You are on page 1of 38

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda sampai pada suhu
tertentu, bebrapa sifat fisik benda tersebut berubah. Sifat-sifat benda yang akibat
berubah adanya perubahan suhu di sebut sifat termometrik. Sifat termometrik suatu
zat dapat di manfaatkan sebagai suatu alat pengukur suhu. Thermometer adalah alat
yang di gunakan untuk mengukur suhu atau benda. Berbagai jenis thermometer di
buat berdasarkan beberapa sifat termometrik zat, seperti pemuain zat padat, pemuain
zat cair, pemuain gas, tekanan zat cair, teknan udara, regangan zat padat, hambatan
zat terhadap arus listrik, dan intensitas cahaya (radiasi benda). Berdasarkan sifat
termomatrik zat, jenis-jenis thermometer antara lain sebagai berikut.Thermometer Zat
Cair Alat ni bekerja berdasarkan prinsip bahwazat cair akan memuai (bertamba
volumenya jika di panaskan).
Kalor merupakan salah satu bentuk energi maka satuan kalor pun sama
dengansatuan energi, yaitu joule atau kalori. Kalor dapat menaikkan suhu suatu zat
dan dapatmengubah wujud zat. Benda yang mendapat kalor suhunya naik, sedang
yang melepas kalor suhunya turun. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud zat
dinamakan kalor laten dan kalor uap. Kalor laten itu adalah banyaknya kalor yang
diperlukan dan dilepaskan oleh 1 kg atau 1 g zat agar dapat mengubah wujudnya
sedangkan kalor uap yaitu banyaknya kalor per satuan massa yang diberikan pada zat
di titik didihnya agar wujud zat cair berubah menjadi wujud gas seluruhnya pada titik
didih tersebut. Titik uap adalah kalor yang diperlukan oleh satuan massa zat cair
untuk menguap pada titik didhnya.
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau
melepaskan suhu 1 kilogram massa suatu zat sebesar 10C atau 1 Kelvin. Kapasitas
kalor suatu benda adalah benyaknya kalor yang diperlukan zat untuk menaikkan suhu
sebesar 10C atau 1 K atau kemampuan suatu benda untuk menerima atau melepas
kalor untuk menaikkan atau menurunkan suhu benda sebesar 10C atau 1 K.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan
mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh
benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit.Sebagai contoh air panas memiliki suhu yang tinggi. Air dingin
memiliki suhu yang rendah. Apabila kedua kondisi suhu tersebut dicampur, akan
diperoleh suhu yang baru pada air. Perubahan suhu terjadi karena panas dari suhu air
yang lebih tinggi berpindah ke air yang suhunya lebih rendah. Suhu rendah
meningkat, karena menerima panas dari suhu tinggi. Panas yang bergerak dari suhu
yang tinggi ke suhu yang rendah itu disebut kalor. Keenan. (2005)
Sewaktu air dipanaskan, air menerima energi panas dari api melalui cerek yang
mewadahinya. Air menerima energi panas, ditandai dengan adanya kenaikan suhu.
Semakin besar energi panas yang diterima air, semakin besar pula kenaikan suhu pada
air.Peristiwa itu menunjukkan semakin besar kalor yang diterima suatu benda,
semakin besar pula kenaikan suhu pada benda tersebut. Pertambahan kalor sebanding
dengan perpindahan panas dari api ke benda yang menerimanya, dan sebanding pula
dengan kenaikan suhunya. Apabila banyaknya kalor dinyatakan dengan Q, dan
perubahan suhu dinyatakan dengan DT (perubahan suhu), maka hubungan kalor
dengan perubahan suhu dapat dinyatakan dengan persamaan :Q T(Unrmi, 2007)
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, karena kalor adalah energi panas
yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih
rendah. Kalor diukur dengan satuan kalori. Satu kalori yaitu banyaknya energi panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 1C pada 1 gram air. Air yang
massanya 1.000 gram dinaikkan suhunya dari 24C menjadi 25C dibutuhkan energi
sebesar 1.000 kalori. Sedangkan berdasarkan satuan SI, energi kalor dinyatakan
dengan joule (J). Joule berasal dari percobaan James Prescott Joule, bahwa 1 kalori
sebanding dengan 4,186 yang dibulatkan menjadi 4,2 joule (1 kalori = 4,2 joule)
III. METODE

Waktu dan tempat praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 21 desember 2016, Dilaboratorium
Bioproses. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram

3.1 Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah neraca,
termometer, neraca, gelas beaker, kompor listrik, statif, stopwatch, kaki tiga, statif,
air dan minyak

3.2 Prosedur Kerja


alat dan bahan

Timbang berat kososng gelas beaker.

Timbang berat kososng gelas, Tuang 500ml air kedalam gelas


beaker, catat suhu awal

Tuang 500ml air kedalam panic, letakkan diatas kompor listrik

Ukur suhu air setiap menit

Nyalakan kompor listrik, , atur Mode 600 watt

Tuang 250 dan 450 ml kedalam panci, lalu letakan di atas kompor

Ukur suhu air setiap 1 menit, amati kenaikan suhu air sehingga suhu air
mencapai 90 oC
Ulangi langkah 2 hingga 6 untuk volume air dan minyak masing-masing
250 ml, masukkan data yang diperoleh pada tabel berikut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan pemberian kalor terhadap minyak dan air


