Professional Documents
Culture Documents
tessabuffon@yahoo.com
Pendahuluan
Pada kasus diceritakan seorang wanita usia 28 tahun yang bekerja sebagai customer service
datang ke poliklinik dengan keluhan utama kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai dengan mata terasa berat, sekret serous, gatal minimal dan silau bila melihat cahaya
namun pandangan tidak kabur. Pasien mengatakan bahwa 4 orang rekan sekerjanya menderita
sakit yang sama.
Konjungtiva merupakan membrane tipis dan halus yang melapisi permukaan bagian dalam
kelopak mata dan menutupi bagian depan sclera. Konjungtiva bertanggung jawab untuk menjaga
kelembaban mata. Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat,
superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula dan di dekat
persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terddiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel
epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus
mendorong inti sel goblet ketepi dan diperlukan untuk dispersi air mata secara merata di seluruh
prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat
linbus dapat mengandung pigmen. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid
(superficial) dan satu lapisan fibrosa ( profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3
bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung tyang melekat pada lempeng tarsus.
Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun
longgar pada bola mata.
Anamnesis
Hal-hal yang ditanyakan dokter pada pasien dalam melakukan anamnesis antara lain:
1 Identitas. Meliputi nama lengkap pasien, umur, tempat tanggal lahir, alamat, pekerjaan,
pendidikan terakhir, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk
memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang pasien yang dimaksud.
2 Keluhan utama. Merupakan alasan spesifik atau keluhan yang dirasakan seseorang
sehingga ia datang ke dokter atau rumah sakit. Dalam menuliskan keluhan utama, harus
disertai dengan indicator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Dalam
kasus, yang menjadi keluhan utama adalah kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan mata terasa berat, secret serous, gatal minimal dan silau bila
melihat cahaya namun pandangan tidak kabur.
3 Riwayat penyakit sekarang. Merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang
berobat.
4 Riwayat penyakit dahulu. Tanyakan apakah pasien pernah mengalami hal yang sama
dengan yang dialaminya sekarang. Dalam kasus tidak diberitahukan apakah pasien
pernah mengalami keluhan yang sama atau tidak.
5 Riwayat penyakit keluarga. Tanyakan apakah ada anggota keluarga mengalami hal yang
serupa dengan pasien. konjungtivitis merupakan penyakit yang sangat menular sehingga
perlu ditanyakan apakah ada keluarga ataupun teman di sekolah atau kantor yang
mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Dari kasus didapat bahwa 4 rekan kerja
pasien menderita sakit yang sama.
6 Riwayat sosial. Tanyakan kebiasaan pasien yang berhubungan dengan kasus. Tanyakan
apakah pasien memperhatikan kebersihannya. Misalnya apakah pasien mencuci tangan
setelah berkontak dengan rekan kantornya atau apakah pasien meminjam barang-barang
rekan kerjanya seperti saputangan handuk dan sebagainya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Differential Diagnosis
1. Konjungtivits bakteri. Konjungtivits yang disebabkan oleh bakteri dapat saja akibat
infeksi gonokok, meningokok, staphylococcus aureus, streptococcus pneumonia,
Haemophillus influenza dan Escherichia coli. Memberikan gejala secret mukopurulen
dan purulen, kemosis konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang disertai keratitis dan
blefaritis. Konjungtivits bakteri ini mudah menular, pada satu mata ke mata sebelahnya
dan menyebar ke ornag lain melalu benda yang dapat menyebarkan kuman. Konjungtivits
bakteri akut disebabkan oleh Streptococcus, Corynobacterium diphterica, Pseudomonas,
Neisseria dan Haemophillus. Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan
konjungtivitis purulen. Perjalanan penyakit akut yang dapat berjalan kronis. Dengan
tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil dengan dan kornea yang jernih.
2. Konjungtivitis alergi. Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi tehradap noninfeksi,
dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari
kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibody
humoral terhadap allergen biasanya dengan riwayat atopi. Gejala utama penyakit alergi
ini adalah radang (merah, sakit, bengkak dan panas), gatal, silau, berulang dan menahun.
