You are on page 1of 8

Bagian pembahasan tulisan ini akan dijelaskan tentang masyarakat desa dan bagaimana peran

penting pendidikan formal dalam pembangunan masyarakat desa serta faktor yang menyebabkan
sulitnya akses pendidikan formal di pedesaan. Ada banyak kemungkinan yang menjadikan kendala
bagi mereka untuk memperoleh pendidikan formal. Salah satunya karena kondisi ekonomi orang
tua yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah. Seperti yang kita ketahui pendapatan
masyarakat di desa sangat minim yang hanya mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Hal inilah
yang perlu menjadi catatan bahwa biaya pendidikan formal saat ini perlu dipertimbangkan supaya
masyarakat desa bisa mendapatkan pendidikan secara maksimal. Apalagi di era modern seperti ini
diperlukan generasi bangsa yang intelektuil untuk meneruskan dan memajukan negara ini. Sangat
disayangkan jika anak-anak di desa yang kelak akan menjadi penerus bangsa ini tidak
mendapatkan pendidikan yang selayaknya mereka dapatkan. Sebagai penerus bangsa ke depan
mereka berhak mendapatkan pendidikan yang maksimal tidak hanya sekedar pendidikan dasar dan
menengah, namun sampai perguruan tinggi seperti tujuan negara ini yang tercantum dalam alenia
ke-4 UUD 1945. Yang menekankan bangsa Indonesia ini harus cerdas untuk menghadapi
tantangan zaman.
Masyarakat desa mampu cerdas dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai.
Karena dengan adanya sarana dan prasarana yang layak untuk proses belajar mengajar
memberikan dukungan anak didik untuk mengembangkan dan memajukan potensi yang dimiliki.
Misalnya, fasilitas buku dan komputer. Dengan adanya buku sebagai bahan pustaka memberikan
akses kepada anak didik untuk memperluas pengetahuan dan cakrawalanya. Sedangkan dengan
komputer mereka dapat lebih mengetahui iptek dan menggali pengetahuan yang lebih luas.
Sehingga anak didik mampu meningkatkan prestasi yang setinggi-tingginya. Sarana dan prasarana
ini diharapkan dapat membentuk anak didik mampu mewujudkan cita-cita bangsa kelak.
Harapan dan cita-cita bangsa dapat terwujud apabila bangsa ini benar-benar mendapatkan
pendidikan yang maksimal. Serta adanya partisipasi dari masyarakatnya sendiri untuk belajar
dengan sungguh-sungguh. Dan pemerintah yang membantu memfasilitasi sarana dan
prasarananya. Perlu adanya dukungan dari semua pihak supaya kegiatan belajar mengajar di desa
dapat berjalan dengan lancar. Salah satu upaya pemerintah dalam membantu pendidikan di desa
yaitu program wajib belajar sembilan tahun, dana BOS, dan bantuan lainya. Namun, semua itu
ternyata belum mampu mengatasi permasalahan pendidikan di desa. Kenyaataanya masyarakat
desa masih banyak yang belum bersekolah maupun yang tidak melanjutkan sekolah. Hal ini perlu
adanya perhatian dan penanganan khusus dari pemerintah supaya masalah pendidikan di desa bisa
teratasi. Oleh karena itu, Tujuan saya menulis artikel ini adalah supaya masyarakat desa bisa
mendapatkan pendidikan formal secara maksimal bukan hanya tingkat pendidikan dasar tapi
mereka bisa melanjutkan pendidikan mereka sampai tingkat Universitas. Dan dalam artikel ini
saya mencoba memberikan solusi atas permasalahan yang ada dalam masyarakat desa terkait
pendidikan formal.