Bahan Massa Menit Suhu t (t-
(gr) ke- (C) to)
Air (250 237.75 0 28 0
ml) 1 36 8
2 44 8
3 54 10
4 62 8
5 69 7
6 73 4
7 79 6
Air (450 436.9 0 29 0
ml) 1 33 4
2 38 5
3 42 4
4 47 5
5 51 4
6 56 5
7 60 4
Minyak(25 191.72 0 31 0
0 ml) 1 50 19
2 71 21
3 93 22
4 115 22
5 129 14
6 141 12
7 150 9
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam hasil dan pembahasan dapat kita tarik kesimpulan adalah sebagai
berikut:
1. Kalor adalah energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke
benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan
2. Faktor yang mempengaruhi kalor adalah Ketinggian permukaan daratnya
Makin tinggi dari permukaan laut, makin dingin suhunya, Posisinya dari
garis edar matahari Semakin berada pada posisi katulistiwa, semakin panas
daerah tersebut, Posisi daratan dalam garis edar angin kering, Semakin
berada dalam garis edar angin kering, semakin panas daerah tersebut,
Tingkat kehijauan daratannya, Semakin hijau, semakin dingin dibanding
daerah yg gersang
3. Massa jenis air lebih besar dari pada minyak, sehingga penerimaan kalornya
lebih bagus pada minyak

5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data
DAFTAR PUSTAKA

Keenan. 2005. Fisika untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph H. 2003. Fisika Dasar Prinsip dan Terapan Modern


Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Erlangga.

Syukri, S.2004. Fisika Dasar 1. Bandung: ITB.

Unrmi, 2007 . Kalor Jenis Fisika Jilid1 edisi empat. Erlangga


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka
kalor yang dikandung sedikit . Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kalor atau energi panas. Kaor adalah suatu energi panas suatu zat yang
dapat diukur dengan alat termometer dengan perantara air yang telah didihkan. Kalor
jenis suatu benda memiliki masa yang berbeda-beda tergantung pada energi panas
yang dimiliki oleh benda tersebut.
kalor merupakan zat yang mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi
kebenda yang suhunya lebih rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau
tercampur. Jika kalor merupakan suatu zat tertentu akan memiliki massa dan ternyata
benda yang di panaskan masanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi kalor
adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q
dengan satuan joule (J), sedangkan satuan lainya adalah kalori (kal) Kalor jenis suatu
benda didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg
suatu zat sebesar 1k. Kalor jenis ini merupakan sifat khas suatu benda yang
menunjukkan kemampuanya untuk menyerap kalor

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat menentukan kapasitas
calorimeter berdasarkan asas black
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan


suhu benda sebesar 1 derajat celcius. Perkataan kapasitas dapat memberikan
pengertian yang menyesatkan karena perkataan tersebut menyarankan pernyataan
banyaknya kalor yang dapat dipegang oleh sebuah benda yang merupakan
pernyataan yang pada pokoknya tidak berarti, sedangkan yang artinya sebenarnya
dengan perkataan tersebut hanyalah tenaga yang harus ditambahkan sebagai kalor
untuk menaikkan temperatur benda sebanyak satu derajat.

Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu
perubahan atau reaksi kimia disebut kalorimeter. Kalorimeter yang biasa digunakan
di laboraturium fisika sekolah berbentuk bejana biasanya silinder dan terbuat dari
logam misalnya tembaga atau aluminium dengan ukuran 75 mm x 50 mm (garis
tengah). Bejana ini dilengkapi dengan alat pengaduk dan diletakkan di dalam bejana
yang lebih besar yang disebut mantel. Mantel tersebut berguna untuk mengurangi
hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.( David Halliday 2003)
Kalor Jenis kalor adalah satu bentuk energi. Kalor dapat mengubah suhu atau
wujud benda. Satuan kalor adalah kalori disingkat denga kal. Satu kalori adalah
banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air sehingga suhunya
naik 10C. Karena kalor merupakan bentuk energi, maa dalam SI satuan kalor sama
dengan satuan energi yaitu Joule/ J. Dalam pengukuran menunjukkkan adanya
kesetaraan antara kalor dengan energi yaitu: 1 kalori setara dengan 4,18 J atau 1 J
setara dengan 0,24 kalori. Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang
diperlukan 1 kg zat untuk menaikkan suhunya 10C. (snps, 2010)

Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian
disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu
tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi
keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan:
Q lepas = Q terima
III. METODE

3.1 Waktu dan tempat praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 21 desember 2016, Dilaboratorium
Bioproses. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
kalorimeter, termometer, neraca, gelas beaker, kompor listrik, statif, stopwatch
dan air

3.3 Prosedur Kerja


Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

timbang kalorimeter kosong

Kalorimeter diisi 100 ml air dingin, lalu ditimbang

Ukur suhu air dingin dalam kalorimeter

Siapkan air secukupnya, lalu dipanaskan hingga 80oC

Dimasukakanlah sebagian air panas kedalam kalorimeter berisi air dingin dan
lakukan dengan cepat untuk menghindari adanya perubahan suhu air panas.

Aduk secara perlahan lahan agar air dingin bercampur rata dengan air panas

Ukur suhu campuran setiap 1 menit hingga dicapai suhu konstan

Setelah itu kalorimeter dengan semua isinya ditimbang kembali, massa air panas
yang dimasukan kedalam kalorimeter dapat ditentukan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 2.1. Penentuan Kapasitas Kalorimeter
Massa Kalorimeter
Suhu Air (oC)
Massa (gr)
Waktu (menit)
Kalorimeter (gr) Campura Campura
Dingin Dingin
n n
1 28 60
2 28 58
0,1747
0,09288 0,29303 3 28 57
5
4 28 57
5 28 57