Tanda karakterisitk lainnya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva, datang
bermusim yang dapat mengganggu pengelihatan. Walaupun penyakit alergi konjungtiva
sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan
pengobatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit
dan basofil. Pengobatan dengan mengindarkan penyebab pencetus penyakit dengan
memberikan sodium kromolin, steroid topical dosis rendah yang kemudian disusul
dengan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus berat dapat
diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
Working Diagnosis
Konjungtivitis virus adalah penyakit mata yang umum ditemukan baik di Indonesia
maupun di seluruh dunia. Karena begitu umum dan banyak kasus yang tidak dibawa ke perhatian
medis, statistik yang akurat pada frekuensi penyakit tidak tersedia. Pada penelitian di
Philadelphia, 62% dari kasus konjungtivitis penyebabnya adalah virus. Sedangkan di Asia Timur,
adenovirus dapat diisolasi dari 91,2% kasus yang didiagnosa epidemic keratoconjunctivitis.
Infeksi virus sering terjadi pada epidemi dalam keluarga, sekolah, kantor, dan organisasi militer.
Gejala klinis konjungtivitis virus dapat terjadi secara akut maupun kronis. Manifestasi
konjungtivitis virus beragam dari mulai gejala yang ringan dan sembuh sendiri hingga gejala
berat yang menimbulkan kecacatan. Umumnya pasien datang dengan keluhan mata merah
unilateral yang dengan segera menyebar ke mata lainnya, muncul sekret berwarna bening,
bengkak pada palpebra, pembesaran kelenjar preaurikuler, dan pada keterlibatan kornea dapat
timbul nyeri dan fotofobia.
Diagnosis konjungtivitis virus ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang mendukung. Anamnesis yang teliti mengenai keluhan utama dan
riwayat terdahulu disertai adanya gejala klinis yang sesuai biasanya sudah dapat mengarahkan
pada diagnosis konjungtivitis virus. Pemeriksaan sitologi maupun biakan dari kerokan
konjungtiva maupun sekret dapat membantu membedakan agen penyebab konjungtivitis.
Pemeriksaan serologi juga dapat membantu membedakan tipe-tipe virus penyebab konjungtivitis.
Konjungtivitis virus harus dibedakan dengan penyebab mata merah yang lain seperti
konjungtivitis oleh bakteri/alergi, keratitis, uveitis, dan glaucoma akut.
Etiologi
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang
paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling membahayakan.
Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus
(enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus. Penyakit ini
sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di
droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di
kolam renang yang terkontaminasi.
Klasifikasi
1. Demam faringokonjungtiva.
Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38.3-40oC, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu mata. Folikel sering sangat mencolok pada kedua
konjungtiva dan mukosa faring. Penyakit ini bilateral atau unilateral. Mata merah berair
sering terjadi dan mungkin ada keratitis superficial untuk sementara. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang-
kadang tipe 4 dan 7. Virus ini dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes
netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara
serologik dengan meningkatnya titer antibodi. Masa inkubasi 5-12 hari dan bersifat
epidemic. Perjalanan penyakit inisecara akut dengan gejala hiperemia konjungtiva,
folikelpada konjungtiva, sekret serous,fotofobia, kelopak bengkak dengan
pseudomembran. Tidak ada pengobatan spesifik, konjungtivitis akan sembuh sendiri
dalam 10 hari.
2. Keratokonjungtivitis epidemi
Keratokonjungtivitis epidemi disebabkan adenovirus 8, 19, 29 dan 37 umumnya
terjadi bilateral. Mudah menular dengan masa inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14 ha
ri. Mata berair berat, seperti kelilipan, perdarahan subkonjungtiva, folikel terutama konju
ngtiva bawah, kadang-kadang terdapat pseudomembran. Kelenjar preurikel membesar. Bi
saanyagejala akan menurun dalam waktu 7-15 hari.Keratokonjungtivitis epidemika pada
orang dewasa terbatas dibagian luar mata, tetapi padaanak-anak mungkin terdapat gejala-
gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakittenggorokan, otitis media, dan
diare.Pengobatan dengan antivirus dan alfa interferon tidak umum untuk konjungtivitis
adenovirus.Astrigen diberikan untuk mengurangi gejala dan hiperemia. Pemberian
antbiotik adalah untukinfeksi sekunder. Steroid dapat diberikan bila terlihat adanya
membran dan infiltrasi subepitel.
