Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda sampai pada suhu
tertentu, bebrapa sifat fisik benda tersebut berubah. Sifat-sifat benda yang akibat
berubah adanya perubahan suhu di sebut sifat termometrik. Sifat termometrik suatu
zat dapat di manfaatkan sebagai suatu alat pengukur suhu. Thermometer adalah alat
yang di gunakan untuk mengukur suhu atau benda. Berbagai jenis thermometer di
buat berdasarkan beberapa sifat termometrik zat, seperti pemuain zat padat, pemuain
zat cair, pemuain gas, tekanan zat cair, teknan udara, regangan zat padat, hambatan
zat terhadap arus listrik, dan intensitas cahaya (radiasi benda). Berdasarkan sifat
termomatrik zat, jenis-jenis thermometer antara lain sebagai berikut.Thermometer Zat
Cair Alat ni bekerja berdasarkan prinsip bahwazat cair akan memuai (bertamba
volumenya jika di panaskan).
Kalor merupakan salah satu bentuk energi maka satuan kalor pun sama
dengansatuan energi, yaitu joule atau kalori. Kalor dapat menaikkan suhu suatu zat
dan dapatmengubah wujud zat. Benda yang mendapat kalor suhunya naik, sedang
yang melepas kalor suhunya turun. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud zat
dinamakan kalor laten dan kalor uap. Kalor laten itu adalah banyaknya kalor yang
diperlukan dan dilepaskan oleh 1 kg atau 1 g zat agar dapat mengubah wujudnya
sedangkan kalor uap yaitu banyaknya kalor per satuan massa yang diberikan pada zat
di titik didihnya agar wujud zat cair berubah menjadi wujud gas seluruhnya pada titik
didih tersebut. Titik uap adalah kalor yang diperlukan oleh satuan massa zat cair
untuk menguap pada titik didhnya.
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau
melepaskan suhu 1 kilogram massa suatu zat sebesar 10C atau 1 Kelvin. Kapasitas
kalor suatu benda adalah benyaknya kalor yang diperlukan zat untuk menaikkan suhu
sebesar 10C atau 1 K atau kemampuan suatu benda untuk menerima atau melepas
kalor untuk menaikkan atau menurunkan suhu benda sebesar 10C atau 1 K.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan
mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh
benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit.Sebagai contoh air panas memiliki suhu yang tinggi. Air dingin
memiliki suhu yang rendah. Apabila kedua kondisi suhu tersebut dicampur, akan
diperoleh suhu yang baru pada air. Perubahan suhu terjadi karena panas dari suhu air
yang lebih tinggi berpindah ke air yang suhunya lebih rendah. Suhu rendah
meningkat, karena menerima panas dari suhu tinggi. Panas yang bergerak dari suhu
yang tinggi ke suhu yang rendah itu disebut kalor. Keenan. (2005)
Sewaktu air dipanaskan, air menerima energi panas dari api melalui cerek yang
mewadahinya. Air menerima energi panas, ditandai dengan adanya kenaikan suhu.
Semakin besar energi panas yang diterima air, semakin besar pula kenaikan suhu pada
air.Peristiwa itu menunjukkan semakin besar kalor yang diterima suatu benda,
semakin besar pula kenaikan suhu pada benda tersebut. Pertambahan kalor sebanding
dengan perpindahan panas dari api ke benda yang menerimanya, dan sebanding pula
dengan kenaikan suhunya. Apabila banyaknya kalor dinyatakan dengan Q, dan
perubahan suhu dinyatakan dengan DT (perubahan suhu), maka hubungan kalor
dengan perubahan suhu dapat dinyatakan dengan persamaan :Q T(Unrmi, 2007)
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, karena kalor adalah energi panas
yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih
rendah. Kalor diukur dengan satuan kalori. Satu kalori yaitu banyaknya energi panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 1C pada 1 gram air. Air yang
massanya 1.000 gram dinaikkan suhunya dari 24C menjadi 25C dibutuhkan energi
sebesar 1.000 kalori. Sedangkan berdasarkan satuan SI, energi kalor dinyatakan
dengan joule (J). Joule berasal dari percobaan James Prescott Joule, bahwa 1 kalori
sebanding dengan 4,186 yang dibulatkan menjadi 4,2 joule (1 kalori = 4,2 joule)
III. METODE
Tuang 250 dan 450 ml kedalam panci, lalu letakan di atas kompor
Ukur suhu air setiap 1 menit, amati kenaikan suhu air sehingga suhu air
mencapai 90 oC
Ulangi langkah 2 hingga 6 untuk volume air dan minyak masing-masing
250 ml, masukkan data yang diperoleh pada tabel berikut
5.1 Kesimpulan
Dalam hasil dan pembahasan dapat kita tarik kesimpulan adalah sebagai
berikut:
1. Kalor adalah energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke
benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan
2. Faktor yang mempengaruhi kalor adalah Ketinggian permukaan daratnya
Makin tinggi dari permukaan laut, makin dingin suhunya, Posisinya dari
garis edar matahari Semakin berada pada posisi katulistiwa, semakin panas
daerah tersebut, Posisi daratan dalam garis edar angin kering, Semakin
berada dalam garis edar angin kering, semakin panas daerah tersebut,
Tingkat kehijauan daratannya, Semakin hijau, semakin dingin dibanding
daerah yg gersang
3. Massa jenis air lebih besar dari pada minyak, sehingga penerimaan kalornya
lebih bagus pada minyak
5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data
DAFTAR PUSTAKA
Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu
perubahan atau reaksi kimia disebut kalorimeter. Kalorimeter yang biasa digunakan
di laboraturium fisika sekolah berbentuk bejana biasanya silinder dan terbuat dari
logam misalnya tembaga atau aluminium dengan ukuran 75 mm x 50 mm (garis
tengah). Bejana ini dilengkapi dengan alat pengaduk dan diletakkan di dalam bejana
yang lebih besar yang disebut mantel. Mantel tersebut berguna untuk mengurangi
hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.( David Halliday 2003)
Kalor Jenis kalor adalah satu bentuk energi. Kalor dapat mengubah suhu atau
wujud benda. Satuan kalor adalah kalori disingkat denga kal. Satu kalori adalah
banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air sehingga suhunya
naik 10C. Karena kalor merupakan bentuk energi, maa dalam SI satuan kalor sama
dengan satuan energi yaitu Joule/ J. Dalam pengukuran menunjukkkan adanya
kesetaraan antara kalor dengan energi yaitu: 1 kalori setara dengan 4,18 J atau 1 J
setara dengan 0,24 kalori. Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang
diperlukan 1 kg zat untuk menaikkan suhunya 10C. (snps, 2010)
Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian
disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu
tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi
keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan:
Q lepas = Q terima
III. METODE
Dimasukakanlah sebagian air panas kedalam kalorimeter berisi air dingin dan
lakukan dengan cepat untuk menghindari adanya perubahan suhu air panas.
Aduk secara perlahan lahan agar air dingin bercampur rata dengan air panas
Setelah itu kalorimeter dengan semua isinya ditimbang kembali, massa air panas
yang dimasukan kedalam kalorimeter dapat ditentukan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitunagan
Mp x Cpp (Tp-Tcp) = Md x Cpd (Tc-Td) +C (Tc-Tk)
Diketahui :
Cpp = 4,194 kJ/kgoC
Cpd = 4,176 kJ/kgoC
Td = Tk = 28 oC
Tp = 70 oC
Md = 174,75 gr = 0,17475 kg
Mp = 293,03 gr = 0,29303 kg
Penyelesaian :
Mp x Cpp (Tp-Tcp) = Md x Cpd (Tc-Td) +C (Tc-Tk)
0,29303 kJ/kgoC x 4,194 kJ/kgoC (70 oC-57oC) = 0,17475 kJ/Kg oC x 4,176 kJ/kgoC
(57 oC-28oC) +C (57 oC-28oC)
0,29303 kJ/kgoC x 4,194 kJ/kgoC (13oC) = 0,729756 kJ/kgoC (29 oC) +C (29 oC)
1,228 kJ/kgoC x 13 oC = 0,729 kJ/kgoC x 29 oC + (29 oC) C
15,976 kJ/kgoC = 21,141 kJ/kgoC + 29 oC C
29 oC C =15,976 kJ/kgoC-21,141 kJ/kgoC
-5,165kJ/kg o C
C = 29 o C
C = -0,178 kJ/o
V. PENUTUP
5.1 kesimpulan
berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Kalor merupakan energi maka dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang
lain.
2. dengan asaz Black apabila dua benda yang suhunya berbeda dan dicampur,
maka benda yang lebih panas melepas kalor kepada benda yang lebih dingin
sampai suhu keduanya sama
5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data
DAFTAR PUSTAKA
Sunardi. 2007. Kalor Jenis Fisika Jilid1 edisi empat. Erlangga: Jakarta
Kalor adalah energy yang ditransfer karena tinggi ke benda bersuhu rendah,
merupakan energy yang ditransfer dari benda yang panas ke benda yang dingin, maka
kalor merupakan energy yang ditransfer dari suatu benda ke benda yang lain karena
perbedaan suhu.Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperature zat
itu biasanya naik. Jumlah energy panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperature suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperature dan massa zat
itu (Q=C T = mc T) dengan C adalah kapasitas panas zat, yang didefinisikan
sebagai energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dengan
satu derajat. Panas jenis C adalah kapasitas panas persatuan massa
III. METODE
Ukurlah suhu air di dalam kalorimeter. Catat sebagai suhu awal air dan suhu awal
kalorimeter
Siapkan pemanas, gelas beker yang diisi air, dan logam yang akan diukur.