Perhitunagan
Mp x Cpp (Tp-Tcp) = Md x Cpd (Tc-Td) +C (Tc-Tk)
Diketahui :
Cpp = 4,194 kJ/kgoC
Cpd = 4,176 kJ/kgoC
Td = Tk = 28 oC
Tp = 70 oC
Md = 174,75 gr = 0,17475 kg
Mp = 293,03 gr = 0,29303 kg
Penyelesaian :
Mp x Cpp (Tp-Tcp) = Md x Cpd (Tc-Td) +C (Tc-Tk)
0,29303 kJ/kgoC x 4,194 kJ/kgoC (70 oC-57oC) = 0,17475 kJ/Kg oC x 4,176 kJ/kgoC
(57 oC-28oC) +C (57 oC-28oC)
0,29303 kJ/kgoC x 4,194 kJ/kgoC (13oC) = 0,729756 kJ/kgoC (29 oC) +C (29 oC)
1,228 kJ/kgoC x 13 oC = 0,729 kJ/kgoC x 29 oC + (29 oC) C
15,976 kJ/kgoC = 21,141 kJ/kgoC + 29 oC C
29 oC C =15,976 kJ/kgoC-21,141 kJ/kgoC
-5,165kJ/kg o C
C = 29 o C
C = -0,178 kJ/o
V. PENUTUP

5.1 kesimpulan
berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Kalor merupakan energi maka dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang
lain.

2. dengan asaz Black apabila dua benda yang suhunya berbeda dan dicampur,
maka benda yang lebih panas melepas kalor kepada benda yang lebih dingin
sampai suhu keduanya sama

3. percobaan diatas dapat di ketahui bahwa penentuan kapasitas kalori meter


mendapat kan hasil bahwa nilai dari massa kalori meter yaitu 0,09288 gr,
sedangkan massa kalori meter pada setiap perlakuan yaitu dengan menggunakan
air dingin dan campuran yaitu 0,17475 gr dan 0,29303 gr.

5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data
DAFTAR PUSTAKA

Muran, 2004. Modul Termodinamika FKIP Universitas Jember: Jember

(Bueche, 2006. Fisika Untuk Sains dan Teknik.. Erlangga: Jakarta

Sunardi. 2007. Kalor Jenis Fisika Jilid1 edisi empat. Erlangga: Jakarta

snps, 2010. www.snps.its.ac.id/ diakses tanggal 21 Desember 2016


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita menggunakan istilah kalor dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan kita


tahu apa yang kita maksud. Tetapi istilah tersebut tetap digunakan secara tidak
konsisten, sehingga perlu bagi kita untuk mendefinisikan kalor secara jelas, serta
menerangkan fenomena dan konsep yang berhubungan dengan kalor tersebut

Kalor adalah energy yang ditransfer karena tinggi ke benda bersuhu rendah,
merupakan energy yang ditransfer dari benda yang panas ke benda yang dingin, maka
kalor merupakan energy yang ditransfer dari suatu benda ke benda yang lain karena
perbedaan suhu.Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperature zat
itu biasanya naik. Jumlah energy panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperature suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperature dan massa zat
itu (Q=C T = mc T) dengan C adalah kapasitas panas zat, yang didefinisikan
sebagai energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dengan
satu derajat. Panas jenis C adalah kapasitas panas persatuan massa

Kalorimetri berarti mengukur panas. Perpindahan energi (panas) melibatkan


perubahan suhu. Tetapi panas juga melibatkan perubahan fasa. Fasa, untuk
mendeskripsikan keadaan tertentu dari bahan, seperti padat, cair dan gas. Kalor
didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Kalor berbeda dengan
suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu
kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda.
Sistem satuan kalor ialah Joule.
Kapasitas kalor suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu sejumlah zat sebesar satu derajat Celcius.Kalor yang diberikan
dalam sebuah benda dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu dengan merubah wujud
benda atau menaikkan suhu benda itu. Besar kalor yang diberikan pada sebuah benda
yang digunakan untuk menaikkan suhu tergantung pada massa benda, kalor jenis
benda dan perbedaan suhu kedua benda. Sedangkan bila kalor yang diberikan
digunakan untuk merubah wujud zat/benda, maka kalor yang diberikan tergantung
pada massa benda saja.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mampu menggunakan calorimeter dengan baik dan benar
2. Menentukan kalor jenis suatu benda
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kalori meter merupakan suatu alat yang fungsinya untuk


