You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

ACARA IV

ANALISIS VEBETASI GULMA

Oleh :

Nama : Eka Sulistia Rini

NIM : A1L111028

Rombongan : P4

Asisten : Ankardiansyah Pandu

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2012
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkaitan dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena
mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena
batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman
berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap
gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di
sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun
pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun
demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan
alang-alang.Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya
dikenal sebagai ilmu gulma.
Gulma merupakan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang
tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia.
Kerugian yang ditimbulkan antara lain pengaruh persaingan (kompetisi)
mengurangi ketersediaan unsur hara tanaman mendorong efek alelopati. Gulma
didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diingikan
oleh manusia. Dengan demikian apa saja yang termasuk tanaman budidaya, dapat
dipandang sebagai gulma apabilah tumbuh pada tempat yang tidak diingkan.
Tumbuhan yang lebih lazim sebagai gulma biasanya cenderung mempunyai sifat-
sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkanya untuk mudah tersebar luas dan
mampuh menimbulkan kerugian dan gangguan.
Gulma dapat berkembang biak secara vegetatif maupun generatif dan biji
yang dihasilkan secara vegetatif maupun generatif adalah dengan
hizoma,stolon,dll. Pembiakan melalui spora umumnya dilakukan oleh bangsa
pakisan sedangkan pembiakan biji dilakukan oleh bangsa gulma semusim atau
tahunan. Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah
dibandingkan dengan tanaman budidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan
sifat umum gulma. Tumbuhan yang bepotensi sebagai gulma cenderung mempunyai
cii tetentu yang memungkinkan untuk mudah tesebar luasdan mampu
maenimbulkan ganguan kerugian.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing
dengan tanaman budidaya.
2. Untuk mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma, dan dominasi suatu
vegetasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan


pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan
gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu
tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu
pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak
mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat
menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula
dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman
monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari
keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan
dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Ilmu yang mempelajari
gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma. (Gembong,
1987)

Gulma dapat berkembang biak secara vegetatif maupun generatif dan biji
yang dihasilkan secara vegetatif maupun generatif adalah dengan hizoma,stolon,dll.
Pembiakan melalui spora umumnya dilakukan oleh bangsa pakisan sedangkan
pembiakan biji dilakukan oleh bangsa gulma semusim atau tahunan. Sifat gulma
umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman
budidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat umum gulma. Tumbuhan
yang bepotensi sebagai gulma cenderung mempunyai cii tetentu yang memungkinkan
untuk mudah tesebar luasdan mampu maenimbulkan ganguan kerugian. Biasanya
orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok:
teki-tekian
rumput-rumputan
gulma daun lebar.
Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi
khusus untuk mengendalikannya.(Wigena, 1995).

Gulma teki-tekian

Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik
karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan.
Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat
efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang
lintang batang berbentuk segitiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang
berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik
tumbuh tersembunyi. Kelompok ini gila sekali mencakup semua anggota Cyperaceae
(suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus),
udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus. (Moenandir, 1988)

Gulma Rerumputan

Gulma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak
dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak
langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat
dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk
pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gulma rerumputan
(grasses), teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma
rurumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae (poaceae). Ukuran gulma
golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau
tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang
terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antara ruas
daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun., contoh gulama
rerumputan Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih
banyak lagi. Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari famili Cyperaceae.
(moenandir, 1988)

Golongan ini dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan,


bedanya terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk
segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping di
dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus compresus.
Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum conyzoides,
Euparotum odorotum. Berdaarkan habita tunbuhanya, dikenal gulma darat, dan gulma
air. Gulma darat merupakan gulma yang hidu didarat, dapat merupakan gulma yang
hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya dapat melalui
biji atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum
conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air
merupakan gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi
tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes,
Silvinia) spp, gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan
gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).
(Moenandir, 1988)

Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam


kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi
terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem
pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama
pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa,
serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata
L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan
putri malu (Mimosa pudica). (Moenandir, 1988)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan antara lain : lahan sawah dan lahan, buku
deskripsi gulma atau herbarium, alat square method ukuran 50 cm x 50 cm,
kantong plastik dan alat tulis, amplop, oven.
B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada acara ini adalah :
1. Buat petak contoh dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan alat square method
ada lahan sawah dan lahan kering
2. Lemparkan pada lahan, kemudian cabut jenis gulma yang tumbuh pada petak
tersebut
3. Masukkan gulma tersebut ke dalam kantong plastic
4. Lakukan hal tersebut sebanyak masing-masing lima kali pada lahan kering
dan lahan basah
5. Identifikasi jenis gulma yang ada menggunakan buku deskripsi berdasarkan
ciri morfologinya, tulis nama spesiesnya serta jumlah spesies tanaman yang
didapat pada masing-masing petak
6. Bungkus masing-masing spesies menggunakan kertas koran, kemudian oven
selama 24 jam.
7. Setelah kering, timbang tanaman tersebut untuk mengetahui bobot keringnya
8. Hitung Kr (Kerapatan Relatif), Fr (Frekuensi Relatif) dan Dr (Dominansi
Relatif) untuk lahan kering dan lahan basah.
B.Pembahasan
Pada praktikum ini, ada banyak macam gulma yang kami peroleh, diantaranya :
1. Mimosa Pudica
Klasifikasi :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Familia : Mimosaceae

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica L.

Ekologi :

Putri malu merupakan herba memanjat atau berbaring atau setengah


perdu dengan tinggi antara 0,3 1,5 m.Putri malu tumbuh liar di pinggir
jalan, tempat tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Tumbuhan asli
Amerika tropis ini dapat ditemukan pada ketinggian 1 1200 m dpl.

Morfologi :

Daun berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna.


Jumlah anak daun setiap sirip 5 26 pasang. Helaian anak daun berbentuk
memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata,
permukaan atas dan bawah licin, panjang 6 16 mm, lebar 1 3 mm,
berwarna hijau, umumnya tepi daun berwarna ungu. Jika daun tersentuh
akan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat dengan
panjang 4 5, 5 cm. Batang bulat, berambut, dan berduri tempel. Batang
dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah. Akar berupa akar
pena yang kuat. Bunga berbentuk bulat seperti bola, bertangkai, berwarna
ungu/merah. Kelopak sangat kecil, bergigi 4, seperti selaput putih. Tabung
mahkota kecil, bertaju 4, seperti selaput putih. Buah berbentuk polong,
pipih, seperti garis. Biji bulat dan pipih.(Sastroutomo, 1990)

Putri malu atau dalam bahasa ilmiah Mimosa pudica L. adalah


tumbuhan dengan ciri daun yang menutup dengan sendirinya saat disentuh
dan membuka kembali setelah beberapa lama. Tanaman berduri ini
termasuk dalam klasifikasi tanaman berbiji tertutup (angiospermae) dan
terdapat pada kelompok tumbuhan berkeping dua atau dikotil. Tumbuhan
berdaun majemuk menyirip dan daun bertepi rata ini memiliki letak daun
yang behadapan serta termasuk dalam suku polong-polongan.
(Sastroutomo, 1990)

Tanaman ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai sifatnya


tersebut. Di antaranya makahiya (Filipina, berarti malu), Mori Vivi (West
Indies), nidikumba (Sinhala, berarti tidur), mate-loi (Tonga, berarti pura-
pura mati) . Dalam bahasa Cina tanaman ini berarti rumput pemalu.
Pudica sendiri dalam bahasa latin berarti for malu atau menciut. Keunikan
dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan
akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan
tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga bisa dirasakan
daun lain yang tidak ikut tersentuh.(Sastroutomo, 1990)

Gerak ini disebut seismonasti, yang walaupun dipengaruhi


rangsang sentuhan (tigmonasti), sebagai contoh, gerakan tigmonasti daun
putri malu tidak peduli darimana arah datangnya sentuhan. Tanaman ini
juga menguncup saat matahari terbenam dan merekah kembali setelah
matahari terbit. Tanaman putri malu menutup daunnya untuk melindungi
diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang ingin memakannya.
Warna daun bagian bawah tanaman putri malu berwarna lebih pucat,
dengan menunjukkan warna yang pucat, hewan yang tadinya ingin
memakan tumbuhan ini akan berpikir bahwa tumbuhan tersebut telah layu
dan menjadi tidak berminat lagi untuk memakannya. (Sastroutomo, 1990)

