah


kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka
genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari".9

Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Nahdlatul Ulama


(NU), dengan dalih mencontoh sunnah Rasulullah dan para
sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat
mazhab. Bagaimanapun, hisab tetap digunakan, meskipun
hanya sebagai alat bantu dan bukan sebagai penentu
masuknya awal bulan Hijriyah10.

2. Wujudul Hilal

Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan


(kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip:
Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum Matahari

8 id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Rukyatul_Hilal, diakses 20 Oktober


2014 pukul 23:44
9 Ibid
10 Ibid

7
terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam
setelah Matahari terbenam (moonset after sunset) maka
pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan
(kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut
ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam11.

Dalam hisab hakiki wujudul hilal, bulan baru kamariah


dimulai apabila telah terpenuhi tiga kriteria berikut:

1) telah terjadi ijtimak (konjungsi),


2) ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari
terbenam, dan
3) pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan
berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).
Ketiga kriteria ini penggunaannya adalah secara kumulatif,
dalam arti ketiganya harus terpenuhi sekaligus. Apabila
salah satu tidak terpenuhi, maka bulan baru belum mulai12.

Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah


dan Persis dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan
Idul Adha untuk tahun-tahun yang akan datang. Akan
tetapi mulai tahun 2000 PERSIS sudah tidak menggunakan
kriteria wujudul-hilal lagi, tetapi menggunakan metode
Imkanur-rukyat13. Hisab Wujudul Hilal bukan untuk
menentukan atau memperkirakan hilal mungkin dilihat
atau tidak. Tetapi Hisab Wujudul Hilal dapat dijadikan dasar
penetapan awal bulan Hijriyah sekaligus bulan (kalender)

11 id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Wujudul_Hilal, diakses 20 Oktober


2014 pukul 23:45
12 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab
Muhammdiyah, Yogyakarta : Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2009,
Hlm:78
13 id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Wujudul_Hilal, Op.Cit.

8
baru sudah masuk atau belum, dasar yang digunakan
adalah perintah Al-Qur'an pada QS. Yunus: 5, QS. Al Isra':
12, QS. Al-Anam: 96, dan QS. Ar-Rahman: 5, serta
penafsiran astronomis atas QS. Yasin: 36-40.14

3. Imkanur Rukyat MABIMS

Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan


(kalender) Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan
Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai
secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada
Kalender Resmi Pemerintah15, dengan prinsip:

Awal bulan (kalender) Hijriyah terjadi jika:

Pada saat Matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan di


atas cakrawala minimum 2, dan sudut elongasi (jarak
lengkung) Bulan-Matahari minimum 3, atau

Pada saat bulan terbenam, usia Bulan minimum 8 jam,


dihitung sejak ijtimak.

Secara bahasa, Imkanur Rukyat adalah


mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. Secara
praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani
metode rukyat dan metode hisab.Terdapat 3 kemungkinan
kondisi.

14Ibid
15 id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Imkanur_Rukyat_MABIMS, diakses
Senin, 20 Oktober pukul 23:47

9
Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak
dapat dilihat sehingga malam itu belum masuk bulan baru.
Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.

Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan besar


hilal dapat dilihat pada ketinggian ini. Pelaksanaan rukyat
kemungkinan besar akan mengkonfirmasi terlihatnya hilal.
Sehingga awal bulan baru telah masuk malam itu. Metode
rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.

Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat. Kemungkinan


besar hilal tidak dapat dilihat secara rukyat. Tetapi secara
metode hisab hilal sudah di atas cakrawala. Jika ternyata
hilal berhasil dilihat ketika rukyat maka awal bulan telah
masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam
kondisi ini. Tetapi jika rukyat tidak berhasil melihat hilal
maka metode rukyat menggenapkan bulan menjadi 30 hari
sehingga malam itu belum masuk awal bulan baru. Dalam
kondisi ini rukyat dan hisab mengambil kesimpulan yang
berbeda.

Meski demikian ada juga yang berpikir bahwa pada


ketinggian kurang dari 2 derajat hilal tidak mungkin dapat
dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan
awal bulan pada kondisi ini.Hal ini terjadi pada penetapan 1
Syawal 1432 H / 2011 M.

