You are on page 1of 8

MAKALAH ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN

Analisis kualitatif dan kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin di Madura

Disusun Oleh:

Nama : Ikhwan Latif


NPM : 15 522 014
Jurusan : Analisis Kesehatan

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
PAPUA
2016
I. PENDAHULUAN
Ikan adalah hewan yang hidup didalam air, mereka dapat bernafas dengan air,
dengan ingsan yang dimiliki. ikan dapat ditemukan diair tawar maupun air asin. Ikan
merupakan hewan berdarah dingin poikiloterm artinya suhu tubuhnya berubah-ubah
sesuai dengan suhu air yang ditempati. Ikan merupakan salah satu sumber protein
hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah.
Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan
perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah
dengan pembuatan ikan asin (Suhartini dan Hidayat, 2005).
Upaya pengawetan ikan dimasyarakat dimulai dari awal penangkapan ikan,
distribusi hingga sampai ketangan konsumen. Tetapi pada saat ini masih terdapat
penanganan ikan dengan menggunakan cara yang tidak bertanggung jawab.
Penggunaan formalin sebagai salah satu cara tidak bertanggung jawab yang masih
dilakukan oleh oknum-oknum tertentu untuk menekan biyaya produksi dan
meningkatkan keuntungan (Kompas, 10 Maret 2010).
Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat
tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagai banyak orang sudah mengetahui
terutama produsen bahwa zat ini berbahaya digunakan juka digunakan sebagai
pengawet, namun penggunaannya bukan menurun namun malah semakin meningkat
dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang
dan dengan kelebihan. Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan
makanan, bahkan merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan
(Effendi ,2009)
Memang orang yang mengonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu,
tempe, bakso, ayam, dan ikan yang berformalin dalam beberapa kali saja belum
merasakan akibatnya. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada
tubuh manusia, yaitu rasa sakit perut yang akut disetai muntah-muntah, timbulnya
depresi susunan saraf atau kegagalan peredaran darah. Maka karena itu ada prosedur
yang dapat dilakukan untuk menganalisis formalin pada bahan pangan (Effendi, 2009)
Prosedur penelitian meliputi identifikasi keberadaan formaldehid pada ikan
asin dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Jika hasil uji positif akan
dilanjutkan dengan pengujian secara kuantitatif memakai spektofotometer. Pengujian
secara kualitatif meliputi, timbang bahan sebanyak 5 gram, masuk kan aquades
kedalam beaker gelas sebanyak 50 ml, kemudian didihkan. Masukan bahan bahan
yang diuji ke dalam erlenmeyer, lalu direndam dengan aquades yang mendidih,
masukan asam kromatofat lalu aduk. Produk yang mengandung formalin akan
ditunjukan dengan berubahnya warna air dari bening menjadi merah muda hingga
ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin semakin tinggi (Widyaningsih dan
murtini, 2006).
II. PEMBAHASAN
1.1 Definisi ikan asin
Ikan merupakan salah satu komoditi ekspor yang mudah mengalami
pembusukandibandingkan produk daging, buah dan sayur.pembusukan pada ikan
terjadi karena tubuh ikan mengandung kadar air tinggi sekitar 80% dan Ph tubuh
ikan mendekati netral. Hal tersebut memudahkan tumbuhnya bakteri pembusuk.
Daging ikan mengandung asam lemak tak jenuh berkadar tinggi yang sifatnya
mudah mengalami proses oksidasi yang dapat menimbulkan bau tidak sedap.
Selain itu jaringan ikat pada daging ikan sangat sedikit sehingga cepat lunak dan
mikroorganisme cepat berkembang. Oleh karena itu, para produsen melakukan
penghambatan pembusukan ikan. Salah satu caranya dengan melakukan
penggaraman dan pengeringan yang produksinya disebut ikan asin. Untuk
mendapat ikan asin berkualitas harus menggunakan bahan baku yang bermutu
baik dan menggunakan garam murni yang berwarna putih bersih (Universitas
Muhamadiyah, 2015).
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini
daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan
disuhu kamar untuk jangka waktu berbualan-bulan, walaupun biasanya harus
ditutup rapat. Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan
terhindar dari kerusakan fisik akibat infestasi serangga, ulat lalat, dan beberapa
jasad renik perusak lainnya (Universitas Muhamadiyah, 2015).

1.2 Definisi formalin


Formalin adalh larutan tak berwarna yang berbau tajam dengan kandungan
kimia 37% formaldehid (metanol) dalam air 15% metanol sebagai pengawet dan
stabilisator. Menurut kepala pusat penelitian kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto
Kardono, bahwa awalnya formalin berbentuk padat yang disebut formaldehida
atau istilah asingnya adalah formaldehyde. Formali memiliki banyak nama lain
bedasarkan senyawa campurannya. Rumus kimia formalin adalah CH 2OH yang
reaktif dan mudah mengikat air (Herdiantini, 2003).
Apabila zat formalin sudah tercampur dengan air, maka rumus kimianya
adalah CH2O. Formalin memiliki fungsi sebagai antibacterial agent yang dapat
memperlambat aktivitas bakteri dalam makanan dan membuat makanan menjadi
awet. Namun ketika masuk kedalam tubuh manusia, formalin bersifat mutagenik
dan karsiogenik yang dapat memicu sel kanker dan cacat gen pada tubuh
(Herdiantini, 2003).
Formalin adalah salah satu jenis pengawet yang sering disalahgunakan dan
secara hukum dilarang keras digunakan untuk mengawetkan produk pangan.
Ironisnya, formalin ini sangat mudah ditemukan dengan harganya yang murah,
sehingga sering digunakan oleh produsen dan pedagang untuk mengawetkan
produknya. Hal ini menyebabkan keresahan dan kecemasan di masyarakat
mengingat efek samping konsumsi formalin dapat membahayakan kesehatan
(Eddy S. M., 2014).

