You are on page 1of 25

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

ESTIMASI BESARNYA POPULASI


(Estimasi Besarnya Populasi Secara Simulasi (dengan Beras)
dengan Metode Capture-Mark-Release-Recapture)
disusun guna memenuhi tugas praktikum mata kuliah Ekologi Hewan

Oleh :
Kelompok 4
Kelas B

1. Vivi Meila Setyawanda 140210103034


2. Shelfy Rahma 110210103036
3. Desy Putri Islamiyah 140210103044
4. Dita Paramytha 140210103068
5. Imam Faqih Asshiddiqi 140210103069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Populasi dalam Ekologi ....................................................... 3
2.2 Estimasi Jumlah Populasi ....................................................................... 4
2.3 Metode Capture Mark Release Recapture .............................................. 5
2.4 Teknik Menghitung Metode Capture Mark Release Recapture ............. 6
BAB 3. METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ................................................................ 11
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ..................................................................... 11
3.3 Desain Percobaan .................................................................................... 11
3.4 Prosedur Percobaan ................................................................................. 11
3.5 Skema Alur Percobaan ............................................................................ 12
BAB 4. HASIL PENGAMATAN........................................................................ 14
BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................... 16
BAB 6. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21
5.2 Saran ...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 23
LAMPIRAN ACC
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
LAMPIRAN COVER BUKU DAN ABSTRAK JURNAL

ii
BAB 1. PENDAHULUAN
2. 1 Latar Belakang
Populasi adalah kelompok individu dalam satu spesies yang menghuni suatu
wilayah dalam tata ruang dalam waktu yang bersamaan. Populasi memiliki
karakteristik yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar
populasi adalah adanya kepadatan (density). Kepadatan populasi dapat
dipengaruhi oleh empat parameter yaitu natalitas (kelahiran),mortalitas
(kematian), imigrasi dan emigrasi. Kerapatan populasi adalah ukuran besar
populasi yang berhubungan dengan satuan ruang yang umumnya diteliti dan
dinyatakan sebagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi.
Kerapatan popoulasi dapat dihitung secara absolut dan secara relatif. Dalam
ekosistem seringkali terjadi fluktuasi kepadatan populasi. Oleh karena itu
seringkali dilakukan perhitungan terhadap kerapatan populasi untuk mengetahui
jumlah populasi di alam.
Estimasi populasi adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan
perhitungan kepadatan suatu populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau
kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit
atau persatuan luas dan volume maupun persatuan penangkapan. Kepadatan relatif
dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan
semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase.
Dalam perhitungan kepadatan suatu populasi, diperlukan beberapa hal yang
menjadi persyaratan utama yaitu mengenai luas wilayah yang akan diteliti, teknik
pengambilan data, teknik analisis data serta interval waktu perhitungan populasi.
Banyak metode yang dapat dignakan dalam perhitungan populasi di dalam sebuah
penelitian berkaitan dengan bidang ilmu Ekologi. Metode yang sering diterapkan
dalam perhitungan populasi yaitu metode CMRR (Capture Mark Release
Recapture). Metode ini menggunakan 3 rumus perhitungan yaitu rumus Paterson,
Schnabel, dan Sumacher-Eschmayer.
2. 2 Rumusan Masalah

1
Bagaimana penerapkan metode Capture-Mark-Release-Recapture untuk
memperkirakan populasi beras dan membandingkan hasil estiamasi dari 3 rumus
Peterson, Schnabel, dan Eschmeyer - Schumacher ?
2. 3 Tujuan
Dapat menerapkan metode Capture-Mark-Release-Recapture untuk
memperkirakan populasi beras dan membandingkan hasil estiamasi dari 3 rumus
Peterson, Schnabel, dan Eschmeyer - Schumacher.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Populasi Dalam Ekologi


Hewan sebagai komponen penyusun komunitas biotik dalam suatu ekosistem
mempunyai peran dan fungsi penting untuk habitat dan lingkungan serta mahluk
hidup lainnya. Lingkungan adalah gaktor-faktor di luar makhluk hidup yang
berpengaruh langsung pada kemungkinan hewan untuk dapat bertahan hidup,
tumbuh dan berkembang biak.Populasi adalah sekolompok individu atau
kumpulan individu dalam satu spesies atau kelompok lain yang dapat
melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan dan pada waktu
tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Daya dukung
lingkungan adalah ukuran populasi maksimum yang dapat didukung oleh
lingkungan, suatu populasi tidak mungkin ada dalam sistem kehidupan tanpa
keterlibatan dan interaksi populasi akan mencapai kerapatan kesetimbangan di
dekat daya dukung lingkungan (Adinata, 2014: 184).
Populasi juga dapat diartikan sebagai kumpulan individu organisme di sutau
tempat yang memiliki sifat serupa, mempunyai asal-usul yang sama dan tidak ada
yang menghalangi individu anggotanya untuk berhubungan satu sama lain dan
mengembangkan keturunannya secara bebas karena individu itu merupakan
kumpulan heteroseksual (Adinata, 2014:184). Adapun pendapat lain mengenai
populasi dalam ekologi adalah sekumpulan individu organisme dari spesies yang
sama dan menempati area atau wilayah tertentu pada suatu waktu. Sifat-sifat khas
yang dimiliki oleh suatu populasi (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju
kematian (mortalitas), sebaran (distribusi), umur, mutugenetik, perilaku dan
pemencaran (dispersi). Kerapatan (densitas) adalah jumlah individu suatu spesies
per unit atau volume (Rajab, 2013: 31).
Ciri-ciri kelompok populasi yang telah disebutkan diatas adalah diskripsi
kuantitatif populasi yang akan berubah sepanjang waktu, perubahan status ini
disebut dinamika populasi. Ukuran populasi disuatu tempat pastinya akan
mengalami perubahan sepanjang waktu, karena adanya perbedaan pertumbuhan
ini disebabkan oleh pertumbuhan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