2. Eleusine indica (Rumput belulang)

Klasifikasi :

Nama daerah : Jukut carulang (Sunda), Suket welulang (Jawa)

Habitat : Lahan padi

Nama lokal : Rumput Belulang

Nama lain : Goose grass, Bull grass, Crab grass

Kingdom : Plantae

Famili : Graminae / Poceae

Genus : Eleusine

Ordo : Glumitiorae

Divisio : Magnoliophyta

Identifikasi : merupakan gulma yang tergolong rerumputan.

Ekologi :
Semusim, Berumur pendek, Berkembangbiak dengan biji, Dapat
tumbuh pada 200 m dpl. Dominan pada tanaman kacang-kacangan.

Morfologi :

Mempunyai batang yang selalu berbentuk cekungan, menempel pipih,


Pelepah menempel kuat, lidah daun pendek seperti selaput dan tumbuh
dalam rumpun, dan batang seringkali bercabang. Daun terdiri dari dua baris,
tetapi kasar pada tiap ujung. Pada pangkal helai daun berambut. Bunga,
bulir menjari 3 5, berkumpul pada sisi poros yang bersayap dan bertunas.
Anak bulir berseling-seling, tersusun seperti genting. Akan cepat tumbuh
bila mendapat air dan cahaya yang cukup banyak. Sangat peka pada keadaan
lingkungannya.( Moenandir, 1988).

3. Agerantum coryzoides (babandotan / wedusan)

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum

Spesies : Ageratum conyzoides L.

Identifikasi : Babandotan merupakan gulma berdaun lebar.

Morfologi :

Batang : Tegak atau terbaring.


Daun : Tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi
beringgit, panjang 3 4 cm, lebar 1 2 cm, pertulangan
menyirip, tangkai pendek, hijau.
Bunga : Majemuk, di ketiak daun, bongkol menyatu menjadi
karangan, bentuk malai rata, panjang 6 8 mm, tangkai
berambut, kelopak berbulu, hijau, mahkota bentuk lonceng,
putih atau ungu.
Buah : Padi, bulat panjang, bersegi lima, gundul atau berambut
jarang, hitam.
Biji : Kecil, hitam.
Akar : Tunggang, putih kotor.
Ekologi :
Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan
hingga subtropika. Didatangkan ke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah
menyebar luas di Indonesia. Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan
pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi
jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga
ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga sepanjang tahun dan dapat
menghasilkan hingga 40.000 biji per individu tumbuhan. Karenanya, gulma
ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan. Di luar Indonesia,
bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia
Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat. (Sukman, 1991)
4. Cynodon doctylon (Grintingan)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Cynodon
Spesies : Cynodon dactylon

Identifikasi : termasuk gulma dalam famili suku rumput-rumputan.


Morfologi :
Merupakan rumput tahunan, membentuk tikar tebal dengan cara
stolons dan rimpang. batang berakar pada node yang lebih rendah. Bila daun
diratakan dengan ujung yang tajam, dan berbulu atau berbulu (berbulu).
Selubung daun bulat dan berbulu; ligula memiliki cincin rambut atau
membran pendek. Perbungaan terdiri dari 3-7 ramping panjang hingga 60
mm. Berbunga waktu dari bulan Maret sampai September.
Ekologi :
Cynodon dactylon terdapat pada hampir semua jenis tanah terutama
pada tanah yang subur, misalnya tanah liat. Hal ini umum di daerah seperti
kebun, pinggir jalan, overgrazed, daerah diinjak-injak, tanah digarap, daerah
dengan tingkat tinggi nitrogen, dan sering ditemukan di situs lembab di
sepanjang sungai. Sangat cocok untuk budidaya pada kondisi lahan kering.
5. Ottchloa nodosa (Rumput Sarang Buaya)

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Ottochloa
Spesies : Ottochloa nodosa
Identifikasi : merupakan gulma yang tergolong dalam gulma rumput-
rumputan.
Morfologi : Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.

Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua


deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian
yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk
garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan
jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. Dasar
karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat
bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir
tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-
tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun
pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar
disebut lemna dan yang kecil disebut palea.

Ekologi : dapat tumbuh dimana saja, di sawah maupun di kebun.


6. Panicum repens
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Panicum
Spesies : Panicum repens
Identifikasi : gulma ini merupakan golongan rumput-rumputan.
Morfologi :
Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun
soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun
sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun
biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering
kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. Dasar
karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau
tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih
bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh
sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar
disebut lemna dan yang kecil disebut palea. Buah disebut caryopsis atau
grain.

Ekologi : dapat tumbuh di sawah dan di kebun.


7. Amaranthus spinosus (Bayam Berduri)
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus: Amaranthus
Spesies: Amaranthus spinosus
Identifikasi : Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan
Pteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.
Morfologi :

Akar tanaman bayam duri sama seperti akar tanaman bayam pada
umunya, yaitu memiliki sistem perakaran tunggang. Batang tanaman bayam
duri ini kecil berbentuk bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak bisa
mencapai satu meter dan percabangannya monopodial. Batangnya berwarna
merah kecoklatan. Yang menjadi ciri khas pada tanaman ini adalah adanya
duri yang terdapat pada pangkal batang tanaman ini. Daun spesies ini
termasuk daun tunggal. Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur
memanjang (ovalis). Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5
sampai 3,2 cm. Ujung daun obtusus dan pangkal daun acutus. Tangkai daun
berbentuk bulat dan permukaannya opacus. Panjang tangkai daun 0,5
sampai 9,0 cm. Bentuk tulang daun bayam duri penninervis dan tepi
daunnya repandus. Merupakan bunga berkelamin tunggal, yang berwarna
hijau. setiap bunga memiliki 5 mahkota. panjangnya 1,5-2,5 mm. Kumpulan
bunganya berbentuk bulir untuk bunga jantannya. Sedangkan bunga betina
berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang. Bunga ini termasuk bunga
inflorencia. Berbentuk lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm. Biji
berwarna hitam mengkilat dengan panjang antara 0,8 - 1 mm. (bembong,
1987)

Ekologi : dapat tumbuh dimana saja, terutama di kebun.