1.3 Metode dan Prosedur Analisis Formalin Pada Ikan Asin


Adapun metode yang dapat dilakukan untuk menganasia bahan pangan ikan,
apakah mengandung zat pengawet formalin apakah tidak. Dalam makalah ini
penulis mengambil metode penelitian dari sebuah jurnal yang berjudul Analisis
kualitatif dan kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin di Madura.
Dalam penelitian ini ada alat dan bahan yang digunakan seperti ikan asin yang
diperoleh dari beberapa pasar tradisonal. Bahan kimia yang dipakai adalah asam
kromatofat sedang kan alat-alat yang digunakan meliputi beaker gelas, pengaduk,
kompor, tabung reaksi, erlenmeyer dan spektofotometer (Widyaningsih dan Erni,
2006).
Prosedur penelitian meliputi identifikasi keberadaan formaldehid pada ikan
asin dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Jika hasil uji positif akan
dilanjutkan dengan pengujian secara kuantitatif memakai spektofotometer.
Pengujian secara kualitatif meliputi, timbang bahan sebanyak 5 gram, masuk kan
aquades kedalam beaker gelas sebanyak 50 ml, kemudian didihkan. Masukan
bahan bahan yang diuji ke dalam erlenmeyer, lalu direndam dengan aquades yang
mendidih, masukan asam kromatofat lalu aduk. Produk yang mengandung
formalin akan ditunjukan dengan berubahnya warna air dari bening menjadi
merah muda hingga ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin semakin tinggi
(Widyaningsih dan Erni, 2006).
Pengujian secara kuantitaif meliputi; pembuatana laruratan standar formalin
37%diambil sebanyak 0,027 ml, tambahkan aquades sebanyak 500 ml atau 20
ppm, buat konsentrasi yang berbeda yaitu o; 0, 05; 0,1; 0,5; 0,75; 1,0; 1,5; dan 2
kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi yang sudah diberi label (8 tabung
reaksi) tambahkan asam kromatofat sebanyak 5 ml pada setiap konsentrasi yang
berbeda, panaskan tabung reaksi selama 30 menit dengan kompor pada suhu
100oC, terbentuklah larutan standar. Pembuatan laritan uji; homogenkan sampel
sebanyak 20 ml dengan aquades, panaskan sampel yang telah diuji dengan
kompor sampai mendidih, disaring lalu didinginkan. Ambil filtar sebanyak 2 ml
ke dalam tabung reaksi dengan 3 kali ulangan. Tambahkan asam kromatofat
sebanyak 5 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi. Ukur absorbansinya
dengan spektofotometer dengan panjang gelombang 520 nm. Lalu nilai
spektofotometer akan dibandingkan dengan larutan standar pada setiap
konsentrasi yang berbeda pada masing-masing tabung reaksi dengan metode
regresi linear (Widyaningsih dan Erni, 2006).

1.4 Penjelasan metode yang digunakan


Dalam makalah ini akan menjelaskan metode yang digunakan sebagi analisis
formalin pada ikan asin seperti yang telah diterapkan pada jurnal Analisi
Kualitatif dan kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin di Madur, yaitu
menggunakan metode spektofotometer (Mulja, 1995).
a. Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada
suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet (Mulja, 1995).
b. Prinsip kerja spektofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun
campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian sinar masuk akan
dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan.
Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai
absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
Spektofotometri dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum Berr menyatakan absorbansi
cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium
(miller J.N 2000).
III. KESIMPULAN
Analisis kualitatif dan kuantitatif formaldehid pada ikan asin dimadura dapat
dilakukan dengan menggunakan metode spektofotometer.
Daftar Pustaka

Eddy S. M. 2014. Tahu, Makanan Favorit Yang Keamanannya yang Perlu Diwaspadai
Insitute of Tropical. Disease Universitas Airlangga. http// itd.unair.ac.id. Diakses
tanggal 05 April 2017.

Herdiantini. 2003. Analisis Bahan Tambahan Kimia (Bahan Pengawet dan Pewarna)
yang Dilarang Dalam Makan. Bandung: fakultas Teknik Universitas
Pasundan.

Kompas. 2010. Ikan Berformalin Berbahaya Tapi Masih Marak. http// Kompas.com.
Diakses tanggal 05 April 2017.

Miller, J.N. 2000. Stastistics and Chemometrics For Analytical Chemistry, 4th ed,
Prentice Hall; Harlow

Mulja. 1995. Analisis Menggunakan Spektofotometer. http.Teknikelektronikan.com.


Diakses Tanggal 05 April 2017.

Rianti. A. 2015. Penetapan kadar Sefadroksil secara spektofotometri Visibel dengan


preaksi Etil Aseoasetat dan Fomaldehid, skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.

Suhartini S dan N Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar, Surabaya: Penerbit Trubus
Agrisarana.

Universitas Muhammadiyah. 2015. Formalin. http//Digilib Unimus.com. Diakses


Tanggal 05 april 2017.

Widyaningsih DT dan SM Erni. 2006. Formalin.Surabaya: Penerbit Trubus Agrisarana.

You might also like