3
berbeda seperti yang telah disebutkan diatas. Kemampuan untuk menggambarkan
populasi memungkinkan untuk mengetahui perubahn-perubahan dalam suatu
populasi, oleh karena itu ada berbagai macam model pendekatan untuk kajian
dinamika populasi (Adinata, 2014: 184).
Suatu kawasan (alam), ukuran populasi merupakan data dasar untuk menilai
kemungkinan kelangsungan atau keterancaman keberadaannya dialam, dan hal-
hal lain yang berhubungan dengan manajemen satwa liar. Ukuran populasi dapat
juga digunakan sebagai dasar dalam pedugaan kualitas lingkungan (habitat),
walaupun secara umum tidak akan lebih baik bila didasarkan pada
keanekaragaman. Perubahan ukuran populasi dalam suatu kawasan tertentu dapat
merupakan indikasi terjadinya perubahan kualitas lingkungan. Peningkatan
ukuran populasi dapat terjadi bila kondisi lingkungan membaik, sebaliknya,
penurunan ukuran populasi akan terjadi bila kondisi lingkungan memburuk
(Imran, 2014: 43).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam
bentuk jumlah atau biomassa perunit, atau persatuan luas atau persatuan volume
atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk
menghitung produktifitas dan untuk membandingkan kepadatan suatu jenis
dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut.Jadi suatu
populasi dapat diartikan sebagai suatu kelompok yang sama dimana suatu
kelompok makhluk hidup sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus
pada waktu yang khusus.
2.2 Estimasi Jumlah Populasi
Berbagai keterbatasan yang dialami oleh peneliti dalam mengetahui secara
pasti karakteristik dari suatu populasi. Keterbatasan tersebut meliputi tenaga,
waktu, dana, dan sebagainya. Oleh karenanya, digunakan teknik statistik untuk
menyimpulkan karakteristik populasi. Karakteristik tersebut dipelajari
berdasarkan data yang diambil dari cuplikan populasi (sampel) yang representatif
dan memiliki kecukupan besar sampel yang sesuai. Kemudian pengambilan
kesimpulan tentang populasi berkaitan dengan pendugaan atau estimasi nilai
parameter populasi itu sendiri (Aritonang, 2005: 78).

4
Menurut Aritonang (2005), estimasi adalah menaksir ciri-ciri tertentu dari
populasi atau memperkirakan nilai (parameter) dengan memakai nilai sampel
(statistik). Sehingga estimasi populasi dapat diartikan sebagai suatu metode yang
digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu populasi dengan cara
memprediksikannya.
Suatu populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran
pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi.
Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan
populasi merupakan besarnya populasi dalam hubungannya dengan beberapa
satuan ruangan. Umumnya dinyatakan sebagai individu atau biomas populasi, per
satuan areal atau volume misalnya 200 pohon per hektar. Pengaruh populasi
dalam komunitas dan ekosistem tergantung kepada jumlah atau kerapatan
populasinya (Anshoriy, 2008: 60).
2.3 Metode Capture Mark Release Recapture (CMRR)
Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah
dengan cara menghitung seluruh individu (sensus), namun karena berbagai
keterbatasan seperti situasi alam, lokasi penelitian dan waktu menyebabkan hal ini
tidak dilakukan. Statistika mengembangkan sebuah metode dalam mengestimasi
populasi hewan pada populasi tertutup, yaitu metode Capture Mark Release
Recapture (CMRR). Metode Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu
metode estimasi populasi yang dilakukan dengan cara menangkap, menandai,
melepaskan, dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan
populasi (Safitri, dkk., 2016 :75).
Metode capture-mark-release-recapture (CMRR) dikembangkan untuk
mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan estimasi ukuran populasi pada
hewan. Prinsip umum percobaan CMRR adalah untuk menandai individu dalam
penangkapan sesi pertama dan kemudian untuk mencatat proporsi individu yang
ditandai dalam penangkapan kembali sesi berikutnya (Williams et al. 2001 dalam
Suprayogi, 2010). Dalam model sederhana, populasi berukuran N kemudian
diperkirakan dari rasio individu yang ditandai dan individu yang tidak ditandai
dalam sesi penangkapan kembali (Seber, 1973 dalam Suprayogi, 2010), dengan