8. Euporatrium riparium reg
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiacea
Marga : Euphorbia
Morfologi :
Terna, tegak atau memanjat, tinggi lebih kurang 20 cm, batang
berambut, percabangan selalu keluar dan pangkal batang dan tumbuh
ke atas, warna merah atau keunguan. Daun berbentuk jonong
meruncing sampai tumpul, tepi daun bergerigi. Perbungaan bentuk
bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna dadu atau
merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina
dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdini atas empat
bunga jantan. (Tjitrosoedirdjo, 1984)
9. Cleome rutidosperma (mamang)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Capparaceae
Genus : Cleome
Spesies : Cleome viscosa L.
Morfologi dan ekologinya :
Herba tegak, merambat atau tumbuh merangkak tinggi 0.15-
0,80 m, berbunga sepanjang tahun. Daun mahkota bunga dengan ujung
runcing seperti cakar, panjang 9-12 mm; di Jawa berwarna biru; bulu-
bulu halus yang pendek; tangkai buah 20-30 mm; batang (berbentuk
kapsul) yang masak berada di atas goresan daun berangsur-angsur
meruncing seperti paruh; diameter biji 1,75-2 mm, elaiosom
keputihan; helaian daun biasanya 3, bentuk daun memanjang atau
bulat memanjang, tajam atau tumpul, dengan bulu-bulu tebal pendek;
batang 0,5-2 cm dengan duri tipis. Dikenal dengan nama Maman ungu
atau Maman lelaki. (Sukman, 1991)
10. Croton hirtus
Klasifikasi :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Croton
Jenis : Croton hirtus L.
11. Erechtites valerianifolia
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Plants
Subkingdom : Tracheobionta Vascular plants
Superdivision : Spermatophyta Seed plants
Division : Magnoliophyta Flowering plants
Class : Magnoliopsida Dicotyledons
Subclass : Asteridae
Order : Asterales
Family : Asteraceae Aster family
Genus : Erechtites Raf. burnweed P
Species : Erechtites valerianifoli
12. Teki (Cyperus rotundus)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus
Morfologi :
Berakar serabut yang tumbuh menyamping dengan membentuk umbi
yang banyak, tiap umbi mempunyai mata tunas, batang tumbuh tegak dan
berbentuk tumpul atau segitiga, memiliki ciri bentuk pita dengan
pertulangan daun sejajar tidak mempunyai ligula atau aurikula, arah daun
tersebar merata mengelilingi batang, serta penampang daun berbentuk huruf
V. Gulma ini hampir selalu ada di sekitar tanaman budidaya karena dapat
berkembangbiak melalui biji, umbi akar dan rhizoma yang sangat sulit
untuk dikendalikan secara mekanis. Dalam persaingan dengan tanaman
budidaya, gulma menghasilkan zat allelopati yang dapat meracuni atau
menekan pertumbuhan tanaman budidaya. (Sastroutomo, 1990).
13. Sawi langit (Vernonia cinerea)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Vernonia
Spesies : Vernonia cinerea Less.
Identifikasi : merupakan gulma berdaun lebar.
Morfologi :
Memiliki akar tunggang. Daunnya tepinya bergerigi.
Manfaat :
Sawi langit bersifat pahit, manis dan sejuk. Tanaman ini di gunakan
sebagai penenang, anggota famili Compositae ini berfaedah untuk
mengatasi demam, panas, batuk, disentri, hepatitis, lelah tak bersemangat,
susah tidur. Selain itu, sawi langit dimanfaatkan untuk obat luar seperti
mengobati bisul, gigitan ular, luka terpukul dan kesleo. Kandungan kimia
tanaman ini belum banyak diketahui. (Wigena, 1995).
14. Tridax procumbens L
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Tridax
Spesies : Tridax procumbens L.
Morfologi :
Radix (akar) Sistemnya radix primaria (akar tunggang). Bentuknya
fusiformis (tombak) dan menjalar pada pangkalnya. Arah tumbuh
batangnya erectus (tegak lurus). Percabangannya monopodial. Arah
tumbuh cabangnya patens (condong ke atas).
Warna batang hijau kecoklatan. Daun tak lengkap, merupakan daun
bertangkai karena hanya punya petiolus (tangkai) dan lamina
(helaian daun). Permukaan daun: hispidus (berbulu kasar). Warna
daun hijau tua. Merupakan folium compositum (daun majemuk)
sehingga dimasukkan pula ke suku Compositae. Termasuk abrupte
pinnatus (daun majemuk mennyirip genap). Phyllotaxis (tata letak
daun): opposite (berhadapan bersilang).
Ekologi :
Merupakan tumbuhan jenis rumput atau gulma dan termasuk
herba berbiji. Tumbuh di daerah tropis, banyak ditemukan di lereng
gunung, dan terutama tumbuh saat musim hujan. Biasa dikenal
sebagai coatbutton atau cadillo chisaca dan di Indonesia (terutama di
Jawa) biasa disebut Songgolangit. (Monandir, 1988)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan :

Dari data hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa
hal mengenai identifikasi dan analisis vegetasi gulma, yaitu sebagai berikut :
1. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
2. Gulma mempunyai nilai positif yang memberikan keuntungan bagi tanaman
budidaya, yaitu :
a. Gulma dapat mengurangi resiko erosi yang terjadi di areal pertanaman
tanaman budidaya
b. Gulma dapat menjadi inang hewan predator bagi hama hama yang
merusak tanaman. Gulma juga dapat berperan sebagai LCC (Legume
cover crop).
3. Analisis vegetasi menggunakan parameter kuantitatif yang terdiri dari
kerapatan, frekuensi, dominansi dan koefisien komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press,


Jakarta.
- . 1993. Ilmu Gulma : dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Nata wigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya,
Bandung.
Sastroutomo, Sutikno. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia : Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

You might also like