You are on page 1of 12

PRAKTIKUM MINYAK DAN GAS BUMI

HARI/TGL : JUMAT, 3 MARET 2017 NAMA :


NURBAETI
ACARA : POROSITAS NO. MHS : D611 14
010
1. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dilakukannya praktikum minyak dan gas bumi dengan
judul acara porositas yakni agar mahasiswa memahami arti penting porositas
dalam kaitannya dengan minyak dan gas bumi.
Sedangkan, tujuan dilakukannya praktikum dengan judul acara porositas
yakitu agar mahasiswa mampu mengetahui tingkat porositas dalam
huungannya antara bentuk dan ukuran butir batuan.

2. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan yakni:
1. Gelas ukur
2. Penggaris
3. Alat tulis
4. Air secukupnya
5. Material sedimen
PRAKTIKUM MINYAK DAN GAS BUMI
HARI/TGL : JUMAT, 3 MARET 2017 NAMA :
NURBAETI
ACARA : POROSITAS NO. MHS : D611 14
010
3. TEORI RINGKAS

Pori merupakan ruang di dalam batuan yang selalu terisi oleh fluida, seperti
udara, air tawar/asin, minyak atau gas bumi. Porositas suatu batuan sangat penting
dalam eksplorasi dan eksploitasi baik dalam bidang perminyakan maupun dalam
bidang air tanah. Hal ini karena porositas merupakan variabel utama untuk
menentukan besarnya cadangan fluida yang terdapat dalam suatu massa batuan.

Porositas batupasir dihasilkan dari sekumpulan proses-proses geologi yang


berpengaruh terhadap proses sedimentasi. Proses-proses ini dapat dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu proses pada saat pengendapan dan proses setelah pengendapan.
Kontrol pada saat pengendapan menyangkut tekstur batupasir (ukuran butir dan
sortasi). Proses setelah pengendapan yang berpengaruh terhadap porositas
diakibatkan oleh pengaruh fisika dan kimia, yang merupakan fungsi dari
temperatur, tekanan efektif dan waktu (Bloch, 1991).

Beard dan Weyl (1973) menyatakan bahwa porositas sangat kecil dipengaruhi
oleh perubahan dalam ukuran butir dengan sortasi yang sama, tetapi porositas
bervariasi terhadap sortasi. Penurunan porositas dari 42,4 % pada pasir bersortasi
baik sampai 27,9 % pada pasir yang bersortasi sangat jelek. Sedangkan Graton
dan Fraser (1935 dalam Beard & Weyl, 1973) menemukan bahwa pengepakan
bola sangat kuat hingga berbentuk rhombohedral diperoleh porositas sebesar 26 %
dan pengepakan berbentuk kubus diperoleh porositas 47,6 %. Tetapi di alam
pengepakan butiran tidak berbentuk kubus maupun rhombohedral. Selanjutnya
Scherer (1987) menyatakan bahwa parameter yang paling penting yang
berpengaruh terhadap porositas adalah umur, mineralogi (kandungan butiran
kuarsa), sortasi dan kedalaman terpendam maksimum.

Porositas merupakan besaran yang menentukan volume fluida yang bisa


terkandung di dalam batuan (storage capacity).
Cadangan hidrokarbon suatu reservoir ditentukan antara lain oleh
porositas batuan reservoir.

Hanya pori-pori yang saling berhubungan (interconnected) yang


diperhitungkan dalam perhitungan-perhitungan reservoir.

a. Parameter geologi yang mengontrol porositas

Harga porositas dipengaruhi oleh:

a. Pemilahan butir (sorting)

b. Bentuk butiran (roundness atau angularity)

c. Tipe kemasan (packing)

d. Kompaksi

e. Faktor sementasi

f. Kontribusi porositas sekunder.

Komposisi butiran mempengaruhi sifat-sifat kimia dan mekanika batupasir.


Hal ini akan berpengaruh terhadap porositas selama periode setelah pengendapan
dari evolusi batupasir (Bloch, 1991). Scherer (1987) menggunakan kelimpahan
butiran kuarsa (termasuk di dalamnya kuarsa mono- dan polikristalin dan fragmen
batuan yang tersusun dominan oleh kuarsa) sebagai parameter dalam modelnya.