Masyarakat Desa dan Pendidikan Formal


Masyarakat desa pada umumnya masih terikat oleh tradisi leluhur yang turun temurun.
Masayakat desa yang masih terbelenggu dengan tradisi menyebabkan sulitnya berfikir ke depan.
Pandangan hidup yang berpangkal pada tradisi semacam ini sulit untuk digoyahkan apalagi
diruntuhkan. Secara umum kehidupan di desa memiliki berbagai karakteristik. Pertama, mereka
bersifat homogen dalam mencari mata pencaharian, nilai-nilai kebudayaan. Kedua, kehidupan
masyarakat lebih menekankan pada keluarga dalam masalah ekonomi, tidak hanya bapak tapi
seluruh anggota keluarga ikut mencari nafkah. Anak usia sekolah pun ikut bekerjasama dalam
mencari nafkah meski tidak secara langsung. Mereka ikut dalam hal menjaga adik, menjaga rumah
dan lain-lain. Ketiga, dilihat dari faktor geografi sangat berpengaruh terhadap kehidupan,
misalnya keterkaitan tanah atau desa kelahiranya. Keempat, hubungan antar masyarakat bersifat
intim seperti yang dapat kita lihat dari jumlah keluarga inti yang lebih besar.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat (2005), masyarakat di pedesaaan merupakan sebuah
komunitas kecil yang memiliki ciri-ciri yang khusus dalam pola tata kehidupan, ikatan pergaulan
dan seluk beluk masyarakat pedesaan, yaitu 1) para warganya saling mengenal dan bergaul secara
intensif, 2) karena kecil, maka setiap bagian dan kelompok khusus yang ada di dalamnya tidak
terlalu berbeda antara satu dan lainnya, 3) para warganya dapat menghayati lapangan kehidupan
mereka dengan baik. Selain itu masyarakat pedesaan memiliki sifat solidaritas yang tinggi,
kebersamaan dan gotong royong yang muncul dari prinsip timbal balik. Artinya sikap tolong
menolong yang muncul pada masyarakat desa lebih dikarenakan hutang jasa atau kebaikan.
Pendidikan sangat penting demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, terutama
masyarakat desa. Sebelum menuju seberapa pentingnya pendidikan bagi masyarakat desa kita
perlu tahu pendidikan formal seperti apa. Pendidikan formal sering disebut pendidikan
persekolahan yang berupa sekolah berjenjang dari SD, SMP, SLTA dan PT. Beberapa karakteristik
dalam proses pendidikan yang berlangsung di sekolah antala lain: Satu, Pendidikan
diselenggarakan secara khusus dan di bagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarki
(tingkatan). Dua, Usia anak didik di suatu jenjang bersifat homogeny. Tiga, waktu pendidikan
relatif lama dan sesuai program pendidikan yang harus diselesaikan. Empat, Materi atau isi
pendidikan lebih banyakbersifat akademis dan umum. Lima, Adanya penekanan tentang kualitas
pendidikan sebagai jawaban atas kebutuhan dimasa yang akan datang[1]. Setelah kita tahu
karakteristik pendidikan formal tentu dalam fikiran muncul pertanyaan apa peran dari sekolah atau
pendidikan formal tersebut.
Pendidikan formal memiliki peran dalam masyarakat. Peran sekolah sebagai lembaga yang
membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta
memperbaiki tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Peran sekolah ini dalam
mengembangkan kepribadian anak didik melalui kurikulum, seperti: mendidik dan
mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa
dan negara. dengan adanya peran sekolah masyarakat dapat terbantu dalam memberikan
pendidikan kepada putra-putrinya. selain peran diatas ada beberapa peran sekolah dalam
perkembangan masyarakat yang dikemukakan oleh Sapiyah Faisal dalam bukunya dasar-dasar
pendidikan yaitu sebagai berikut:
1. Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangan melaui pendidikan formal. Kecerdasan sangat penting
dan dibutuhkan oleh setiap masyarakat karena dengan kecerdasan masyarakat mampu
memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan.
2. Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sering mengadakan penelitian-penelitian. Dengan
penelitian masyarakat dapat menemukan suatu penemuan baru dan penemuan baru tersebut dapat
menimbulkan pembaharuan bagi masyarakat.
3. Melahirkan masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan
masyarakat.
Dalam terjun ke masyarakat langsung diperlukan bekal yang matang. Karena itu sekolah sebagai
pendidikan formal menciptakan kurikulum sedemikian rupa yang dapat menghasilkan output yang
siap pakai.
Pendidikan dapat melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat.
Sehingga tercipta hubungan sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat. Sekolah telah
membekali pendidikan berupa pendidikan agama, pendidikan moral pancasila maupun bidang
study yang lain supaya tercipta sikap positif dan konstruktif yang telah lama di dambakan oleh
masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masyarakat dan pendidikan formal tidak bisa
dipisahkan. Marayarakat desa membutuhkan pendidikan formal yang akan membawa masyarakat
lebih bisa meningkatkan taraf hidupnya. Sedangkan pendidikan formal yang ada di desa membuat
kebijakan pemerintah menjadi terlaksana. Semakin banyak pendidikan formal di desa semakin
banyak pula masyarakat desa yang mampu meningkatkan taraf hidup mereka. Adapun pendidikan
formal sebagian besar sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat desa, sebagian terasa tidak
membutuhkan. Asumsi masyarakat desa yang masih kental dengan warisan leluhur menyebabkan
fikiran kolot dan cenderung tidak menghendaki perubahan di tingkat pendidikan. Namun sejatinya
masyarakat desa perlu mendapatkan pendidikan formal selain sebagai sarana pengetahuan juga
memberikan pendidikan tingkah laku dan megubah cara pandang. Dengan memilki pendidikan
masyarakat desa tidak lagi berpandangan seperti para leluhur, mereka bisa lebih membuka fikiran
untuk melihat masa depan.

Seputar Pendidikan Formal di Desa


Pendidikan formal yang ada di desa pada umumnya hanya taman kanak-kanak, sekolah
dasar dan lanjutan. TK, SD dan SMP di desa merupakan pendidikan formal yang dapat di nikmati
oleh masyarakat desa. Meski sarana dan prasarana masih jauh dari kata layak dan nyaman untuk
digunakan aktivitas belajar mengajar. Keprihatinan ini dapat kita lihat di sebuah dusun yang
terletak di kaki gunung Merbabu. TK tersebut menempati ruang kelas SD yang kecil, bangkunya
berwarna coklat kusam dan gurunya mengajar membaca, menulis, berhitung seperti layaknya
guru-guru lainya. Yang menjadi lebih memprihatinkan adalah guru tersebut hanya lulusan SMP
yang tidak mengenyam pendidikan keguruan seperti selayaknya guru[2]. Padahal kehadiran TK
sangat penting dalam mengenalkan anak terhadap dunia luar. Selain itu pembentukan karakter
anak terbentuk sejak anak berada dalam taman kanak-kanak. Karena taman kanak-kanak
memberikan dasar pendidikan kearah perkembangan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
diperlukan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Masa Taman Kanak-kanak
merupakan masa golden periode bagi proses pembentukan karakter anak. Seperti yang
dikatakan oleh Paul Meier, seorang psikiater Kristen bahwa sampai usia 6 tahun 85% karakter
anak telah terbentuk. Penelitian lain juga dilakukan oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan
bahwa 50% potensi anak terbentuk sejak usia 5 tahun dan 30% potensi yang lain terbantuk sampai
usia 8 tahun. Oleh karena itu, pendidikan di taman kanak-kanak sangatlah penting.
Selain taman kanak-kanak, SD dan juga merupakan pendidikan formal yang perlu
mendapatkan perhatian. Tak jauh dari TK, di SD dan SMP di desa masih kekurangan sarana dan
prasarana. Yang sangat menonjol yaitu dari kondisi bangunan yang sudah tua, fasilitas buku-
bukunya pun sedikit dan lusuh. Dengan tidak adanya fasilitas buku yang memadai anak didik rata-
rata tidak berminat mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca. Kadang-kadang mereka
mengunjungi hanya untuk menumpang duduk atau bergurau dengan teman-temannya. Padahal
membaca sangat penting untuk menunjang pengetahuan dan wawasan. Seperti yang dikatakan
George A. Miller (1980) membaca adalah suatu permainan terkaan yang bersifat psikolinguistik
dan didalamnya terdapat interaksi antara pikiran dan bahasa[3]. Selain itu membaca juga dapat
menjernihkan fikiran sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan. Maka dari itu
sangat disayangkan sekali jika siswa-siswa itu tidak minat membaca gara-gara kurangnya buku-
buku yang ada di perpustakaan sekolah.
Setelah mengetahui tentang SD dan SMP, selanjutnya kita beranjak pada SMA. Di desa
pendidikan SMA sangat minim sekali bahkan di beberapa desa yang terdiri dari banyak kampung
hanya terdapat satu SMA. Dan yang sangat menyayat hati siswanya pun sedikit serta fasilitasnya
kurang memadai. Sebelum beranjak dan melihat bagaimana sarana prasarana pendidikan formal di
desa kita perlu tahu apa itu sarana dan prasarana. Sarana merupakan perlengkapan pembelajaran
yang dapat dipindah-pindah. Sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi
sekolah atau madrasah. Selanjutnya sarana prasarana pendidikan tingkat SMA/Madrasah
sekurang-kurangnya harus memiliki ruang kelas, perpustakaan, laboratorium biologi, IPA,
komputer, kimia, bahasa, ruang pemimpin, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah,
konseling, UKS, ruang OSIS, jamban, gudang, sirkulasi dan tempat bermain/olahraga. Jika kita
melihat sarana diatas sebagian kecil saja yang terdapat di SMA/Madrasah di desa. Sungguh sangat
jauh dari kata minimal.
Sebagai contoh di desa saya[4] hanya ada sekolah Madrasah bukan SMA, fasilitasnya
tergolong masih jauh dari minimal. Ruang kelas terbatas, fasilitas tempat ibadah belum punya,
ruang UKS tidak layak karena harus digabung dengan ruang OSIS, tempat olahraga tidak punya
jadi setiap mau olahraga siswa-siswi harus berolahraga kelapangan umum desa dan ruang
perpustakaan pun sempit serta buku-bukunya sedikit. Jadi setiap saya mau mengerjakan tugas dan
membutuhkan sebuah buku sebagai bahan selalu tidak ada, karena buku-bukunya memang
terbatas. Dan kebanyakan bukunya dari sumbangan atau bantuan dari pihak luar. Selain itu
fasilitas laboratorium, di sekolah saya hanya ada laboratorium komputer. Laboratorium IPA tidak
memiliki karena kurangnya dana dari pihak sekolah. Sedangkan laboratorium komputer tidak bisa
di manfaatkan para siswa ketika mereka butuh. Karena laboratorium komputer di sekolah saya
tidak selalu buka setiap hari untuk siswanya, para siswa bisa masuk ke lab komputer kalau ada
praktek komputer saja. Hal ini menyebabkan para siswa di sekolah saya kurang ahli dalam
teknologi. Banyak dari mereka yang Gaptek kalau anak zaman sekarang bilang. Padahal di zaman
globalisasi seperti ini serba menggunakan teknologi.
Dengan teknologi yang terbatas ini cara mengajar di sekolah saya juga masih manual.
Seperti sekolah pada umumnya fasilitas mengajar dengan menggunakan white board atau papan
tulis dan spidol. Cara mengajar guru dengan ceramah yaitu menjelaskan mata pelajaran dengan
menggunakan mulut bukan menggunakan LCD atau sebagainya. Beda dengan sekolah Tingkat
SMA di kota yang seluruh fasilitas tersedia. Fasilitas ruangan yang bagus, gedung kokoh
bertingkat, buku memadai sampai cara mengajar guru sudah modern yaitu menggunakan LCD,
Radio dan alat elektronik lainya. Tak ketinggalan laboratorium komputer, laboratorium IPA dan
laboratorium-laboratorium lain lengkap dan tersedia kapan siswa membutuhkan. Sehingga siswa
dengan mudah mencari bahan-bahan untuk mencari tugas mereka. Dan siswa yang bersekolah di
kota lebih pandai dalam mengakses teknologi karena memang sarana dan prasarananya lengkap.
Kita dapat melihat bagaimana kondisi sekolah yang ada di desa. Perlu adanya perhatian
khusus dari pemerintah supaya masyarakat desa mendapatkan sarana dan prasarana yang layak.
Sehingga anak-anak yang ada di desa lebih maksimal dalam menggembangkan potensi yang ada
dalam diri mereka. Dengan adanya fasilitas yang lengkap anak didik juga mampu meningkatkan
prestasi akademik maupun non akademik mereka. Meningkatnya prestasi anak didik mampu
meningkatkan pendidikan formal masyarakat desa. Karena akan banyak anak didik yang bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi dengan beasiswa. Tanpa para orang tuanya mengeluarkan biaya
pendidikan. jadi, masyarakat desa bisa lebih meningkatkan kehidupan mereka.

