You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil

perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun

organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang

kemudian mengalami pembatuan.(Pettjohn, 1975).


Batuan sedimen banyak jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan

antara beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari

sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang

termasuk kedalam batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan

sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya

5% dari seluruh batuan batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5%

ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira - kira 80%.
Ukuranyang butir merupakan hal yang sangat mendasar dalam partikel

sedimen, transportasi, dan pengendapan. Analisis ukuran butir sedimen

merupakan hal yang penting karena memberikan petunjuk asal sedimen

transportasi dan kondisi pengendapannya. Berdasarkan hal tersebut, maka

dilakukanlah kegiatan lapangan kemudian dilanjutkan dengan praktikum ukuran

butir sedimen dan spericity.


1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakaannya praktikum ini adalah untuk melakukan determinasi

ukuran butir material pasir dengan metode pengayatan dan presentase data dalam

bentuk statistik, mendefinisikan secara matematis sphericity.


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu memahami

tentang ukuran butir sedimen dan tekstur sedimen, mampu menganalisis ukuran
butir sedimen tersebut serta menentukan nilai parameter statistikukuran butir

sedimen, dan untuk mengetahui sebaran ukuran butir sedimen di lokasi penelitian.

Mengetahui bentuk suatu mineral dengan menggunakan berbagai metode dalam

spericity.
1.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum sedimentologi acara

ukuran butir sedimen adalah :

a) Sap praktikum analisa ukuran butir


b) Sample material sedimen
c) Oven
d) Sieve series
e) Sieve shaker
f) Timbangan digital
g) Kalkulator
h) Kertas A4
i) Grafik semilok dan Kertas grafik
j) Kantong sample
k) Alat tulis menulis
l) Mistar
m) Jangka sorong
n) Spidol permanen
1.3 Metode Kerja

Adapun metode kerja pada praktikum ini adalah :

a. Sampel yang telah diambil di lapangan (dalam keadaan basah) di

keringkan
b. Sampel yang kering selanjutnya diquartering sampai di peroleh yang

diiginkan, yaitu 100 gram


c. Selanjutnya lakukan ayakan, dan pastikan ayakan tersusun dengan baik,

bukaan terkecil bagian bawahdan bukaan terbesar bagian atas. Tuangkan

sampel kebagian paling atas ayakan dan tutup ayakan.


d. Mesin dinyalakan selama 15 menit sampai sampel benar-benar terpisah.

Selanjutnya keluarkan sampel dari ayakan dengan hati-hati agar

mendapatkan data yang akurat.


e. Tiap ayakan di timbang kembali bersama dengan sampel yang tertampung

dengan menggunakan timbangan digital dan catat beratnya pada lembar

from.
f. Data hasil pengayakan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti

grafik histogram, grafik frekuensi, dan grafik kumulatif.


g. Dari grafik kumulatif di tentukan harga persentilnya untuk perhitungan

selanjutnya.
h. Lakukan interpretasi mengenainama sedimen, sortasi, dll
i. Untuk pengukuran sphericity, ukuran dibagi menjadi 3 penyajian data

yaitu sumbu terpanjang, menengah dan terpendek.


j. Mengelolah data dengan metode Zingg, Sneed, dan Folk dan Wadell.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ukuran Butira
Ukura butir merupakan hal yang sangat mendasar dalam partikel sedimen,

transportasi , dan pengendapan. Menurut Boggs (1987), ada 3 faktor yang

mempengaruhi ukuran butir batuan sedimen, yaitu variasi ukuran butir sedimen

asal, proses transportasi, dan energi pengendapan.


2.2 Tekstur Sedimen

Batuan sedimen yang terbentuk akibat adanya proses pengerjaan kembali

terhadap batuan yang sudah ada. Untuk mendeskripsikan tekstur klastik,

kenampakan yang perlu diperhatikan adalah ukuran butir, bentuk butir, sortasi,

dan kemas.

Ukuran Butir untuk membedakan berbagai macam sedimen klastik diperlukan

pengertian mengenai perbedaan ukuran butiran, dalam geologi biasa digunakan

Skala Besar Butir Wenworth seperti dibawah ini.

Ukuran Butir ( mm ) Nama Butir


> 256 Bongkah
64 256 Berangkal
4 64 Kerakal
24 Kerikil
12 Pasir sangat kasar
1/2 1 Pasir kasar
1/4 Pasir sedang
1/8 Pasir halus
1/16 1/8 Pasir sangat halus
1/256 1/16 Lanau
< 1/256 Lempung

Tabel 2.1. Skala Besar Butir Wentworth

Berdasarkan kebundaran / keruncingan, bentuk butir sedimen dibedakan

atas 6 tingkatan dari pembulatan terendah sampai tertinggi, yaitu Sangat

meruncing/menyudut (Very Angular), Meruncing/menyudut (Angular),

Meruncing/menyudut tanggung (Sub-Angular), Membundar/membulat tanggung


(Sub-Rounded), Membundar/membulat (Rounded), dan Sangat membundar/

membulat (WellRounded).