Di Indonesia, secara tradisi pada petang hari pertama


sejak terjadinya ijtimak (yakni setiap tanggal 29 pada bulan
berjalan), Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan
Hisab Rukyat (BHR) melakukan kegiatan rukyat
(pengamatan visibilitas hilal), dan dilanjutkan dengan

10
Sidang Itsbat, yang memutuskan apakah pada malam
tersebut telah memasuki bulan (kalender) baru, atau
menggenapkan bulan berjalan menjadi 30 hari. Prinsip
Imkanur-Rukyat digunakan antara lain oleh Persis.

Di samping metode Imkanur Rukyat di atas, juga


terdapat kriteria lainnya yang serupa, dengan besaran
sudut/angka minimum yang berbeda16.

4. Rukyat Global

Rukyat Global adalah kriteria penentuan awal bulan


(kalender) Hijriyah yang menganut prinsip bahwa, jika satu
penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk seluruh
negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan
Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum
melihatnya. Prinsip ini antara lain dipakai oleh Hizbut Tahrir
Indonesia17.

C. Metode-metode Dalam Hisab Dan Cara


Rukyatul Hilal

1. Hisab
Hisab adalah perhitungan astronomis menentukan awal
bulan komariyah (hijriyah)18. Dalam implementasi
penyusunan kalender Qomariyah, dikenal ada dua sistem
hisab, yakni Hisab Urfi dan Hisab Hakiki.
a. Hisab Urf
Bulan Qamariyah yang umurnya didasarkan kepada
peredaran Qomar (bulan) mengelilingi Bumi, selalu berkisar

16 Ibid
17 id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Rukyat_Global, diakses 20 Oktober
2014 pukul 23:48
18 Cecep Nurwendaya, Op.Cit Hlm: 9

11
antara 30 hari dan 29 hari. Hal ini disebabkan Bulan
berputar mengelilingi Bumi dalam I bulan sinodis (ijtima'
sampai dengan ijtima') rata-rata membutuhkan waktu 29 h
12i 44m 3d. Dari data ini maka muncullah salah satu sistem
hisab yang biasa disebut dengan nama Hisab 'Urfi, yaitu
salah satu sistem hisab yang sangat sederhana yang
senantiasa hanya didasarkan kepada garis-garis besarnya
saja. Dalam sistem Hisab 'Urfi ini umur bulan senantiasa
bergantian antara 30 hari dan 29 hari, 30 hari untuk bulan
ganjil dan 29 hari untuk bulan genap, kecuali untuk bulan
Dzulhijjah ketika tahun kabisat diberi umur 30 hari19.

b. Hisab Haqiqy
Hisab Haqiqy ini adalah sistem penentuan awal bulan
Qamariyah dengan metode penentuan kedudukan Bulan
pada saat terbenam. Cara yang ditempuh adalah
menentukan terjadinya ghurub matahari untuk suatu
tempat, sehingga dapat diperhitungkan bujur mataharidan
bujur bulan serta data-data yang lain dengan koordinat
ekliptika (ijtima'). Kemudian perhitungan ini diproyeksikan
ke equator dengan koodinat equator sehingga akan
diketahui jarak sudut lintasan matahari dan bulan pada
saat terbenamnya matahari. Setelah itu diproyeksikan
menjadi koordinat horizon, dengan demikian dapatlah
ditentukan berapa tinggi bulan pada saat matahari
terbenam dan nilai azimuthnya. Data yang dipakai dalam
hisab ini sangat beraneka ragam sesuai dengan
kepustakaan yang digunakan. Di antara kitab yang
digolongkan pada hisab hakiki ini adalah AI Mathia' al Said,