5
asumsi bahwa semua individu (ditandai dan tidak ditandai) dicampur secara acak
setelah penangkapan pertama dan dengan demikian semua individu bisa ditangkap
kembali dalam sesi penangkapan kembali. Namun, masih sangat sulit untuk
memperoleh estimasi ukuran populasi yang dapat diandalkan bagi spesies
yangsulit untuk menangkapnya, seperti spesies langka, atau spesies yang sulit
untuk ditangani (Darroch 1958 dalam Suprayogi, 2010).
Teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR) terdiri dari 3 metode, yaitu
metode Licoln-Petersen, metode Schnabel dan metode Schumacher-Eschmeyer.
Metode yang paling sederhana dalam Capture Mark Release Recapture (CMRR)
adalah metode Licoln-Petersen. Metode Licoln Petersen merupakan metode yang
dilakukan dengan satu kali penandaan (marking) dan satu kali penangkapan ulang
(recapture). Karena estimasi yang diperoleh dari metode ini dinilai kurang akurat,
maka untuk mengatasi kekurangan tersebut muncullah sebuah metode baru yaitu
metode Schnabel.
Metode Schnabel merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
Capture Mark Release Recapture (CMRR) untuk memperbaiki metode Licoln-
Petersen. Metode ini merupakan metode dengan penandaan dan penangkapan
ulang hewan lebih dari dua kali (Safitri, dkk., 2016 :75).
2.4 Teknik Menghitung Metode Capture Mark Release Recapture
Metode Licoln-Petersen merupakan metode yang paling sederhana dalam
teknik Capture Mark Release Recaptur (CMRR), metode ini digunakan untuk
menganalisis jumlah populasi pada populasi yang tertutup. Pada metode Licoln-
Petersen hanya dilakukan satu kali penandaan pada sampel yang tertangkap dan
hanya satu kali penangkapan ulang. Karena hal itu, metode Licoln-Petersen
disebut sebagai metode yang paling sederhana dalam mengestimasi populasi pada
populasi tertutup (Safitri, 2016).
Estimasi Licoln-Petersen dapat diturunkan berdasarkan asumsi awal
bahwa jika sampel kedua merupakan sampel acak dari populasi hewan yang sudah
ditandai dan belum ditandai, maka proporsi dari hewan yang ditandai pada sampel
terambil pada pengambilan kedua sama dengan proporsi hewan yang sudah
ditandai pada populasi hewan yang ditandai pada populasi.

6
Dari asumsi di atas, maka untuk menentukan estimasi jumlah anggota
populasi, metode Licoln-Peterson menggunakan perumusan sebagai berikut:
N=

Arti Simbol :
N = Estimasi Jumlah Anggota Populasi
M = Jumlah hewan yang ditandai pada populasi
m = Hewan yang ditangkap pada sampel kedua tetapi sudah ditandai pada
pengambilan sampel pertama
n = Jumlah sampel yang tertangkap pada pengambilan sampel kedua.
Metode Schnabel merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
Capture Mark Release Recapture (CMRR) untuk memperbaiki metode Licoln-
Peterson. Metode ini merupakan metode dengan penandaan dan penangkapan
ulang hewan lebih dari dua kali (Safitri, 2016).
Capture-recapture adalah salah satu metode tertua yang digunakan dalam
ekologi untuk memperkirakan ukuran populasi. Alternatif, diperkenalkan oleh
Schumacher dan Eschmeyer, menggunakan sampel T berturut-turut acak dengan
penggantian, dan menganggap sejarah penangkapan (Shokouhi, 2011). Maka,

N = jumlah total anggota populasi


k = jumlah seluruh pengambilan sampel
ni = jumlah sampel yang tertangkap pada sampel ke i
mi = jumlah sampel yang telah ditandai pada pengambilan sampel ke i
Mi = jumlah sampel yang sudah ditandai pada populasi pengambilan sampel ke i.
Mi = 0
N = estimasi jumlah populasi (Safitri, 2016).

7
di mana Ki adalah jumlah total dokumen dalam sampel i, Ri adalah jumlah
dokumen dalam sampel saya yang sudah ditandai, dan Mi adalah jumlah dokumen
yang ditandai terkumpul sejauh ini, sebelum sampel terbaru. Sejarah penangkapan
telah terbukti menghasilkan perkiraan ukuran yang lebih akurat (Shokouhi, 2011).
Kurangnya tanda identifikasi secara individual berarti bahwa banyak
model penandaan tidak bisa diterapkan. Hanya tiga model umum yang dapat
digunakan ketika tanda individu belum digunakan dalam studi penandaan;
estimasi Peterson, model Schnabel, dan metode Schumacher dan Eschmeyer.
Ketiganya juga memiliki asumsi populasi tertutup; Namun model ini biasanya
diterapkan untuk populasi terbuka. Dari tiga, model Schnabel adalah titik awal
terbaik untuk analisis. Metode dasar Peterson menganggap hanya satu pelepasan
dan menangkap kembali, dan restorasi ini melibatkan sejumlah besar tanda dan
penangkapan kembali (Stokesbury, 2009).
Metodologi capture-recapture memungkinkan untuk estimasi ukuran total
populasi untuk setiap tahun upaya pemulihan dapat dicapai. Serangkaian model
dan metode yang telah dikembangkan untuk analisis mark-recapture diterapkan
pada data. Metode Schnabel merupakan perpanjangan dari metode dua sampel
Peterson, di mana hanya satu tanda dan penangkapan kembali.
Persamaan 1