Gambar.2.1. Bentuk Butir

1. Sortasi

Sortasi Keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, yang

berarti semakin seragam ukuran dan besar btirnya, maka sortasinya semakin baik,

begitu pula sebaliknya. Sortasi dapat dibagi menjadi :

a. Sortasi baik : Bila ukuran butir pada batuan sedimen tersebut seragam, hal

ini biasa terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.


b. Sortasi sedang : Bila ukuran butir pada batuan sedimen terdapat yang

seragam maupun yang tidak seragam.


c. Sortasi buruk : Bila ukuran butir pada batuan sedimen sangat beragam,

dari halus hingga kasar dan biasa terjadi pada batuan sedimen dengan

kemas terbuka.
2. Kemas

Kemas / Fabrik : Pada batuan sedimen, kemas dapat dibagi 2, yaitu:


a. Kemas tertutup : Bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling

bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain

(grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam

(besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila ukuran
butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast

supported.
b. Kemas terbuka : bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di

antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix

supported).
3. Kepencongan (Skewness)

Kepencengan (SKEWNESS) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir

terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatudistribusi ukuran butir

dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak.

Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam

jumlah yang sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butior berlebihan

partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negatif (Folk, 1974).

4. Kurtosis atau keruncingan


Ukuran kurtosis merupakan nisbah antara sebaran ekor dengan pusat sebaran

pada bentuk kurva sedimen distribusi normal. Mengacu pada bentuk kurva

distribusi normal, tinggi rendahnya atau runcing datarnya bentuk kurva dapat

ditentukan dengan perhitungan. Bila kurva distribusi normal tidak terlalu runcing

atau tidak terlalu datar disebut mesokurtik. Kurva yang runcing disebut

leptokurtik, sedangkan untuk kurva yang datar disebut platikurtik.

Gambar 2.2 Parameter keruncingan (kurtosis) dalam


distribusi ukuranbutir (Folk, 1974).

5. Sphericity

Konsep sphericity pertama kali diperkenalkan oleh Wadell (1932) yang

mendefinisikan sphericity sebagai rasio matematik dari diameter bola dengan

volume yang sama sebagai partikel dari diameter terkecil yang membatasi bentuk
dari partikel. Jadi

konsep dari metode

ini adalah

perbandingan diameter terkecil, intermediet, dan terpanjang

Beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan sphericity adalah sebagai

berikut :

1. Metode Zinggs
Dalam metode ini dijelaskan mengenai pengukuran diameter suatu sedimen

dengan menggunakan penamaan bentuk tertentu. Diameter ini kemudian

dijabarkan dalam bentuk diameter terpanjang (Dl), menengah (Di) dan terpendek

(Ds). Dari penjabaran ketiga diameter tersebut diperoleh 4 penamaan bentuk butir

yaitu oblate, equant, bladed dan prolate.


Dari hasil perhitungan Zingg, kemudian unsure penamaan dimasukkan dari

nama tersebut berdasarkan hasil perhitungannya. Jika ada dua faktor material yang

melebihi angka kebulatan yaitu 1, maka material tersebut harus dikoreksi terlebih

dahulu, karena tidak mungkin suatu partikel melebihi angka angka kebulatan.
1. Metode Sneed and Folk
Metode ini membandingkan unsur untuk menentukan tingkat kebolaan dengan

menggunakan analisa grafi, setelah analisa grafik dimasukkan kemudian diketahui

tingkat kebolaannya yang terbagi atas Platty, Bladed, Elongated dan Compact.
2. Metode Wadell (1932)
Metode ini membandingkan antara unsure-unsur volume material dengan

volume bola kemudian hasilnya dipangkatkan tiga untuk mendapatkan harga

Sphericity.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Grain size
Grain size adalah hal yang sangat mendasar dalam partikel sedimen,

transportasi, dan pengendapan.

3.1.1.1 Tabel Hasil Pengukuran Sieve Shaker

Berat Tertampung (gr)


No. Mesh Opening
(mm) ()
St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7
0 0.16 0.24 0.246 0.01 0.081
2 -1 0.011
0.537 0.263 0.475 7.622 0.502 1.647
1 0 2.722
13.67 14.38 39.79
7.496 3.799 17.963
0.5 1 34.894 6 5 4

29.35 30.52 15.50


27.33 40.02 24.458
0.25 2 28.605 2 7 4

50.59 50.17 56.19 41.46


4.365 41.219
0.125 3 24.194 3 3 8 4

32.19
5.555 7.211 3.509 4.515 9.413
0.063 4 1.178 1
0.2 0.059 1.285 2.97 0.025 4.929
pan 5 0.059

99.91 99.53 93.49


99.73 99.71
Jumlah 90.663 3 99. 581 2 5

3.1.1.2 Grafik Histogram (hub.ub & berat/st)

Stasiun 1

% Berat
60

40

20

0
-1 0 1 2 3 4 5

3.1.1.3 Grafik Semilog (setiap stasiun)

3.1.1.4 Parameter Ukuran Butir

3.1.2 Sphericity

3.2 Pembahasan

3.2.1 Parameter Ukuran Butir

3.2.2 Sphericity
BAB 4

http://jangangantikebayakudenganbikinimu.blogspot.co.id/2012/06/lapora

n-sedimen-analisis-ukuran-butir.html
https://www.scribd.com/doc/245987740/Analisis-Ukuran-Butir-Pasir
http://laboseanografi.mipa.unsri.ac.id/wpcontent/uploads/2012/04/PRAKT

IKUM-SEDIMENTOLOGI-2-Ukuran-Butir-Sedimen.pdf

http://khairdblackbeard.blogspot.co.id/2012/03/batuan-sedimen.html

You might also like