Faktor Penghambat Masyarakat Desa Sekolah


Sulitnya akses pendidikan di desa masih terasa sampai saat ini. kenyataanya banyak anak-
anak di desa yang bulum mampu mengakses pendidikan formal. Sebagai contoh banyak anak di
desa yang putus sekolah maupun yang benar-benar tidak mampu untuk sekolah. Hal apa saja yang
membuat anak-anak tersebut tidak bersekolah. Berikut beberapa faktor yang menghambat anak-
anak di desa tidak bersekolah.
Faktor internal:
1. Persepsi orang tua terhadap sekolah
Orang tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan anak-anaknya. Salah satunya pola pikir
orang tua yang sangat mempengaruhi. Para orang tua di desa pa umumya memiliki pendidikan
yang rendah sehingga pola pikir mereka tentang pendidikan pun sangat sempit. Bagi mereka
pendidikan itu cukup hanya sekolah dasar atau maksimal sekolah lanjutan. Selebihnya mereka
menganggap lebih penting bekerja mencari uang. Itulah yang menjadi penghambat anak-anak
tidak bersekolah.
2. Kurangnya ekonomi orang tua
Salah satu faktor penghambat anak tidak bersekolah yaitu faktor ekonomi orang tua. Mata
pencaharian masyarakat desa pada umumnya hanya bertani atau buruh. Dari pekerjaanya tersebut
mereka hanya mendapatkan penghasilan pas-pasan yang hanya cukup memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Dan menyekolahkan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan pendapatan
yang serba pas itu para orang tua tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Sehingga banyak anak-anak di desa yang tidak bersekolah.
3. Minat sekolah anak
Selain dari faktor orang tua faktor personal anak juga mempengaruhi. Minat anak di desa dalam
sekolah tergolong masih rendah. Mereka lebih senang bermain ataupun ikut mencari uang.
Sebagai contoh jika musim panen anak-anak di desa sering turun ke sawah untuk ikut bekerja
mencari uang. Sehingga minat bersekolah anak menjadi turun karena mereka lebih senang
mendapatkan uang.

Faktor eksternal :

Tingginya biaya sekolah


Dewasa ini dunia pendidikan semakin bahal dalam biaya. Para orang tua harus beerfikir
ulang jika mau menyekolahkan anaknya. Dengan biaya yang mahal ini tidak semua masyarakat
bisa menjangkaunya. Sebut saja kalangan masyarakat desa yang tidak mampu. Masyarakat desa
tersebut tidak bisa mengenyam pendidikan formal karena tingginya biaya sekolah. Sehingga
mereka hanya bisa mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar atau lanjutan. Itu pun dengan
program pemerintah BOS (bantuan operasional sekolah). Namun, meskipun ada program bantuan
dari pererintah berupa bantuan-bantuan operasional sekolah tetap saja biaya pendidikan masih
mahal. Dan tetap saja mereka tidak bisa menjangkau biaya pendidikan tersebut.
Penyebab mahalnya biaya pendidikan salah satunya dari kebijakan pemerintah sendiri.
Kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia
pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu,
Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur
pengusaha. Asumsinya para pengusahalah yang memiliki modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah
Komite sekolah terbentuk muncul pungutan-pungutan yang mengatasnamakan keputusan
Komite Sekolah. Namun kenyataannya ia tidak transparan dalam menjalankan tugas-tugas yang
di emban. Lebih-lebih yang menjadi Komite sekolah masih berhubungan dekat dengan kepala
sekolah. Akibatnya Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan
MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan
pendidikan rakyatnya. Hal ini tentu saja sangat merugikan rakyat kecil seperti masyarakat desa
yang tidak mampu. Mayarakat tidak bisa berbuat apa-apa kecuali jalan satu-satunya yaitu tidak
sekolah.