Dengan aljabar sederhana persamaan ini dapat disusun kembali untuk


menghasilkan:
Persamaan 2

8
Model Schnabel namun, mt disesuaikan dengan Mt (total tandai sebelumnya untuk
t-th) untuk memperhitungkan beberapa sampel (i k):

Model Schnabel memiliki asumsi sebagai berikut


Populasi tertutup (yaitu tidak ada kematian, perekrutan, kematian, imigrasi
atau emigrasi)
Probabilitas tertangkap sama untuk setiap hewan dalam populasi
Penangkapan tidak terpengaruh oleh tanda yang digunakan
Hewan tidak kehilangan nilai mereka antara periode pengambilan sampel
Sampel kedua memiliki semua tanda penangkapan kembali yang
dilaporkan ketika tertangkap (Stokesbury, 2009).

Salah satu cara untuk mengevaluasi keandalan perkiraan menggunakan


varian dari perkiraan. Varian dari model Schnabel diperkirakan oleh pembalikan
dari estimator populasi:

Standar eror didefinisikan dengan:

Schumacher dan Metode Eschmeyer


Metode Schumacher dan Eschmeyer adalah mirip dengan model Schnabel
dan memiliki asumsi model yang sama, namun memiliki keunggulan dalam
bahwa dapat diperkirakan sebagai regresi linear. Model Schnabel disusun ulang

9
sebagai fungsi linear di mana kebalikan dari penurunan menjadi perkiraan
populasi, sehingga istilah kesalahan yang akan ditambahkan, maka:

Solusi analitis metode Schumacher-Eschmeyer adalah:

Variasi dapat dihitung:

Salah satu keuntungan dari Schumacher - metode Eschmeyer adalah


bahwa ketika Mt diplot terhadap proporsi rt / ct maka poin diharapkan untuk
membentuk garis lurus yang melewati titik asal. Durasi temporal acara
pengambilan sampel dikumpulkan dibagi menjadi baik penambahan bulanan atau
mingguan. Awalnya, waktu langkah mingguan dipilih untuk mencocokkan
protokol lapangan (yaitu rilis dan menduduki kembali dirangkum dan
direncanakan mingguan). ringkasan mingguan juga dikumpulkan untuk analisis
bulanan untuk mengevaluasi periode sampling optimal. Konfigurasi alternatif
model yang dikembangkan untuk memperhitungkan aspek program V-notch
(misalnya, tanda kehilangan, kematian alami, panen, dan tanda yang tersisa pada
umumnya pada awal musim baru) (Stokesbury, 2009).

10
BAB 3. METODE PENELITIAN

3. 1 Tempat dan Waktu Percobaan


Percobaan ini dilakukan di laboratorium Zoologi Ruang 19 gedung
Pendidikan Biologi Gedung 3 FKIP Universitas Jember pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Maret 2017
Waktu : 14.20-16.00 WIB

3. 2 Alat dan Bahan Percobaan


3.2.1 Alat
1. Beras warna putih dan hijau
2. Toples kaca
3. Sendok makan
3.2.2 Bahan
-

3. 3 Desain Percobaan

1 2 3 4 10

ooooo ooooo ooooo ooooo ooooo


ooooo ooooo ooooo ooooo ooooo
ooooo ooooo ooooo ooooo ooooo
ooooo ooooo ooooo ooooo ooooo
ooooo ooooo ooooo ooooo ooooo

Keterangan: 1) Capture 1; 2) Recapture 1; 3) Recapture ; 4) Recapture 3, dan seterusnya hingga 10)


Recapture 9

3. 4 Prosedur Percobaan
1) Menyiapkan segenggam beras warna putih di dalam toples kaca

11
2) Menyiapkan segenggam beras warna merah di luar toples kaca
3) Mengambil beras warna putih di dalam toples menggunakan sendok dan
menghitung jumlah beras yang terambil tersebut
4) Mengganti beras berwarna putih yang terambil tersebut dengan beras
merah dalam jumlah yang sama
5) Memasukkan beras warna merah ke dalam toples kaca, dan membiarkan
beras warna putih berada di luar toples
6) Mengocok toples kaca sehingga beras warna merah dan beras warna
putih dapat homogen
7) Mengambil satu sendok beras lagi dari dalam toples kaca secara acak
lalu menghitung jumlah beras yang terambil serta membedakan antara
beras yang berwarna merah dengan beras yang berwarna putih
8) Mengganti beras warna putih yang ikut terambil dengan beras berwarna
merah, lalu memasukkannya lagi ke dalam toples
9) Mengulangi langkah 6 sampai 8 di atas sampai pengulangan ke-9
(recapture 9)
10) Memasukkan data, yaitu C sebagai tangkapan total, M sebagai jumlah
beras putih keseluruhan, T sebagai jumlah beras putih pada setiap
pengambilan, R sebagai jumlah beras merah pada setiap pengambilan
11) Melakukan estimasi populasi beras putih dihitung dengan 3 rumus yaitu
Peterson, Schnabel, dan Schumacher-Eschmeyer
3.5 Skema Alur Percobaan