mengukur kalor jenis suatu zat. Salah satu bentuk kalorimeter
adalah kalorimeter campuran. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah
bejana logam yang kalor jenisnya diketahui. Bejana ini biasanya
ditempatkan didalam bejana lain yang agak lebih besar. Kedua
bejana dipisahkan oleh bahan penyekat misalkan gabus atau wol.
Kegunaan bejana luar adalah sebagai isolator agar perukaran kalor
dengan sekitar kalori meter dapat dikurangi.(Keenan. 2006. Fisika
untuk Universitas Jilid 1)
Kalorimeter juga dilengkapi dengan batang pengaduk. Pada
waktu zat dicampurkan didalam kalori meter, air dalam kalori meter
perlu diaduk agar diperoleh suhu merata sebagai akibat
percampuran dua zat yang suhunya berbeda. Azas penggunaan
kalori meter adalah azas black. Setiap dua benda atau lebih dengan
suhu berbeda dicampurkan maka benda yang bersuhu lebih tinggi
akan melepaskan kalornya, sedangkan benda yang bersuhu lebih
rendah akan menyerap kalor hingga mencapai keseimbangan, yaitu
suhunya sama. Pelepasan dan penyerapan kalor ini besarnya harus
imbang. Kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diserap
sehingga berlaku hukum kekekalan energi. Pada sistem tertutup,
kekekalan energi panas (kalor) ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Qlepas = Qterima
Dengan Q = m . c . t
keterangan:
Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kgoC)
t = kenaikan/perubahan suhu zat (oC)
C = kapasitas kalor suatu zat (J/oC)
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal
dengan nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif
dari pertukaran kalor. Untuk melakukan pengukuran kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat digunakan kalorimeter.
Salah satu kegunaan yang penting dari kalorimeter adalah dalam
penentuan kalor jenis suatu zat. Pada teknik yang dikenal sebagai
metode campuran, satu sampel zat dipanaskan sampai
temperatur tinggi yang diukur dengan akurat, dan dengan cepat
ditempatkan pada air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang pada
sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter. Dengan
mengukur suhu akhir campuran tersebut, maka dapat dihitung kalor
jenis zat tersebut.(Widiharsa, 2005).
Pertukaran energi, merupakan dasar untuk teknik yang dikenal sebagai
kalorimetri, yang merupakan penggunaan kuantitatif dari pertukaran kalor. Untuk
melakukan setiap pengukuran, menggunakan kalorimeter. Salah satu penggunaan
kalorimeter yang terpenting adalah penentu kalor spesifik zat. Dalam teknik dikenal
sebagai metode campuran; contoh zat dipanaskan sampai suhu tinggi, yang diukur
secara akurat, dan kemudian dimasukkan secara cepat dalam kalorimetri yang berisi
air dingin. Kalor yang hilang oleh zat akan diterima oleh air dan kalorimeter. Dengan
mengukur suhu akhir campuran, dan spesifik dapat dihitung (Giancoli, 2007).
Perpindahan kalor dari system pendingin primer ke sekunder dilakukan oleh
alat penukar panas. Cenderung akan menurun harganya jika dioperasikan terus, dan
ini menunjukkan pengurangan kinerja alat penukar panas setelah sekian lama
dioperasikan. Sehubungan dengan telah lamanya alat tersebut digunakan, maka sudah
sangat mungkin mulai terjadi proses pengikisan/penipisan pada pipa-pipa yang dapat
mengganggu (Djunaidi, 2007).
Ada berbagai jenis kalorimeter, yaitu kalorimeter alumunium dan kalorimeter
bom. Kalorimeter alumunium adalah kalorimeter yang didesain agar pertukaran kalor
hanya terjadi didalam bejana kalorimeter dan menghindari pertukaran kalor
kelingkungan sekitarnya. Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor (nilai kalor) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna
(dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Contoh
kalorimeter bom adalah kalorimeter larutan (Sholihah, 2012).

III. METODE

3.1 Waktu dan tempat praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 21 desember 2016, Dilaboratorium
Bioproses. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bejana
kalorimeter, thermometer dan kelengkapannya, termometer, gelas beaker, pemanas
listrik, stopwatch, logam(besi atau tembaga) dan air

3.3 Prosedur Kerja


Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Timbanglah kalorimeter kosong beserta pengaduknya. Isilah benjana tersebut


dengan air hingga hampir penuh. Timbang lagi kalorimeter setelah terisi air

Ukurlah suhu air di dalam kalorimeter. Catat sebagai suhu awal air dan suhu awal
kalorimeter

Siapkan pemanas, gelas beker yang diisi air, dan logam yang akan diukur.
Masukkan logam kedalam gelas beker, kemudian panaskan. Tunggu hingga air
mendidih

Ukurkan suhu air didalam gelas pada saat air mendidih sebagai suhu awal logam
(tb)
Pindahkan logam secepatnya kedalam kalorimeter dan tutup rapat-rapat sambil
diaduk-aduk
Catatlah suhu akhir campuran

Ulangilah langkah 1-5 sebanyak 3 kali. Kemudian ulangilah untuk jenis logam
yang kalian ukur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 3.1 Penentuan Kalor Jenis
Massa Massa Massa Tk Ta Tb Tc Cpk Cpa Cpb
Jenis
Kalorimete Air Logam (oC (oC (oC (oC (kJ/k (kJ/k (kJ/k
Logam
r (kg) (kg) (kg) ) ) ) ) g oC) g oC) g oC)
Stainless 0,1864
0,09945 0,0591 28 28 27 30 0,91 4,176 5,12
Steel 9
Kuninga 0,1834 0,0551
0,09639 28 28 27 29 0,91 4,176 4,09
n 3 6

Perhitungan
Rumus :
mb x Cpb (Tc-Tb) = ma x Cpa (Tc-Ta) + mk x Cpk (Tc-Tk)
1 Logam Stainless Steel
Diketahui:
mb = 59,10 gram = 0,0591 kg
mk = 99,45gram = 0,09945 kg
ma = 186,49 99,45 gram
= 87,04 gram
= 0,08704 kg
Tk = 28oC
Ta = 28oC
Tb = 27oC
Tc = 30oC
Cpk = 0,91 kJ/kg oC
Cpa = 4,176 kJ/kg oC
Penyelesaian :
m b x Cp b ( Tc - T b ) = m a x Cp a ( T c - T a ) +m k x Cpk ( T c - Tk )

m a x Cp a ( Tc - T a ) + m k x Cp k ( T c - Tk )
Cp b =
m b ( Tc - T b )

( m a x Cpa + m k x Cpk )( Tc - T a )
=
m b ( T c - Tb )

V. PENUTUP

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkansebagai berikut


5.1 Kesimpulan
1. kalor jenis suatu benda adalah kecil maka kenaikan suhu benda tersebutakan
cepat bila dipanaskan.
2. azas black. Setiap dua benda atau lebih dengan suhu berbeda
dicampurkan maka benda yang bersuhu lebih tinggi akan
melepaskan kalornya, sedangkan benda yang bersuhu lebih
rendah akan menyerap kalor hingga mencapai keseimbangan,
yaitu suhunya sama
3. Kalori meter merupakan suatu alat yang fungsinya untuk
mengukur kalor jenis suatu zat.

