You are on page 1of 77

1

Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah

Kabupaten Bulukumba

OLEH:

ANDI. MELISA ANASTASIA. B


A311 07 603

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
2

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH

KABUPATEN BULUKUMBA

OLEH :

ANDI. MELISA ANASTASIA. B

A 311 07 603

AKUNTANSI

Skripsi Sarjana Lengkap Guna Memenuhi salah satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntasi pada Fakultas Ekonomi

Universitas Hasanuddin

Makassar, April 2012

Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Haliah, M.Si, Ak. Dra. Andi Kusumawati,M.Si, Ak.

NIP.196507311991032002 NIP. 1966040 5199203 2 003


3

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan memanjatkan puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar S1 pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin

dengan baik

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum dapat dikatakan

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari rekan-rekan arahan serta

bimbingan dari dosen pembimbing, sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi

ini. Melalui kata pengantar ini, izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih

atas bantuan dan dorongannya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Papa (Muhammad Basir

Lantara) dan Mama (Ir. Dahniar Andi Karim) Terima kasih atas doa, bantuan,

restu bimbingan, serta segala pengertian dan dukungannya baik secara moril

maupun materil, yang tidak pernah ada putusnya. Terima kasih sudah

menghantarkan penulis kejenjang ini. Mungkin sekarang penulis tidak bisa

memberi apa-apa but one day i will make you proud (Insya Allah).

Keluarga besar dkarims, A.Niniek Wahiduddin mams terima kasih untuk

doa dan supportnya. Dan untuk sepupu tercintoo yang menyupport saat galau dan

memberi pinjaman printer saat penulis kehabisan tinta (huehehehe) A.Melani


4

Setiawaty,SE , A.Amelia W,S.Hut, A. Mirza Azilia, ST, A.Ervina Natalia,S.Psi,

A.Ervita Maulina, SE, Julisman Rahmansyah,S.Hut, Kasau S.Pd, M.Pd dan

kakak-kakak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kelak saya bisa

mengikuti jejak kalian, menjadi orang yang sukses

Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Haliah, M.Si, Ak selaku pembimbing I. Terima kasih atas semua

hal yang telah ibu berikan. Terima kasih atas dukungan ibu ketika penulis

mengalami kesulitan. Terima kasih sudah mendengar keluhan keluhan yang

penulis rasakan. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila penulis

pernah melakukan kesalahan dan banyak merepotkan ibu. Saya tidak bisa

memberi apa-apa kecuali doa. Sekali lagi terima kasih ibu atas limpahan ilmu

yang ibu berikan kepada saya.


2. Ibu Dra. Andi Kusumawati,M.Si, Ak selaku pembimbing II. Terima kasih

atas semua dukungan semangat yang telah diberikan. Terima kasih atas semua

waktu yang telah diberikan.Terima kasih atas ilmu yang ibu beri selama

penyusunan skripsi ini . Lewat tulisan ini penulis memohon maaf apa bila

dalam penulisan skripsi in ada hal yang tidak berkenan di hati ibu. Semoga ibu

selalu dalam lindungan Allah SWT.


3. Ibu Hj. Nirwana, SE.,M.Si.Ak selaku penasehat akademik penulis. Terima

kasih atas bimbingan ibu selama penulis menjadi mahasiswa.


4. Bapak Drs. Andi Baso Amal, selaku Sekretariat Daerah Kabupaten

Bulukumba yang sudah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di

daerah yang bapak pimpin.


5

5. Bapak Ir. Andi Akrim Amir, terima kasih sudah banyak membantu penulis

dalam pengumpulan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Mohon

maaf apabila penulis banyak merepotkan, penulis tidak bisa membalas

kebaikan hati bapak hanya doa yang bisa penulis berikan.


6. Bapak Baso Amir selaku sekretariat akademik akuntansi. Terima kasih atas

bantuan yang telah bapak berikan. Penulis memohon maaf apabila selama ini

banyak menyusahkan bapak. penulis tidak bisa memberikan apa-apa kecuali

doa.

7. Tak lupa juga, terima kasih kepada jajaran staf akademik Fakultas Ekonomi,

serta Jurusan Akuntansi, Ibu Sri, Pak Syafar, Pak Asmari, Pak Tarru, Pak Budi,

Pak Ical, Pak Oscar dll. Yang selalu membantu penulis dalam mengurus

administrasi kuliah.

8. Kepada teman- teman Fakultas Ekonomi khususnya angkatan 2007. Terima

kasih atas pertemanannya, semoga kelak kita menjadi orang-orang yang

sukses.
9. Anissa Rahmadani Dahrif S.Ked & Syahreini Arsyam SH, terima kasih

sudah mengajarkan bagaimana persahabatan yang sesungguhnya. Semoga

persahabatan yang kita jalin selama 11 tahun tidak berhenti sampai disini.

Akhirnya saya menyusul kalian jadi sarjana. Hueheheheheh


SPECIAL THANKS
Buat gadis-gadis yang pesta kuler dengan sejuta mimpi mereka yang

kadang terdengar aneh. Huahahahaha


Nurjannah, Vola Winestya, NanaAdriana, Reyni Prasetyani , Juliana,

Brighita Ayu K , Dewi Perdana Putri, Stella M.B, Muliana , Yolanda Soma,

Annisa Engelen, A.St. Khadijah, Pascoela Viera, Asniar As


6

Terima kasih atas hari-hari yang sudah kita lewati. . Terima kasih sudah

mendengar keluh dan kesah penulis dalam penulisan skripsi ini. Kita pernah

bercanda bersama, menangis bersama untuk satu cita-cita yang sama, salah

paham hanya batu krikil yang membuat kita saling memahami. Terima kasih

untuk persahabatan yang kalian ajarkan kepada penulis, KITA SELALU

BERSAMA.

Selebihnya terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh teman-teman

yang terlupa dan tak bisa penulis tuliskan satu-persatu, sesungguhnya kalian

tetap teringat dalam simpanan kenangan penulis di kehidupan kemahasiswaan

penulis.

Akhirnya,laporan ini selesai semoga dapat berguna dan bermanfaat,bagi

penulis maupun pada orang lain/instansi yang terkait, Insya Allah. Semoga

Tuhan yang Maha Kuasa memberikan pahala yang setimpal kepada Bapak, Ibu

serta Saudara (i) atas segala bantuannya kepada Penulis. Amin Ya Rabbal

Alamin.

Makassar, Mei 2012

Penulis
7

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................4
1.4 Manfaat Pemelitian ......................................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan.....5

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Laporan Keuangan Daerah ..........................................................................7
2.2 Kinerja ........................................................................................................8
2.2.1 Pengertian Kinerja ................................................................................8
2.2.2 Pengertian Pengukuran Kinerja ..........................................................10
2.2.3 Tujuan Penilaian Kinerja ....................................................................11
2.2.4 Aspek Pengukuran Kinerja ................................................................12

2.3 Rasio Keuangan.. 14


BAB III Metodologi Penelitian ....................................................................................25

3.1 Lokasi Penelitian........................................................................................25


3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................25
3.3 Jenis dan Sumber data ...............................................................................26
3.4 Metode Analisis .........................................................................................26
BAB IV Gambaran Umum Instansi..............................................................................31
4.1 Tentang Pemerintah Daerah Kab Bulukumba...................31

4.1.1 Sejarah Singkat Pemerintah Daerah Kab Bulukumba ......31


4.1.2 Slogan Kabupaten Bulukumba .......................................................32
4.1.3 Keadaan Geografis dan Ekonomi Kab. Bulukumba..........................35
4.2 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kab. Bulukumba...40
8

BAB V PEMBAHASAN................................................................................................45
5.1 Ringkasan LaporanRealisasi Anggaran Kab. Bulukumba
Tahun Anggaran 2008-2010...............................................45
5.2 Perhitungan Rasio Keuangan Daerah pada Kabupaten
Bulukumba................................................................................. 48
5.3 Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Bulukumba
............................................................................................................. 59

BAB VI PENUTUP.......................................................................................................66
6.1 Kesimpulan................................................................................................66

6.2 Saran ........................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................69


LAMPIRAN. 71
9

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah...18

Tabel 2.2 Kriteria Efektivitas Keuangan Daerah..19

Tabel 2.3 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan20

Tabel 4.1 PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bulukumba Atas Dasar

Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2005-2009....38


Tabel 4.2 Persentase Kontribus PDBR Kabupaten Bulukumba Atas Dasar Harga

Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2009....39


Tabel 4.3 PDBR PERKAPITA Kabupaten Bulukumba dan SulSel Tahun 2005-

2009.40
Tabel 5.1 Target dan Realisasi Tahun Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Tahun

Anggaran 2008-2010.51
Tabel 5.2 Perhitungan Rasio Aktivitas Pemerintah Kabupaten Bulukumba Tahun

Anggaran 2008-2010.53
Tabel 5.3 Perhitungan Debt Service Covarage Ratio Kabupaten Bulukumba Tahun

Anggaran 2008-2010..55
Tabel 5.4 Perhitungan Rasio Pertumbuhan APBD Kabupaten Bulukumba Tahun

Anggaran 2008-2010.57
Tabel 5.5 Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun Anggaran 2008-

2010...59
Tabel 5.6 Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pemerintah Kabupaten Bulukumba

Tahun Anggaran 2008-2010..60


Tabel 5.7 Rasio Aktivitas Kabupaten Bulukumba Tahun Anggaran 2008-

2010...62
Tabel 5.8 Debt Service Covarage Ratio Kabupaten Bulukumba Tahun Anggaran

2008-2010..63
10

Tabel 5.9 Rasio Pertumbuhan Kabupaten Bulukumba Tahun Anggaran 2008-

2010...
1

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Persoalan keuangan daerah merupakan salah satu unsur utama dalam

penyelenggaraan otonomi daerah, meskipun diakui bahwa berbagai variable lain

juga mempengaruhi kemampuan keuangan daerah, seperti misalnya variabel

sumber daya manusia, organisasi, manajemen, sarana dan prasarana serta variabel

penunjang lainnya. Pentingnya variabel keuangan daerah berkaitan dengan

kenyataan bahwa mobilisasi terhadap sumber-sumber daya keuangan daerah

dipandang sebagai bagian yang paling krusial dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas,

daerah diharapkan mampu meningkatakan daya saing dengan memperhatikan

prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta

potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah maka otonomi ini dititikberatkan

pada daerah kabupaten atau kota karena daerah kabupaten atau kota berhubungan

langsung dengan masyarakat.

Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk

menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien, mampu mendorong

peran serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan pemerataan dan


2

keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-

masing daerah.

Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan dalam bidang

keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi

otonomi daerah. Daerah otonomi diharapkan mampu atau mandiri di dalam

membiayai kegiatan pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan

keuangan kepada pemerintah pusat mempunyai proporsi yang lebih kecil.

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menggambarkan

kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan tugas pembangunan.

Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

merupakan instrument kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran

sebagai instrumen kebijakan dan menduduki posisi sentral harus memuat kinerja,

baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya mengurangi pengangguran dan

menurunkan tingkat kemiskinan. Kinerja yang terkait dengan anggaran

merupakan kinerja keuangan berupa perbandingan antara komponen-komponen

yang terdapat pada anggaran.

APBD dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya

pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan pencapaian

pembangunan, otoritas pengeluaran dimasa-masa yang akan datang, sumber

pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk


3

memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai

unit kerja.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah

untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan

untuk menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah daerah atas

sumber yang dipercayakan. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas

untuk menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat,

wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk

dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau

tidak. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintahan daerah

dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio

keuangan terhadap APBD yang telah dilaksanakan.

Pengelolaan kinerja keuangan kabupaten Bulukumba meraih opini Wajar

Dengan Pengecualian (WDP). Penilaian WDP pada pengelolaan kinerja keuangan

daerah menunjukkan bahwa aparatur pemerintah masih lemah dalam mengelola

keuangannya. Terlalu banyak kejanggalan arus anggaran baik dalam bentuk

penerimaan maupun pengeluaran menjadi salah satu indikator yang dinilai

menjadi penyebab buruknya sistem keuangan tersebut. Ada enam indikator yang

paling lemah yakni; sistem administrasi yang serampangan, banyak kebocoran

anggaran dalam pendapatan, lemahnya sistem pertanggungjawaban anggaran,

peran Inspektorat lemah, SDM Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD)

kurang dan lemah, dan tidak adanya good will dari setiap stakeholder dalam

mengelola anggaran tersebut sesuai dengan skenario anggaran yang semestinya.


4

Analisis rasio keuangan APBD dilakukan dengan membandingkan hasil

yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga

dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Dengan analisa ini

pemerintah dapat menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai

penyelenggaraan otonomi daerah, mengukur efektifitas dan efisiensi dalam

merealisasikan pendapatan daerah, mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah

dalam membelanjakan pendapatan daerahnya, mengukur kontribusi masing-

masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah, dan dapat

melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran

yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba mengangkat judul

Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Bulukumba.

2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang

menjadi masalah utama dalam penulisan ini adalah:


Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba?.

3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah

untuk menganalisis laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Bulukumba dan

mengetahui kinerja dalam mengelola keuangan daerahnya yang dinilai dengan

menggunakan rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

dan Laporan Realisasi Anggaran pada tahun anggaran 2008-2010.

4 Manfaat Penelitian
5

1 Sebagai salah satu media untuk memperdalam ilmu akademik penulis, dan

memahami lebih dalam penerapan ilmu pengetahuan pada tataran teori dan

aplikasinya.
2 Sebagai masukan bagi instansi pemerintahan daerah dalam hal pengukuran

kinerja dalam pengelolaan keuangan pemerintahan daerah khususnya

dengan pendekatan rasio keuangan.


3 Sebagai referensi bagi penulis atau pihak lain yang tertarik dengan kajian

mengenai pengukuran kinerja pengelolaan keuangan daerah dengan

menggunakan rasio keuangan.

5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun menurut sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, masalah pokok,

batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori yang menjadi landasan dalam penelitian

ini serta teori-teori dan pemikiran ahli yang mendukung

pembahasan masalah dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN


6

Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, pendekatan

pengumpulan data, jenis dan sumber data, dan metode analisis.

BAB IV : TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat instansi, visi dan misi

instansi, dan struktur organisasi.

BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini membahas bagaimana menghitung rasio keuangan pada

laporan keuangan khususnya APBD dan Laporan Realisasi

Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba, serta

analisis deskriptif kinerja keuangan berdasarkan hasil

perhitungan rasio keuangan.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari penelitian, dan saran-

saran untuk pihak instansi yang bersangkutan maupun pihak lain

yang berkepentingan dengan penelitian ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Laporan Keuangan Daerah

Sesuai dengan siklus akuntansi, setelah menyusun neraca saldo setelah

penyesuaian, disusunlah laporan-laporan keuangan dengan mengambil data dari


7

neraca saldo setelah penyesuaian. Berdasarkan Pasal 232 dari Permendagri No 13

Tahun 2006, Laporan keuangan pemda terdiri atas (Halim 2007: 73):

1 Laporan realisasi anggaran

2 Neraca

3 Laporan arus kas

4 Catatan atas Laporan Keuangan

Namun demikian, dari sudut pandang akuntansi,dapat pula disusun laporan

tambahan, yaitu laporan kinerja keuangan perubahan ekuitas dana (untuk entitas

pemda secara keseluruhan) atau laporan perubahan perubahan rekening Koran

pemda (untuk satuan kerja).

Sebagaimana halnya laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha perusahan

dalam rentan waktu tertentu, Laporan Perhitungan APBD juga menunjukkan

kinerja pemda sebagai penyusun dan pelaksanaan APBD. Dengan demikian,

Laporan Perhitungan APBD menyajikan pendapatan pemda selama satu periode

dan belanja untuk memperoleh pendapatan tersebut pada periode yang sama.

Nota Perhitungan APBD berisi ringkasan realisasi pendapatan, belanja dan

pembiayaan, serta kinerja keuangan daerah selama periode akuntansi pada tahun

yang sedang berlangsung. Kinerja keuangan antara lain mencakup kinerja dalam

rangka pelaksanaan fungsi, program, dan kegiatan selama periode akuntansi,

kinerja pelayanan yang dicapai, dan bagian belanja yang digunakan untuk

kegiatan administrasi umum, operasi dan pemeliharaan serta investasi.


8

Laporan perubahan ekuitas dana pemda menyajikan informasi mengenai

perubahan surplus/defisit anggaran akibat berbagai transaksi yang terjadi dalam

suatu periode. Laporan perubahan ekuitas dana merupakan pelengkap dari

Laporan Perhitungan APBD.

Laporan arus kas menyajikan informasi tentang kemampuan dalam

memperoleh kas dan menilai penggunaan kas untuk kebutuhan daerah dalam satu

periode akuntansi. Penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut

kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan.

Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan daerah

pada saat tertentu, biasanya pada akhir tahun anggaran. Laporan ini dibuat untuk

menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, utang.

2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Menurut Mahsun, Sulistyowati dan Purwanu (2007:157):
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic
planning suatu organisasi.

Menurut Bastian (2006:274):


Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/
program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan
visi organisasi. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai
oleh organisasi dalam periode tertentu.

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) dalam Wikipedia

(13 November 2011):


9

Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja dalam Wikipedia

(13 November 2011) :

Merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang

sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan

perannya dalam perusahaan.

Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan

suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu

untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan

visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak

positif dan negatif suatu kebijakan.

2.2.2. Pengertian Pengukuran Kinerja


Menurut Robertson (dalam Mahsun, Sulistyowati dan Purwanu 2007:157),

pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian

kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya, termaksud informasi atas: efisiensi, penggunaan sumber daya dalam

menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan

jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan

terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan

efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.


10

Menurut Lohman (dalam Mahsun, Sulistyowati dan Purwanu 2007:157),

pengukuran kinerja adalah suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target

tertentu yang diderivasi dari tujuan strategi organisasi.


Pendapat lain menurut James B. Whittaker (dalam Bastian 2006:330),

pengukuran kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas

pengambilan keputusan dan akuntabilitas.


Menurut Larry D Stout dalam Performance Measurement Guide (Bastian

2006:329), pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur

pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission

accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa,

ataupun suatu proses.

Menurut Mardiasmo (2002:121):


Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu manajer publik menilai suatu strategi

melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.


Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran

kinerja merupakan evaluasi atau penilaian terhadap pencapaian pelaksanaan

kegiatan suatu organisasi berdasarkan tujuan, sasaran, standar dan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya. Informasi mengenai hasil pengukuran ini juga akan

menjadi referensi dalam penentuan standar kinerja untuk masa yang akan datang.

Berapa besaran target yang menjadi acuan pencapaian pada periode berikutnya

juga bertumpu pada hasil pengukuran kinerja yang dilakukan.

2.2.3. Tujuan Penilaian Kinerja


Prestasi pelaksanaan program dapat diukur untuk mendorong pencapaian

prestasi tersebut. Pengukuran prestasi yang dilakukan secara berkelanjutan


11

memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus dan

pencapaian tujuan dimasa mendatang.


Peranan pengukuran prestasi sebagai alat manajemen untuk (Bastian

2006:330):
1 Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk

pencapaian prestasi.
2 Memastikan tercapainya skema prestasi yang disepakati.
3 Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan pembanding skema kerja dan

pelaksanaan.
4 Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi

pelaksanaanyang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran prestasi yang

telah disepakati.
5 Menjadikan alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya

memperbaiki prestasi organisasi.


6 Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7 Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintahan.
8 Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
9 Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
10 Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

2.2.4. Aspek Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja biasanya dilakukan untuk aspek-aspek berikut ini

( Bastian 2006:331):
1 Aspek Finansial.
Aspek finansial meliputi anggaran atau cash flow. Aspek finansial ini sangat

penting diperhatikan dalam pengukuran kinerja sehingga Dianalogikan

sebagai aliran darah dalam tubuh manusia.

2 Kepuasan Pelanggan.
Dalam globalisasi perdagangan,peran dan posisi pelanggan sangat krusial

dalam penentuan strategi perusahaan. Untuk itu, manajemen perlu

memperoleh informasi yang relevan tentang tingkat kepuasan pelanggan.


12

3 Operasi dan Pasar Internal.


Informasi operasi dan mekanisme pasar internal diperlukan untuk

memastikan bahwa seluruh kegiatan organisasi dirancang untuk pencapaian

tujuan dan sasaran organisasi. Disamping itu, informasi operasi dan pasar

internal menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas operasi organisasi.


4 Kepuasan Pegawai.
Dalam organisasi yang banyak melakukan inovasi, peran strategis pegawai

amat menentukan kelangsungan organisasi.


5 Kepuasan Komunitas dan Stakholders.
Pengukuran kinerja perlu dirancang untuk mengakomodasi kepuasan para

stakeholders.
6 Waktu
Informasi untuk pengukuran harus informasi terbaru, sehingga manfaat hasil

pengukuran kinerja dapat dimaksimalkan.

Mekanisme pengukuran kinerja dapat dilaksanakan dengan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:


a Membuat komitmen dan menjalankan pengukuran kinerja.
Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin membuat

komitmen pengukuran kinerja, dan menjalankannya dengan tidak

mengharapkan pengukuran kinerja akan langsung sempurna, untuk itu perlu

dilakukan evaluasi terhadap pengukuran kinerja tersebut.


b Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses

ini merupakan suatu cerminan upaya organisasi untuk memperbaiki kinerja.


c Menyesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
Organisasi harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan bentuk dan

besarnya organisasi, budaya, visi, tujuan, sasaran, dan struktur organisasi.

2.3. Rasio Keuangan


13

Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan

berdasarkan laporan yang tersedia. Bagi perusahaan swasta (lembaga yang

bersifat komersil), analisis rasio keuangan umumnya terdiri dari dari :


1 Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan segera.


2 Rasio leverage, yaitu rasio yang mengukur perbandingan dana

yang disediakan oleh pemilik dengan dana yang dipinjam

perusahaan dari kreditur.


3 Rasio aktivitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur efektif

atau tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan mengendalikan

sumber yang dimiliki perusahaan.


4 Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba.


Rasio-rasio tersebut perlu disusun untuk melayani pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan, yaitu:


1 Para kreditur, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu

menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.


2 Pemegang saham ataupun pemilik perusahaan, yaitu untuk

menganalisis sampai sejauh mana perusahaan mampu membayar

deviden ataupun memperoleh laba.


3 Pengelola, yaitu sebagai informasi yang dapat dipakai sebagai

landasan dalam mengambil keputusan.


Pengunaan analisis rasio pada sektor publik khususnya terhadap APBD

belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara

bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian,dalam

rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis,

efektif, efisien, dan akuntabel. Analisis rasio terhadap APBD perlu


14

dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan

laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta.


Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan

hasil yang dicapai dari satu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat

diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu,dapat pula

dilakuan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan yang dimiliki

pemda tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun

potensi daerahnya relatif sama untuk melihat bagaimana posisi rasio keuangan

pemda tersebut terhadap pemda lainnya.


Beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang

bersumber dari APBD antara lain rasio kemandirian (otonomi fiskal), rasio

efektivitas dan efisiensi, serta debt service coverage ratio. (Halim 2007: 231)

1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak retribusi

sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan

daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan

dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya

bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman (Halim 2007: 232).

Pendapatan Asli Daerah


Rasio Kemandirian =
Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi dan Pinjaman

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap

sumber data ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa
15

tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama

pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya.

Rasio Kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam

membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama

pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan

retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang

semakin tinggi.

Rasio Pendapatan Asli Daerah (Peraturan Menteri Dalam Negeri No 65 Tahun

2007) :

Pendapatan Asli Daerah terhadap Total pendapatan

Pendapatan Pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

terhadap Pendapatan Asli Daerah

Lain-lain PAD yang sah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Rasio Pendapatan Transfer:

Rasio Pendapatan transfer terhadap Total Pendapatan

Rasio Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Total Pendapatan

Rasio Dana Alokasi Umum terhadap total Pendapatan

Rasio Dana Alokasi Umum terhadap belanja Pegawai


16

Kemampuan Keuangan Kemandirian (%)


Rendah Sekali 0% - 25%

Rendah 25% - 50%

Sedang 50% - 75%

Tinggi 75% - 100%

Rasio Lain-lain pendapatan terhadap total pendapatan

Rasio Belanja Transfer/Bag! hasil Pendapatan ke Kabupaten/ Kota

terhadap Total Pendapatan

Pendapatan Asli Daerah


Rasio Kemandirian Daerah: -------------------------------------------------------
(Dana Perimbangan + Pinjaman Daerah)

Tabel 2.1Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah


Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996

2. Rasio Efektifitas Dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

a Rasio Efektifitas

Menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan

pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang

ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah (Halim 2007:234).

Realisasi Penerimaan PAD


Rasio Efektifitas =
Target Penerimaan PAD Yang Ditetapkan
Berdasarkan Potensi Rill Daerah

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif

apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun

demikian semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah


17

yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik,rasio efektifitas

tersebut perlu dipersandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah.

Tabel 2.2 Kriteria Efektivitas Keuangan Daerah

Kriteria Efektivitas Persentase Efektifitas (%)


Sangat Efektif >100
Efektif >90 100
Cukup Efektif >80 90
Kurang Efektif >60 80
Tidak Efektif 60
Sumber :Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996

b Rasio Efisiensi
Menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.

Kinerja pemerintahan daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan

dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau

dibawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintahan

semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat

berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan

yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan

pendapatannya tersebut efisien atau tidak. Hal itu perlu dilakukan karena

meskipun pemerintah daerah berhasil merealisasikan target penerimaan

pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu

kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk


merealisasikan target penerimaan pendapatannya itu lebih besar daripada

realisasi pendapatan yang diterimanya (Halim 2007:234).

Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Memungut PAD


Rasio Efisiensi =
18

Realisasi Penerimaan PAD

Tabel 2.3 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan

Kriteria Efisiensi Persentase Efisiensi

100% keatas Tidak Efisien

90%-100% Kurang Efisien

80%-90% Cukup Efisien

60%-80% Efisien

Kurang dari 60% Sangat Efisien

Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996

3. Rasio Aktifitas (Rasio Keserasian)


Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintahan daerah

memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan

secara optimal. Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk

belanja rutin berarti presentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang

digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat

cenderung semakin kecil. Secara sederhana, rasio keserasian itu dapat

diformulasikan sebagai berikut (Halim 2007:236):


Total Belanja Rutin
Rasio Belanja Rutin Terhadap APBD =
Total APBD

Total Belanja
Pembangunan
Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD =
Total APBD

Belum ada patokan yang pasti berapa besarnya rasio belanja rutin maupun

pembangunan terhadap APBD yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh

dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang


19

diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan. Namun demikian,

sebagai daerah dinegara berkembang peranan pemerintah daerah untuk

memacu pelaksanaan pembangunan masih relatif besar. Oleh karena itu, rasio

belanja pembangunan yang relative masih kecil perlu ditingkatkan sesuai

dengan kebutuhan pembangunan didaerah.


Nama akun belanja rutin adalah sama dengan belanja operasi sedangkan

belanja pembangunan sendiri adalah belanja modal. Dan nama akun belanja

operasi dan belanja modal tercantum pada PP Nomor 24 tahun 2005.

4 Debt Service Coverage Ratio (DSCR)


Dalam rangka melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana didaerah,

selain menggunakan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dapat

menggunakan alternatif sumber dana lain, yaitu dengan melakukan pinjaman,

sepanjang prosedur dan pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Ketentuan yang menyangkut persyaratan adalah (Halim 2007: 238):


a Jumlah kumulatif pinjaman daerah yang wajib dibayar maksimal 75%

dari penerimaan APBD tahun sebelumnya.


b DSCR minimal 2,5%.
DSCR merupakan perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD),

Bagian Daerah (BD) dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Penerimaan Sumber Daya

Alam dan Bagian Daerah lainnya serta Dana Alokasi Umum setelah

dikurangi Belanja Wajib, dengan penjumlahan Angsuran Pokok, Bunga

dan Pinjaman lainnya yang jatuh tempo.

(PAD+BD+DAU)- BW
DSCR =
Total (pokok angsuran+bunga+ biaya pinjaman)
20

Rasio kemampuan Keuangan Daerah dihitung berdasarkan perbandingan

antara proyeksi tahunan jumlah Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil

tidak termasuk Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi, dan Dana Alokasi Umum

setelah dikurangi belanja wajib dibagi dengan proyeksi penjumlahan angsuran

pokok, bunga, dan biaya lain yang jatuh tempo setiap tahunnya selama jangka

waktu pinjaman yang akan ditarik.(PP no 54 tahun 2005).


Yang dimaksud dengan biaya wajib adalah belanja pegawai dan belanja

anggota DPRD.
Yang dimaksud dengan biaya lain yaitu antara lain biaya administrasi,

biaya provisi, biaya komitmen, asuransi dan denda.

(PAD+(DBH-DBHDR)+DAU)- Belanja Wajib


DSCR =
Total (pokok angsuran+bunga+biaya lain)

DSCR = Debt Service Coverage Ratio atau Rasio Kemampuan

Membayar Kembali Pinjaman.


PAD = Pendapatan Asli Daerah.
DAU = Dana Alokasi Umum.
DBH = Dana Bagi Hasil.
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi.

5 Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (Growth Ratio) mengukur seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya

yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya

pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan

pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu

mendapatkan perhatian (Halim 2007:241).

Realisasi Penerimaan PAD xn xn-1


Rasio Pertumbuhan PAD =
21

Realisasi Penerimaan PAD xn-1


Rasio Pertumbuhan Pendapatan = Realisasi Pertumbuhan Pendapatan x nxn-1
Realisasi Pertumbuhan Pendapatan xn-1
Keterangan:
xn = tahun yang dihitung.
xn-1 = tahun sebelumnya.

BAB III

METODE PENELITIAN
22

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba

Provinsi Sulawesi Selatan.

2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berdasarkan metode :

1 Penelitian Lapangan (field research)


Yaitu penelitian yang dilakukan langsung di instansi pemerintahan dalam

hal ini melalui Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba, dengan

wawancara dengan pihak terkait.


2 Tinjauan Kepustakaan (library research).
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,membaca dan

mempelajari literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. hal

ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori tentang permasalahan

yang akan dibahas.


3 Mengakses website atau situs-situs yang menyediakan informasi yang

berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

3.3. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
1 Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak

yang terkait baik maupun pihak lain yang dianggap berkompeten dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.


2 Data kuantitatif yaitu berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba tahun


23

anggaran 2008-2010 serta data data lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1 Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian

lapangan (Field Research) pada instansi Pemerintah Daerah Kabupaten

Bulukumba yang berhubungan dengan penelitian.


2 Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain maupun sumber lain

yang berkaitan dengan penelitian.

3.4. Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif (descriptive kuantitative analysis method), yaitu dengan menetapkan

konsep perhitungan Rasio Keuangan dalam pengukuran kinerja keuangan, dengan

menghitung Rasio Keuangan dari realisasi anggaran yang tertuang dalam APBD

dan Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun Anggaran 2008-2010 yang

dilakukan dengan cara:


A Menghitung Rasio Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba,

dengan menggunakan rasio-rasio berikut:


1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Untuk mengetahui tingkat kemandirian keuangan daerah yang dapat

mencerminkan kemampuan pemerintah daerah membiayai sendiri kegiatan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah

membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan

daerah. Dengan dasar perhitungan sebagai berikut:

Pendapatan Asli Daerah


Rasio Kemandirian =
Bantuan Pemerintah Pusat/ Provinsi dan pinjaman

2 Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah


a Rasio Efektifitas
24

Untuk mengetahui tingkat efektifitas pemerintah daerah dalam

merealisasikan pendapatan asli daerah dengan dasar perhitungan sebagai

berikut:

Realisasi Penerimaan PAD


Rasio Efektifitas =
Target Peneriamaan PAD Yang Ditetapkan
Berdasarkan Potensi Rill Daerah

b Rasio Efisiensi
Untuk mengetahui tingkat efisiensi kinerja pemerintah daerah dalam

melakukan pemungutan pendapatan. Dengan dasar perhitungan sebagai

berikut:

Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Memungut PAD


Rasio Efisiensi =
Penerimaan PAD

3 Rasio Aktifitas (Rasio Keserasian)


Untuk mengetahui apakah pemerintah daerah memprioritaskan alokasi

dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Secara

sederhana, rasio keserasian itu dapat diformulasikan sebagai berikut:


Total Belanja Rutin
Rasio Belanja Rutin Terhadap APBD =
Total APBD

Total Belanja
Pembangunan
Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD =
Total APBD
25

4 Debt Service Coverage Ratio (DSCR)


Untuk mengetahui tingkat kemampuan pemerintah daerah dalam

membayar pinjaman/hutang. Dengan dasar perhitungan sebagai berikut:


(PAD+BD+DAU)- BW
DSCR =
Total (pokok angsuran+bunga+ biaya pinjaman)

Dimana:
PAD = Pendapatan Asli Daerah
BD = Bagian Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
BW = Belanja Wajib

5 Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan ini mengukur seberapa besar tingkat kemampuan

Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah

dicapainya dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya

pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan

pengeluaran, dapat digunakan mengevalusi potensi-potensi mana yang perlu

mendapatkan perhatian.

Realisasi Penerimaan PAD xn xn-1


Rasio Pertumbuhan PAD =
Realisasi Penerimaan PAD xn-1
Rasio Pertumbuhan Pendapatan = Realisasi Pertumbuhan Pendapatan x nxn-1
Realisasi Pertumbuhan Pendapatan xn-1
Keterangan:
xn = tahun yang dihitung
xn-1 = tahun sebelumnya

B Melakukan penilaian kinerja secara keseluruhan yang dicapai oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba yang dilihat dari hasil

perhitungan rasio keuangannya.


26

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1. Tentang Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba

4.1.1. Sejarah Singkat Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba

Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam

bahasa Bugis yaitu "Buluku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti

"masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya".

Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke17 Masehi ketika terjadi

perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan

Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah

utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan

menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.


27

Bangkeng Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan

barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan

Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah

bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng

Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.

Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam

bahasa Bugis "Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu

mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba".

Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi

sebuah kabupaten.

Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari

terbitnya UndangUndang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah

daerah Tingkat II di Sulawesi yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah.

Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994

dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya),

maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari

1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994.

Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat

II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD


28

Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan

pelantikan bupati pertama, yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.

4.1.2. Slogan Kabupaten Bulukumba

Paradigma kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan memberikan nuansa

moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika

bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali siparappe, Tallang

sipahua."

Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek bahasa Bugis

Makassar tersebut merupakan gambaran sikap batin masyarakat Bulukumba untuk

mengemban amanat persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi

terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan

akhirat.

Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan

"Bulukumba Berlayar" yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994

dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsepsi "Berlayar" sebagai

moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam serta

memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat

Bulukumba.

"Berlayar", merupakan sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang

berbunyi "Bersih Lingkungan, Alam Yang Ramah". Filosofi yang terkandung


29

dalam slogan tersebut dilihat dari tiga sisi pijakan, yaitu sejarah, kebudayaan dan

keagamaan.

Pijakan Sejarah (History)

Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang

mengorbankan harta, darah dan nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap

kolonial Belanda dan Jepang menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia Tahun 1945 diawali dengan terbentuknya "barisan merah putih" dan

"laskar brigade pemberontakan Bulukumba angkatan rakyat". Organisasi yang

terkenal dalam sejarah perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati

menerjang gelombang dan badai untuk merebut citacita kemerdekaan sebagai

wujud tuntutan hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Pijakan Kebudayaan (Culture)

Dari sisi budaya, Bulukumba telah tampil menjadi sebuah "legenda modern"

dalam kancah percaturan kebudayaan nasional, melalui industri budaya dalam

bentuk perahu, baik itu perahu jenis phinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun

jenis lepalepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia

internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap adanya subjek yang

bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba.

Pijakan Keagamaan (Religion)

Masyarakat Bulukumba telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam sejak awal

abad ke17 Masehi yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam ini
30

dibawa oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari Pulau Sumatera yang masing

masing bergelar Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar) dan Dato

Patimang (Luwu). Ajaran agama Islam yang berintikan tasawwuf ini

menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap

keyakinan mereka untuk berlaku zuhud, suci lahir batin, selamat dunia dan akhirat

dalam kerangka tauhid "appasewang" (meng-Esa-kan Allah SWT).

4.1.3. Keadaan Geografis dan Ekonomi Kabupaten Bulukumba

Kabupaten Bulukumba terletak dibagian selatan dari jazirah Sulawesi

Selatan dan berjarak 153km dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan).

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 km atau 1,85 % dari luas wilayah

Propinsi Sulawesi Selatan.

Kabupaten Bulukumba terdiri dari 10 kecamatan yaitu Kecamatan

Ujungbulu (Ibukota Kabupaten), Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang,

Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa, Kecamatan Ujungloe, Kecamatan

Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. 3

kecamatan sentra pengembangan pertanian dan perkebunan yaitu Kecamatan

Kindang, Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa.


31

Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara

520 sampai 540 Lintang Selatan dan 11950 sampai 12028 Bujur Timur.

Batas-batas wilayahnya adalah:

Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai

Sebelah Selatan: Laut Flores

Sebelah Timur: Teluk Bone

Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng

Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke

Utara dengan ketinggian 100 sampai dengan diatas 500 meter dari permukaan laut

meliputibagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan

Rilau Ale.

Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 C

27,68 C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan

dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith Ferguson (tipe iklim

diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di

Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembab atau agak basah.

Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober

Maret dan musim rendengan antara April September. Terdapat 8 buah stasiun

penakar hujan yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni: stasiun Bettu, stasiun
32

Bontonyeleng, stasiun Kajang, stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong,

stasiun Bontobahari, stasiun Bulobulo dan stasiun Herlang.

Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan

timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada

bagian selatan curah hujannya rendah.

Curah hujan di Kabupaten Bulukumba sebagai berikut:

1 Curah hujan antara 800 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu,

sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.

2 Curah hujan antara 1000 1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang,

sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.

3 Curah hujan antara 1500 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan

Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang,

sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan

Kecamatan Kajang.

4 Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang,

Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang

Sungai di kabupaten Bulukumba ada 32 aliran yang terdiri dari sungai besar

dan sungai kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang

terpanjang adalah sungai Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek
33

adalah sungai Biroro yakni 1,50 km. Sungai-sungai ini mampu mengairi lahan

sawah seluas 23.365 Ha.

Kepadatan penduduk Kabupaten Bukumba pada tahun 2009 yaitu rata-rata

340 jiwa per km. Kecamatan Ujungbulu mempunyai kepadatan yang tinggi

dikarenakan sebagai ibukota kabupaten dan aktivitas yang tinggi dengan jumlah

penduduk yang besar dan luas daerah relatif kecil jika dibandingkan kecamatan

lainnya.

PDRB yang merupakan salah satu ukuran kemajuan ekonomi, yang

didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan

dalam waktu satu tahun di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB

tahun 2009, nilai PDBR atas dasar harga konstan adalah sebesar Rp 1.639.311,55

juta.

Bila diperhatikan selama periode 2005-2009, terlihat bahwa perekonomian

Kabupaten Bulukumba cukup fluktuasi, Pada periode 2005-2006 naik menjadi

6,38 persen. Selanjutnya pada periode 2006-2007 mengalami pertumbuhan sekitar

5,36 persen dan periode 2008 mengalami pertumbuhan 8,06 persen. Tahun 2008-

2009 mengalami pertumbuhan sekitar 6,47 persen.

Tabel 4.1. PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bulukumba

Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan

Tahun PDRB ADH Berlaku Pertumbuhan PDRB ADH Konstan


Tahun 2005-2009 Pertumbuhan

2005 1.739.885,80 11,17 1.271.223,63 4,48

2009 1.976.249,22 13,58 1.352.303,09 6,38

2007 2.201.346,39 11,39 1.424.821,83 5,36

2008 2.711.096,80 23,16 1.539.670,15 8,06

2009 3.255.210,16 20,07 1.639.311,15 6,47


34

Sumber data: Bulukumba dalam angka 2010

Sampai dengan tahun 2009 , pertumbuhan ekonomi kabupaten Bulukumba

masih dipengaruhi tiga sektor yang memberikan sumbangan sekitar 83,7%

terhadap pembentukan ekonomi kabupaten Bulukumba yaitu Pertanian (45,86%),

Jasa-jasa (25,93%), serta Perdagangan, Hotel dan Restoran (11,91%). Selanjutnya

disusul oleh Industri Pengolahan (6,16%), Keuangan, Persewaan (4,35%),

Bangunan (2,56%) Angkutan dan Komunikasi (2,42%), Pertambangan &

Penggalian (0,42%), dan Listrik, Gas, dan Air (0,39%).

No Tabel
LAPANGAN
4.2 Persentase
USAHAKontribusi PDBR
2007Kabupaten Bulukumba
2008 2009
1 Pertanian 53,33 Lapangan51,01
Atas Dasar Harga Berlaku menurut Usaha 45,86
2 Pertambangan & Penggalian 0,39 0,40 0,42
Tahun 2007-2009
3 Industri Pengolahan 7,16 6,60 6,16
4 Listrik, Gas, dan Air 0,44 0,42 0,39
5 Bangunan 2,80 2,97 2,56
6 Perdagangan, Hotel dan 11,67 11,94 11,91
Restoran
7 Angkutan dan Komunikasi 2,20 2,16 2,42
8 Keuangan, Persewaan 4,34 4,35 4,35
9 Jasa- jasa 17,68 20,16 25,93
35

Sumber: Bulukumba Dalam Angka 2010

Sumber data: Bulukumba dalam angka 2010

Sedangkan PDRB Perkapita dari tahun ketahun mengalami peningkatan

yang cepat. Dalam lima tahun terakhir dari 6.941.865 rupiah pada tahun 2008

menjadi 8.246.341 rupuah pada tahun 2009, berarti dalam kurun waktu 2008-2009

PDRB Perkapita terjadi peningkatan yang cukup signifikan.

Table 4.3 PDRB PERKAPITA Kabupaten Bulukumba dan SulSel


Tahun 2005-2009

Tahun Kab. Peningkatan Sulawesi


Peningkatan

Bulukumba (%) Selatan


(%)

2005 4.585.755 6.943.005

2006 5.148.225 12,27 7.982.346


14,97

2007 5.699.441 10,71 8.996.091


12,70
Sumber : Bulukumba Dalam Angka 2010

2 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba


36

Organisasi pemerintah daerag merupakan wadah pelaksanaan fungsi-

fungsi pemerintah daerah dan sebagai proses interaksi antara pemerintah dengan

institusi daerah lainnya dengan masyarakat sebagai pilar pembangunan daerah.

Struktur kelembagaan dan Tata Kerja di Tingkat Kabupaten Bulukumba

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dan Peraturan Daerah

Nomor 9 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

BUPATI

WAKIL BUPATI

SEKERTARIS DAERAH (Perda Nomor 9 Tahun 2008)

STAF AHLI

ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN dan KESEJAHTERAAN

RAKYAT

1 Bagian Pemerintahan Umum

2 Bagian Kesejahteraan Rakyat

3 Bagian Pertanahan

ASISTEN EKONOMI PEMBANGUNAN dan HUMAS

1 Bagian Ekonomi Pembangunan (EKBANG)

2 Bagian Humas dan Protokol

3 Bagian Keuangan
37

ASISTEN ADMINISTRASI UMUM

1 Bagian Hukum

2 Bagian Organisasi dan Kepegawaian

3 Bagian Umum dan Sandi

SEKRETARIAT DPRD

1 Bagian Umum

2 Bagian Rapat dan Risalah

3 Bagian Keuangan

SKPD YANG MERUPAKAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN

LEMBAGA LAINNYA (Perda Nomor 11 Tahun 2008):

1 Inspektorat Kabupaten

2 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

3 Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah

4 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah

5 Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan

6 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan

7 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana


38

8 Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas

9 Kantor Lingkungan Hidup Daerah

10 Kantor RSUD H.A. Sultan Dg. Radja

11 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

12 Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

SKPD BERBENTUK DINAS (Perda Nomor 10 Tahun 2008):

1 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

2 Dinas Kesehatan

3 Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

4 Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Informatika

5 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

6 Dinas Bina Marga

7 Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air

8 Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

9 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

10 Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, Perindustrianm Tamben

11 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura


39

12 Dinas Kelautan dan Perikanan

13 Dinas Kehutanan dan Perkebunan

14 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

15 Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

KECAMATAN (Perda Nomor 12 Tahun 2008) :

1 Kecamatan Ujungbulu

2 Kecamatan Gantarang

3 Kecamatan Kindang

4 Kecamatan Ujung Loe

5 Kecamatan Bontobahari

6 Kecamatan Bontotiro

7 Kecamatan Hero Lange-Lange

8 Kecamatan Kajang

9 Kecamatan Bulukumpa

10 Kecamatan Rilau Ale

KELURAHAN (Perda Nomor 13 Tahun 2008)


40

BAB V

PEMBAHASAN

1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Bulukumba Tahun

Anggaran 2008-2010

Nom Realisasi Realisasi201


or Uraian Realisasi 2008 2009 0
1 Pendapatan
Pendapatan Asli 20.398.764.20 21.418.839. 17.343.783.4
1.1 Daerah 9 483 89
Pendapatan Pajak
1.1.1 Daerah 3.899.805.010 3.730.536.863 3.528.263.511
Pendapatan
1.1.2 Retribusi Daerah 8.149.220.402 9.148.255.176 8.166.122.770
1.1.3 Pendapatan Hasil 335.337.028 610.098.232 557.423.188
Pengelolaan
41

Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Pendapatan Hasil
Pengelolaan
1.1.4 Kekayaan Daerah 8.014.401.768 7.929.949.210 5.091.974.020
Pendapatan 486.042.272.2 493.870.168 576.001.974.
1.2 Transfer 91 .227 274
Transfer
Pemerintah
Pusat-Dana 452.169.858.6 471.417.436 467.675.344.
1.2.1 Perimbangan 11 .551 504
1.2.1. Dana Bagi Hasil 29.981.229.69 31.683.133.07
1 Pajak 30.157.094.625 7 8
1.2.1. Dana Bagi Hasil
2 BukanPajak 2.483.499.986 857.145.854 1.847.466.426
1.2.1. 370.482.061.0 383.218.545.0
3 Dana Alokasi Umum 363.390.164.000 00 00
1.2.1. Dana Alokasi 70.097.000.00 50.926.200.00
4 Khusus 56.139.100.000 0 0
Transfer
Pemerintah 11.924.850. 94.250.948.1
1.2.2 Pusat-Lainnya 23.195.408.00 000 13
1.2.2. Dana Otonomi
1 Khusus 0 0 0
1.2.2. 11.924.850.00 94.250.948.11
2 Dana Penyesuaian 23.195.408.000 0 3
Transfer
Pemerintah 10.667.005.68 10.527.881. 14.075.681.6
1.2.3 Provinsi 0 676 57
1.2.3. Pendapatan Bagi 10.527.881.67 14.075.681.65
1 Hasil Pajak 10.677.005.680 6 7
1.2.3. Pendapatan Bagi
2 Hasil Lainnya 0 0 0
LAIN-LAIN
PENDAPATAN 12.628.031.19 11.474.445. 13.503.818.5
1.3 YANG SAH 8 754 32
1.3.1 Pendapatan Hibah 0 0 0
Pendapatan Dana
1.3.2 darurat 0 0 0
11.474.445.75 13.503.818.53
1.3.3
Pendapatan Lainnya 12.628.031.198 4 2
519.069.067.6 526.763.453 606.849.576.
Jumlah 98 .464 296
2 Belanja Daerah
389.126.144.8 418.423.506 496.282.699.
2.1 Belanja Operasi 60 .141 295
310.185.151.3 365.059.030.3
2.1.1 Belanja Pegawai 276.692.936.140 25 40
42

85.734.232.57 90.087.552.42
2.1.2 Belanja Barang 80.150.328.501 2 9
2.1.3 Belanja Bunga 536.747.560 0 0
2.1.4 Belanja Subsidi 0 0 0
23.897.776.11
2.1.5 Belanja Hibah 1.900.000.000 4.750.000.000 6
Belanja Bantuan
2.1.6 Sosial 12.137.015.799 3.738.020.813 1.034.970.197
Belanja Bantuan 14.016.101.43 16.203.370.21
2.1.7 Keuangan 17.709.062.860 1 3
152.911.613.9 120.856.244 99.857.780.5
2.2 Belanja Modal 04 .770 15
2.2.1 Belanja Tanah 674.630.000 946.677.199 116.320.000
Belanja Peralatan 12.416.562.01
2.2.2 dan Mesin 28.152.378.152 8 9.905.831.435
Belanja Gedung dan 50.521.674.99 17.407.569.79
2.2.3 Bangunan 32.951.010.548 1 4
Belanja Jalan, Irigasi 56.836.040.06 72.346.398.43
2.2.4 dan Jaringa 86.164.440.104 2 6
Belanja Aset tetap
2.2.5 Lainnya 4.534.155.100 135.290.500 81.660.850
Balanja Aset
2.2.6 Lainnya 0 0 0
Belanja Tak
2.3 Terduga 0 892.500 0
2.3.1 BelanjaTak Terduga 0 892.500 0
2.4 Transfer 0 488.486.790 499.083.354
Bagi Hasil Pajak ke
2.4.1 Kabupaten/Kota 0 488.486.790 499.083.354
Bagi Hasil Retribusi
2.4.2 ke Kabupaten/Kota 0 0 0
Bagi Hasil
Pendapatan Lainnya
2.4.3 ke Kabupaten/Kota 0 0 0
Jumlah Belanja + 542.037.758.7 539.769.130 596.639.563.
Transfer 64 .201 164
- -
22.968.691.06 13.005.676. 10.210.013.1
Surplus /(Defisit) 5 756 32
Pembiayaan
3 Daerah
Penerimaan
3.1 Pembiayaan
Sisa Lebih
Perhitungan
Anggaran Tahun
Anggaran 40.706.210.38 31.596.631.08
3.1.1 Sebelumnya (SiLPA) 74.517.185.182 6 6
43

Pencairan Dana
3.1.2 Cadangan 0 0 0
Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah
3.1.3 Yang Dipisahkan 0 0 0
Penerimaan
3.1.4 Pinjaman Daerah 0 0 0
Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman
3.1.5 Daerah 115.819.001 2.090.229.478 100.616.173
Penerimaan Piutang
3.1.6 Daerah 155.420.010 42.083.291 14.368.110
Penerimaan Hutang
3.1.7 Belanja 1.116.095.148 3.051.287.215 0
Jumlah
Penerimaan 75.904.519.34 45.889.810.
Pembiayaan 1 371 31.711.615
Pengeluaran
3.2 Pembiayaan
Pembentukan Dana
3.2.1 Cadangan 0 0 0
Penyertaan Modal
(Investasi)
3.2.2 Pemerintah Daerah 808.211.189 0 0
Investasi Dana
3.2.3 Bergulir 0 0 0
Pembayaran Pokok
3.2.4 Utang 11.421.406.700 1.142.375.148 1.196.616.630
Pemberian Pinjaman
3.2.5 Daerah 0 145.127.400 0
Pembayaran Utang
3.2.6 Belanja 0 0 0
Jumlah
Pengeluaran 12.229.617.88 1.287.502.5 1.196.616.63
Pembiayaan 9 48 0
Pembiayaan 63.674.901.45 44.602.307. 30.514.998.7
Netto 1 823 39
Sisa Lebih
Perhitungan
Anggaran Tahun
Anggaran
Berkenaan 40.706.210.38 31.596.631. 40.725.011.8
(SiLPA) 6 086 71
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2008-2010
44

2 Perhitungan Rasio Keuangan Daerah pada Kabupaten Bulukumba

Pengukuran kinerja adalah proses sistematik dan bersinambungan untuk

menilai keberhasilan dan ketidakberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan

visi, misi, dan strategi instansi pemerintahan. Proses ini dimaksudkan untuk

menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang

keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran.

Dalam mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bulukumba, ada beberapa rasio yang dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya akan

dipaparkan dalam pembahasan sebagai berikut:

1 Rasio Kemandirian Daerah

Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian menggambarkan

ketergantungan daerah terhadap sumber data ekstern.

1 Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 2008


Pendapatan Asli Daerah
Rasio Kemandirian =
Pendapatan Transfer Dana + Pinjaman
45

20.398.764.209,46
= x 100%
486.042.272.291,00 + 0

= 4,19 %

2 Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 2009

Pendapatan Asli Daerah


Rasio Kemandirian =
Pendapatan Transfer Dana + Pinjaman

21.418.839.483,39
= x 100%
493.870.168.227,00 + 0

= 4,33 %

3 Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 2010

Pendapatan Asli Daerah


Rasio Kemandirian =
Pendapatan Transfer Dana + Pinjaman

17.343.783.489,88
= x 100 %
576.001.974.274,35 + 0

= 3.01 %

2 Rasio Efektifitas dan Efisiensi

Menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan

pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang

ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah. Kemampuan daerah dalam


46

menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal

sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian semakin tinggi rasio efektifitas,

menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Rasio efektifitas Pemerintah Kabupaten Bulukumba dapat dihitung sebagai

berikut:

Realisasi Penerimaan PAD


Rasio Efektifitas =
Target Peneriamaan PAD Yang Ditetapkan
Berdasarkan Potensi Rill Daerah

Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas perlu

diperbandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah. Rasio efisiensi

menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja

pemerintah dikatakan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 atau

dibawah 100 persen. Semakin kecil rasio efisien menggambarkan kemampuan

daerah yang semakin baik.


Rasio efisiensi Pemerintah Kabupaten Bulukumba dihitung sebagai

berikut:
Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Memungut PAD
Rasio Efisiensi =
Realisasi Penerimaan PAD

Tabel 5.1 Target dan Realisasi Tahun Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Tahun Anggaran 2008-2010