Peran Sekolah dalam Pembangunan Masyarakat


Pembangunan merupakan proses berkesinambungan yang menyangkut seluruh aspek
kehidupan masyarakat seperti aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan tujuan utama
mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan. John C.Bock dalam Education and
Development: A Conflict Meaning (1992)[5] mengidentifikasi peran pendidikan sebagai berikut:
a) memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa. b) mempersiapkan tenaga kerja
untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan mendorong perubahan sosial. c) memeratakan
kesempatan dan pendapatan. Dalam hal ini peran pendidikan menyangkut dua fungsi, pertama
fungsi poltik dan yang kedua fungsi ekonomi. Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam
pembangunan muncul dua paradigma yang menjadi kiblat pengambil kebijakan dalam
pengembangan pendidikan yaitu paradigma fungsional dan paradigma sosialisasi.
Paradigma fungsional melihat bahwa keterbalakangan dan kemiskinan dikarenakan
masyarakat tidak memiliki cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap
modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat lembaga pendidikan formal merupakan
lembaga utama yang mengembagkan pengetahuan, melatih kemampuan dan menanamkan sikap
modern para individu dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukan adanya hubungan
antara pendidikan formal seseorang dengan partisipasi pembangunan. Dengan kata lain kedua hal
ini tidak dapat dipisahkan.
Sejalan dengan paradigma fungsional, paradigma sosialisasi melihat peran pendidikan
dalam pembangunan adalah a) mengembangkan individu, b) kompetensi yang tinggi tersebut
diperlukan untuk meningkatkan produktifitas, c) secara umum meningkatkan kemampuan
masyarakat akan banyak masyarakat yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kehidupan
mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu berdasarkan paradigm sosialisasi ini, pendidikan harus
diperluas secara besar-besaran dan menyeluruh. Menyeluruh disini harus mencakup seluruh
kalangan masrarakat, baik dari masyarakat yang mampu sampai masyarakat kecil. Perbaikan
pendidikan ini harus diwujudkan jika memang benar-benar akan menghendaki kemajuan.
Kemajuan pembangunan yang berkesinambungan yang mampu mensejahterakan masyarakat.
Hampir dari setiap pembangunan tidak dapat melepaskan dari pendidikan. Karena
memang dalam sebuah pembangunan diperlukan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah pembangunan desa. Maka dari itu ada hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan desa, sebagai berikut:
Proyek pertama harus berhubungan langsung dengan kebutuhan pertama
Perencanaan dan penyelidikan merupakan syarat mutlak dalam pembangunan desa
Perubahan sikap hidup rakyat sesuai dengan pembangunan
Seluruh rakyat hendaknya ikut serta
Perlu rencana untuk mempersatukan pemimpin-pemimpin lokal
Organisasi partikelir hendaknya dimanfaatkan
Pembangunan desa meminta sinkronisasi dengan pembangunan nasional
Komunikasi yang baik akan memperlancar pembangunan
Pendidikan dan pengajaran akan selalu tersangkut dalam pembangunan