Masukkan logam kedalam gelas beker, kemudian panaskan. Tunggu hingga air
mendidih
Ukurkan suhu air didalam gelas pada saat air mendidih sebagai suhu awal logam
(tb)
Pindahkan logam secepatnya kedalam kalorimeter dan tutup rapat-rapat sambil
diaduk-aduk
Catatlah suhu akhir campuran
Ulangilah langkah 1-5 sebanyak 3 kali. Kemudian ulangilah untuk jenis logam
yang kalian ukur
Perhitungan
Rumus :
mb x Cpb (Tc-Tb) = ma x Cpa (Tc-Ta) + mk x Cpk (Tc-Tk)
1 Logam Stainless Steel
Diketahui:
mb = 59,10 gram = 0,0591 kg
mk = 99,45gram = 0,09945 kg
ma = 186,49 99,45 gram
= 87,04 gram
= 0,08704 kg
Tk = 28oC
Ta = 28oC
Tb = 27oC
Tc = 30oC
Cpk = 0,91 kJ/kg oC
Cpa = 4,176 kJ/kg oC
Penyelesaian :
m b x Cp b ( Tc - T b ) = m a x Cp a ( T c - T a ) +m k x Cpk ( T c - Tk )
m a x Cp a ( Tc - T a ) + m k x Cp k ( T c - Tk )
Cp b =
m b ( Tc - T b )
( m a x Cpa + m k x Cpk )( Tc - T a )
=
m b ( T c - Tb )
V. PENUTUP
5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data
DAFTAR PUSTAKA
Tpanas
Tdingin
Gambar 1.1. Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding.
Sumber :Tim Penyusun,2014.
Salah satu peristiwa sehari hari yang menyangkut tentang perpindahan kalor
secara konduksi adalah saat menyeduh teh. Beberapa saat setelah ujung
sendoktercelup teh panas, ujung yang sedang dipegang akan terasa panas juga
walaupun tidak ikut tercelup teh. Proses pindahnya panas dari teh ke sendok itu
adalah perpindahan secara konduksi. Hal ini disebabkan bahwa dalam setiap benda
(sendok) terdapat bagian bagian yang lebih kecil, yaitu pertikel. Ketika ujung
sendok dikenai panas, maka partikel partikel di ujung sendok tersebut akan bergetar
di sekitar tempatnya dan membentur partikel partikel lain di sekitarnya. Partikel
yang terbentur akan ikut bergetar juga di sekitar tempatnya dan membentur lagi
partikel di sekitarnya. Begitu seterusnya sampai getaran ini merambat ke ujung yang
lain (panas dan temperatur benda adalah akibat dari sikap brutal molekul/partikelnya)
(Tim Penyusun,2014).
Aliran kalor konduksi terjadi jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradient
suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Pada logam-
logam padat, konduksi termal merupakan akibat dari gerakan elektron yang tidak
terikat. Konduktivitas termal berhubungan erat sekali dengan konduktivitas listrik.
Pada zat padat yang bukan penghantar listrik, konduksi termal merupakan akibat dari
transfer momentum oleh masing-masing molekul di samping gradient suhu. Contoh
perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam cerek
pemasak air atau batang logam pada dinding tungku (Anonim 1, 2014)
Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi adalah
kesebandingan antara laju aliran kalor melintasi permukaan isothermal dan gradient
suhu yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum ini disebut Hukum Fourier
yang berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap waktu. Hukum
tersebut dapat dituliskan sebagai:
dq T
=k
dA n (1)
dimana A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap arah aliran
kalor(m)
n = jarak, diukur tegak lurus terhadap permukaan itu(m / det)
q = laju aliran kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap
permukaan(kj / det,W)
T = suhu( C, F )
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)(W/m.C)(Tim
Penyusun,2014).
Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan
stedi (steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan fungsi posisi
saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk aliran stedi
satu-dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan :
q dT
=k
A dn (2)
Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal (Tim Penyusun,2014)..
Bila konduktivitas termal k berubah secara linier dengan suhu, maka k
diganti dengan nilai rata-rata k . Nilai k dapat dihitung dengan mencari rata-
rata aritmetik dari k pada kedua suhu permukaan, T1 dan T2, atau dengan menghitung
rata-rata aritmetik suhu dan menggunakan nilai k pada suhu itu.
Persamaan (4) dapat dituliskan dalam bentuk :
T
q=
R (5)
dimana R adalah tahanan termal zat padat antara titik 1 dan titik 2 (Tim
Penyusun,2014).