19 Tim Penyusun, Buku Saku Hisab Rukyat, Tangerang : CV. Sejahtera Kita,
2013, Hlm: 100

12
Manahij al Hamidiyah, AI Khulasah al Wafiyah, Muntaha
Nataij al Aqwal, Badi'ah al Mitsa/, Hisab Hakiki Menara
Kudus, Nur al Anwar, Ittifaq Ozat al Bain, Markaz al
Falakiyah, dan lain-lain20 .
Di Indonesia sistem hisab hakiki ini dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam kategori yakni, hisab hakiki Taqribi, hisab
hakiki Tahqiqi, & hisab hakiki kontemporer.
i. Metode hisab haqiqy Taqribi
Kelompok sistim hisab ini mempergunakan data bulan dan
matahari berdasarkan pada data dan table hisab Ulugh
Beikh dengan proses perhitungan yang sederhana. Hisab
sistim ini hanya dengan cara : tambah, kurang, kali dan
bagi, tanpa menggunakan teori sistim ilmu segitiga bola 21.
Kelompok yang termasuk dalam kategori ini adalah
Sullamun Nayyirain, Tadzkiratul Ikhwan dll.
ii. Metode hisab haqiqy Tahqiqi
Kelompok sistim ini menggunakan table-tabel yang sudah
dikoreksi dan menggunakan perhitungan yang relative
lebih rumit dari pada kelompok aliran Hisab Haqiqiy
Taqribiy serta telah memakai ilmu ukur segitiga bola 22.
Badi'atul Mitsal, Khulashatul Wafiyah dan sejenisnya
dihitung masuk dalam kategori ini.
iii. Metode hisab haqiqy kontemporer
Kelompok aliran sistim ini dalam teoritis danaplikasinya
telah menggunakan media komputerisasi dan peralatan
canggih seperti kompas, Theodolit, GPS, dan sebagainya.
Dalam perhitungan data-data hisab nyamenggunakan
rumus-rumus yang sangat rumit disamping menggunakan
20 Ibid, Hlm. 102
21 Chairul Zen, Ensiklopedia Ilmu Falak & Rumus-rumus Hisab Falak, Medan :
Anggota Tim Ahli BHR Prov. Sumatera Utara, 2008, Hlm: 3
22 Ibid, Hlm: 4

13
teori ilmu ukursegitga bola , semua data hisab
diprogramkan melalui perangkat komputerisasi
untukmemperkecil kesalahan dalam perhitungan dan
akurasi hasil perhitungan sesuai dengankenyataannya di
markaz observasi23. Metode hisab New Combinations,
Almanak Nautika dan sejenisnya dianggap masuk dalam
kategori ini.
Perbedaan hasil penentuan awal bulan sangat riskan
terjadi karena disebabkan oleh beberapa factor
yakni; Pertama, karena perbedaan akurasi perhitungan
antara metode-metode hisab Taqribi, Tahqiqi, dan
Kontemporer itu tadi. Kedua, karena perbedaan pandangan
mengenai acuan penentunya apakah ijtimak (konjungsi)
sebelum terbenam Matahari, atau posisi Bulan di atas ufuk
secara mutlak, ataukah posisi Bulan di atas ufuk yang telah
memenuhi syarat imkan rukyah (visible). Ketiga, karena
perbedaan posisi tempat di berbagai belahan Bumi
(perbedaan matla').

2. Rukyatul hilal
Secara etimologi (bahasa) rukyat berasal dari bahasa arab
yaitu kata al-raa yang berarti melihat dengan mata, maksudnya
adalah melihat dengan mata bugil (langsung). Sedang kata al-
hilal berarti bulan sabit, yaitu tanggal 2-3 malam dari awal bulan
atau 7-2 malam dari akhir bulan24.
Rukyatul Hilal atau sering diucapkan dengan Rukyat atau
"Rukyah" saja adalah suatu kegiatan atau usaha melihat hilal
atau bulan sabit di langit (ufuk) sebelah barat sesaat setelah
matahari terbenam menjelang awal bulan baru, khususnya

23 Ibid, Hlm: 5
24 Muh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, UIN-Malang Press.2008

14
menjelang bulan Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah guna bahan
penentuan kapan bulan baru itu dimulai25.
Ditinjau secara histori pada masa Rasulullah dan sahabat,
penentuan awal bulan untuk keperluan waktu ibadah ditentukan
secara sederhana yaitu dengan pengamatan langsung tanpa
menggunakan alat untuk melihat hilal (ruyah bil fili). Seiring
berjalanya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan yang
cukup pesat termasuk juga dalam ilmu falak, maka banyaknya
kemunculan sistem baru dalam penentuan awal bulan.
Ruyah bil fili ini adalah sistem penentuan awal bulan yang
dilakukan pada masa Nabi dan para Sahabat bahkan sampai
sekarang masih digunakn oleh umat islam, terutama dalam
menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.
Sistem ini adalah usaha melihat hilal dengan mata biasa dan
dilakukan secara langsung atau dengan menggunakan alat yang
dilakukan setiap akhir bulan atau tanggal 29 di ufuq barat saat
matahari terbenam. Jika hilal berhasil dilihat, sejak malam itu
dihitung tanggal satu bulan baru, tetapi jika tidak berhasil di
ru'yat maka malam dan esok harinya masih bulan yang sedang
berjalan, sehingga umur bulan disempurnakan (istikmal) 30
hari26.
Dalam pelaksanaannya, rukyat memerlukan beberapa
persiapan, antara lain:
a. Menyusun tim Rukyat yang terdiri dari penanggung jawab,
tenaga ahli, ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi
serta anggota atau peserta.
b. Menentukan lokasi rukyat dengan data lintang dan busurnya.
c. Menentukan arah mata angin
d. Menyiapkan alat perlengkapan rukyat
25 Chairul Zen, Teknik Pelaksanaan Rukyatul Hilal, Sumatera Utara: Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, Hlm: 1
26 Ichtiyanto, Al Manak Hisab Rukyah, Jakarta: Badan Hisab Rukyah, 1981, Hlm:
37