Pembangunan tidak bisa berjalan sendiri tanpa pendidikan. pada hakekatnya usaha
pembangunan dilakukan oleh pemerintah dan rakyat. Sesuai dengan tujuan pokok pembangunan
harus dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan baik lahiriah maupun batiniah. Karena
kedudukan dan peranan desa sebagai dasar dan landasan Negara, basis pembinaan ideologi dan
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan atau keamanan Negara
(EPOLEKSOSBUDHANKAM), maka desa harus dibangun untuk tercapainya stabilitas nasional
yang kuat dan mantap, dan dinamis, bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat lahir dan batin
masyarakat.
Ada hubungan timbal balik antara pembangunan dan masyarakat. Selain pembangunan
baik untuk masyarakat, masyarakat juga berperan dalam pembangunan. Peran masyarakat dalam
pembangunan yaitu sebagai perencana, pelaksana dan pengawas. Peran masyarakat dalam
merencanakan pembangunan yaitu memprediksi keadaan di masa yang akan datang, dengan
prediksi yang tepat maka tidak akan terjadi perubahan dalam pembangunan. Selain memprediksi
juga menganalisi kondisi nyata saat perencanan dilakukan. Kemempuan ini merupakan dasar bagi
pengadaan prediksi yang tepat. Dengan menganalisis secara tepat kondisi nyata saat perencanaan
dilakukan, sebagian dari prediksi yang tepat telah dilewati. Dan tak kalah pentingnya kemampuan
melakukan perhitungan-perhitungan matematis yang akurat. Kemampuan ini sesungguhnya
menjadi dasar bagi pengadaan analisis kondisi nyata secara akurat untuk keperluan perencanaan,
maupun diperlukan untuk melakukan perhitungan-perhitungan matematis saat melakukan
perencanaan.
Dengan bantuan masyarakat dengan kemampuan-kemampuanya pembangunan akan
berjalan lancar dan seimbang. Namun betapa pun besarnya kemampuan seseorang dalam
melakukan perencanaan, manusia tetap memiliki keterbatasan dalam melakukan perencanaan.
Apalagi bila perencanaan yang dilakukan manyangkut suatu lembaga yang besar. Oleh karena itu,
dalam perencanan diperlukan kerja sama antara berbagai pihak dengan spesifikasi kemampuan
masing-masing. Ada empat kegiatan perencanan yang harus di perhatikan oleh masyarakat dengan
spesifikasi kemampuannya yaitu menetapkan tujuan utama dan menengah ( setting primary and
intermediate goals, mempelajari peluang ( search for opportunities ), menyusun rencana dan
menentukan batas minimal dari hasil yang harus dicapai dalam pelaksanaan rencana. Hal ini
dilakukan supaya kesalahan yang terjadi dapat diantisipasi sehingga pembangunan benar-benar
berjalan lancar.

Kesimpulan
Pendidikan di desa tergolong masih rendah. Masih sedikit pendidikan formal yang ada di
desa. Sarana dan prasarananya pun tidak memadai. Di tambah masyarakat desa banyak yang tidak
bersekolah. Hal ini dikarenakan adanya pandangan para masyarakat desa yang masih terikat oleh
tradisi luhur. Pandangan tentang pendidikan yang kurang begitu penting bagi masyarakat desa.
Selain itu mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat desa tidak mampu menjagkaunya.
Karena pendapatan mereka sangat minim dan hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akibatnya banyak anak di desa yang terpaksa tidak bersekolah karena orang tua mereka tidak
mampu menyekolahkan mereka.
Pendidikan sangat berperan bagi seluh aspek kehidupan. Salah satunya peran pendidikan
terhadap pembangunan masyarakat. Pada hakekatnya kata pendidikan sudah menunjukan arti
sebuah pembangunan. Pendidikan juga membawa dampak yang besar dalam pembangunan
masyarakat. Masyarakat yang berpotensi memiliki pengetahuan dan kemampuan akan
berpengaruh baik terhadap pembangunan. Karena pembangunan membutuhkan masyarakat yang
berpengetahuan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan pembangunan tersebut. maka
pendidikan formal di desa harus di perhatikan dan diberikan kesempatan masyarakat desa untuk
mengenyam pendidikan formal secara maksimal.

Daftar pustaka

Beeby,C.E. 1982. Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Djaya Pirusa


Pudjiwati Sajogjo, Sajogjo. 1984. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Yamin, M. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media
Muhammad Tanthowi. Peranan Manusia dan Pendidikan dalam Pembangunan. Diakses pada
kamis 10/11/2013 pukul 12:52 http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/peranan-manusia-
dan-pendidikan-dalam-pembangunan-2/
Pentingnya Membaca. Diakses pada Rabu, 9/11/2013
http://www.scribd.com/doc/24942834/Pentingnya-Membaca
Amril. Standar Sarana dan prasarana. Diakses kamis 1/10/2013
http://amrilmpunj.blogspot.com/2008/10/standar-sarana-dan-prasarana.html
Peran Sekolah Terhadap Masyarakat. Diakses selasa 1/8/2013
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/peran-sekolah-terhadap-masyarakat.html

You might also like