Koefisien perpindahan panas menyeluruh (overall heat transfer coefficient, U)
merupakan aliran panas menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan
konveksi. Koefisien perpindahan panas menyeluruh dinyatakan denganW/m2oC.
Koefisien perpindahan panas menyeluruh menyatakan mudah atau tidaknya panas
berpindah dari fluida panas ke fluida dingin. Besar kalor yang mengalir per satuan
waktu pada proses konduksi ini tergantung pada :
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Kalor adalah energi yang
berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah
ketika kedua benda bersentuhan.Kalor bisa diibaratkan seperti air yang secara spontan
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah tanpa peduli berapa banyak
air yang sudah berada di bawah.Panas juga mengalir secara spontan dari benda yang
bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah tidak peduli seberapa besar
ukuran kedua benda itu (ukuran benda menentukan banyaknya kandungan kalor)
(Kern, 2005).
Suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang
terjadi.Dua kemungkinan tersebut adalah kalor sensibel (sensible heat) dan kalor
laten (latent heat). Kalor sensibel (sensible heat) adalah kalor yang dihasilkan pada
peristiwa perubahan temperatur dari zat yang menerima atau melepaskan kalor.
Apabila suatu zat menerima kalor sensibel maka akan mengalami peningkatan
temperatur dan jika zat tersebut melepaskan kalor sensibel maka akan mengalami
penurunan temperatur. Yang kedua adalah terjadi perubahan fase zat. Kalor jenis ini
disebut dengan kalor laten (latent heat). Jika suatu zat menerima atau melepaskan
kalor, pada awalnya akan terjadi perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut
suatu saat akan mencapai keadaan jenuh dan menyebabkan perubahan fase. Kalor
yang demikian itu disebut sebagai kalor laten. Pada suatu zat terdapat dua macam
kalor laten, yaitu kalor laten peleburan atau kalor laten penguapan (pengembunan).
Kalor laten suatu zat biasanya lebih besar dari kalor sensibelnya, hal ini karena
diperlukan energi yang besar untuk merubah fase suatu zat (MC Cabe, 2005).
Suhu adalah ukuran rata - rata energi kinetik partikel dalam suatu benda.
Kalor yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk 2 cara, yaitu untuk
merubah wujud benda dan untuk menaikkan suhu benda itu. Besar kalor yang
diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan suhu tergantung pada
1. kalor jenis benda
2. perbedaan suhu kedua benda
3. massa benda
(Rudiwarman, 2011).
Aliran kalor konduksi terjadi jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradient
suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Pada logam-
logam padat, konduksi termal merupakan akibat dari gerakan elektron yang tidak
terikat. Konduktivitas termal berhubungan erat sekali dengan konduktivitas listrik.
Pada zat padat yang bukan penghantar listrik, konduksi termal merupakan akibat dari
transfer momentum oleh masing-masing molekul di samping gradient suhu. Contoh
perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam cerek
pemasak air atau batang logam pada dinding tungku (Anonim 2, 2014)
III. METODE
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dn selama terjadi
perpindahan kalor, tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat
perantaranya.
2. Perpindahan panas secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut:
- Proses perpindahan panas pada benda padat dapat dipahami melalui teori
partikel
- kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas yang terdapat dalam
struktur atom logam
3. Perlakuan yang ketiga pada jarak 20 cm waktu yang diberikan cukup lama yaitu
11,49 menitdan memiliki suhu 370c, sehingga yang dapat melelehkan lilin yaitu
sekitar 350c,sedangkan pada perlakuan yang ketiga suhu utuk mencapai titi
lelehnya lilin yaitu 370c, ini dikarenakan lama dan memiliki jarak yang cukup
jauh dari pusat panas,
5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data
DAFTAR PUSTAKA
MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P. 2005. Unit Operation of Chemical Enginering
4th ed. New York : Mc.Graw-Hill.
Teteskan tinta kedalam wadah yang berisi air, teteskan disebelah kiri dan kanan
dalam wadah
Amati apa yang terjadi ! ukur waktu yang di perlukan agar tinta
tercampur
III. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut
1) Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahan panas yang diikuti dengan
perpindahan zat itu sendiri. Hal tersebut akan mudah dipahami saat proses
pemasakan air.
2) Perpindahan panas konveksi adalah perpindah panas yang disertai dengan
perpindahan zat perantaranya. Besarnya konveksi tergantung pada:
5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data
DAFTAR PUSTAKA
,Crawford, M. E., 2005. Unit Operation of Chemical Enginering 4th ed. New York :
Mc.Graw-Hill.
Kays, W. M dan Crawford, M. E., 2005. Process Heat Transfer. New York :
Mc.Graw-Hill.
Zemansky, Sears. 2003. FISIKA untuk Universita 1 Mekanika, Panas, Bunyi. Bandung:
Binacipta.