5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data
DAFTAR PUSTAKA

Keenan. 2006. Fisika untuk Universitas Jilid, Erlangga: Jakarta

Widiharsa, 2005). . Fisika Dasar II. Universitas Terbuka: Jakarta

Giancoli, 2007). . Fisika. Erlangga: Jakarta

Djunaidi, 2007 Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga: Jakarta

Sholihah, 2012 Termodinamika Teknik Jilid I. Erlangga: Jakarta


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalor merupakan suatu kata yang sangat populer dan tidak asing lagi untuk
didengar dalam kehidupan sehari - hari. Kalor itu sendiri sering di identikkan dengan
panas, suhu maupun temperatur. Perlu diketahui, energi itu sendiri tidak dapat
dikatakan panas apabila mengalir atau pergi / menghilang. Kalor pertama kali diamati
oleh A. Laouvisier yang kemudian menyatakan Teori Kalorik. Teori kalorik ini
menyatakan bahwa Setiap zat/benda mempunyai zat alir yang berfungsi untuk
mentransfer panas. Jadi, Laouvisier menyatakan bahwa pada saat dua benda / zat
berbeda suhu bersentuhan, maka akan terdapat zat alir yang memindahkan panas dan
menyebabkan perubahan suhu pada kedua benda tersebut. Selain itu, menurut Sir
James Presscout Joule (1818-1819), menyatakan tentang kesetaraan antara usaha dan
panas serta aliran panas tidak lain adalah perpindahan panas yang semata mata
terjadi karena perbedaan suhu.
Konduksi adalah proses perpindahan panas dari suatu bagian benda padat atau
material ke bagian lainnya. Perpindahan panas secara konduksi dapat berlangsung
pada benda padat, umumnya logam. Jika salah satu ujung sebuah batang logam
diletakkan di atas nyala api, sedangkan ujung yang satu lagi dipegang, bagian batang
yang dipegang ini suhunya akan naik, walaupun tidak kontak secara langsung dengan
nyala api. Pada perpindahan panas secara konduksi tidak ada bahan dari logam yang
berpindah. Yang terjadi adalah molekul-molekul logam yang diletakkan di atas nyala
api membentur molekul-molekul yang berada di dekatnya dan memberikan sebagian
panasnya. Molekul-molekul terdekat kembali membentur molekul-molekul terdekat
lainnya dan memberikan sebagian panasnya, dan begitu seterusnya di sepanjang
bahan sehingga suhu logam naik.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Memahami mekanisme perpindahan panas secara konduksi
2. Mengetahuai factor factor perpindahan panas secara konduksi

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kalor Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan energi dalam dari suatu
bahan. Kalor hanya digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu tempat
ke yang lain. Kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan
temperature sedangkan energi dalam (termis) adalah energi karena temperaturnya.
Kalor merupakan salah satu bentuk energi dan kalor merupakan transfer energi dari
satu benda ke benda lain karena adanya perbedaan temperatur (Masytitah dan
Haryanto 2006). Kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu
yang rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini adalah perbedaan suhu. Bila
sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki sesuatu benda lain yang lebih
panas, demikian pula halnya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain
yang lebih dingin (Kern 1950). Perpindahan suhu tersebut disebut driving force yang
memungkinkan panas berpindah. Tanpa adanya perbedaan suhu tidak mungkin terjadi
pemindahan panas. Panas mengalir dari bahan yang lebih panas ke bahan yang lebih
dingin. Proses pengeluaran panas akan banyak dijumpai dalam proses pendinginan
prosduk pangan (Winarno 2007).
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur
rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang
berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan
momentum. Konduksi tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel dalam zat
itu. Contoh perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor pada logam
cerek pemasak air atau batang logam pada dinding tungku (Tim Penyusun. 2014).
wall

Tpanas
Tdingin
Gambar 1.1. Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding.
Sumber :Tim Penyusun,2014.
Salah satu peristiwa sehari hari yang menyangkut tentang perpindahan kalor
secara konduksi adalah saat menyeduh teh. Beberapa saat setelah ujung
sendoktercelup teh panas, ujung yang sedang dipegang akan terasa panas juga
walaupun tidak ikut tercelup teh. Proses pindahnya panas dari teh ke sendok itu
adalah perpindahan secara konduksi. Hal ini disebabkan bahwa dalam setiap benda
(sendok) terdapat bagian bagian yang lebih kecil, yaitu pertikel. Ketika ujung
sendok dikenai panas, maka partikel partikel di ujung sendok tersebut akan bergetar
di sekitar tempatnya dan membentur partikel partikel lain di sekitarnya. Partikel
yang terbentur akan ikut bergetar juga di sekitar tempatnya dan membentur lagi
partikel di sekitarnya. Begitu seterusnya sampai getaran ini merambat ke ujung yang
lain (panas dan temperatur benda adalah akibat dari sikap brutal molekul/partikelnya)
(Tim Penyusun,2014).
Aliran kalor konduksi terjadi jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradient
suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Pada logam-
logam padat, konduksi termal merupakan akibat dari gerakan elektron yang tidak
terikat. Konduktivitas termal berhubungan erat sekali dengan konduktivitas listrik.
Pada zat padat yang bukan penghantar listrik, konduksi termal merupakan akibat dari
transfer momentum oleh masing-masing molekul di samping gradient suhu. Contoh
perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam cerek
pemasak air atau batang logam pada dinding tungku (Anonim 1, 2014)
Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi adalah
kesebandingan antara laju aliran kalor melintasi permukaan isothermal dan gradient
suhu yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum ini disebut Hukum Fourier
yang berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap waktu. Hukum
tersebut dapat dituliskan sebagai:
dq T
=k
dA n (1)

dimana A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap arah aliran
kalor(m)
n = jarak, diukur tegak lurus terhadap permukaan itu(m / det)
q = laju aliran kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap
permukaan(kj / det,W)
T = suhu( C, F )
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)(W/m.C)(Tim
Penyusun,2014).
Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan
stedi (steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan fungsi posisi
saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk aliran stedi
satu-dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan :
q dT
=k
A dn (2)

Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal (Tim Penyusun,2014)..
Bila konduktivitas termal k berubah secara linier dengan suhu, maka k

diganti dengan nilai rata-rata k . Nilai k dapat dihitung dengan mencari rata-

rata aritmetik dari k pada kedua suhu permukaan, T1 dan T2, atau dengan menghitung
rata-rata aritmetik suhu dan menggunakan nilai k pada suhu itu.
Persamaan (4) dapat dituliskan dalam bentuk :
T
q=
R (5)
dimana R adalah tahanan termal zat padat antara titik 1 dan titik 2 (Tim
Penyusun,2014).
Koefisien perpindahan panas menyeluruh (overall heat transfer coefficient, U)
merupakan aliran panas menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan
konveksi. Koefisien perpindahan panas menyeluruh dinyatakan denganW/m2oC.
Koefisien perpindahan panas menyeluruh menyatakan mudah atau tidaknya panas
berpindah dari fluida panas ke fluida dingin. Besar kalor yang mengalir per satuan
waktu pada proses konduksi ini tergantung pada :

a. Berbanding lurus dengan luas penampang batang

b. Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan

c. Berbanding terbalik dengan panjang batang (Anonim 2, 2014).

Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Kalor adalah energi yang
berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah
ketika kedua benda bersentuhan.Kalor bisa diibaratkan seperti air yang secara spontan
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah tanpa peduli berapa banyak
air yang sudah berada di bawah.Panas juga mengalir secara spontan dari benda yang
bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah tidak peduli seberapa besar
ukuran kedua benda itu (ukuran benda menentukan banyaknya kandungan kalor)
(Kern, 2005).
Suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang
terjadi.Dua kemungkinan tersebut adalah kalor sensibel (sensible heat) dan kalor
laten (latent heat). Kalor sensibel (sensible heat) adalah kalor yang dihasilkan pada
peristiwa perubahan temperatur dari zat yang menerima atau melepaskan kalor.
Apabila suatu zat menerima kalor sensibel maka akan mengalami peningkatan
temperatur dan jika zat tersebut melepaskan kalor sensibel maka akan mengalami
penurunan temperatur. Yang kedua adalah terjadi perubahan fase zat. Kalor jenis ini
disebut dengan kalor laten (latent heat). Jika suatu zat menerima atau melepaskan
kalor, pada awalnya akan terjadi perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut
suatu saat akan mencapai keadaan jenuh dan menyebabkan perubahan fase. Kalor
yang demikian itu disebut sebagai kalor laten. Pada suatu zat terdapat dua macam
kalor laten, yaitu kalor laten peleburan atau kalor laten penguapan (pengembunan).
Kalor laten suatu zat biasanya lebih besar dari kalor sensibelnya, hal ini karena
diperlukan energi yang besar untuk merubah fase suatu zat (MC Cabe, 2005).
Suhu adalah ukuran rata - rata energi kinetik partikel dalam suatu benda.
Kalor yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk 2 cara, yaitu untuk
merubah wujud benda dan untuk menaikkan suhu benda itu. Besar kalor yang
diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan suhu tergantung pada
1. kalor jenis benda
2. perbedaan suhu kedua benda
3. massa benda
(Rudiwarman, 2011).
Aliran kalor konduksi terjadi jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradient
suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Pada logam-
logam padat, konduksi termal merupakan akibat dari gerakan elektron yang tidak
terikat. Konduktivitas termal berhubungan erat sekali dengan konduktivitas listrik.
Pada zat padat yang bukan penghantar listrik, konduksi termal merupakan akibat dari
transfer momentum oleh masing-masing molekul di samping gradient suhu. Contoh
perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam cerek
pemasak air atau batang logam pada dinding tungku (Anonim 2, 2014)
III. METODE

3.1 Waktu dan tempat praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 21 desember 2016, Dilaboratorium
Bioproses. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah batang
logam, lilin, batang statif ,korek api, tiga buah triangle klip, penggaris,
stopwatch.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Rangkaikan alat seperti pada gambar