Mengambil beras warna putih di dalam toples

Menghitung jumlah beras yang terambil

Mengganti beras yang terambil tersebut dengan beras warna


lain (merah)

12
Memasukkan beras warna merah ke dalam toples, dan
membiarkan beras warna putih yang terambil tadi di luar
toples

Mengocok toples agar beras merah dan beras putih homogen

Mengambil lagi beras secara acak dari dalam toples

Menghitung jumlah beras yang terambil, dan mengganti setiap


beras warna putih yang terambil dengan beras warna merah

Memasukkan setiap beras warna merah sebagai ganti beras


warna putih tersebut ke dalam toples, dan membiarkan beras
warna putih yang terambil berada di luar toples

Mengulangi empat langkah terakhir di atas sampai 9 kali


(recapture 9)

Memasukkan data, yaitu C sebagai tangkapan total, M sebagai


jumlah beras putih keseluruhan, T sebagai jumlah beras putih
pada setiap pengambilan, R sebagai jumlah beras merah pada
setiap pengambilan

Melakukan estimasi populasi beras putih dihitung dengan 3


rumus yaitu Peterson, Schnabel, dan Schumacher-Eschmeyer

13
BAB 4. HASIL PENGAMATAN

TABEL DAN HASIL PENGAMATAN

Peterson Schnabel Eschmeyer


S C M T R C.M (CM) CM MR C.M/R R C.M / R R/C (CM)/ MR=a
1 110 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 117 110 102 15 12870 165636900 528073 1650 858 446 1184,020179 1,923076923 156881,0327
3 113 212 96 17 23956 573889936 528073 3604 1409,176 446 1184,020179 2,557522124 156881,0327
4 111 308 89 22 34188 1168819344 528073 6776 1554 446 1184,020179 4,36036036 156881,0327
5 118 397 74 44 46846 2194547716 528073 17468 1064,682 446 1184,020179 16,40677966 156881,0327
6 117 471 79 38 55107 3036781449 528073 17898 1450,184 446 1184,020179 12,34188034 156881,0327
7 130 550 65 65 71500 5112250000 528073 35750 1100 446 1184,020179 32,5 156881,0327
8 138 615 67 71 84870 7202916900 528073 43665 1195,352 446 1184,020179 36,52898551 156881,0327
9 136 682 54 82 92752 8602933504 528073 55924 1131,122 446 1184,020179 49,44117647 156881,0327
10 144 736 52 92 105984 11232608256 528073 67712 1152 446 1184,020179 58,77777778 156881,0327

Jumlah 1234 4081 678 446 528073 39290384005 250447 10914,52 4014 214,8375592 1411929,295

14
Standart
Schumacher Varian b Error
( R/C) / 1/S-1 ( R/C /
R MR/a ( MR/a) S-1 1/ S-1 MR/a) a3 a3 .b a3 .b / MR
0 0 0 0 ~ ~ 0 0 0
134,575132 3,8611E+1 5,19608E+1
225 1,59641351 3 1 1 134,5751323 5 7 2,07472E+12
134,575132 3,8611E+1 2,59804E+1
289 1,59641351 3 2 0,5 67,28756614 5 7 1,03736E+12
134,575132 0,33333333 3,8611E+1 1,73203E+1
484 1,59641351 3 3 3 44,85837742 5 7 6,91575E+11
134,575132 3,8611E+1 1,29902E+1
1936 1,59641351 3 4 0,25 33,64378307 5 7 5,18681E+11
134,575132 3,8611E+1 1,03922E+1
1444 1,59641351 3 5 0,2 26,91502645 5 7 4,14945E+11
134,575132 0,16666666 3,8611E+1 8,66014E+1
4225 1,59641351 3 6 7 22,42918871 5 6 3,45787E+11
134,575132 0,14285714 3,8611E+1 7,42298E+1
5041 1,59641351 3 7 3 19,2250189 5 6 2,96389E+11
134,575132 3,8611E+1
6724 1,59641351 3 8 0,125 16,82189153 5 6,4951E+16 2,5934E+11
134,575132 3,8611E+1 5,77343E+1
8464 1,59641351 3 9 0,111111111 14,95279247 5 6 2,30525E+11

