You are on page 1of 8

ACARA I

KALORIMETRI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, berarti kalor merupakan
suatu besaran fisika yang dapat diukur. Alat yang digunakan untuk
mengukur kalor disebuat kalorimetri. Satu kalori didefinisikan sebagai
banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air sehingga
suhunya naik 10C.
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu
benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi
maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya
jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya
kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada tiga faktor berikut:
1. Massa zat
2. Jenis zat (kalor jenis)
3. Perubahan suhu
Kalor adalah suatu bentuk energi yang berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah ketika benda itu saling
berhubungan. Benda yang menerima kalor, suhunya akan naik sedangkan
benda yang meelepas kalor, suhunya akan turun. Perpindahan kaor selalu
terjadi dari daerah yang bertemperatur tinggi ke rendah. Cara perpindahan
kalor dari suatu zat ke zat lain ada tiga cara yaitu dengan cara konduksi,
konveksi, dan radiasi. Konduksi merupakn perpindahan kalor dengan
melalui zat pengantar dan energi molekul langsung berpindah dari daerah
lebih panas ke daerah yang lebih dingin. Konveksi merupakan perpindahan
kalor yang diikuti oleh perpindahan sekelompok yang diikuti oleh
perpindahan sekelompok molekul di dalam zat alir. Radiasi merupakan
perpindahan kalor secara pancaran dengan gelombang elektomagnetik.
Perpindahan kalor berpegang pada hukum kekekalan energi, yang
dikenal dengan Azas Black, dapat dituliskan sebagai berikut:
Energi yang dilepas = Energi yang diterima
Azas Black merupakan bentuk dari hukum kekekalan energi yang
menyatakan bahwa jumalah seluruh energi tidak berubah. Dengan
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kalor yang di lepaskan benda
diserap oleh benda yang lain, hal ini membuktikan dari Hukum Kekalan
Energi bahwa Energi tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan
Pada percobaan Acara I ini akan mencoba menentukan nilai kapasitas
panas jenis. Prinsip yang digunakan adalah menentuakn kalor jenis sempel
kopi dan garam dengan perhitungan azas black. Hal ini dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam penemuan obat.

2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara I Kalorimetri adalah untuk mencoba
menentukan nilai kapasitas panas jenis (c) suatu larutan tertentuu dengan
menggunakan Azas Black.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Acara I Klaorimetri dilaksanakan pada hari jumat,
tanggal 3 oktober 2014 pada pukul 15.00-17.00 WIB bertempat di
Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjaun Pustaka
Benda yang mengalami perubahan suhu tanpa reaksi kimia, atau
mengalami perubahan wujud, menyerap atau melepaskan sejumlah kalor yang
sama dengan kapasitas kalornya (rata-rata) dikalikan dengan perubahan suhu.
Kalor yang deperlukan = (kapasitas kalor) x (perubahan suhu)
Pemanasan atau pendinginan benda yang diketahui kapasitas kalornya
dimanfaatkan dalam kalorimetri (calorimetry), yaitu ilmu pengukuran kuantitas
kalor (Rosenberg, 1992).
Kalor menunjukkan transfer energi jika kalor mengalir dari satu benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah, merupakan energi yang ditransfer dari
benda yang panas ke benda yang dingin. Maka, kalor meupakan energi yang
ditransfer dari satu benda ke yang lain karena perbedaan suhu. Kesederhanaan
di alam yang dapat digambarkan dalam bentuk :
Q=mc T

dengan c adalah besaran karakteristik material yang disebut kalor spesifik.

Karena c=Q/m T , kalor spesifik ditetapkan dalam satuan J/ kg.Co (satuan

atau kkal/ kg.Co). Untuk air pada suu 15Co dan tekanan konstan 1 atm, sama
dengan 1,00 kkal/g.Co atau 4,18 x 103 J/kg.K dengan definisi kal dan joule
memerlukan kalor menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 oC. Harga c bergantung
pada beberapa variabel, suhu (dan juga pada tekanan), tetapi untuk perubahan
suhu yang tidak terlalu besar, c sering dapat ditetapkan berharga konstan
(Giancoli, 1997).
Kalor dianggap sebagai zat alir (fluida) tanpa bobot dam tidak dapat
dilihat. Kalor timbul jika adaa bahan yang dibakar. Kalor dapat berpindah dari
benda yang satu ke benda yang lainnya cara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Energi mekanik terus menerus berubah wujudnya menjadi kalor. Ini berarti ada
kesetaraan antara energi mekanik dengan kalor. Dalam percobaanya joule
menemukan, bahwa 4,186 joule (J) setara dengan 1 kalori. Jadi 1,000 kal =
4,186 J. Proses perubahan energi mekanik menjadi kalor merupakan salah satu
contoh adanya azas ketetapan energi. Sebaliknya, kalor dapat diubah menjadi
energi mekanik. Jadi, kalor merupakan salah satu bentuk energi
(Hamid, 2007).
Kalor dapat sebagai energi yang dipindahkan karena perbedaan suhu.
Energi sebagai kalor mengalir dari benda yang lebih panas (suhu lebih tinggi)
ke denda yang lebih dingin (suhu lebih rendah). Molekul-molekul dari bagian
yang lebih panas kehilangan energi kinetiknya dan berpindah kebagian yang
lebih dingin ketika kedua bagian tersebut bersentuhan.jumlah energi kalor
dibutuhkan untuk mengubah suhu suatu zat tergantung pada beberapa besarnya
suhu yang harus diubah, jumlah zat, dan identitas (jenis molekul-molekulnya).
Kalor jenis adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk
meningkatkan suhu 1 gram zat sebesar 1 oC. Dalam perhitungan energi kalor
adalah hukum kekekalan energi. Dalam interaksi antara benda-benda atau zat-
zat, energi total tetap konstan. Ole karena itu, dalam ineraksi dua benda, energi
yang dileaskan oleh sebuah benda harus diterima oleh yang lain penentuan
kalor reaksi dilakukan dalam alat yang disebut kalorimetri
(Petrucci, 1985).
Nilai kalor atau heating velue adalah jumlah energi yang dilepaskan pada
proses pembakaran persatuan volume atau persatuan massanya. Nilai kalor
bahan bakar menentukan jumlah konsumsi bahan bakar tiap satuan waktu.
Makin tinggi nilai kalor bahan bakar menunjukkan bahan bakar tersebut
semakin sedikit pemakain bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar ditentukan
berdasarkan hasil pengukuran dengan kalorimeter dilakukan dengan membakar
bahan bakar atau udara pada temperatur normal, sementara itu dilakukan
pengukuran jumlah kalor yang terjadi sampai temperatur dari gas hasil
pembakaan turun kembali ketemperatur normal. Jika benda menerima kalor,
maka kalor itu digunakannya untuk menaikkan suhu benda, atau berubah
wujud. Benda yang berubah wujud dapat berubah wujud dapat berupa mencair,
atau menguap (Tazi dan Sulistiana, 2011).
Heat Exchanger merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada
fluida lain yang temperaturnya lebih rendah. Dalam dunia industri ataupun
pada pusat pembangkit tenaga banyak dijumapi bebrbagaia jenis Heat
Exchanger. Salah satu jenis Heat Exchanger berdasarkan konstruksinya adalah
shell and tube (Ulaan, 2008).
Panas jenis didefinisikan sebagai jumalah energi yang dibutuhkan oleh
satu satuan berat (m) bahan untuk menaikkan suunya sebesar satu derajat.
Besaran ini dipakai untuk menduga jumalah energi (Q) yang diperlukan bila
suhu bahan berubah satu satuan ( T ). Panas jenis bahan ditentukan dengan

mengunakan kalorimeter yang dihitung dengan mengguanakan persamaan

Q
T . persamaan tersebut untuk menghitung panas jenis bahan pada
Cp=
m

kondisi diatas titik beku. Kapasitas panas kalorimeter dapat ditentukan dengan
mencampurkan sejumalah air yang berbeda suhu awal dalam kalorimeter
hingga dicapai suhu keseimbangan (Manalu, 2011).
Kalorimeter adalah tipe dasar pemanasan konduksi, dengan adanya
pemanasan kalorimetri isotermal (CSC 4400 mikro kalorimeter isothermal).
Konduksi pemanas kalorimeter berguna merubah diantara panas dan bak panas.
Bak panas dikelilingi alumunium isothermal (Pesaran, 1997).
Penelitian terbaru melaporkan penerapan dari titrasi isotermal kalorimetri
dan perbedaan sekilas kalorimetri untuk mempelajari interaksi protein ligan,
kerjasama alosterik dan aspek melipat protein. Metode baru dari data analisis
membandingkan alternatif metode untuk menentukan entalpi ikatan ligan dan
menganalisa sumber kesalahan pada percobaan perhitungan dari parameter
termodinamika yang lain. Beberapa laporan memeriksa persoalan mengenai
rancangan obat dan korelasi dari termodinamika dan struktur data sinar X.
Peralatan baru memungkinkan efek volumetrik dalam sistem biologi untuk
dievaluasi kalorimetri dan memperluas lewatan dari perhitungan kalorimetri
sekilas dalam penemuan obat dan penerapan lewatan tinggi lainnya
(Webern dan Salemme, 2003).
Titrasi isotermal kalorimetri (ITC) menyediakan pengukuran yang paling
akura dan langsung dari entalpi reaksi apapun dibawah isotermal dan kondisi
isobarik. Hal ini juga satu-saunya metode yang mampu menentukan entalpi,
entropi, dan energi bebas gibbs reaksi dalam titrasi eksperimen tunggal.
Menghasilkan kelimpahan data kalorimetri. isotermal titrasi kalorimetri telah
banyak digunakan dalam bidang-bidang seperti penemuan obat untuk
mengukur parameter termodinamika molekul
(Baranauskiene et. al., 2009).

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja


1. Alat
a. Kalorimetri
b. Termometer
c. Timbangan
d. Panci
e. Gelas ukur
f. Pemanas air
2. Bahan
a. Air
b. Larutan garam
c. Larutan kopi
3. Cara Kerja
a. Mencampur air dengan larutan yang dicari nilai kapasitas panas
jenisnya (c),
b. Menentukan nilai dai kapasitas panas jenis (c) air, massa air, dan suhu
awalnya,
c. Menentukan massa dan suhu larutan ,
d. Melakukan proses pencampuran,
e. Mencatat suhu akhir setelah stabil,
f. Mencari nilai kapasitaas panas jenis (c) larutan berdasarkan Azas Black,
g. Mengulangi percobaan di atas untuk mendapatkan data yang akurat,
dimana masing-masing larutan diulangi tiga kali,
h. Memasukkan hasil pengamatan dalam tabel

DAFTAR PUSTAKA

Baranauskiene, Lina., Vilma Petrikaite., Jurgita Matuliene, and Daumantas


Matulis. 2009. Titration Calorimery Standards and The Precision
Of Isotermal Titration Calorimetry Data. International Jurnal Of
Moleculer Sciences 2009, 10, 2752-2762; doi: 10.3390/ijms
10062752.
Bueche, Frederick J. and Eugene Hecht. 2006. Teori dan Soal-Soal Fisika
Universistas. Erlangga. Jakarta.
Giancoli, Douglas C. 1997. Fisika. Erlangga. Jakarta.
Hamid, Ahmad Abu. 2007. Kalor dan Termodinamika. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jogyakarta.
Manalu, Lamhot P dan Wahyu Purwanto. 2011. Penentuan Termofisik
Mahkota Dewa. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No.
3 (Hal. 177-181).
Mustofa, Azis. 2008. Sistem Perancangan. Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Jakarta.
Petruicci, Relph H. 1985. Kimia Dasar Proses dan Terapam Modern.
Erlangga. Jakarta.
Pesaran, Ahmad A., Donald J. Russell, and John W. Crawford. 1997. A
unique Calorimeter-Cycler for Evaluating High-Power battery
Modules. Brigham Young University.
Rosenberg, Jeromel L. 1980. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Tazi, Imam, dan sulisyana. 2011. Uju Kalor bahan bakar campuran
bioetanol dan minyak goreng bekas. Jurnal Neutrino vol 3,no, 2.
Malang.
Ulaan, Tertius V.Y. 2008. Pengaruh Jarak Baffle Terhadap Koefisien
Perpindahan Panas dan Penurunan Tekanan Shell Pada Heat
Exchanger. Jurnal Formas Vol. 2, No. 1. Manado.
Weber, Patricia C and F Raymood salemme. 2003. Aplplications of
calorimetric methods to drug discovery and the study of protein
interactions.USA.

You might also like