Porositas tidak dipengaruhi oleh ukuran butir tetapi merupakan fungsi dari
sortasi. Porositas berkurang secara progresif dari pasir bersortasi sangat baik
sampai pasir yang bersortasi sangat jelek. Selanjutnya Scherer (1987) juga
menyatakan bahwa median ukuran butir tidak dapat dijadikan parameter untuk
memprediksi porositas. Hubungan antara porositas dan ukuran butir pada
batupasir arkose dan lithic arkose (Lapangan Yacheng) lemah dengan R = 0,42
(Bloch, 1991).

Porositas berdasarkan cara pembentuknya dibagi menjadi :

Porositas Primer,
Porositas primer merupakan porositas yang terjadi saat sedimen diendapkan.
Dapat terjadi akibat proses konsolidasi, kompaksi dan sementasi pada sedimen
yang lepas. Semakin dalam, porositas primer akan semakin berkurang akibat
pengaruh tekanan overburden dari batuan di atasnya. Porositas primer
umumnya dimiliki oleh reservoir klastik / batupasir, dengan rentang 5% 27%
dan bisa mencapai lebih dari 47%.

Porositas primer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

Porositas intergranular

Porositas intergranular adalah porositas yang terbentuk di antara batuan


sedimen

Porositas intragranular

Porositas intragranular lebih umum terdapat di batuan karbonat


dibandingkan batuan pasir.

Porositas sekunder

Porositas sekunder merupakan volume pori yang terjadi setelah batuan


terbentuk, misalnya karena proses disolusi dan rekahan. Porositas sekunder
bisa terjadi saat pelapukan batuan oleh asam, misalnya di limestone, yang
menyebabkan naiknya porositas. Sedangkan proses sementasi sekunder batuan
akan menyebabkan porositas menurun.
Morril membedakan porositas menjadi tiga bagian :

Porositas interconnected

Porositas interconnected adalah porositas yang memiliki jalan terusan yang


menghubungkan dari suatu pori ke pori yang lain.

Porositas connected

Porositas connected adalah porositas yang hanya memiliki satu jalan terusanan
pada satu sisi pori, sedangkan sisi yang lainnnya tertutup. Porositas efektif
digunakan sebagai perhitungan di dalam dunia migas.

Porositas isolated

Porositas isolated adalah porositas yang tidak memiliki jalan terusan yang
menghubungkan antara pori yang satu dengan pori yang lain.

Porositas absolut dan Porositas efektif

Porositas absolut

Porositas absolut adalah perbandingan antara ruang kosong terhadap volume


bulk batuan, dinyatakan dalam persen. Porositas absolut merupakan porositas
total atau total ruang kosong yang terdapat di batuan

Porositas efektif

Porositas efektif merupakan perbandingan antara ruang kosong yang saling


berhubungan / interconnected terhadap volume bulk batuan, dinyatakan dalam
persen. Porositas efektif ini merupakan indikasi atas kemampuan batuan untuk
mengalirkan fluida melalui pori-pori yang saling berhubungan.
Gambar Porositas efektif, non-efektif dan total (Western Atlas)
Tipikal porositas beberapa batuan sedimen:

-Soil: 55%
- Gravel & pasir: 20-50%
- Lempung (clay): 50-70%
- Batupasir: 5-30%
- Batu gamping (limestone): 10-30%
- Batubeku yang rekah-rekah: 10-40%

Porositas akan bertambah dengan bertambahnya angularitas.

Porositas akan berkurang apabila semakin masif.

Porositas berkurang dengan bertambahnya interval ukuran partikel.

Porositas akan berkurang dengan bertambahnya material semen

Porositas akan bertambah dengan banyaknya rekahan


PRAKTIKUM MINYAK DAN GAS BUMI
HARI/TGL : JUMAT, 3 MARET 2017 NAMA :
NURBAETI
ACARA : POROSITAS NO. MHS : D611 14
010
4. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang dilakukan selama praktikum yakni:
1. Terdapat 9 gelas ukur terdiri dari material dengan ukuran yang berbeda
2. Ukur volume tiap material yang ada dalam gelas ukur 1-9.
3. Tuangkan air sesuai dengan batas volume material yang ada dalam gelas
ukur 1-9
4. Keluarkan air yang telah dituang kedalam tiap gelas ukur, dan hitung
volume air tersebut
5. Volume material disimbolkan dengan Vb, volume air yang dikeluarkan
disimbolkan dengan Vp, kemudian hitung persentase volume rongga (Q)
dengan rumus (Vp/Vb)*100%. Catat hasilnya dalam tabel
6. Bersihkan kembali alat yang telah digunakan.
PRAKTIKUM MINYAK DAN GAS BUMI
HARI/TGL : JUMAT, 3 MARET 2017 NAMA :
NURBAETI
ACARA : POROSITAS NO. MHS : D611 14
010
5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Hasil Percobaan