Keterangan 2008 2009 2010

Target 32.797.480.272,00 35.974.314.248,00 52.606.038.817,00


47

Penerimaan PAD

Realisasi 20.398.764.209,46 21.418.839.483,39 17.343.783.489,88

Penerimaan PAD

Biaya 435.297.722,00 580.887.744,00 375.522.395,00

Pemungutan

PAD

Rasio 62,19 % 59 ,53% 32 ,96%

Efektivitas

Rasio Efisiensi 2,13 % 2,71 % 2,16 %

Sumber: Data Diolah


20.398.764.209,46
a Rasio Efektifitas 2008 = x100%
32.797.480.272,00

= 62,19 %

21.418.839.483,39
Rasio Efektifitas 2009 = x 100%
35.974.314.248,00

= 59,53%

17.343.783.489,88
Rasio Efektifitas 2010 = x 100%
52.606.038.817,00

= 32,96%
48

435.297.722,00
b Rasio Efisiensi 2008 = x 100%
20.398.764.209,46

= 2,13 %

580.887.744,00
Rasio Efisiensi 2009 = x 100%
21.418.839.483,39

= 2,71%

375.522.395,00
Rasio Efisiensi 2010 = x 100%
17.343.783.489,88

= 2,16%

3 Rasio Aktivitas (Rasio Keserasian)


Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintahan daerah

memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan

secara optimal. Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja

rutin berarti presentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan

untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin

kecil. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

Total Belanja Operasi


Rasio Belanja Rutin Terhadap APBD =
Total APBD

Total Belanja Modal


Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD =
Total APBD
49

Tabel 5.2 Perhitungan Rasio Aktivitas Pemerintah Kabupaten Bulukumba


Tahun Anggaran 2008-2010

Keterangan 2008 2009 2010

Belanja 389.126.144.860,40 418.423.506.141,00 496.282.699.295,00

Operasi

Belanja 152.911.613.904,00 120.856.244.770,00 99.857.780.515,00

Modal

Rasio 71,78% 77,51% 83,17 %

Belanja

Operasi
28,21 % 22,39 % 16,73 %
Rasio

Belanja

Modal

Sumber : Data diolah

1 Rasio Aktivitas tahun 2008 :


389.126.144.860,40
a Belanja Operasi = x100%
542.037.871.764,40

= 71,78 %

152.911.726.904,00
b Belanja Modal = x100%
524.037.871.764,40

= 28,21%

2 Rasio Aktivitas 2009 :

418.423.506.141,00
a Belanja Operasi = x100%
539.769.130.201,00
50

= 77,51%

120.856.244.770,00
b Belanja Modal = x100%
539.769.130.201,00

= 22,39 %

3 Rasio Aktivitas 2010 :

496.282.699.295,00
a Belanja Operasi = x100%
596.639.563.164,00

= 83,17 %

99.857.780.515,00
b Belanja Modal = x100%
596.639.563.164,00

= 16,73 %

4 Debt Service Coverage Ratio


Selain menggunakan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dapat

menggunakan alternatif sumber dana lain, yaitu dengan melakukan pinjaman,

sepanjang prosedur dan pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.


Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Kabupaten Bulukumba dapat

dihitung sebagai berikut :


(PAD+BD+DAU)- BW
DSCR =
Total (pokok angsuran+bunga+ biaya pinjaman)

Tabel 5.3 Perhitungan Debt Service Coverage Ratio Kabupaten Bulukumba

Tahun Anggaran 2008-2010


51

No Keterangan 2008 2009 2010

1. Pendapatan Asli 20.398.764.209,46 21.418.839.483,39 17.343.783.489,88


Daerah

2. Bagi Hasil 32.639.594.611,00 30.838.375.551,00 33.530.599.504,00


Pajak /bukan
Pajak

3. Dana Alokasi 363.390.164.000,0 370.482.061.000,0 383.218.545.000,0


Umum
0 0 0

4. Belanja Pegawai 389.126.144.860,4 310.185.151.325,0 365.059.030.340,0

0 0 0

5. Belanja Anggota 2.349.600.000,00 1.253.085.000,00 2.313.080.000,00

DPRD

6. Bunga 536.747.560,40 - -

7. Pokok Angsusan - 1.142.375.148,00 1.196.616.630,00

8. DSCR 1,26% 9,74 % 5,57 %

Sumber: Data diolah

(2.398.764.209,46+32.640.594.611,00+363.390.164.000,00)

- (389.126.144.860,40+ 2.349.600.000,00)
1 DSCR 2008 =
536.747.560,40

= 1,29%

(20.418.839.483,39+30.838.375.551,00+370.482.061.000,00)

- (310.185.151.325,00 + 1.253.085.000,00)
2 DSCR 2009 =
1.142.375.148,00

= 9,74 %

(17.343.783.489,88+33.530.599.504,00+ 383.218.545.000,00)

- ( 365.059.030.340,00 + 2.313.080.000,00 )
52

3 DSCR 2010 =
1.196.616.630,00

= 5,57 %

5 Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (Growth Ratio) mengukur seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya

yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya

pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan

pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu

mendapatkan perhatian.

Tabel 5.4 Perhitungan Rasio Pertumbuhan APBD Kabupaten Bulukumba Tahun

Anggaran 2008-2010

No Keterangan 2008 2009 2010

1. Pendapatan 20.398.764.209,46 21.418.839.483,39 17.343.783.489,88

Asli Daerah

2. Pertumbuha

n
5,00 % -19.02 %
Pendapatan

Asli Daerah

3. Pendapatan 519.069.067.698,9 526.763.453.464,3 606.496.876.693,3

6 9 7

4.. Pertumbuha 1,48 % 15,13 %

n
53

Pendapatan

5. Belanja 389.126.144.860,4 418.423.506.141,0 496.282.699.295,0

Operasi 0 0 0

6. Pertumbuha
n Belanja
Operasi
7,52 % 18,60 %

7. Belanja 152.911.613.904,0 120.856.244.770,0 99.857780.515,00

Modal 0 0

8. Pertumbuha

n Belanja
-20,96 % -17,37 %
Modal

Sumber: Data diolah

1 Rasio Pertumbuhan 2008 -2009


21.418.839.483,39 20.398.764.209,46
a PAD =
20.398.764.209,46

= 5,00 %

526.763.453.464,39 519.069.067.698,96
b Pendapatan =
519.069.067.698,96

= 1,48 %

418.423.506.141,00 - 389.126.144.860,40
c Belanja Operasi =
389.126.144.860,40

= 7,52 %

120.856.244.770,00 152.911.613.904,00
d Belanja Modal =
152.911.613.904,00

= -20,96 %
54

2 Rasio Pertumbuhan 2009 2010


17.343.783.489,88 21.418.839.483,39
a PAD =
21.418.839.483,39

= -19,02%

606.496.876.693,37 - 526.763.453.464,39
b Pendapatan =
526.763.453.464,39

= 15,13 %

496.282.699.295,00 418.423.506.141,00
c Belanja Operasi =
418.423.506.141,00

= 18,60 %

99.857.780.515,00 120.856.244.770,00
d Belanja Modal =
120.856.244.770,00

= -17,37 %

5.3 Evaluasi Kinerja Keuangan Dearah Kabupaten Bulukumba


1. Rasio Kemandirian Daerah
Tabel 5.5 Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Bulukumba
Tahun Anggaran 2008-2010

Uraian 2008 2009 2010 Keterangan

Rasio 4,19% 4,33% 3.01% Kemandirian daerah dalam

Kemandirian mencukupi kebutuhan

Daerah pembiayaan untuk melakukan

tugas-tugas pemerintahan,
55

pembangunan dan pelayanan

masyarakat masih sangat

rendah

Sumber: Data diolah


Dari tabel diatas diketahui bahwa rasio kemandirian keuangan daerah

Kabupaten Bulukumba pada tahun anggaran 2008 sebesar 4,19%, naik pada tahun

2009 sebesar 4,33% dan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 3,01%
Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian daerah dalam mencukupi kebutuhan

pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan masyarakat masih sangat rendah. Terlihat dari Pendapatan Asli Daerah

yang mengalami naik turun dari tahun ke tahun. Oleh karena itu,perlu adanya

usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern (terutama

pemerintahan pusat dan provinsi), baik melalui pengoptimalan sumber pendapatan

asli daerah khusunya pada pendapatan lain-lain PAD yang sah yang mengalami

penurunan di tahun anggaran 2008-2010

2.Rasio Efektifitas dan Efisiensi


Tabel 5.6 Rasio Efektifitas dan Efisiensi Kabupaten Bulukumba
Tahun Anggaran 2008-2010

No. Uraian 2008 2009 2010 Keterangan

1. Rasio 62,19 % 59 ,53% 32 ,96% Pemerintah daerah tidak efektif

Efektifitas dalam merealisasikan pendapatan

daerah pada tahun 2008-2010

2 Rasio 2,13 % 2,71 % 2,16 % Pemerintah daerah sangat efisien

Efisiensi dalam memungut sumber

pendapatan daerah. Semakin kecil


56

rasio efisiensinya

menggambarkan kemampuan

daerah yang semakin baik.

Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan rasio efektivitas dan efisiensi dapat dilihat

bahwa rasio efektifitas Pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam melakukan

pemungutan pajak dan retribusi daerah yang merupakan sumber pendapatan asli

daerah pada tahun 2008 adalah 62,19 %, 2009 59,53 % dan 2010 32,96 % . Angka

ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah tidak efektif dalam merealisasikan

sumber pendapatan asli daerah khususnya dalam melakukan pemungutan retribusi

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang sah.
Sedangkan dari perhitungan rasio efisiensi diatas kinerja Pemerintahan

Daerah Kabupaten Bulukumba dapat dikatakan sangat efisien karena dari

perhitungan rasio dari tahun 2008 2,13%, 2009 2,71%, dan 2010 2,16%

mengalami kenaikan pada tahun pada tahun 2009 yang berarti adanya penurunan

kinerja pada pemerintah, lalu pada tahun 2010 rasio efisiensinya mengalami

penurunan yang menggambarkan meningkatnya kinerja pemerintah. Ini

mengindifikasikan bahwa pemerintah daerah mengalami peningkatan kinerja dari

segi efisiensinya melakukan pemungutan sumber pendapatan.

