You are on page 1of 8

PENGENALAN KARAKTER TAKSONOMI UNTUK IDENTIFIKASI

AVERTEBRATA

Oleh :
Nama : Handhika Dhatu Hutomo
NIM : B1J013155
Kelompok :1
Rombongan : VIII
Asisten :

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lebih dari sejuta spesies hewan yang masih hidup saat ini, dan terdapat
kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh
generasi ahli biologi masa depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sekitar 35 filum,
namun jumlah sebenarnya tergantung pada perbedaan pandangan para ahli
sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di bumi, tetapi anggota
terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemungkinan
merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah
bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak tetapi tidak
sekaya keanekaragaman fauna laut (Campbell et al., 2014).

Hasil studi diperkirakan jumlah jenis tumbuhan di bumi lebih dari 300.000
dan jumlah hewan sekitar 1.000.000 yang telah berhasil diidentifikasi. Proses
klasifikasi makhuk hidup dilakukan berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri - ciri
yang dimiliki mahluk hidup tersebut. Suatu kelompok akan terbentuk dari berbagai
jenis hewan yang memiliki ciri berbeda membentuk kelompok lain. Langkah
selanjutnya diberikan nama masing masing kelompok tersebut (Widiyadi, 2009).

Menurut Lutz (1985), di dunia ini terdapat 40 phyla hewan avertebrata.


Terdapat berbagai parameter untuk mengelompokkan hewan-hewan avertebrata
diantaranya dikelompokkan atas dasar banyaknya sel penyusun tubuh, hewan
avertebrata dibagi atas 2 kelompok yaitu avertebrata bersel satu (uniseluler,
Protozoa) yang dpt hidup secara soliter atau berkoloni dan avertebrata bersel banyak
(Metazoa) yang dapat berkonstruksi seluler, jaringan atau organ. Berdasarkan
konstruksi tubuh, Struktur tubuh hewan avertebarata dapat berupa kontruksi seluler
(pada Porifera), berkontruksi jaringan (Cnidaria dan Ctenophora) dan berkonstruksi
organ (Metazoa). Kesimetrian tubuh dan ada tidaknya segmentasi tubuh dapat
diketahui melalui pengamatan ciri morfologi (Suhardi, 1983).

Morfologi adalah ilmu tentang bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari
organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini
adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar.
Semua hewan yang tidak memiliki tulang belakang digolongkan ke dalam hewan
avertebrata. Dalam kingdom Animalia, telah diketahui bahwa hewan avertebrata
digolongkan dalam dua golongan, yaitu hewan bersel tunggal yang tubuhya terdiri
atas satu sel saja dan hewan avertebrata multiseluler. Contoh hewan avertebrata
bersel tunggal adalah hewan-hewan dari golongan Filum Protozoa, antara lain
Amoeba, Paramaecium, Euglena, dan Plasmodium. Golongan yang kedua pada
hewan avertebrata adalah hewan avertebrata bersel banyak atau multiseluler
(Suhardi, 1983).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara pengenalan karakter, identifikasi dan klasifikasi hewan


avertebrata adalah :

1. Praktikan mengetahui pengertian dan beberapa contoh dari karakter


taksonomi hewan avertebrata.
2. Praktikan mengetahui karakter morfologi dari beberapa jenis hewan
avertebrata.
3. Praktikan mempelajari konsep dan melakukan identifikasi hewan
avertebrata.
4. Praktikan dapat membuat dan menggunakan kunci identifikasi hewan
avertebrata.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Taksonomi adalah ilmu untuk menggolong-golongkan makhluk hidup (Mayr
et al., 1953). Lebih lanjut, Simpson (1961) mendefinisikan taksonomi sebagai suatu
kajian teoritik tentang penggolongan, termasuk di dalamnya dasar-dasar, prinsip, cara
kerja dan aturan-aturan yang berlaku. Sementara Evans (1984) menyatakan bahwa
taksonomi juga mencakup penemuan pola-pola yang ada di dalam suatu
keanekaragaman. Sistematika didefinisikan sebagai kajian keilmuan dari jenis-jenis
dan keragaman makhluk hidup dan sebagian atau semua hubungan yang terjadi di
antara mereka (Simpson, 1961). Pada perkembangannya, kata taksonomi dan
sistematika sering digunakan sebagai padanan, dengan pengartian yang sama.
Klasifikasi didefinisikan sebagai cara atau kerangka kerja yang digunakan untuk
menemukan pola-pola tertentu dalam suatu keanekaragaman. Kata klasifikasi
terkadang disamaartikan dengan kata identifikasi yang didefinisikan sebagai kegiatan
untuk mengenali spesies atau jenis makhluk hidup.
Sistematika adalah salah satu disiplin ilmu pada biologi yang berfokus kepada
klasifikasi organisme dan menentukan relasi evolusinya. Pada abad ke 18, Carolus
Linnaeus mengenalkan sistem penamaan dan klasifikasi spesies, disiplin ini disebut
taksonomi. Walaupun konsep Linnaeus ini tidak berbasis kepada relasi evolusi, tetapi
ada beberapa hal, seperti 2 bagian penamaan spesies dengan bahasa latin, yang masih
berguna pada sistematika. Penggunaan metode sistematika yang paling umum
digunakan adalah kladistik. Leluhur yang sama menjadi kriterian primer dalam
penggunaan pengelompokan organisme menjadi klade. Klade adalah grup dari
spesies yang terdiri dari leluhurnya dan turunannya. Klade menampilkan bentuk
cabang pola dari evolusi dan dapat digunakan untuk menyusun pohon filogenetik.
Konsep filogenetik spesies diartikan sebagai sebuah spesies sebagai kelompok kecil
dari individu yang berbagi leluhur yang sama dan lalu membentuk satu cabang dari
pohon kehidupan. Peneliti biologi mencari suatu sejarah filogenetik pada suatu
spesies dengan membandingkan karakter, seperti morfologi atau sekuens DNA,
kepada organisme yang lain (Campbell et. al., 2014).
Taksonomi berbeda dengan klasifikasi dan juga berbeda dengan sistematika.
Taksonomi adalah sebuah teori dan praktisi dari pengelompokan organisme.
Kelompok dari klasifikasi biologis menawarkan prinsip-prinsip dan teknik untuk
menyusun pengklasifikasian biologis. Metode tersebut memberitahu kita untuk
klasifikasi organisme kedalam taxa dan juga bagaimana untuk klasifikasi taxa
menjadi taxa yang lebih tinggi. Kata klasifikasi merujuk kepada produk dari
taksonomi. Dengan menggunakan salah satu metode dari taksonomi, peneliti biologi
dapat menyusun klasifikasi dari dunia organik. Sistematika sedikit berbeda.
Sistematika adalah bidang ilmiah dari macam-macam dan diversitas dari organisme
dan seluruh hubungan di antara mereka. Sistematika biologi tidak menyediakan
metode untuk menyusun klasifikasi (itu adalah tugas dari taksonomi biologi)
melainkan sebuah ilmu bagaimana organisme dan taxa berkorelasi pada alam
(Ereshefsky, 2001).
Biosistematika memiliki tiga tingkatan yang menyangkut taksonomi dan
filogenetik yaitu :
1. taksonomi alfa (merupakan upaya untuk menemuan, mendeskripsikan dan
pemberian nama suatu individu / spesimen),
2. taksonomi beta ( yaitu upaya penempatan suatu spesimen / individu yang
sudah di tentukan nama ilmiahnya ke dalam suatu hirarki taksonomi)
3. taksonomi gamma (merupakan studi variasi genetik dalam suatu spesies
dengan tujuan melihat variasiintra-populasi sampai laju evolusi dari suatu
populasi).
Karakter taksonomi merupakan suatu sifat dari anggota suatu takson yang
membedakan dari suatu anggota takson lainnya. Macam-macam karakter taksonomi
yaitu karakter morfologi, etologi, ekologi, fisiologi, dan biogeografi. Avertebrata
adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Simetri tubuh terdiri atas dua
bangun yaitu simetri radial dan simetri bilateral. Karakter ekologi merupakan
karakter nonstruktural antara lain meliputi habitat inang, kebiasaan makan, variasi
makanan, parasit maupun reaksi inang. Perbedaan karakter struktural dan non
struktural yaitu karakter ekologi struktural merupakan karakter yang muncul dalam
wujud sifat-sifat morfologi tubuh, meliputi bentuk dan susunan alat-alat tubuh,
ukuran tubuh, serta warna tubuh (kulit dan bulu) (Radiopoetro, 1991).
Berdasarkan tingkat perkembangan lapisan tubuhnya, invertebrata dapat
dibedakan menjadi diploblastik dan triploblastik. Hewan diploblastik memiliki dua
lapisan tubuh, yaitu endodermis (dalam) dan ektodermis (luar), misalnya Porifera
dan Coelenterata. Berdasarkan ada tidaknya rongga tubuh (selom), hewan
triplobalstik dibedakan menjadi triploblastik aselomata, triplobalstik pseudoselomata,
dan triplobalstik selomata (Dwidjoseputro, 1990).
Invertebrata terbagi menjadi 3 golongan yaitu aselomata, pseudoselomata dan
selomata yang dibagi menjadi 10 filum yaitu filum porifera, coelenterata, ctenophora,
platyhelminthes, nemathelminthes, bryozoa, mollusca, annelida, arthropoda dan
echinodermata (Haryanti et al., 2013). Kelompok hewan avertebrata mempunyai ciri-
ciri tidak memiliki columna vertebrae, susunan syaraf terletak di bagian ventral
(perut) di bawah saluran pencernaan, umumnya memiliki eksoskeleton dan otak tidak
dilindungi oleh tengkorak.Sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih
sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Berdasarkan rongga tubuh, hewan
avertebrata ada yang tidak memiliki rongga tubuh, disebut Aselomata. Hewan yang
memiliki rongga tubuh belum dilengkapi dengan peritonieum (mesoderm) yang
disebut Pseudoselomata. Hewan yang telah memiliki rongga tubuh yang sempurna,
yaitu telah memiliki peritonium di bagian luar dan dalam untuk melindungi saluran
pencernaan disebut Selomata.
Berdasarkan pola pembentukan embrio di awal pembentukan janin, Geary &
Mertens (2009) menggolongkan hewan menjadi :
1. Deuterostom, yaitu perkembangan dengan pembentukan anus dahulu kemudian
diikuti pembentukan mulut. Menurut Holland (2015), deuterostom mencakup
chordata (vertebrata, tunicata, dan cephalochordata) dan ambulacratia
(echinodermata dan hemichordata). Xenoturbellida juga telah dimasukkan ke
dalam hewan yang perkembangannya deuterostom bersama dengan
xenacoelomorpha.
2. Protostom, yaitu perkembangan hewan dengan pembentukan mulut dahulu
kemudian diikuti pembentukan anus.
Metamerisme adalah suatu gejala tubuh hewan avertebrata yang terdiri atas
satu seri segmen atau somit yang tersusun secara linier sepanjang tubuh anterior-
posterior.Tagmatisasi adalah suatu pola tubuh hewan avertebrata matamerik dimana
beberapa atau banyak segmennya berfungsi menyusun beragam fungsi atau tagma.
Setiap tagma secara struktural dan fisiologis berbeda, tagma kepala berfungsi dalam
makan, tagma thorax berfungsi dalam lokomosi, dan tagma abdomen berfungsi
dalam reproduksi (Lutz, 1985).

BAB III. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat yang digunakan pada acara praktikum identifikasi dan klasifikasi hewan
avertebrata adalah alat tulis, laporan sementara, baki preparat, dan pinset.
Bahan yang digunakan adalah akuades, preparat spesimen berupa bintang laut
(Luidia sp.), cacing tanah (Pheretima sp.), jangkrik (Gryllus sp.), kalajengking
(Heterometrus sp.),sotong (Sepia sp.), bekicot (Achatina folica), capung (Orthetrum
sabina), belalang (Valanga sp.), spons (Demospongia sp.), gurita (Octopus sp.), dan
cumi-cumi (Loligo sp.).

B. Metode
1. Karakter pada beberapa spesimen hewan yang telah disiapkan diamati.
2. Identifikasi beberapa hewan avertebrata yang telah disiapkan berdasarkan
karakter morfologinya dan hasil identifikasi dibuat deskripsinya.
3. Melengkapi tabel hasil pengamatan karakter dan identifikasi pada beberapa
hewan.
4. Membuat laporan sementara dari hasil praktikum.

DAFTAR REFERENSI

Campbell, N. A., Jane B. R., Lisa A. U., Micheal L. C., Steven A. W., Peter V. M.,
Robert B. J. 2014. Biology10th. Pearson Benjamin Cummings, California.

Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta. Djambatan.

Ereshefsky, M. 2001. The Poverty of the Linnaean Hierarchy: A Philosopical Study


of Biological Taxonomy. Cambridge University Press, England.

Evans, H.E., 1984. Insect biology. A textbook of entomology. Addison-Wesley,


Publishing Co., Massachusetts.
Geary, M.T & Mertens, T.R. 2009. Animal Development. Educational Methods,
Pennsylvania.
Haryanti, E. H. W., Maria U., dan Praptining R. 2013. Pembelajaran Zoologi
Invertebrata Berbasis DARTs Melalui Lesson Study Sebagai Upaya
Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Biologi. Bioma. Vol
2 (1). hal. 101-113
Holland, L.Z. 2015. Evolution of basal deuterostome nervous systems. Journal of
Experimental Biology. 218: 637-645
Lutz. 1985. Tropical Ecosystem and Ecological Concepts. Cambridge University
Press, Inggris.
Mayr, E., E. G. Linsley, dan R. L. Usinger. 1953. Methods and Principles of
Systematic Zoology. New York, McGraw-Hill.

Radiopoetro. 1991. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Simpson, G. G. 1961. Principles of Animal Taxonomy. Columbia University


Press,New York.
Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Widiyadi, E. 2009. Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan Determinasi Makhluk
Hidup. Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi, Bandung

You might also like