You are on page 1of 7

ACARA I

POLIPLOIDISASI

A. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan Metafase pada Akar Bawang Merah (Allium cepa)

Penambahan Colchicine (C-metafase)

Jumlah Kromosom : 48 (2n=4x)

Metafase

Tanpa Pemberian Colchicine

Jumlah Kromosom : 16 (2n=2x)

Metafase
B. Pembahasan

Salah satu inovasi dalam bidang pertanian terutama pada pemuliaan tanaman adalah
dengan tanaman poliploid. Poliploid adalah organisme yang memiliki lebih dari dua set lengkap
kromosom di sel mereka. Mereka umum dijumpai pada angiosperma, di mana setidaknya 70%
dari spesies mengalami satu atau lebih peristiwa penggandaan genom dua kali lipat selama
sejarah evolusi mereka (Aversano et al., 2012). Organisme yang mempunyai jumlah kromosom
dari kelipatan jumlah kromosom dasar (n) disebut euploid. Bila jumlah kromosom individu
bukan merupakan kelipatan n disebut aneuploid, misalnya 2n+1 atau 2n-1. Jumlah yang lebih
kecil daripada kelipatan n disebut hyperploid, sedang yang lebih besar disebut hypoploid
(Poespodarsono, 1998).
Organisme-organisme semacam ini tidak dapat kawin dengan sesama anggota spesiesnya
yang normal, namun dapat kawin dengan sesama poliploid. Spesies poliploid jarang terdapat
pada dunia hewan, tapi umum di antara tumbuhan berbunga. Hal ini disebabkan tumbuhan
seringkali bereproduksi dengan cara pembuahan sendiri sehingga satu poliploid tunggal dapat
menghasilkan keturunan yang fertil. Tingkat ploidi yang lebih tinggi daripada tetraploid tidak
mungkin ditemukan dalam populasi-populasi alamiah, tapi sebagian tanaman pangan merupakan
poliploid. Terkadang, suatu jaringan terspesialisasi di dalam diploid akan menjadi poliploid
(Yuwono, 2008).
Poliploid berdasarkan penyebabnya dapat dibagi dua macam, yaitu autopolyploid dan
allopolyploid. Autopolyploid merupakan penggandaan jumlah kromosom yang berasal dari
kromosom yang sama sedangkan allopolyploid merupakan penggandaan jumlah kromosom yang
berasal dari kromosom yang berbeda. Umumnya allopolyploid dihasilkan dari persilangan atau
hibridisasi daru dua jenis spesies organisme yang berbeda (Suryo, 1995). Poliploid pada
tumbuhan yang terjadi secara umumnya disebabkan karena kegagalan bunga betina untuk
mengurangi jumlah kromosom sel telur dalam proses meiosis. Jika telur tersebut dibuahi oleh
gamet normal (n) maka keturunannya adalah triploid (3n), jika gamet yang tidak direduksi dari
induk triploid dibuahi lagi dengan gamet normal hasilnya adalah tetraploid (4n). Tanaman
poliploid ini memiliki ciri-ciri tingkat pertumbuhan yang cepat, memiliki ukuran buah yang lebih
besar, toleran terhadap kekeringan, dan tahan terhadap penyakit. Hal inilah yang menarik minat
para pemulia untuk mengembangkan tanaman poliploidi kerena aspek menguntungkannya,
namun poliploidi ini sering juga menunjukkan gangguan dalam sistem reproduksi dan transfer
genom yang menguntungkan antara individu atau spesies (Baker et al., 2017).
Usaha para pemulia untuk menghasilkan organisme poliploid sering disebut dengan
poliploidisasi. Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk
perbaikan dan peningkatan kualitas genetik guna menghasilkan tumbuhan yang memiliki
keunggulan seperti pertumbuhan yang cepat, akar yang kuat, toleran terhadap lingkungan, dan
resisten terhadap penyakit (Mukti et al., 2001). Sedangkan poliploidi merupakan keadaan suatu
makhluk yang mempunyai lebih dari dua perangkat jumlah kromosom dasar atau monoploid
misalnya triploid, tetraploid, pentaploid, dan berbagai aneuploid (Rifai, 2004). Penggandaan
kromosom pada tanaman dapat dilakukan dengan induksi kimia menggunakan senyawa anti
mitosis seperti Colchicine (Chen et al., 2009 cit Rahayu et al., 2015).
Colchicine (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari
umbi tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae). Peristiwa penggandaan kromosom
dengan menggunakan Colchicine yakni dengan menghalangi terbentuknya benang-benang
spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi. Tidak
terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel menyebabkan anak kromosom tidak
bergerak ke kutub-kutub set, tetapi tetap tinggal di tengah-tengah sebagai pasangan pada fase C-
motosis. Apabila Colchicine digunakan pada konsentrasi yang tepat maka jumlah kromosom
akan meningkat, sehingga tanaman bersifat poliploid (Suminah et al. 2002).
Praktikum poliploidisasi ini dilaksanakan di Ruang Mendel Laboratorium Pemuliaan
Tanaman, Jurusan Bididaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Pada hari
Selasa, tanggal 14 Februari 2017. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ujung
akar bawang merah (Allium cepa), Colchicine, alkohol 70 %, aquades, larutan aceto carmine
1%, larutan carnoy farmer, larutan p-dichloro-hidroksi quinolin 0,002 N. Sedangkan alat-alat
yang dipakai pada ialah mikroskop, pinset.
Cara kerjanya pertama-tama ialah disiapkan bawang merah yang baik lalu
dikecambahkan di medium air bersih. Setelah akar tumbuh sepanjang kurang lebih 2 3 cm
bawang merah dipindahkan pada media larutan colchicine. 24 jam kemudian ujung akar yang
nampak membesar dipotong. Lalu potongan ujung akar difiksasi menggunakan larutan carnoy,
kemudian dilakukan pengecatan menggunakan aceto carmine atau bahan lainnya. Setelah itu
diamati dibawah mikroskop dengan metode Squeeze.
Efek yang ditimbulkan melalui mutasi dengan colchicine adalah terjadinya penggandaan
kromosom atau poliploidisasi. Autotetraploid secara alami dihasilkan melalui kejadian duplikasi
secara spontan dari genom 2x menjadi 4x. Secara artifisial autotetraploid diperoleh melalui
perlakuan mutasi mengunakan colchicine. Tanaman autotetraploid dapat menguntungkan secara
komersial karena pada tanaman tersebut terjadi peningkatan jumlah kromosom yang
mengakibatkan pertambahan ukuran sel, ukuran bunga, buah, stomata dan bagian-bagian
tanaman lainnya. Hal tersebut disebabkan terjadinya kenaikan produk dari aktifitas gen (protein
atau RNA) yang proposional dengan kenaikan jumlah gen dalam sel (Anthony et al., 2000).