3 Rasio Aktivitas (Rasio Keseimbangan)

Tabel 5.7 Rasio Aktivitas Kabupaten Bulukumba


Tahun Anggaran 2008-2010

Uraian 2008 2009 2010 Keterangan


57

Rasio 77,15 % 71,78 % 83,17 % Sebagian besar dana APBD

Belanja diiprioritaskan untuk kebutuhan

Operasi operasional sehingga

belanjaoperasional mengalami

Rasio peningkatan dari tahun 2008 hingga

Belanja 2010
Hanya sebagian kecil dana APBD
Modal 22,39 %
digunakan untuk pembangunan dan
28,21 % 16,73 %
itupun rasionya mengalami

penurunan dari tahun ke tahun

Sumber : Data diolah

Dari tabel 5.7 diatas terlihat sebagian besar dana yang dimiliki Pemerintah

Daerah Kabupaten Bulukumba masih diprioritaskan untuk kebutuhan belanja

operasi sehingga rasio belanja modal terhadap APBD masih relatif kecil.
Belum ada patokan yang pasti berapa besarnya rasio belanja operasi

maupun belanja modal terhadap APBD yang ideal karena sangat dipengaruhi oleh

dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang

diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan. Namun demikian,

sebagai negara berkembang peranan pemerintah daerah untuk memacu

pelaksanaan pembangunan masih relatif besar. Namun hal ini masih kurang

diperhatikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba karena terlihat rasio

belanja modal dari tahun ke tahun menurun.

4 Debt Service Coverage Ratio


Tabel 5.8 Debt Service Coverage Ratio Kabupaten Bulukumba
Tahun Anggaran 2008-2010
58

Uraian 2008 2009 2010 Keterangan

Debt Service 1,29% 9,74% 5,57% Tahun 2009-2010 pemerintah daerah

Coverage memiliki peluang untuk melakukan

Ratio pinjaman apabila diperlukan karena

terlihat bahwa DSCR Pemerintah

Kabupaten Bulukumba berada diatas

standar persyaratan (DSCR > 2,5%)

untuk dapat melakukan

pinjaman.Sedangkan tahun 2008

pemerintah daerah tidak dapat

melakukan pinjaman karena

DSCRnya dibawah standar yang

ditentukan.

Sumber : Data diolah


DSCR mengindikasikan kelayakan pemerintah daerah untuk melakukan

pinjaman. DSCR ditetapkan minimal 2,5 (Pasal 12, PP No 54 Tahun 2005 tentang

Pinjaman Daerah) dan sebaliknya jika DSCR dibawah 2,5 maka tidak

diperbolehkan lagi melakukan pinjaman.


Dari tabel 5.8 diatas terlihat bahwa DSCR Pemerintah Daerah Kabupaten

Bulukumba pada tahun 2008 tidak dapat melakukan pinjaman karena DSCRnya

berada dibawah standar. Sedangkan tahun 2009 dan 2010 berada diatas standar

(DSCR >2,5). Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah layak

melakukan pinjaman, baik jangka menengah maupun jangka panjang apabila

terjadi kekurangan dana atau defisit anggaran.


59

5 Rasio Pertumbuhan
Tabel 5.9 Rasio Pertumbuhan Kabupaten Bulukumba
Tahun Anggaran 2008-2010

Uraian 2008 2009 2010 Keterangan

PAD - 5,00 % -19.02 % Kinerja pemerintahan

Pendapatan - 1,48 % 15,13 % daerah menunjukkan

Belanja - 7,52 % 18,60 % pertumbuhan yang positif

Operasi selama tahun 2008-2009

Belanja - -20,96 % -17,37 % hanya pada belanja modal

Modal yang pertumbuhannya

negatif. Dan tahun 2009-

2010 hanya pertumbuhan

pendapatan dan belanja

operasi yg mengalami

pertumbuhan yang

negatif.

Sumber : Data diolah

Dari perhitungan rasio pada tabel 5.9 diatas dapat dijelakan bahwa

pertumbuhan APBD Kabupaten Bulukumba pada Tahun Anggaran 2008-2009

pertumbuhan pendapatan asli daerah, pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan

belanja operasi menunjukkan pertumbuhan yang positif, hanya belanja modal

yang menunjukkan pertumbuhan negatif. Sedangkan pada tahun 2009-2010

pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan belanja operasi mengalami

pertumbuhan yang positif. Sebaliknya dengan pertumbuhan pendapatan asli

daerah dan pertumbuhan belanja modal mengalami pertumbuhan yang negatif.


60

BAB VI

PENUTUP

1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa :

1 Kemandirian Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba dalam

memenuhi kebutuhan dana untuk penyelenggaraan tugas-tugas


61

pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial kepada masyarakat

masih sangat rendah dan bahkan mengalami naik turun dari tahun ke

tahun, yaitu dari 4,19 % pada tahun 2008 menjadi 4,33% pada tahun

2009 dan 3,01% pada tahun 2010. Dimana terjadi peningkatan

kemandirian daerah yang selanjutnya mengalami penurunan pada

tahun 2010.
2 Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba dalam

merealiasasikan pendapatan asli daerahnya tergolong tidak efektif dan

tergolong efisien, yakni pada tahun 2008 memiliki rasio efektifitas

62,19% dan rasio efisiensi 2,13% kemudian pada tahun 2009 memiliki

rasio efektifitas sebesar 59,53% dan rasio efisien 2,71%, dan pada

tahun 2010 memiliki rasio efektifitas 32,96% rasio efisien sebesar

2,16%.
3 Sebagian besar yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten

Bulukumba masih diprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan belanja

operasi daripada belanja modal. Namun pelaksanaan pembangunan

masih kurang diperhatikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Bulukumba terlihat dari rasio belanja modal dari tahun ke tahun

menurun.
4 Secara potensial kekurangan dana ataupun defisit anggaran, maka

untuk mencukupi kebutuhan belanjanya, Pemerintah Daerah

Kabupaten Bulukumba memiliki kesempatan untuk memperoleh

pinjaman pada tahun 2009-2010. Hal ini dikarenakan pada tahun

anggaran 2009 memilik DSCR sebesar 9,74%, tahun anggaran 2010


62

memiliki DSCR sebesar 5,57%. Kemudian DSCR pada tahun 2010

sebesar 1,29% dan tidak layak mendapat pinjaman.


5 Pertumbuhan APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba tahun

anggaran 2008-2010 menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan

asli daerah dan pertumbuhan belanja modal menunjukkan

pertumbuhan yang negatif. Sedangkan pada pertumbuhan pendapatan

dan pertumbuhan belanja operasi mengalami pertumbuhan yang

positif.

6 Kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba selama

periode penelitian (tahun 2008 sampai tahun 2010) kurang baik karena

hampir semua perhitungan rasio mengalami penurunan kinerja.

2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan tersebut, maka hal-hal yang

dapat disarankan adalah sebagai berikut:


1 Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba dapat menggunakan

analisis rasio keuangan untuk melakukan penilaian dan evaluasi

kinerja untuk kepentingan manajemen birokrasi pemerintah serta untuk

menambah kualitas sistem informasi keuangan daerah.


2 Lebih mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang

ada maupun yang belum diolah agar dapat meningkatkan pendapatan


63

asli daerah sehingga ketergantungan terhadap sumber daya ekstern

dapat diminimalisir
3 Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba sebaiknya memprioritaskan

lagi pengalokasian dana yang dimiliki untuk belanja modal sehingga

semakin bertambahnya sarana dan prasarana yang diharapkanakan

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.


4 Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan semua pihak yang terlibat dalam

penyusunan laporan keuangan, baik itu dengan memberikan bimbingan

teknis dan pelatihan mengenai pengelolaan keuangan daerah. Dengan

begitu diharapkan penyusunan laporan keuangan dapat berjalan

dengan lancar dan tepat waktu sehingga memudahkan penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tahun anggaran

berikutnya serta dapat menjadi informasi yang relevan bagi

pemakainnya

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba, 2008, Indeks Pembangunan


Manusia Kabupaten Bulukumba, Bulukumba

Bappeda Kabupaten Bulukumba, 2009, Profil Daerah Kabupaten Bulukumba


2010, Bulukumba

Bastian, Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik :Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit


Erlangga.
64

Google, http://www.rca-fm.com/2011/03/bulukumba-masih-wajar-maros
terburuk.html diakses tanggal 2April 2012

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.


Salemba Empat.

Mahsun, Sulisyowati Firman dan Andre Purwanugraha, Herbertus. 2007.


Akuntansi Sektor Publik, Edisi Ke2: Penerbit BPFE Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja


Rosdakarya.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pemkab Bulukumba, 2009. Makassar Dalam Angka 2010, Bulukumba.

Republik Indonesia.. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690 900 327 Tahun 1996
tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan.

Republik Indonesia, Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Perimbangan


Keuangan Daerah

Republik Indonesia, Undang-undaang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan


Pemerintah Pusat dan Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 65 Tahun 2007 tentang
Pedoman Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Tentang Penjabaran
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah..

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan.
65

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No, 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman


Daerah.

Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja, diakses pada tanggal 13


November 2011.

LAMPIRAN
66

Lampiran

Biaya Pemungutan Pajak Kabupaten Bulukumba


Tahun Anggaran 2008-2010

No Uraian 2008 2009 2010

1 Biaya Pemungutan PBB 340.508.757 409.709.616 365.522.395

2 Biaya Pemungutan Pajak 102.544.763 171.178.128 0


Daerah
Jumlah 435.297.722 580.887.744 375.522.395
67

You might also like