2883 14,3677215
2 8 380,708777

15
BAB 5. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas mengenai estimasi besarnya populasi
secara simulasi (dengan kancing benik) dengan metode Capture-mark-release-
recapture. Metode Capture-mark-release-recapture ini secara sederhana adalah
menangkap hewan, menandai, melepaskan, dan menangkap kembali. Untuk
menghemat waktu dan mengurangi resiko kesalahan, maka objek yang seharusnya
hewan diganti dengan beras. Adapun tujuan diadakannya praktikum ini ialah
menerapkan metode Capture-mark-release-recapture untuk memperkirakan
populasi beras dan membandingkan hasil estimasi dari 3 rumus Peterson,
Schnabel, dan Eschmeyer-Sumacher.
Dalam melakukan estimasi besarnya populasi digunakan 2 jenis beras yaitu
beras merah dan beras putih. Penggunaan beras merah diasumsikan sebagai
hewan yang tertangkap, ditandai kemudian dilepas kembali ke dalam populasi
sedangkan beras putih diasumsikan sebagai hewan yang tidak ditandai di dalam
populasi. Langkah pertama dalam percobaan ini yaitu menghitung jumlah beras
putih yang berada di dalam toples untuk menentukan jumlah populasi secara
keseluruhan. Toples di asumsikan sebagai habitat hewan dalam populasi di alam.
Langkah selanjutnya yaitu mengambil cuplikan beras putih di dalam toples
menggunakan sendok kemudai menghitung jumlah beras putih di dalam sendok.
Selanjutnya, beras putih yang berada dalam sendok diganti dengan beras
merah sejumlah beras putih yang terambil menggunakan sendok kemudian
meletakkan beras merah ke dalam toples dan diaduk hingga homogen.
Penggantian beras putih dengan beras merah diasumsikan dengan penandaan
hewan yang diambil dari suatu populasi. Beras merah yang diaduk di dalam toples
bersama beras putih diasumsikan hewan yang ditandai bercampur secara homogen
dalam populasi. Langkah selanjutnya yaitu melakukan cuplikan yang kedua
dengan cara pengambilan yang sama dengan cara pertama. Apabila terdapat
sejumlah beras lain dicatat sebagai m atau R di dalam tabel hasil pengamatan.
Cacah beras merah yang terambil kedua kalinya dicatat sebagai T. Cuplikan
dilakukan hingga 9 kali pengulangan. Langkah terakhir yaitu menghitung jumlah

16
keseluruhan beras merah dan beras putih yang berada di dalam toples. Hasil
estimasi besarnya populasi dengan metode Capture-mark-release-recapture ini
dapat dihitung menggunakan tiga rumus yaitu Peterson, Schanabel dan
Eschemeyer-Sumacher.
Dalam praktikum kali ini dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali, dimana
pengulangan 10 kali ini dilakukan dengan mengambil beras putih dalam satu
takaran lalu menggantikannya dengan beras merah dengan jumlah yang sama
berdasarkan jumlah beras putih yang di ambil. Hal tersebut dilakukan bertujuan
agar hasil yang didapatkan akurat dan standart erornya dapat diketahui, selain hal
tersebut pengulangan 10 kali dilakukan bertujuan agar memperoleh data yang
lebih tepat dan akurat sampai mendekati dimana suata keadaan sebenarnya, sebab
banyak sekali faktor yang dapat mengurangi keakuratan hasil sehingga
menghitung atau memperkirakan sesuatu yang ada di alam bebas sangatlah sulit.
Pada praktikum kali ini penggunaan tiga rumus yang berbeda yaitu Peterson,
Schnabel dan Schumacher-eschmeyer bertujuan untuk membandingkan dari
ketiga rumus tersebut yang memiliki hasil perhitungan mendekati hasil
sebenarnya. Ketiga rumus tersebut dapat diketahui perbedaannya ketika
digunakan. Metode Peterson digunakan dengan cara menangkap sejumlah
individu dari suatu populasi hewan yang akan diteliti. Hewan yang tertangkan
selanjutnya diberi tanda, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang
pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang
tertangkap. Dua kali penangkapan dapat dianggap telah menggambarkan ukuran
populasi.
Pada metode Schnabel sebenarnya mirip dengan metode Peterson, namun
metode Schnabel dianggap lebih akurat. Hal ini dikarenakan metode Schnabel
memperbaiki keakuratan dari metode Peterson. Pada metode Schnabel memiliki
asumsi yang sama dengan metode Peterson, asumsi juga meliputi ukuran populasi
yang harus konstan dari periode sampling dengan periode yang berikutnya. Pada
metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Dan untuk setiap
sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan
kembali. Sedangkan pada metode Schumayer dan Eschmeyer menggunakan