Patofisiologi
Gejala Klinis
Pada umumnya gejala yang timbul pada penderita konjungtivitis virus adalah:
Epidemiologi
Konjungtivitis virus berasal dari benua Afrika (Ghana) pada tahun 1969. Sejak laporan pertama
dari Ghana, infeksi selanjutnya telah ditemukan di beberapa negara lain seperti China, India,
Mesir, Kuba, Singapura, Amerika Serikat dan sebagainya. Dikatakan bahwa penyakit ini 50%
lebih sering terkena pada masyarakan dengan status sosial ekonomi rendah dan kebersihan yang
buruk. Konjungtivitis viral dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin. Insidensi
konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data perkiraan jumlah penderita penyakit
mata di Indonesia adalah 10% dari seluruh golongan umur penduduk per tahun dan pernah
menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama,
konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%).
Penatalaksanaan
Farmakologi
1. Demam faringokonjungtiva
Pengobatan untuk demam faringokonjungtiva hanya bersifat suportif karena dapat
sembuh sendiri diberi kompres, astrigen, lubrikasi, sedangkan pada kasus yang berat
dapat diberikan antibiotik dengan steroid lokal. Pengobatan biasanya simptomatis dan
pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
2. Keratokonjungtivitis epidemika
Hingga saat ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala. Selama konjungtivitis akut, penggunaan kortikosteroid dapat
memperpanjang keterlibatan kornea lebih lanjut sehingga harus dihindari. Anti bakteri
harus diberikan jika terjadi superinfeksi bakteri.
3. Konjungtivitis herpetic
Untuk konjungtivitis herpes simpleks yang terjadi pada orang dewasa yang umumnya
sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus topikal atau sistemik
harus diberikan untuk mencegah terkena kornea. Jika terjadi ulkus kornea, harus
dilakukan debridement kornea dengan mengusap ulkus menggunakan kain steril dengan
hati-hati, penetesan obat anti virus, dan penutupan mata selama 24 jam. Antivirus topikal
sendiri harus diberikan 7-10 hari. Misalnya trikloridin setiap 2 jam sewaktu bangun.
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan karena bias memperburuk infeksi herpes
simpleks dan mengubah penyakit dari suatu proses singkat yang sembuh sendiri menjadi
infeksi berat yang berkepanjangan. Pada konjungtivitis varicella zooster pengobatan
dapat dilakukan dengan pemberian kompres dingin. Pada saat acyclovir 400 mg/hari
selama 5 hari merupakan pengobatan umum. Walaupun diduga steroid dapat mengurangi
penyulit akan tetapi dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Pada 2 minggu pertama
dapat diberikan analgetik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada kelainan peermukaan
dapat diberikan salep terasilin. Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat
episkleritis, skleritis dan iritis.
4. Konjungtivitis new castle
Pengobatan yang khas hingga saat ini tidak ada dan dapat diberikan antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder disertai obat-obat simtomatik.
Non farmakologi
Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri
sehinggapengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi.
Komplikasi
Bila penyakit ini diabaikan dan tidak diobati dalam waktu yang lama, maka akan menimbulkan
komplikasi seperti keratokonjungtivitis dan blepharitis. Beberapa tipe virus dapat menginfeksi
bagian yang lebih dalam mata sehingga menimbulkan keratitis atau radang kornea sehingga
menyebabkan gangguan visus bahkan jaringan parut pada kelopak mata di beberapa kasus.
Pencegahan
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan
obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit
3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain
4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
5. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
6. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
7. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari
mengucek-ngucek mata.
8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata
Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan
(selflimited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.
Kesimpulan
Konjungtivitis merupakan penyakit yang sangat menular yang dapat terjadi dimana saja dan dapat
dialami oleh semua orang. Faktor hygiene dari masing-masing individu sangat mempengaruhi
penyakit ini. Pada konjungtivitis yang disebabkan virus dapat ditemui gejala seperti hiperemis
injeksi konjungtiva, ada sensasi benda asing sehingga banyak mengeluarkan air mata (lakrimasi),
fotofobia, gatal minimal, sekret serous. Konjungtivitis viral biasanya self limitting disease
sehingga hanya dibutuhkan pengobatan suportif seperti di kompres dengan air dingin sebanyak
3-4 kali per hari.