15
e. Menyediakan data hilal
f. Membuat peta rukyat

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bulan Syamsiyah adalah bulan-bulan yang terdapat
dalam kalender matahari yang berdasar pada gerak
semu tahunan matahari. Dimulai dari sistem Julius
Caesar kemudian diperbaiki sistem Gregorius.
Bulan Qomariyah adalah bulan-bulan yang ada dalam
kalender hijriyah yang berdasar pada sistem
peredaran bulan terhadap bumi. Pertama kali
dipublikasikan pada bulan Syaban 17 Hijriyah
(Agustus 638 M) dimasa khalifah Umar bin
Khaththab.
2. Penentuan awal bulan Syamsiyah sekarang berdasar
pada kalender Gregorian.
Penentuan awal bulan Qomariyah memiliki 2 cara,
yakni hisab dan rukyat. Penentuan awal bulan
kalender hijriyah di Indonesia ada beberapa kriteria
yaitu, Rukyatul Hilal, Wujudul Hilal, Imkanur Rukyat
MABIMS & Rukyat Global.
3. Hisab memiliki 2 metode, hisab Urfi dan hisab Haqiqy.
Hisab Haqiqy sendiri memiliki beberapa cabang, yakni
hisab haqiqy Taqribi, hisab haqiqy Tahqiqi & hisab
haqiqy kontemporer.
Rukyat dapat dilakukan dengan mata biasa atau
dengan alat bantu yang ada, seperti teropong.

16
Sebelum melakukan rukyat juga diperlukan beberapa
persiapan sebelum dilakukan rukyat antara lain tim
rukyat, lokasi melakukan rukyat, alat-alat rukyat dll.
B. Saran
Meskipun di dalam penetapan awal bulan di Indonesia ini
sering terjadi adanya perbedaan, sudah seharusnya, kita
sebagai muslim harus menghargai satu dan yang lainnya.
Tidak memaksakan kehendak dan merasa paling benar.

DAFTAR PUSTAKA

Cecep Nurwendaya. 2010. Kaidah-kaidah Falakiyah Dan


Simulasi Hisab Rukyat. Manado: Direktorat Pranata dan Tata
Laksana Perkara Perdata Agama
Chairul Zen. Teknik Pelaksanaan Rukyatul Hilal. Sumatera
Utara: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Utara
Chairul Zen. 2008. Ensiklopedia Ilmu Falak & Rumus-
rumus Hisab Falak. Medan : Anggota Tim Ahli BHR Prov.
Sumatera Utara
Ichtiyanto. 1981. Al Manak Hisab Rukyah. Jakarta: Badan
Hisab Rukyah
Muh. Murtadho. 2008. Ilmu Falak Praktis. UIN-Malang
Press.
Taufiqurrahman Kurniawan. 2010. Ilmu Falak & Tinjauan
Matlak Global. Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta
Tim Penyusun. 2013. Buku Saku Hisab Rukyat. Tangerang
: CV. Sejahtera Kita
Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. 2009.
Pedoman Hisab Muhammdiyah., Yogyakarta : Majelis Tarjih dan
Tajdid PP Muhammadiyah
id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah#Sejarah, diakses
Selasa, 21 Oktober 2014, 20:34

17
id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Rukyatul_Hilal,
diakses 20 Oktober 2014 pukul 23:44
id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Wujudul_Hilal,
diakses 20 Oktober 2014 pukul 23:45
id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Imkanur_Rukyat_
MABIMS, diakses Senin, 20 Oktober pukul 23:47
id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat#Rukyat_Global,
diakses 20 Oktober 2014 pukul 23:48
www.emakalah.com/2013/10/awal-penentuan-bulan-
qamariyah.html, diakses Selasa, 21 Oktober 2014, 15:02

18

You might also like