17
metode tangkap lepas (capture and recapture methode). Metode ini dianggap
lebih akurat karena dapat mengetahui sebarannya, mengestimasi populasi, serta
dapat mengetahui panjang suatu umur (longevity). Selain itu juga dapat
memfasilitasi perbandingan antar bentuk populasi di bawah kondisi lingkungan
yang berbeda karena angka kematian dan kelahirannya dapat diketahui.
Berdasarkan hasil yang didapatkan menggunakan perhitungan ketiga rumus
yakni Peterson, Schnabel dan Eschmeyer-Sumacher, maka untuk nilai estimasi
populasi dengan menggunakan bahan simulasi berupa beras didapatkan sebesar
10914,52 untuk rumus Peterson, 1184,020179 untuk rumus Schnabel,
1411929,295 untuk Eschmeyer dan 134,5751323 untuk Sumacher. Untuk nilai
populasi beras di alam sebesar 4081. Maka jika kita bandingkan nilai populasi di
alam atau yang sesugguhnya dengan hasil perhitungan menggunakan ketiga
rumus tersebut, yang paling mendekati dengan nilai sesungguhnya ialah hasil dari
perhitungan menggunakan rumus Schnabel yakni 1184.
Teori yang ada megataka bahwa rumus Peterson menganggap hanya satu
pelepasan dan menangkap kembali, dan restorasi ini melibatkan sejumlah besar
tanda dan penangkapan kembali. Sedangkan rumus Schnabel mengatakan bahwa
rumus Schnabel merupaka rumus yang mengasusmiskan bahwa :
Populasi tertutup (yaitu tidak ada kematian, perekrutan, kematian,
imigrasi atau emigrasi)
Probabilitas tertangkap sama untuk setiap hewan dalam populasi
Penangkapan tidak terpengaruh oleh tanda yang digunakan
Hewan tidak kehilangan nilai mereka antara periode pengambilan
sampel
Sampel kedua memiliki semua tanda penangkapan kembali yang
dilaporkan ketika tertangkap (Stokesbury, 2009).
Rumus Schnabel ini pula merupakan perbaikan dari rumus peterson yang
mana pada rumus ini juga sudah terdapat standart error perhitungan yang
dilakukan. Namun rumus yang memungkinkan mendekati dengan hasil di alam
yakni rumus Eschmeyer-Sumacher. Metode Schumacher dan Eschmeyer adalah
mirip dengan model Schnabel dan memiliki asumsi model yang sama, namun

18
memiliki keunggulan dalam bahwa dapat diperkirakan sebagai regresi linear.
Model Schnabel disusun ulang sebagai fungsi linear di mana kebalikan dari
penurunan menjadi perkiraan populasi, sehingga istilah kesalahan yang akan
ditambahkan. Jadi ketiga rumus menurut ketiga ahli tersebut berbeda dan semakin
menyempurnakan teori-teori sebelumnya sehingga menjadi lebih akurat di
gunakan untuk mengestimasikan suatu populasi. Menurut Stokesbury (2009), dari
tiga model rumus tersebut, model Schnabel adalah titik awal terbaik untuk
analisis.
Berdasarkan hasil yang didapatkan menggunakan perhitungan ketiga rumus
yakni Peterson, Schnabel dan Eschmeyer-Sumacher, maka untuk nilai estimasi
populasi dengan menggunakan bahan simulasi berupa beras didapatkan sebesar
10914,52 untuk rumus Peterson, 1184,020179 untuk rumus Schnabel,
1411929,295 untuk Eschmeyer dan 134,5751323 untuk Sumacher. Untuk nilai
populasi beras di alam sebesar 4081. Maka jika kita bandingkan nilai populasi di
alam atau yang sesugguhnya dengan hasil perhitungan menggunakan ketiga
rumus tersebut, yang paling mendekati dengan nilai sesungguhnya ialah hasil dari
perhitungan menggunakan rumus Schnabel yakni 1184.
Teori yang ada megataka bahwa rumus Peterson menganggap hanya satu
pelepasan dan menangkap kembali, dan restorasi ini melibatkan sejumlah besar
tanda dan penangkapan kembali. Sedangkan rumus Schnabel mengatakan bahwa
rumus Schnabel merupaka rumus yang mengasusmiskan bahwa :
Populasi tertutup (yaitu tidak ada kematian, perekrutan, kematian,
imigrasi atau emigrasi)
Probabilitas tertangkap sama untuk setiap hewan dalam populasi
Penangkapan tidak terpengaruh oleh tanda yang digunakan
Hewan tidak kehilangan nilai mereka antara periode pengambilan
sampel
Sampel kedua memiliki semua tanda penangkapan kembali yang
dilaporkan ketika tertangkap (Stokesbury, 2009).
Rumus Schnabel ini pula merupakan perbaikan dari rumus peterson yang
mana pada rumus ini juga sudah terdapat standart error perhitungan yang

19
dilakukan. Namun rumus yang memungkinkan mendekati dengan hasil di alam
yakni rumus Eschmeyer-Sumacher. Metode Schumacher dan Eschmeyer adalah
mirip dengan model Schnabel dan memiliki asumsi model yang sama, namun
memiliki keunggulan dalam bahwa dapat diperkirakan sebagai regresi linear.
Model Schnabel disusun ulang sebagai fungsi linear di mana kebalikan dari
penurunan menjadi perkiraan populasi, sehingga istilah kesalahan yang akan
ditambahkan. Jadi ketiga rumus menurut ketiga ahli tersebut berbeda dan semakin
menyempurnakan teori-teori sebelumnya sehingga menjadi lebih akurat di
gunakan untuk mengestimasikan suatu populasi. Menurut Stokesbury (2009), dari
tiga model rumus tersebut, model Schnabel adalah titik awal terbaik untuk
analisis.
Dalam praktikum kali ini bahan yang digunakan adalah dua jenis beras
berbeda warna yaitu beras merah dan beras putih, dimana penggunaan warna
beras yang berbeda berfungsi sebagai penanda, yaitu beras warna putih sebagai
hewan yang ada di populasi, sedangkan beras yang berwarna merah berfungsi
sebagai hewan yang tertangkap dan ditandai untuk dilepas kembali dengan asumsi
bahwa beras tersebut mampu membaur secara homogen di dalam suatu populasi.
Dalam penentuan ukuran suatu sampel hal penting yang dibutuhkan untuk
mengestimasi sebuah parameter populasi yaitu suatu ukuran dari variasi populasi
yang akan diukur. Setelah mengukur suatu variasi dalam populasi tersebut maka
dapat dihitung tingkat representatifnya dimana yang dimaksud dengan
representatif adalah suatu perwakilan atau mewakili dari sampel polpulasi
tersebut. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat representatif
sampel dan salah satu cara tersebut adalah dapat dilihat dari ukuran sampelnya.
Dimana semakin besar varians dalam populasi maka semakin besar pula jumlah
sampel yang diperlukan untuk menghasilkan ketetapan estimasi. Tingkat
representatif sampel juga dapat diukur berdasarkan standar erornya, dan standar
eror ini dipengaruhi oleh banyaknya sampel yaitu semakin banyaknya sampel
maka standar erornya semakin kecil dan sampel semakin representatif dan
sebaliknya.