Ukur panjang dan diameter batang logam


Atur jarak anatar triangle klip 5 cm

Ukur suhu awal batang logam

Panaskan batang logam dan nyalakan


stopwatch, ukur suhu dan waktu yang diperlukan
saat triangle klip jatuh

Perlakuan untuk mengetahui cara perpindahan panas konduksi yaitu dengan


menggunakan sebuah tembaga yang akan dipanas, masing masing perlakuan diukur
jarak 5 cm dan jarak sebagai pusat panas 10 cm, berdasarkan hasil perlakuan pertama
jarak 10 cm waktu yang didapat hanya 2,25 menit dan suhunya 350c, sedangkan yang
kedua yaitu 15 cm memiliki waktu yang sedikit lam yaitu sekitar 5 menit dana
memiliki suhu 35 derajat, dan pada yang ketiga pada jarak 20 cm waktu yang
diberikan cukup lama yaitu 11,49 menitdan memiliki suhu 37 0c, sehingga yang dapat
melelehkan lilin yaitu sekitar 35 derajat,sedangkan pada perlakuan yang ketiga suhu
utuk mencapai titik lelehnya lilin yaitu 37,ini dikarenakan banyak waktu dan
memiliki jarak yang cukup jauh dari pusat panas.
Jika sebuah logam yang salah satu ujungnya dipanaskan dalam selang waktu
tertentu, ujung lainnya pun akan terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada
batang logam tersebut terjadi aliran atau perpindahan kalor dari bagian logam yang
bersuhu tinggi ke bagian logam yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor pada logam
yang tidak diikuti perpindahan massa ini disebut dengan perpindahan kalor secara
konduksi. Jadi konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dn selama
terjadi perpindahan kalor, tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat
perantaranya. Perpindahan kalor di dalam zat padat dapat dijelaskan dengan teori
atom. Atom atom dalam zat padat yang dipanaskan akan bergetar dengan kuat. Atom
atom yang bergetar akan memindahkan sebagian energinya kepada atom atom
tetangga terdekat yang ditumbuknya. Kemudian atom tetangga yang ditumbuk dan
mendapatkan kalor ini akan ikut bergetar dan menumbuk atom tetangga lainnya
Perpindahan panas secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut:
1. Proses perpindahan panas pada benda padat dapat dipahami melalui teori partikel.
Pemanasan pada salah satu ujung zat menyebabkan partikel-partikel pada ujung itu
menjadi sangat aktif sehingga bergetar lebih cepat, akibatnya energi kinetiknya
bertambah.Gerakan partikel pada benda padat berupa vibrasi (getaran) partikel,
getaran partikel ini dikenal juga dengan getaran termal. Semakin banyak kalor yang
diberikan maka akan semakin cepat getaran partikel dan itu berarti semakin tinggi
energi kinetik yang dimiliki partikel. Energi partikel merupakan energi yang dimiliki
benda atau partikel karena gerakannya. Partikel dengan energi yang lebih tinggi akan
mendororng partikel tetangganya, partikel tetangga akan mendorong partikel
tetangganya juga sehingga tetangganya akan bergetar semakin cepat. Demikian
seterusnya sehingga gerakan ini akan menyebar secara merata pada seluruh bagian
benda padat. Proses perpindahan kalor dengan cara ini berlangsung lambat karena
diperlukan beda suhu yang tinggi diantara kedua ujung untuk memindahkan lebih
banyak kalor.
2. Dalam logam, kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas yang terdapat
dalam struktur atom logam. Elektron bebas merupakan electron yang tidak terikat
dengan atom sehingga bebas bergerak dari satu atom ke atom yang lain dalam seluruh
bagian logam. Bila suatu bagian dipanaskan maka electron akan menerima tambahan
energi sehingga energi bertambah besar. Karena sifatnya yang bebas, maka tambahan
energi ini dengan cepat dapat diberikan kepada electron-elektronlain yang letaknya
lebih jau melalui tumbukan. Dengan cara ini kalor dapat berpindah lebih cepat.
Perpindahan panas yang demikian dinamakan dengan perpindahan panas secara
konduksi. Pada perpindahan panas dengan cara konduksi, dimana panas berpindah
tanpa disertai dengan perpindahan partikel-partikel penyusun benda tersebut. Pada
benda padat yang berbeda, maka susunan partikel pembangunan benda padat juga
berbeda. Perbedaan susunan ini akan menyebabkan kecepatan getaran partikel akibat
diberikan kalor juga akan berbeda sehingga untuk bahan yang berbeda kecepatan
perambatan panasnya juga akan berbeda. Konduksi panas pada benda padat ada yang
cepat dan ada yang sangat lambat. Benda yang dapat menghantarkan panas dengan
baik disebut bahan konduktor. Sedangkan benda yang lambat atau tidak dapat
menghantarkan panas dengan baik disebut dengan isolator.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dn selama terjadi
perpindahan kalor, tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat
perantaranya.
2. Perpindahan panas secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut:
- Proses perpindahan panas pada benda padat dapat dipahami melalui teori
partikel
- kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas yang terdapat dalam
struktur atom logam
3. Perlakuan yang ketiga pada jarak 20 cm waktu yang diberikan cukup lama yaitu
11,49 menitdan memiliki suhu 370c, sehingga yang dapat melelehkan lilin yaitu
sekitar 350c,sedangkan pada perlakuan yang ketiga suhu utuk mencapai titi
lelehnya lilin yaitu 370c, ini dikarenakan lama dan memiliki jarak yang cukup
jauh dari pusat panas,
5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data

DAFTAR PUSTAKA

Rudiwarman, 2011, Erlangga : Jakarta.


Kern, DQ. 2005. Process Heat Transfer. New York : Mc.Graw-Hill.

MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P. 2005. Unit Operation of Chemical Enginering
4th ed. New York : Mc.Graw-Hill.

Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I. Pekanbaru :


Universitas Riau.
Sumber internet :

Anonim 1. 2014. Thermal Conductivity Measurement. http://en.wikipedia.org

/wiki/Thermal_conductivity_measurement. (Diakses pada 21 Desember 2016)


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalor merupakan bentuk energi yang tidak dapat dilihat maupun terlihat,
tetapi dapat dirasakan manfaatnya.Kalor yang diberikan dalam sebuah benda dapat
digunakan untuk dua cara, yaitu untuk merubah wujud benda atau untuk menaikkan
suhu benda itu. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh
suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka
kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi dalam
bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan perpindahan panas yang
terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan panas. Maka ilmu perpindahan
panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi pada
kondisi-kondisi tertentu. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui,
yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Istilah konveksi dipakai untuk perpindahan panas yang diikuti perpindahan zat
perantaranya. Konveksi terjadi karena gerakan massa molekul pada suatu tempat ke
tempat lain, yang disebabkan oleh adanya perbedaan massa jenis zat. Perpindahan
kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan zat gas.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
- Memahami mekanisme perpindahan panas secara konveksi
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan panas secara
konveksi
II. TINJAUAN PUSTAKA

