Professional Documents
Culture Documents
Pori merupakan ruang di dalam batuan yang selalu terisi oleh fluida, seperti
udara, air tawar/asin, minyak atau gas bumi. Porositas suatu batuan sangat penting
dalam eksplorasi dan eksploitasi baik dalam bidang perminyakan maupun dalam
bidang air tanah. Hal ini karena porositas merupakan variabel utama untuk
menentukan besarnya cadangan fluida yang terdapat dalam suatu massa batuan.
Beard dan Weyl (1973) menyatakan bahwa porositas sangat kecil dipengaruhi
oleh perubahan dalam ukuran butir dengan sortasi yang sama, tetapi porositas
bervariasi terhadap sortasi. Penurunan porositas dari 42,4 % pada pasir bersortasi
baik sampai 27,9 % pada pasir yang bersortasi sangat jelek. Sedangkan Graton
dan Fraser (1935 dalam Beard & Weyl, 1973) menemukan bahwa pengepakan
bola sangat kuat hingga berbentuk rhombohedral diperoleh porositas sebesar 26 %
dan pengepakan berbentuk kubus diperoleh porositas 47,6 %. Tetapi di alam
pengepakan butiran tidak berbentuk kubus maupun rhombohedral. Selanjutnya
Scherer (1987) menyatakan bahwa parameter yang paling penting yang
berpengaruh terhadap porositas adalah umur, mineralogi (kandungan butiran
kuarsa), sortasi dan kedalaman terpendam maksimum.
d. Kompaksi
e. Faktor sementasi
Porositas tidak dipengaruhi oleh ukuran butir tetapi merupakan fungsi dari
sortasi. Porositas berkurang secara progresif dari pasir bersortasi sangat baik
sampai pasir yang bersortasi sangat jelek. Selanjutnya Scherer (1987) juga
menyatakan bahwa median ukuran butir tidak dapat dijadikan parameter untuk
memprediksi porositas. Hubungan antara porositas dan ukuran butir pada
batupasir arkose dan lithic arkose (Lapangan Yacheng) lemah dengan R = 0,42
(Bloch, 1991).
Porositas Primer,
Porositas primer merupakan porositas yang terjadi saat sedimen diendapkan.
Dapat terjadi akibat proses konsolidasi, kompaksi dan sementasi pada sedimen
yang lepas. Semakin dalam, porositas primer akan semakin berkurang akibat
pengaruh tekanan overburden dari batuan di atasnya. Porositas primer
umumnya dimiliki oleh reservoir klastik / batupasir, dengan rentang 5% 27%
dan bisa mencapai lebih dari 47%.
Porositas intergranular
Porositas intragranular
Porositas sekunder
Porositas interconnected
Porositas connected
Porositas connected adalah porositas yang hanya memiliki satu jalan terusanan
pada satu sisi pori, sedangkan sisi yang lainnnya tertutup. Porositas efektif
digunakan sebagai perhitungan di dalam dunia migas.
Porositas isolated
Porositas isolated adalah porositas yang tidak memiliki jalan terusan yang
menghubungkan antara pori yang satu dengan pori yang lain.
Porositas absolut
Porositas efektif
-Soil: 55%
- Gravel & pasir: 20-50%
- Lempung (clay): 50-70%
- Batupasir: 5-30%
- Batu gamping (limestone): 10-30%
- Batubeku yang rekah-rekah: 10-40%
Vakhir= Vawal-Vrongga
Pembahasan:
Sampel 3 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular dan
rounded dengan jumlah material berbentuk angular jauh lebih banyak
daripada yang berbentuk rounded, ukuran berangkal, dengan volume awal
500 ml yang kemudian dituangkan air hingga batas permukaannya sama
dengan permukaan material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang
kembali kedalam gelas ukur hingga diperoleh volume air atau rongga 240
ml, kemudian diperoleh volume akhir 260 ml. Volume rongga disini
menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas.
Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 52%.
Sampel 5 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular dan
rounded dengan jumlah material berbentuk angular jauh lebih banyak
daripada yang berbentuk rounded, ukuran kerikil, dengan volume awal 500
ml yang kemudian dituangkan air hingga batas permukaannya sama dengan
permukaan material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang kembali
kedalam gelas ukur hingga diperoleh volume air atau rongga 200 ml,
kemudian diperoleh volume akhir 300 ml. Volume rongga disini
menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas.
Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 50%.
Sampel 7 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular dan
rounded dengan jumlah material berbentuk angular jauh lebih kecil
daripada yang berbentuk rounded, ukuran kerikil, dengan volume awal 500
ml yang kemudian dituangkan air hingga batas permukaannya sama dengan
permukaan material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang kembali
kedalam gelas ukur hingga diperoleh volume air atau rongga 220 ml,
kemudian diperoleh volume akhir 280 ml. Volume rongga disini
menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas.
Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 56%.
Sampel 8 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk pasir kasar,
ukuran pasir kasar, dengan volume awal 400 ml yang kemudian dituangkan air
hingga batas permukaannya sama dengan permukaan material. Air yang masuk
tersebut kemudian dituang kembali kedalam gelas ukur hingga diperoleh volume
air atau rongga 27 ml, kemudian diperoleh volume akhir 373 ml. Volume rongga
disini menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas. Selanjutnya
diperoleh persentase porositas yakni 93,25%.
Sampel 9 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk pasir kasar
(dominan) dan rounded, ukuran pasir kasar, dengan volume awal 350 ml yang
kemudian dituangkan air hingga batas permukaannya sama dengan permukaan
material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang kembali kedalam gelas ukur
hingga diperoleh volume air atau rongga 50 ml, kemudian diperoleh volume akhir
300 ml. Volume rongga disini menggambarkan kapasitas fluida yang mampu
masuk kedalam sela/rongga batuan yang kemudian disebut dengan pori atau
tingkat porositas. Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 85,71%.
Berdasarkan data yang diperoleh maka persentase porositas paling tinggi yakni
93,25% pada sampel 8, dengan bentuk pasir kasar dan ukuran pasir kasar.
Persentase porositas paling rendah yakni 50% pada sampel 2, dengan bentuk
angular dan ukuran berangkal. Berdasarkan data yang diperoleh, maka persentase
porositas yang tinggi akan cenderung pada sampel dengan ukuran material yang
lebih kecil, sementara persentase porositas dengan bentuk rounded lebih besar
daripada bentuk angular dilihat pada perbandingan sampel 1 dan 6.
Percobaan ini sesuai dengan hukum yang berlaku antara hubungan bentuk dan
ukuran terhadap porositas. Menurut Koesoemadinata, porositas yang terdapat pada
batupasir bersifat intergranuler. Pori-pori yang terdapat diantara butir-butir dan
khususnya terjadi secara primer, jadi rongga-rongga terjadi pada waktu
pengendapan. Jika bentuk butiran mendekati bentuk bola maka permeabilitas dan
porositasnya akan lebih meningkat. Segala bentuk yang menyudut biasanya
memperkecil rongga, karena masing-masing sudutnya akan mengisi rongga yang
ada, dan karenanya akan memberikan kemas yang lebih ketat.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa semakin kecil ukuran butir suatu material sedimen maka semakin
tinggi porositasnya, sementara semakin rounded bentuk butiran material
sedimen maka semakin tinggi pula porositasnya.
7. SARAN
Sebaiknya digunakan wadah khusus yang dapat menyaring air keluar
secara maksimal agar lebih akurat.
PRAKTIKUM MINYAK DAN GAS BUMI
HARI/TGL : JUMAT, 3 MARET 2017 NAMA :
NURBAETI
ACARA : POROSITAS NO. MHS : D611 14
010
DAFTAR PUSTAKA