Agar pemberian Colchicine efektif terhadap terjadinya polyploidi, maka zat ini harus
diberikan pada sel yang sedang membelah yaitu pada titik tumbuh, ujung akar dan ujung batang.
Struktur meristem ujung batang terdiri dari bagian distal (paling atas) dan berturut-turut
dibawahnya lapisan-lapisan subdistal, organonek subdistal dan daerah pendewasaan. Lapisan
subdistal ini merupakan tempat terjadinya diferensial sel. Pengaruh dari Colchicine tergantung
pada konsentrasi dari kolkhisin, dimana konsentrasi yang tepat untuk setiap spesies berbeda-
beda. Selain itu dipengaruhi juga oleh lamanya sel mengalami kontak dengan kolkhisin, tipe sel
dan lingkungan yang sesuai untuk mitosis. Dari hasil pengamatan ditemukan adanya pengaruh
Colchicine pada sel. Perbedaan terutama pada tahap mitosis antara sel kontrol dengan sel yang
diberi Colchicine.
Proses mitosis pada bawang merah yang diberi Colchicine tidak ada perbedaan pada
tahap interfase dan profase dengan tahap pada interfase dan profase kontrol. Namun pada tahap
metafase, tidak terlihat adanya benang-benang spindel seperti halnya pada tahap metafase normal
sehingga jumlah kromosomnya menjadi 32. Ini diakibatkan karena adanya Colchicine. Menurut
Suryo (1995) fungsi Colchicine yaitu untuk menghalang-halangi terbentuknya spindel
(gelendong inti) pada mitosis. Colchicine ini bersifat racun, larut dalam air, merupakan alkaloid
dan sangat aktif pada konsentrasi rendah. Pada mitosis, Colchicine memperjelas detil morfologi
kromosom bahkan memungkinkan terjadinya poliploidi. Colchicine merusak mikrotubulus dan
mencegah pembentukan gelondong. Akibatnya kromosom yang telah menjadi dua gagal untuk
berpindah dan bergerak ke kutub yang berlawanan.
Dari tahap metafase fase pembelahan kembali ketahap interfase. Bedanya interfase II
dengan interfase I adalah pada tahap I nukleous tidak terlihat. Selain itu jumlah kromosomnya
pun berbeda. Pada interfase ke II jumlah kromosonnya adalah 32. Dan juga pada tahap
profasenya sama dengan profase I yang membedakan adalah jumlah kromosomnya pada profase
II adalah 32 bukan 16.
Pada tahap metafase II berjalan seperti metafase kontrol yaitu benang-benang spindel
terbentuk dan sentromernya mengalami pembelahan. Hal ini karena pengaruh Colchicinenya
yang sudah hilang sehingga berjalan normal. Dan jumlah kromosomnya adalah 64 buah, ini
dikarenakan seluruh kromosom berumpul pada bidang equator. Dan pada tahap anafase II dan
telofase II berjalan normal, dimana pada tahap anafase sentromer memimpin kromatid menuju
kutup dengan menggelantung pada benang spindel. Dan pada tahap telofase II terbentuk dua sel
baru dengan masing masing sel jumlah kromosomnya adalah 32 buah (4n). Inilah yang disebut
tanaman tetraploid.
Tanaman poliploid ini sangat bermanfaat di dalam meningkatkan produksi hasil
pertanian, perkebunan dan kehutanan. Manfaat poliploidisasi pada bidang pemuliaan tanaman
adalah kita dapat memperoleh sifat tanaman yang lebih kekar, bagian tanaman lebih besar (akar,
batang, daun, bunga, dan buah), sehingga nantinya sifat-sifat yang kurang baik akan menjadi
lebih baik tanpa mengubah potensi hasilnya ( Henuhili dan Suratsih, 2003 cit Isnawati, 2013).

Ada beberapa dampak positif poliploidi dalam pertanian yaitu :


1. Dapat menghasilkan buah-buahan tanpa biji seperti pada buah semangka yang biasanya
berbiji banyak menjadi sedikit bijinya sehingga nilai jual buah semangka menjadi lebih
tinggi.
2. Menghasilkan tanaman hias yang bernilai jual tinggi seperti tanaman bonsai.
3. Meningkatkan produksi pertanian sehingga pendapat yang diperoleh petani akan lebih besar.

Selain dampak positif, juga ada dampak negatifnya yaitu :


1. Penemuan buah tanpa biji mengakibatkan tanaman mengalami kesulitan untuk mendapatkan
generasi penerusnya.
2. Serta pemberian kolkisin yang berlebihan akan memberikan dampak buruk yang akan
mengurangi jumlah daun dari tanaman itu sendiri

Kesimpulan
1. Cara penggandaan kromosom pada tanaman salah satu caranya adalah secara buatan
dengan menggunakan senyawa kimia Colchicine (C22H25O6N).
2. Pengaruh pemberian Colchicine pada tanaman adalah tidak terbentuknya benang-benang
spindel pada kromosom sehingga kromosom anak tidak bergerak ke kutub-kutub set,
tetapi tetap tinggal di tengah-tengah sebagai pasangan.
3. Ciri-ciri tanaman poliploid adalah tingkat pertumbuhan yang cepat, memiliki ukuran
buah yang lebih besar, toleran terhadap kekeringan, dan tahan terhadap penyakit.
Daftar Pustaka

Anthony J.F., Griffiths, Jeffrey H. Miller, David T. Suzuki, Richard C. Lewontin, William M.
Gelbart. 2000. An Introduction to Genetic Analysis, W.H.Freeman and Company.
Aversano, R., M.R. Ercolano, I. Caruso, C. Fasano, D. Rosellini, and D. Carputo. 2012.
Molecular tools for exploring polyploid genomes in plants. Int. J. Mol. Sci. 13 : 10316-
10335.
Baker R. B, Yulia Y. Katherine V., Brent E. E., Cynthia W. 2017. Polyploidy and the relationship
between leaf structure and function: implications for correlated evolution of anatomy,
morphology, and physiology in Brassica. BioMed Central Journal 17:3.
Isnawati, Saifudin,A.,Evi Ratna Sari. 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Kolkhisin
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum) Varietas Lado
F1, 2: 167-171.

Mukti A.T., Rustidja, S.B. Sumitro. M. S. Djati. 2002. Poliploidisasi ikan mas (Cyprinus carpio
L.). Jurnal Biosain 1: 112-123.
Poepodarsono, Soemardjo. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahayu E. M. D., Dewi S., M. Syukur., Sandra A. A. Irawati. 2015. Induksi Poliploidi
Menggunakan Colchicine Secara In Vivo Pada Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis
(L.) BLUME). Buletin Kebun Raya No. 1.
Rifai. M. A., 2004. Kamus Biologi. Balai Pustaka. Jakarta.
Suminah, Sutarno, Ahmad D. S. 2002. Induksi poliploidi bawang merah (Allium ascalonicum
L.) dengan pemberian Colchicine. Jurnal Biologi FMIPA UNS Surakarta 3: 174-180.
Suryo, 1995. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Yuwono,Triwibowo. 2008. Biologi Molekular. Gelora Aksara Prataman. Bandung.

You might also like