No Bentuk Ukuran V Awal Vrongga Vakhir %Porositas


1 Angular Berangkal 900 425 475 52,78
2 Angular-subrounded Berangkal 400 190 200 50
3 >Angular+<Rounded Berangkal 500 240 260 52
4 Angular Kerikil 500 200 300 60
5 >Angular+<Rounded Kerikil 500 200 300 60
6 Rounded Kerikil 500 225 275 55
7 <Angular+>Rounded Kerikil 500 220 280 56
8 Pasir Kasar Pasir Kasar 400 27 373 93,25
9 Pasir Kasar+rounded Pasir Kasar 350 50 300 85,71
Keterangan:

>: berararti jumlahnya lebih besar

<: berarti jumlahnya lebih kecil

+ : dicampur dalam satu gelas ukur

%porositas dihitung dengan rumus

Vakhir= Vawal-Vrongga

Q= Vp/Vb (Volume akhir/volume awal)

Pembahasan:

Berdasarkan tabel hasil percobaan diatas, terdapat 9 sampel. Sampel


pertama dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular, ukuran
berangkal, dengan volume awal 900 ml yang kemudian dituangkan air
hingga batas permukaannya sama dengan permukaan material. Air yang
masuk tersebut kemudian dituang kembali kedalam gelas ukur hingga
diperoleh volume air atau rongga volume air atau rongga 425 ml,
kemudian diperoleh volume akhir 475ml. Volume rongga disini
menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas.
Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 52,78%.

Sampel 2 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular-


subrounded, ukuran berangkal, dengan volume awal 400 ml yang kemudian
dituangkan air hingga batas permukaannya sama dengan permukaan
material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang kembali kedalam gelas
ukur hingga diperoleh volume air atau rongga 200 ml, kemudian diperoleh
volume akhir 200ml. Volume rongga disini menggambarkan kapasitas
fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga batuan yang kemudian
disebut dengan pori atau tingkat porositas. Selanjutnya diperoleh persentase
porositas yakni 50%.

Sampel 3 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular dan
rounded dengan jumlah material berbentuk angular jauh lebih banyak
daripada yang berbentuk rounded, ukuran berangkal, dengan volume awal
500 ml yang kemudian dituangkan air hingga batas permukaannya sama
dengan permukaan material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang
kembali kedalam gelas ukur hingga diperoleh volume air atau rongga 240
ml, kemudian diperoleh volume akhir 260 ml. Volume rongga disini
menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas.
Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 52%.

Sampel 4 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular,


ukuran kerikil, dengan volume awal 500 ml yang kemudian dituangkan air
hingga batas permukaannya sama dengan permukaan material. Air yang
masuk tersebut kemudian dituang kembali kedalam gelas ukur hingga
diperoleh volume air atau rongga 200 ml, kemudian diperoleh volume
akhir 300 ml. Volume rongga disini menggambarkan kapasitas fluida yang
mampu masuk kedalam sela/rongga batuan yang kemudian disebut dengan
pori atau tingkat porositas. Selanjutnya diperoleh persentase porositas
yakni 60%.

Sampel 5 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular dan
rounded dengan jumlah material berbentuk angular jauh lebih banyak
daripada yang berbentuk rounded, ukuran kerikil, dengan volume awal 500
ml yang kemudian dituangkan air hingga batas permukaannya sama dengan
permukaan material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang kembali
kedalam gelas ukur hingga diperoleh volume air atau rongga 200 ml,
kemudian diperoleh volume akhir 300 ml. Volume rongga disini
menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas.
Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 50%.

