Professional Documents
Culture Documents
OLEH
KELOMPOK 4:
INNA NUR KHASANAH NIM 1411021005
NI LUH PUTU SUANIASIH NIM 1411021009
MARYANI NINGSIH NIM 1411021027
DIOLIA BOANGMANALU NIM 1411021033
ALYA SARASWATI NIM 1511023001
B. Alur Cerita
Format suatu scenario atau naskah berkaitan dengan medium yang akan
digunakan untuk menayangkannya. Scenario yang ditayangkan untuk sinetron
untuk ditayangkan melalui media televise sebaiknya sepanjang 30 menit atau 60
menit dengan dipotong iklan. Scenario film paling sedikit sepanjang 90 menit.
Menurut Mabruri (dalam Tegeh dan Mahadewi, 2016: 139) struktur
sinema tiga babak adalah fondasi dalam membentuk scenario yang solid untuk
televisi dan film, baik yang panjang maupun pendek. Struktur tiga babak terdiri
atas (1) Babak 1: awal permulaan konflik, (2) babak 2: tengah atau komplikasi
masalah, dan (3) babak 3: akhir resolusi masalah. Dalam istilah bahasa
inggrisketiga babak tersebut dinamakan opening (act 1), middle (act 2), dan end
(act 3). Struktur tiga babak bukan merupakan suatu formula yang menjamin
kesuksesan cerita. Hal ini dapat dianalogkan dengan sebuah lagu, tidak semua
lagu yang didengar akan laris dan menjadi top. Dengan demikian, banyak factor
yang menentukan suatu cerita menjadi menarik atau tidak menarik.
Plot merupakan jalan atau alur ceritadari awal sampai akhir. Sebelum
menulis scenario atau naskah film, sebaiknya penulis naskah mengetahui plotnya.
Kemana tujuan cerita, apa saja masalahnya, dan bagaimana solusnya sudah
diketahui jelas, karena bila hal ini tidak diketahui maka penulis naskah akan
kehilangan ide-ide dalam menyambungkan alur cerita.
Dalam sebuah film yang berdurasi 120 menit, babak 1 (awal permulaan
konflik) mendapat porsi waktu 25%, babak 2 (tengah atau komplikasi masalah)
50%, dan babak 3 (akhir resolusi masalah) 25%. Apabila dalam satu halaman
naskah film disetarakan dengan durasi waktu satu menit, maka untuk film
berdurasi 120 menit dibutuhkan 120 halaman naskah. Dengan demikian, babak 1
dialokasikan waktu 30 menit (30 halaman), babak 2 dialokasikan waktu 60 menit
(60 halaman), dan babak 3 dialokasikan waktu 30 menit (30 halaman). Untuk itu
apabila penulis naskah untuk durasi yang berbeda-beda, dianjurkan untuk tetap
memperhatikan presentase.
Cara terbaik untuk memahami lebih dalam tentang struktur tiga babak
adalah dengan menonton beberapa film sukses dan analisis jalan ceritanya.
Semakin sering menonton beraneka jenis film, maka seseorang dapat
membedakan filnya berhasil atau gagal. Drama tiga babak merupakan jenis drama
stanar yang mudah dalam penggarapannya. Konflik yang ditimbulkan, hubungan
antar karakter dapat memperkokoh tokoh utama untuk mencapai tujuan akhir dari
sebuah cerita.
Menurut Mabruri (dalam Tegeh dan Mahadewi, 2016: 141) Plot tidak
hanya diterjemahkan sebagai alur cerit, tetapi plot juga diartikan sebagai alur
cerita yang direkayasauntuk mencapai kesimpilan tertentu. Hal ini berarti bahwa
satu bagian cerita dari novel, cerpen, cerita perjuangan kemerdekaan, dan lain-lain
dapat dibuat dengan banyak plot, sesuai dengan sudut pandang dan tujuanyang
ingin dicapai.
Dalam sebuah plot utama terdapat subplot (plot yang lebih kecil) yang
mengiringinya dan berfungsi tidak hanya meramaikan cerita, tetapi juga berfungsi
lain untuk memperkuat informasi cerita dan meningkatkan dramatic cerita. Untuk
itu, jika kita menemukan subplot yang tidak menunjang plot utama, harus segera
kita singkirkan agar tidak berkembang menjadi cerita tersendiri yang dapat
mengacaukan dan membingungkan cerita yang sedang dinangun.
Salah satu hal yang membuat film dan sinetron menarik bagi penonton
adalah unsur dramatic sebuah cerita. Dramatik sebuah film merupakan unsur
pendorong agar penonton selalu merasa ingin mengikuti cerita film tersebut
sampai akhir. Keberadaan unsure dramatic sebuah cerita dapat mengunci empati
penonton, misalnya adegan menyeramkan yang terdapat pada film horror, maka
penonton seolah-olah terlibat dan hanyut dalam cerita film. Keberadaan dramatic
cerita dalam sebuah film sangat penting karena dapat menjadikan karya film tidak
monoton dan terkesan datar.
Babak 1 (opening) berisi pengenalan tokoh dan identifikasi masalah serta
resiko yang dihadapinya. Fokus rekayasa pada babak ini adalah membuat
penonton secepatnya memusatkan diri kepada film, membuat penonton bersimpati
kepada protagonist (tokoh baik), dan membuat penonton mengetahui
permasalahan utama tokoh protagonist. Babak 2 (middle) merupaka tahap
dimulainya konflik dan proses penyelesaiannya. Pada babak ini biasanya
mengandung titik serangan (protagonis mengambil keputusan untuk menerjang
hambatan/problema utama), jalan cerita, tokoh protagonist mulai banyak masalah,
dan klimaks (puncak masalah). Babak 3 (end) menampilkan penyelesaian masalah
yang bisa berupa happy ending (akhir yang bahagia), sad ending (akhir yang
menyedihkan), atau open ending (diserahkan kepada penonton, artinya penonton
sendiri yang menafsirkan akhir cerita tersebut).
Menurut Sayuti (dalam Noor) menyatakan bahwa dilihat dari segi
penyusunan peristiwa yang membentuknya terdapat dua jenis alur yang terdiri
dari :
1. Alur progresif atau alur kronologis yaitu : cerita benar benar dimulai dari
eksposisi, melampaui kompleksitas dan klimaks yang berawal dari konflik
tertentu, dan berakhir pada pemecahan atau denouement.
2. Alur regresif atau alur flash back atau sorot balik yaitu : cerita dapat saja
dimulai dengan konflik tertentu, kemudian diikuti eksposisi lalu diteruskan
komplikasi tertentu, mencapai klimaks dan menuju pemecahan dan dapat pula
dinilai dengan bagian-bagian lain yang divariasikan.
DAFTAR ISI
Juliasmi,. Tito dkk. 2012. Aplikasi Pengenalan Karakter Manusia Melalui Bentuk
Bagian Wajah Menggunakan Metode Backpropagation. Pekanbaru:
Program Studi Teknik Informatika Jurusan Komputer Politeknik Caltex
Riau. Terdapat pada https:// aksara.pcr.ac.id /page/read_ pdf.php?
name=eJurnal-PCR-Tito.pdf&id=89. Diakses pada 15 April 2017.
Noor., Akhmad Syarif. 2013. Kajian Struktural Semiotik Teks Film Entre Les
Murs Karya Laurent Cantet. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Terdapat pada: eprints.uny.ac.id /21773/1/ Akhmad %20 Syarif%20Noor
%2006204241012.pdf. Diakses pada 9 April 2017.
Tegeh, I Made., & Mahadewi, Luh Putu Putrini. 2016. Sinematografi Pendidikan.
Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha.