You are on page 1of 10

ACARA 10

IDENTIFIKASI SUHU PERMUKAAN DARI

CITRA LANDSAT 8

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan ekstraksi suhu permukaan dari citra Landsat 8.
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan suhu pada jenis objek yang berbeda.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Laptop
2. ENVI CLASSIC 5.1
3. CITRA LANDSAT 8 (Band 10)
4. Metadata Citra Landsat 8

III. DASAR TEORI

Suhu adalah besarnya bahang yang disimpan oleh suatu objek karena adanya radiasi,
misalnya suhu udara. Suhu udara tidak hanya dipengaruhi oleh radiasi matahari saja, tetapi
salah satunya adalah suhu permukaan yakni suhu yang berada pada lapisan terluar/permukaan
suatu objek (Putri, 2011).
Suhu permukaan merupakan unsur pertama yang dapat diidentifikasi dari citra satelit
Landsat 8 yang diekstrak dari band 10-11 thermal. Dimana dalam remote sensing suhu
permukaan dapat didefinisikan sebagai suhu permukaan rata-rata dari suatu permukaan, yang
digambarkan dalam cakupan suatu piksel dengan berbagai tipe permukaan yang berbeda (Desi
2011). Sedangkan Suhu atmosfer adalah suhu yang terdapat pada lapisan-lapisan atmosfer.
Setiap lapisan atmosfer memiliki suhu yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh gas-gas
penyusun nya serta ketiggian setiap lapisannya. Perbedaan suhu permukaan dan suhu
atmosfer terletak pada letak dan ketinggian serta gas-gas penyusunnya. Selain itu
perbedaannya bahwa suhu permukaan juga dipengaruhi oleh permukaan bumi secara
langsung. Suhu udara antara daerah satu dengan daerah lain sangat berbeda.

Dibandingkan versi-versi sebelumnya, Landsat 8 memiliki beberapa keunggulan


khususnya terkait spesifikasi band-band yang dimiliki maupun panjang rentang spektrum
gelombang elektromagnetik yang ditangkap. Sebagaimana telah diketahui, warna objek pada
citra tersusun atas 3 warna dasar, yaitu Red, Green dan Blue (RGB). Dengan makin
banyaknya band sebagai penyusun RGB komposit, maka warna-warna obyek menjadi lebih
bervariasi. Ada beberapa spesifikasi baru yang terpasang pada band landsat ini khususnya
pada band 1, 9, 10, dan 11. Band 1 (ultra blue) dapat menangkap panjang gelombang
elektromagnetik lebih rendah dari pada band yang sama pada Landsat 7, sehingga lebih
sensitif terhadap perbedaan reflektan air laut atau aerosol. Band ini unggul dalam
membedakan konsentrasi aerosol di atmosfer dan mengidentifikasi karakteristik tampilan air
laut pada kedalaman berbeda. Deteksi terhadap awan cirrus juga lebih baik dengan
dipasangnya kanal 9 pada sensor OLI, sedangkan band thermal (kanal 10 dan 11) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi perbedaan suhu permukaan bumi dengan resolusi spasial 100
m. Pemanfaatan sensor ini dapat membedakan bagian permukaan bumi yang memiliki suhu
lebih panas dibandingkan area sekitarnya (Thoha, 2008).

IV. LANGKAH KERJA

1. Buka file metadata yang ada pada folder citra landsat 8, catat nilai
RDIANCE_MULT_BAND_10 dan K1_CONSTANT_BAND_10 untuk dimasukkan
ke dalam rumus pada langkah berikutnya (sebelum itu ubah angka ke decimal)

2. Klik File > Open Image File > Pilih Citra Landsat 8 10 Kawasan Bromo-Tengger
yang sudah dipotong > Load Band
3. Klik Basic Tools > Band Math > Isikan rumus 0.0003342*float(B10)+0.10000 pada
kotak Enter an Expression > Add to list > OK

4. Pada layer Variables to Bands Pairings > Letakkan Kursor pada Variables used in
expression > Klik LC8......_B10 > Klik Choose untuk memilih tempat penyimpanan
> OK
5. Klik Basic Tools > Band Math > Pada Kolom Enter an espression isikan rumus
(1321.08/alog(774.8853/float(B10))+1)-273 > OK

6. Akan muncul layer Variables to Bands Pairings > Klik pada TOA RADIANCE >
Klik Choose untuk memilih tempat penyimpanan, lalu Klik OK.
7. Pada layer display Klik Overlay > Density Slice, Setelah muncul Layer Density
Slice > Options > Set Number of Default Ranges... > Ubah ranges menjadi 5 > OK.
Options > Apply Defaults Ranges
8. Edit satu persatu range dengan cara klik Edit Range, lalu sesuaikan min, max dan
color sesuai dengan gambar dibawah ini, setelah itu klik Apply
9. Beri layout pada citra yang sudah diidentifikasi suhu permukaannya dan beri judul
Peta Suhu Permukaan Kawasan Bromo-Tengger
V. HASIL

1. Citra kawasan Bromo-Tengger yang telah diklasifikasikan berdasarkan suhu


permukaan

2. Tabel identifikasi objek berdasarkan suhu permukaan

No
SUHU (C) OBJEK
.
1 11 - 17 Hutan
Vegetasi kerapatan rendah/Savana
2 17 - 23
Bromo
3 23 - 29 Pemukiman/Kaldera
4 29 - 35 Lahan Terbuka/Lautan Pasir
5 35 - 41 Kawah

VI. PEMBAHASAN

Temperatur permukaan tanah atau Land Surface Temperature (LST) adalah keadaan
yang dikendalikan oleh keseimbangan energi permukaan, atmosfer, sifat termal dari
permukaan, dan media bawah permukaan tanah. Temperatur permukaan suatu wilayah dapat
didefinisikan dari citra satelit landsat 8 yang diekstrak dari band 10 thermal . Pada data Citra
Satelit Landsat 8, band thermal terdapat pada band 10. Namun nilai yang terkandung pada
band thermal tersebut masih berupa data Digital Number (DN) dan bukan nilai temperatur
permukaan wilayah tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengolahan pada band thermal
tersebut sehingga dihasilkan nilai temperatur permukaan. Alur pengolahan band thermal
supaya didapatkan nilai temperatur permukaan adalah sebagai berikut: Digital Number (DN)
-> TOA Radian -> Temperatur Satelit (Kelvin) -> Temperatur Satelit (Celcius) -> Temperatur
Permukaan (Celcius).

Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa suhu permukaan kawasan Bromo-
Tengger dalam band 10 citra Landsat 8 dapat dibagi menjadi 5 kelas antara lain suhu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kelas pertama yakni suhu permukaan sangat
rendah. Pada kelas ini suhu permukaan objek berkisar antara 11C - 17C yang mencakup
objek hutan. Objek hutan memiliki suhu permukaan yang sangat rendah dikarenakan
kerapatan vegetasinya yang tinggi. Sehingga radiasi matahari tidak langsung mencapai
permukaan tanah melainkan diproses oleh vegetasi yang ada di hutan untuk proses transpirasi
dan fotosintesis.

Kelas kedua yakni suhu permukaan rendah dengan suhu permukaan objek yang berkisar
antara 17C - 23C. Objek yang teridentifikasi pada kelas ini meliputi tutupan lahan dengan
vegetasi kerapatan rendah dan savana Bromo. Suhu permukaan objek tersebut masih
tergolong rendah karena tutupan lahannya masih di dominasi oleh vegetasi sehingga sinar
matahari tidak langsung mengenai permukaan tanah.

Kelas ketiga yakni suhu permukaan sedang dengan suhu permukaan objek yang berkisar
antara 23C - 29C. Objek yang teridentfikasi pada kelas ini meliputi area pemukiman dan
daerah pinggir kaldera Bromo. Hal tersebut dikarenakan area permukiman berada di daerah
dataran rendah yang suhu udara nya cenderung tinggi. Daerah pinggiran kaldera Bromo juga
memiliki suhu permukaan yang sedang dikarenakan letaknya yang dekat dengan gunung
Bromo yang suhunya relatif tinggi dan tidak ada vegetasi yang tumbuh diatasnya.

Kelas keempat yakni suhu permukaan tinggi dengan suhu permukaan objek yang
berkisar antara 29C - 35C. Objek yang teridentifikasi pada kelas ini meliputi lahan terbuka
dan lautan pasir yang berada di kaldera Bromo. Objek pada kelas ini memiliki suhu yang
tinggi dikarenakan tidak ada tutupan vegetasi diatasnya, sehingga sinar matahari langsung
mengenai permukaan tanah yang mengakibatkan suhu permukaannya tinggi.
Kelas kelima yakni suhu permukaan sangat tinggi dengan suhu permukaan objek yang
berkisar antara 35C - 41C. Objek yang teridentikasi pada kelas ini adalah daerah kawah
Bromo dan Gunung Semeru. Suhu permukaan yang sangat tinggi tersebut banyak dipengaruhi
oleh magma yang berada di dalam kawah tersebut.

VII. KESIMPULAN

Dengan demikian dapat diketahui bahwa suhu permukaan tanah dapat memberikan
informasi penting tentang sifat fisik permukaan yang memegang peran penting dalam proses
yang berhubungan dengan perubahan suhu permukaan pada lingkungan sekitar. Suhu
temperatur permukaan pada suatu objek dipengaruhi oleh tutupan vegetasi diatasnya, semakin
rapat vegetasinya maka suhu permukaannya semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Selain
itu faktor yang mempengaruhi suhu permukaan dapat berupa ketinggian elevasi dan pengaruh
objek yang ada disekitarnya seperti adanya kawah ataupun pabrik.

VIII. DAFTAR RUJUKAN

Desi. 2011. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Menduga Suhu Permukaan dan Udara
di Lahan Gambut dan Mineral dengan Menggunakan Metode Neraca Energi
(Area Studi : Sampit, Kalimantan Tengah). SKRIPSI. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.

Putri Yasmin N.F. 2011. Pendugaan Unsur-Unsur Fisis Atmosfer Menggunakan


Penginderaan Jauh. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Thoha, Achmad Siddik. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Medan: Universitas Sumatera
Utara.

You might also like