Sampel 6 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk rounded,


ukuran kerikil, dengan volume awal 500 ml yang kemudian dituangkan air
hingga batas permukaannya sama dengan permukaan material. Air yang
masuk tersebut kemudian dituang kembali kedalam gelas ukur hingga
diperoleh volume air atau rongga 225 ml, kemudian diperoleh volume
akhir 275 ml. Volume rongga disini menggambarkan kapasitas fluida yang
mampu masuk kedalam sela/rongga batuan yang kemudian disebut dengan
pori atau tingkat porositas. Selanjutnya diperoleh persentase porositas
yakni 55%.

Sampel 7 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk angular dan
rounded dengan jumlah material berbentuk angular jauh lebih kecil
daripada yang berbentuk rounded, ukuran kerikil, dengan volume awal 500
ml yang kemudian dituangkan air hingga batas permukaannya sama dengan
permukaan material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang kembali
kedalam gelas ukur hingga diperoleh volume air atau rongga 220 ml,
kemudian diperoleh volume akhir 280 ml. Volume rongga disini
menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas.
Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 56%.

Sampel 8 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk pasir kasar,
ukuran pasir kasar, dengan volume awal 400 ml yang kemudian dituangkan air
hingga batas permukaannya sama dengan permukaan material. Air yang masuk
tersebut kemudian dituang kembali kedalam gelas ukur hingga diperoleh volume
air atau rongga 27 ml, kemudian diperoleh volume akhir 373 ml. Volume rongga
disini menggambarkan kapasitas fluida yang mampu masuk kedalam sela/rongga
batuan yang kemudian disebut dengan pori atau tingkat porositas. Selanjutnya
diperoleh persentase porositas yakni 93,25%.

Sampel 9 dengan gelas ukur berisi material dengan bentuk pasir kasar
(dominan) dan rounded, ukuran pasir kasar, dengan volume awal 350 ml yang
kemudian dituangkan air hingga batas permukaannya sama dengan permukaan
material. Air yang masuk tersebut kemudian dituang kembali kedalam gelas ukur
hingga diperoleh volume air atau rongga 50 ml, kemudian diperoleh volume akhir
300 ml. Volume rongga disini menggambarkan kapasitas fluida yang mampu
masuk kedalam sela/rongga batuan yang kemudian disebut dengan pori atau
tingkat porositas. Selanjutnya diperoleh persentase porositas yakni 85,71%.

Berdasarkan data yang diperoleh maka persentase porositas paling tinggi yakni
93,25% pada sampel 8, dengan bentuk pasir kasar dan ukuran pasir kasar.
Persentase porositas paling rendah yakni 50% pada sampel 2, dengan bentuk
angular dan ukuran berangkal. Berdasarkan data yang diperoleh, maka persentase
porositas yang tinggi akan cenderung pada sampel dengan ukuran material yang
lebih kecil, sementara persentase porositas dengan bentuk rounded lebih besar
daripada bentuk angular dilihat pada perbandingan sampel 1 dan 6.

Percobaan ini sesuai dengan hukum yang berlaku antara hubungan bentuk dan
ukuran terhadap porositas. Menurut Koesoemadinata, porositas yang terdapat pada
batupasir bersifat intergranuler. Pori-pori yang terdapat diantara butir-butir dan
khususnya terjadi secara primer, jadi rongga-rongga terjadi pada waktu
pengendapan. Jika bentuk butiran mendekati bentuk bola maka permeabilitas dan
porositasnya akan lebih meningkat. Segala bentuk yang menyudut biasanya
memperkecil rongga, karena masing-masing sudutnya akan mengisi rongga yang
ada, dan karenanya akan memberikan kemas yang lebih ketat.

6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa semakin kecil ukuran butir suatu material sedimen maka semakin
tinggi porositasnya, sementara semakin rounded bentuk butiran material
sedimen maka semakin tinggi pula porositasnya.

7. SARAN
Sebaiknya digunakan wadah khusus yang dapat menyaring air keluar
secara maksimal agar lebih akurat.
PRAKTIKUM MINYAK DAN GAS BUMI
HARI/TGL : JUMAT, 3 MARET 2017 NAMA :
NURBAETI
ACARA : POROSITAS NO. MHS : D611 14
010
DAFTAR PUSTAKA

Cole, F.W. 1983. Reservoir Engineering Manual. Gulf Publishing


Company.Texas.
Levorsen, A.I. 1954. Geology Of Petroleum. San Fransisco. W.H. Freeman &
Company.
Koesoemadinata, R,P.1978. Geologi Minyak Bumi. Bandung.

You might also like