Perpindahan merupakan perubahan posisi suatu benda. Namun perpindahan


dalam hal ini adalah perpindahan kalor. Perpindahan kalor adalah bentuk kalor yang
dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Kalor
merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari satu zat ke zat yang
lain. Kalor berpindah dari benda atau zat yang bersuhu tinggi ke benda atau zat yang
bersuhu rendah. Ada tiga cara berpindahnya kalor, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. (Zemansky, Sears. 2003)
Perpindahan panas konveksi adalah proses perpindahan kalor yang terjadi
yang disertai dengan perpindahan pergerakan fluidaitu sendiri. Ada dua jenis
konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah
pergerakan fluida terjadi karena perbedaan massa jenis, sedangkan pada konveksi
paksa terjadinya pergerakan fluidakarena ada paksaan dari luar. Contoh konveksi
alamiah: nyala lilin akan menimbulkan konveksi udara disekitarnya, air yang
dipanaskan dalam panci, terjadinya angin laut dan angin darat, dan sebagaianya.
Contoh konveksi paksa: sistem pendingin mobil, pengering rambut, kipas angin, dan
sebagaianya. Panas dingin besar laju kalor ketika sebuah benda panas memindahkan
kalor ke fluida di sekitarnya adalah berbanding lurus dengan luas permukaan benda
yang bersentuhan dengan fluidadan perbedaan suhu antara benda dengan fluida.
(Winanno 2007)
Perpindahan panas konveksi adalah proses transport energi dengan kerja
gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur
(Bayapcitoglu dan Ozirik, 1988). Perpindahan panas konveksi dapat diklasifikasikan
dalam tiga kategori yaitu konveksi bebas (free convection), konveksi paksa (forced
convection) dan konveksi campuran (mixture convection). Bila gerakan mencampur
berlangsung semata-mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan
gradien temperatur, maka dikatakan sebagai konveksi bebas/alamiah (natural),
sedangkan bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat tertentu dari luar
dikatakan sebagai konveksi paksa dan gerakan mencampur berlangsung disebabkan
akibat dari perbedaan kerapatan dan alat dari luar dikatakan sebagai konveksi
campuran (Bejan,A., 2003). Fenomena perpindahan panas konveksi terdiri dari dua
mekanisme yaitu perpindahan energi sebagai akibat dari pergerakan molekuler acak
(difusi) dan energi yang dipindahkan secara makroskopik dari fluida (Kays, W. M dan
Crawford, M. E., 2005).
Besarnya konveksi tergantung pada:
a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).
c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada:
- viscositas fluida
- kecepatan fluida
- perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida

- kapasitas panas fluida


Hukum Newton tetang pendinginan menyatakan bahwauntuk konveksi:
Dimana adalah koefisien perpindahan kalor konveksi. Dengan menghitung besaran
harga maka dapat ditentukan besarnya laju perpindahan kalor konveksi, dengan
menggunakan persamaan:dimana H adalah arus konveksi panas (panas karena adanya
konveksi diterima diterima atau hilang dari suatu permukaan per satuan waktu). luas
permukaan, dan perbedaan suhu. (Crawford, M. E., 2005)
Proses perpindahan kalor secara aliran atau konveksi merupakan satu
fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam
proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan
keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama. Konveksi
hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan kalor ini
hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena
masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus dibawa ke suhu yang sama tinggi. Oleh
karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh
masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang lebih dingin. Sebagai
akibatnya terjadi sirkulasi, sehingga kalor akhirnya tersebar pada seluruh zat (Dewitt,
2002)
II. METODE
3.1 Waktu dan tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 21 desember 2016, Dilaboratorium
Bioproses. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah wadah,
tinta, pipet, pemanas air, gelas, stopwatch

3.3 Prosedur Kerja


Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Siapkan alat dan bahan seperti pada gambar

Teteskan tinta kedalam wadah yang berisi air, teteskan disebelah kiri dan kanan
dalam wadah

Letakan cangkir yang berisi air panas di bawah wadah

Amati apa yang terjadi ! ukur waktu yang di perlukan agar tinta
tercampur

III. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut
1) Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahan panas yang diikuti dengan
perpindahan zat itu sendiri. Hal tersebut akan mudah dipahami saat proses
pemasakan air.
2) Perpindahan panas konveksi adalah perpindah panas yang disertai dengan
perpindahan zat perantaranya. Besarnya konveksi tergantung pada:

a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).


b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (t).
c. koefisien konveksi (h),
: dan dapat ditulis secara matematis:
H = h x A x T.
3) percobaan ini memiliki dua perlakuan yaitu pada 2 wadah yang berisikan air
yang sama banyak dan dimasukkan tinta merah dan biru
4) Konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk
pengangkutan kalor ini hanya terdapat pada zat cair dan gas
5) Dalam percobaan ini menaruhkan air panas dibawah wadah yang berisi air dan
tinta, dalam keadaan ini kondisi air bercampur dan berwarna ungu, ini
dikarenakan pepindahan panas ini dibantu air panas tadi, sehingga tinta didalam
wadah menyebar keseluruh bagian air.

5.2 Saran
Dalam praktiklum ini Sebaiknya memperhatikan dan berhati hati ,karna akan
mempengaruhi pengambilan data

DAFTAR PUSTAKA
,Crawford, M. E., 2005. Unit Operation of Chemical Enginering 4th ed. New York :
Mc.Graw-Hill.

Dewitt, 2002. Perpindahan Panas, edisi keenam. 2002. Erlangga : Jakarta.

Kays, W. M dan Crawford, M. E., 2005. Process Heat Transfer. New York :
Mc.Graw-Hill.

Winanno 2007http://id.scribd.com/doc/86304367/Pengertian-Panas Diakses pada 21


desember 2016.

Zemansky, Sears. 2003. FISIKA untuk Universita 1 Mekanika, Panas, Bunyi. Bandung:
Binacipta.

You might also like