20
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Estimasi besarnya populasi dapat diperoleh dengan menggunakan metode
Capture Mark Release Recapture. Metode Capture Mark Release
Recapture adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan
menangkap kembali. Rumus yang digunakan menghitung rumus Peterson,
rumus Schnabel, dan rumus Scumacher dan Eschumyer.
2. Pada praktikum kali ini metode digunakan untuk mengestimasi populasi
yang diwakili dengan menggunakan beras merah dan beras putih. Pertama
melakukan perhitungan beras putih yang utuh untuk mengetahui populasi
awal lalu mengambil beras putih menggunakan sendok dan meratakan
beras pada sendok, kemudian menghitung beras putihnya, dan mengganti
dengan beras merah sejumlah beras putih yang diambil. Perlakuan ini
dilakukan sebanyak 9 kali pengulangan. Pengulangan ini bertujuan untuk
mengetahui estimasi populasi yang akurat sehingga dapat melakukan
estimasi sesungguhnya pada suatu ekosistem.
3. Ketiga rumus perhitungan memiliki metode yang berbeda-beda. Rumus
perhitungan yang digunakan mulai dari rumus dasar Peterson, hingga
rumus yang semakin disempurnakan yaitu dari rumus Schnabel dan
dikembangkan hingga rumus Scumacher dan Eschumyer.
4. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membandingkan 3 rumus
perhitungan. Maka rumus perhitungan yang paling mendekati adalah
menggunakan metode Schnabel. Nilai populasi sesungguhnya yang
diperoleh adalah 736 sedangkan nilai dari hasil perhitungan menggunakan
rumus Peterson adalah 10914,52 sedangkan jika menggunakan rumus
Schnabel nilainya 1184,020179 dan menggunakan Schumacher dan
Eschmeyer diperoleh hasil rata-rata 156881,0327. Sehingga yang paling
mendekati adalah rumus metode Schnabel.
5.2 Saran

21
Sebaiknya pada saat praktikum menggunakan beras dengan kualitas tinggi
agar memudahkan dalam melakukan penghitungan beras dan lebih efisien. Serta
memberi lebih banyak waktu untuk menghitung beras karena memerlukan waktu
yang cukup lama.

22
Daftar Pustaka

Adinata, Yudi. 2014. Estimasi Dinamika Populasi Sapi Potong yang Dipelihara di
Areal PerkebunanKelapa Sawit di Kalimantan Selatan. Jurnal Sains
Dasar. Vol 3 No 2: 183-189. PT Agro Grup.

Anshoriy, Sudarsono. 2008. Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Jawa.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Aritonang, Irianto., etc. 2005. Aplikasi Statistika Dalam Pengolahan dan Analisis
Data Kesehatan. Yogyakarta: Media Pressindo.

Rajab. 2013. Dinammika Populasi Sapi Potong Di Kabupaten Raja Ampat. Jurnal
Ilmu Trnak dan Tanamnan. Vol 3 No 1: 30-34. Ambon.

Safitri, Gina., Dasari, Dadan., dan Agustina, Fitriani. 2016. Penerapan Metode
Schnabel Dalam Mengestimasi Jumlah Anggota Populasi Tertutup (Studi
Kasus Perhitungan Populasi Ikan Mola-mola). Jurnal Euramatika, Vol. 4,
No. 1 2016.

Shokouhi, Milad. 2011. Federated Search. Boston: Now publisher.

Stokesbury, Kevin. 2009. Mark-Recapture Analysis of American Lobster in Rhode


Island Sound. Dartmouth: School for Marine Science and Technology
(SMAST), University of Massachusetts Dartmouth, 200 Mill Road,
Fairhaven MA.

Suprayogi, Dawam. 2010. Simulasi Estimasi Populasi Hewan. Jambi. Program


Studi Pendidikan Biologi Universitas Jambi.

Tobing, Imra. 2014. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata.
Jurnal Biologi. Vol 1 No 1: 43-52. Jakarta.

23

You might also like